Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Makalah Tata Kelola Perusahaan


(Good Corporate Governance)

NAMA: Dewo Ananda Putra


NIM: 201411334

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2020
Latar Belakang
1. Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah
mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman
tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan
pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang
sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan
pada awal tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.
2. Sejak Pedoman GCG dikeluar kan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan
pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-
perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun
peringkat penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat
menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan
lain yang penting dalam kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman GCG adalah
adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang
menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi
karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya
belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku
menjadi hal penting yang dituangkan dalam bab tersendiri.
3. Di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam penerapan GCG. Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD) telah merevisi Principles of
Corporate Governance pada tahun 2004. Tambahan penting dalam pedoman baru OECD
adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan
masyarakat untuk dapat dilaksanakannya GCG secara efektif. Peristiwa WorldCom dan
Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya
penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan
fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-
negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara lain dalam bentuk
penyempurnaan pedoman GCG di negara yang bersangkutan.
4. Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari perlunya
penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia
usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance dan
partisipasi masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan
November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:
KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.
Dengan telah dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut keputusan No. KEP.10/
M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Peranan Negara
a. Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan berdasarkan sistem hukum nasional dengan
memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan
masyarakat. Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi
untuk dapat melakukan penyempurnaan atas peraturan perundang- undangan secara
berkelanjutan.
b. Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).
c. Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang memiliki
integritas dan profesionalitas yang tinggi.
d. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara
konsisten.
e. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
f. Mengatur kewenangan dan koordinasi antar-instansi yang jelas untuk meningkatkan
pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan mata rantai yang singkat
serta akurat dalam rangka mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan.
g. Memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi dan pelapor
(whistleblower) yang memberikan informasi mengenai suatu kasus yang terjadi pada
perusahaan. Pemberi informasi dapat berasal dari manajemen, karyawan perusahaan
atau pihak lain.
h. Mengeluarkan peraturan untuk menunjang pelaksanaan GCG dalam bentuk ketentuan
yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.
i. Melaksanakan hak dan kewajiban yang sama dengan pemegang saham lainnya dalam
hal Negara juga sebagai pemegang saham perusahaan

2. Peranan Dunia Usaha


a. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang
sehat, efisien dan transparan.
b. Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan.
c. Mencegah terjadinya KKN.
d. Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan yang
didasarkan pada asas GCG secara berkesinambungan.
e. Melaksanakan fungsi ombudsman untuk dapat menampung informasi tentang
penyimpangan yang terjadi pada perusahaan. Fungsi ombudsman dapat dilaksanakan
bersama pada suatu kelompok usaha atau sektor ekonomi tertentu.
3. Peranan Masyarakat
a. Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap
pelayanan masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta terhadap kegiatan
dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian
pendapat secara obyektif dan bertanggung jawab.
b. Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha dalam
mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.
c. Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.
Definisi
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan
pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan.
Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah
bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih
atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan
manajer (Macey dan O’Hara, 2003).

Corporate Governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk


mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis dan usahausaha korporasi dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta kontinuitas usaha. Terdapat beberapa
pemahaman tentang pengertian Corporate Governance yang dikeluarkan beberapa pihak baik
dalam perspektif yang sempit (shareholder) dan perspektif yang luas (stakeholders, namun pada
umumnya menuju suatu maksud dan pengertian yang sama.

Istilah Good Governance di perkenalkan oleh Cadbury Commitee di Inggris pada tahun


1922 di dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report.

“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the
government, employees, and other internal and external stakeholders in respect to their right
and responsibilities,or the system by which companies are directed and controlled.”
[“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus
perusahaan,pihak kreditur, pemerintah,karyawan,serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”]

Kata “governance” berasal dari bahasa perancis “gubernance” yang berarti pengendalian.
Corporate Governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.

Pengertian Good Corporate Governance (GCG) menurut Sukrisno Agoes (2011:


11) adalah tata kelola yang baik sebagai sistem yang mengatur hubungan antara peran Dewan
Komisaris, peran direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Tata kelola perusahaan yang baik disebut juga sebagai proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan penilaian kinerja
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal, pengertian  Good Corporate Governance adalah
sistem yang mengatur, mengelola serta mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan
nilai saham sekaligus sebagai perhatian stakeholder, karyawan dan masyarakat sekitar.

Menurut Amin Widjaya Tunggal (2013: 34), tujuan Good Corporate Governance adalah


sebagai berikut :

 Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.


 Aktiva perusahaan tetap terjaga dengan baik
 Perusahaan dapat menjalankan bisnis dengan praktek yang sehat
 Kegiatan perusahaan dapat dijalankan dengan transparan

Siapa yang harus menguasai GCG?


Beberapa jabatan berikut ini sudah semestinya menguasai apa itu GCG /Good Corporate
Governance, diantaranya:
1. Pemegang Saham
Pemegang saham adalah individu atau institusi yang memiliki vital stake dalam
perusahaan.
Dengan tata kelola perusahaan yang baik haru dapat melindungi hak pemegang saham
dengan cara mengamankan kepemilikan, menyerahkan atau memindahkan saham,
melaporkan informasi yang relevan dan mendapatkan keuntungan dari perusahaan.

2. Komisaris dan Direksi


Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penetapan sasaran atau tujuan dari
korporat, mengembangkan kebijakan serta memilih tim manajemen puncak untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Selain itu Komisaris dan Direksi
memiliki tugas untuk menelaah situasi perusahaan apakah telah sesuai dengan arah
kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Komite Audit
Tugas dari komite audit adalah memberikan pendapat atau rekomendasi profesional
kepada dewan komisaris tentang situasi tata kelola perusahaan yang dijalankan oleh
manajemen perusahaan.

4. Sekertaris perusahaan
Sekertaris adalah pihak penghubung yang menjembatani antara kepentingan perusahaan
dengan pihak eksternal dalam rangka menjaga persepsi publik atas citra perusahaan dan
pemenuhan tanggung jawab perusahaan.
Pertanggung jawaban sekertaris perusahaan adalah kepada direksi.

5. Manajer
Peran manajer di dalam operasional sangatlah penting bagi perusahaan.
Oleh sebab itu seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang luas tentang hal teknis
yang yang terkait dengan perusahaan.
6. Auditor Eksternal (Independent)
Tanggung jawab Auditor Eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan.
Laporan Auditor Eksternal merupakan opini profesional tentang laporan keuangan
perusahaan.
7. Auditor Internal
Tugas dari Auditor Internal adalah memberikan rekomendasi atau konsultasi kepada
pihak-pihak berwenang di dalam perusahaan tentang situasi yang terjadi didalam
perusahaan.

Sedangkan tujuan Good Corporate Governance pada BUMN menurut keputusan Menteri


BUMN no. 117/M-MBU/2002 pasal 4, di antaranya :

 Memaksimalkan BUMN dengancara meningkatkan prinsip GCG.


 Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, terbuka dan efisien.
 Mendorong agar organ perusahaan dalam membuat keputusan sesuai dengan aturan yang
berlaku
 Meningkatkan kontribusi BUMN di dalam perekonomian nasional
 Meningkatkan iklim investasi nasional
 Menyuksesan program privatisasi BUMN.

Berdasarkan dari beberapa tujuan Good Corporate Governance maka penerapan dari GCG


adalah meningkatkan kinerja perusahaan dan memberi nilai tambah bagi semua pihak yang
terkait dengan perusahaan.

Selain itu tujuan Good Corporate Governance adalah meningkatkan nilai tambah bagi


stakeholders dalam jangka panjang serta melindungi pemegang saham dan pengelola perusahaan
atau manajemen perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, GCG secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) bagi para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena GCG dapat mendorong
terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional. Penerapan GCG di
perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestik maupun asing. Hal ini sangat
penting bagi perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya, seperti melakukan investasi
baru.
Lingkup
OCED (The Organization for Economic and Development) memberikan pedoman
mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta Good Corporate Governance dalam suatu
perusahaan dalam Sutedi (2011), yaitu ;
1. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu
melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas.
Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham, yaitu :
a. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode Pendaftaran
kepemilikan;
b. Hak untuk mengalihkan dan memindahtangankan kepemilikan saham:
c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara
berkala dan teratur;
d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS);
e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi:
f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable


treatmment of shareholders). Kerangka yang dibangun dalam Corporate
Governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang
saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang
adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam (insider trading)
dan transaksi dengan diri sendiri (self dealing). Selain itu, prinsip ini
mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan
transaksi-transaksi yang mengandung benturan atau konflik kepentingan (conflict
of interest).
3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of
stakeholders). Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus
memberikan pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana
ditentukan oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara
perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan
kerja, kesejahteraan, serta kesenambungan usaha (going concern).
4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparancy). Kerangka yang
dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pengungkapan
yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan
perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup informasi mengenai kondisi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang
berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk meminta auditor eksternal
(KAP) melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan.
5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the board).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya
pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen oleh
dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga
memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesional dewan
komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Prinsip
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakanprinsip-prinsip
yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar inidiharapkan menjadi rujukan bagi para
regulator (pemerintah) dalammembangun framework bagi penerapan good corporate
governance. Prinsip-prinsip Dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan
oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 31) adalah sebagai
berikut :

a) Fairness (Perlakuan yang Setara)


Merupakan prinsip agar para pengelola memperlakuan yang sama terhadap  para
pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak
sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

b) Transparency (Transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar
dan  tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan
keputusan  mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan  turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
c) Accountability  (Akuntablitas)
Adalah Prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina system
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statement ) yang
dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.

d) Responsibility (Prinsip Tanggung jawab)


Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh ubli dan
kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepemtingan dalam menciptakan
kesejahteraan.

e) Indepandency  (kemandirian)
Sebagai tambahan prinsip dalam pengelolaan BUMN, artinya suatu keadaan
dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandiri,
bebas dari konflok kepentingan dan bebas dari tekanan / pengaruh dari manapun yang
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip
pengelolaan yang sehat.
f) Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.  Diharapkan fairness
dapat menjadi ublic pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan

Manfaat
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Ada lima manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance menurut Hery (2010), yaitu :
1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan
ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut membantu
terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik
modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditur domestik maupun internasional.
3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan
telah taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan.
4. Membangun manajemen dan Corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.
Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan
sesuai KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2001 pada pasal 4 yang
dalam Hery (2010), yaitu :
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ;
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap
stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
e. Meningkatkan iklim investasi nasional;
f. Mensukseskan program privatisasi.

Fungsi
Fungsi-fungsi Tatakelola Perusahaan (corporate governance functions) Fungsi tatakelola
perusahaan merupakan elemen penting dari struktur tatakelola perusahaan, yang terdiri dari
(Rezaee; 2009):
1. Fungsi pengawasan (oversight functions), merupakan fungsi dari board of directors
(dewan komisaris) untuk melakukan pengawasan pada fungsi manajerial agar berjalan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya. Efektivitas fungsi ini
tergantung kepada independensi komisaris, proses hukum, otoritas, sumber-sumber,
komposisi, kualifikasi dan akuntabilitas. Komisaris harus memberikan advis stategis
kepada manajemen dan mengawasi prestasi manajerial dan menghindari micromanaging.
2. Fungsi managerial (managerial function), merupakan fungsi dari manajemen untuk
menjalankan perusahaan dan mengurus sumber-sumber, operasi dan pengungkapan yang
relevan atas informasi keuangan dan non keuangan. Efektivitas fungsi ini tergantung pada
kesejajaran kepentingan manajemen dan pemegang saham.
3. Fungsi mepatuhan (complience function), fungsi ini berisikan undang-undang, peraturan,
standar dan praktik terbaik yang ditetapkan oleh pemerintah dan organisasi professional
untuk menciptakan kerangka kerja kepatuhan bagi perusahaan publik dalam mencapai
tujuannya.
4. Fungsi Internal audit (internal audit function), fungsi ini memberikan jasa penjaminan
dan konsultasi kepada perusahaan untuk efisiensi operasi, risiko manajemen,
pengendalian internal, pelaporan keuangan, dan proses-proses tatakelola.
5. Fungsi hukum dan fungsi penasehat keuangan (legal and financial advisory function)
Fungsi ini menyediakan advis hukum dan membantu perusahaan, para direktur, pegawai
dalam rangka kepatuhan terhadap undang-undang dan kewajiban hukum lainnya serta
tugas fidusia. Penasihat keuangan akan memberikan advis keuangan dan perencanaan
kepada perusahaan.
6. Fungsi audit eksternal (external audit function). Fungsi ini dilakukan oleh auditor
eksternal dalam memberikan opininya bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan tidak terdapat
salah saji yang material. Auditor memberikan kredibilitas laporan keuangan perusahaan
dan dengan demikian menambah nilai tata kelola perusahaan melalui audit yang
terintegrasi terhadap pelaporan keuangan dan laporan keuangan.
7. Fungsi pemantauan (monitoring function). Fungsi ini dijalankan oleh pemegang saham
khususnya pemegang saham institusi yang diberi wewenang untuk memilih dan jika perlu
memberhentikan para direktur. Pemegang saham dapat memberhentikan para direktur.
Pemegang saham dapat mempengaruhi tatakelola perusahaan melalui usulan kepada
dewan direksi. Pemegang saham memilih direksi dan komisaris dan CEO, CFO untuk
mengurus perusahaan. Pemangku kepentingan lainnya seprti kreditur, pengawai, analisis
keuangan dan aktivitas investor juga dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik
perusahaan.
Ketujuh fungsi tatakelola di atas merupakan elemen penting struktur tatakelola
perusahaan. Keseimbangan (well balance) implementasi ketujuh fungsi tatakelola yang
saling berhubungan ini akan menghasilkan tanggungjawab tatakelola perusahaan, laporan
keuangan yang terpercaya dan jasa audit yang kredibel. Pendekantan yang terintegrasi ini
menegaskan dan menekankan kembali tujuan utama perusahaan yaitu untuk menciptakan
nilai bagi pemegang saham dan sejalan dengan itu tetap menjaga hak dan kepentingan
pemangku kepentingan lainnya. Tujuan utama perusahan khususnya perusahaan publik
adalah untuk menciptakan nilai perusahaan yang berterusan, oleh karena itu tujuan tatakelola
perusahaan adalah untuk memastikan semua partisipan bekerja secara efektif untuk mencapai
tujuan tersebut dan oleh karenanya peranan partisipan yang terlibat dipandang sebagai
“value- added functions”. Menurut Rezaee (2009) tujuh fungsi tatakelola perusahan yang
interaktif tersebut adalah penting untuk menciptakan keseimbangan dan efektivitas operasi.
Tiga (3) diantara fungsi tersebut adalah krusial untuk mencapai keberlanjutan kinerja
perusahaan. Tiga fungsi tersebut adalah fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh
komisaris, fungsi manajerial yang didelegasikan kepada manajemen dan fungsi pemantauan
(monitoring) yang dilakukan oleh pemegang saham. Efektivitas ketiga fungsi ini akan
tergantung kepada “keseimbangan” hubungan kerja diatara pemegang saham, dewan direksi
dan dewan komisaris serta manajemen.

Anda mungkin juga menyukai