“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the
government, employees, and other internal and external stakeholders in respect to their right
and responsibilities,or the system by which companies are directed and controlled.”
[“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengurus
perusahaan,pihak kreditur, pemerintah,karyawan,serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”]
Kata “governance” berasal dari bahasa perancis “gubernance” yang berarti pengendalian.
Corporate Governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang baik disebut juga sebagai proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan penilaian kinerja
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal, pengertian Good Corporate Governance adalah
sistem yang mengatur, mengelola serta mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan
nilai saham sekaligus sebagai perhatian stakeholder, karyawan dan masyarakat sekitar.
3. Komite Audit
Tugas dari komite audit adalah memberikan pendapat atau rekomendasi profesional
kepada dewan komisaris tentang situasi tata kelola perusahaan yang dijalankan oleh
manajemen perusahaan.
4. Sekertaris perusahaan
Sekertaris adalah pihak penghubung yang menjembatani antara kepentingan perusahaan
dengan pihak eksternal dalam rangka menjaga persepsi publik atas citra perusahaan dan
pemenuhan tanggung jawab perusahaan.
Pertanggung jawaban sekertaris perusahaan adalah kepada direksi.
5. Manajer
Peran manajer di dalam operasional sangatlah penting bagi perusahaan.
Oleh sebab itu seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang luas tentang hal teknis
yang yang terkait dengan perusahaan.
6. Auditor Eksternal (Independent)
Tanggung jawab Auditor Eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan.
Laporan Auditor Eksternal merupakan opini profesional tentang laporan keuangan
perusahaan.
7. Auditor Internal
Tugas dari Auditor Internal adalah memberikan rekomendasi atau konsultasi kepada
pihak-pihak berwenang di dalam perusahaan tentang situasi yang terjadi didalam
perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, GCG secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) bagi para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena GCG dapat mendorong
terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional. Penerapan GCG di
perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestik maupun asing. Hal ini sangat
penting bagi perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya, seperti melakukan investasi
baru.
Lingkup
OCED (The Organization for Economic and Development) memberikan pedoman
mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta Good Corporate Governance dalam suatu
perusahaan dalam Sutedi (2011), yaitu ;
1. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu
melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas.
Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham, yaitu :
a. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode Pendaftaran
kepemilikan;
b. Hak untuk mengalihkan dan memindahtangankan kepemilikan saham:
c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara
berkala dan teratur;
d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS);
e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi:
f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.
Prinsip
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan dengan menggunakanprinsip-prinsip
yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip dasar inidiharapkan menjadi rujukan bagi para
regulator (pemerintah) dalammembangun framework bagi penerapan good corporate
governance. Prinsip-prinsip Dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan
oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001: 31) adalah sebagai
berikut :
b) Transparency (Transparansi)
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan
keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut
memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
c) Accountability (Akuntablitas)
Adalah Prinsip di mana para pengelola berkewajiban untuk membina system
akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (financial statement ) yang
dapat dipercaya. Untuk itu diperlukan penjelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.
e) Indepandency (kemandirian)
Sebagai tambahan prinsip dalam pengelolaan BUMN, artinya suatu keadaan
dimana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandiri,
bebas dari konflok kepentingan dan bebas dari tekanan / pengaruh dari manapun yang
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip
pengelolaan yang sehat.
f) Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness
dapat menjadi ublic pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan
Manfaat
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Ada lima manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance menurut Hery (2010), yaitu :
1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan
ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut membantu
terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik
modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditur domestik maupun internasional.
3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan
telah taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan.
4. Membangun manajemen dan Corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.
Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan
sesuai KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2001 pada pasal 4 yang
dalam Hery (2010), yaitu :
a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ;
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap
stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
e. Meningkatkan iklim investasi nasional;
f. Mensukseskan program privatisasi.
Fungsi
Fungsi-fungsi Tatakelola Perusahaan (corporate governance functions) Fungsi tatakelola
perusahaan merupakan elemen penting dari struktur tatakelola perusahaan, yang terdiri dari
(Rezaee; 2009):
1. Fungsi pengawasan (oversight functions), merupakan fungsi dari board of directors
(dewan komisaris) untuk melakukan pengawasan pada fungsi manajerial agar berjalan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya. Efektivitas fungsi ini
tergantung kepada independensi komisaris, proses hukum, otoritas, sumber-sumber,
komposisi, kualifikasi dan akuntabilitas. Komisaris harus memberikan advis stategis
kepada manajemen dan mengawasi prestasi manajerial dan menghindari micromanaging.
2. Fungsi managerial (managerial function), merupakan fungsi dari manajemen untuk
menjalankan perusahaan dan mengurus sumber-sumber, operasi dan pengungkapan yang
relevan atas informasi keuangan dan non keuangan. Efektivitas fungsi ini tergantung pada
kesejajaran kepentingan manajemen dan pemegang saham.
3. Fungsi mepatuhan (complience function), fungsi ini berisikan undang-undang, peraturan,
standar dan praktik terbaik yang ditetapkan oleh pemerintah dan organisasi professional
untuk menciptakan kerangka kerja kepatuhan bagi perusahaan publik dalam mencapai
tujuannya.
4. Fungsi Internal audit (internal audit function), fungsi ini memberikan jasa penjaminan
dan konsultasi kepada perusahaan untuk efisiensi operasi, risiko manajemen,
pengendalian internal, pelaporan keuangan, dan proses-proses tatakelola.
5. Fungsi hukum dan fungsi penasehat keuangan (legal and financial advisory function)
Fungsi ini menyediakan advis hukum dan membantu perusahaan, para direktur, pegawai
dalam rangka kepatuhan terhadap undang-undang dan kewajiban hukum lainnya serta
tugas fidusia. Penasihat keuangan akan memberikan advis keuangan dan perencanaan
kepada perusahaan.
6. Fungsi audit eksternal (external audit function). Fungsi ini dilakukan oleh auditor
eksternal dalam memberikan opininya bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan tidak terdapat
salah saji yang material. Auditor memberikan kredibilitas laporan keuangan perusahaan
dan dengan demikian menambah nilai tata kelola perusahaan melalui audit yang
terintegrasi terhadap pelaporan keuangan dan laporan keuangan.
7. Fungsi pemantauan (monitoring function). Fungsi ini dijalankan oleh pemegang saham
khususnya pemegang saham institusi yang diberi wewenang untuk memilih dan jika perlu
memberhentikan para direktur. Pemegang saham dapat memberhentikan para direktur.
Pemegang saham dapat mempengaruhi tatakelola perusahaan melalui usulan kepada
dewan direksi. Pemegang saham memilih direksi dan komisaris dan CEO, CFO untuk
mengurus perusahaan. Pemangku kepentingan lainnya seprti kreditur, pengawai, analisis
keuangan dan aktivitas investor juga dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik
perusahaan.
Ketujuh fungsi tatakelola di atas merupakan elemen penting struktur tatakelola
perusahaan. Keseimbangan (well balance) implementasi ketujuh fungsi tatakelola yang
saling berhubungan ini akan menghasilkan tanggungjawab tatakelola perusahaan, laporan
keuangan yang terpercaya dan jasa audit yang kredibel. Pendekantan yang terintegrasi ini
menegaskan dan menekankan kembali tujuan utama perusahaan yaitu untuk menciptakan
nilai bagi pemegang saham dan sejalan dengan itu tetap menjaga hak dan kepentingan
pemangku kepentingan lainnya. Tujuan utama perusahan khususnya perusahaan publik
adalah untuk menciptakan nilai perusahaan yang berterusan, oleh karena itu tujuan tatakelola
perusahaan adalah untuk memastikan semua partisipan bekerja secara efektif untuk mencapai
tujuan tersebut dan oleh karenanya peranan partisipan yang terlibat dipandang sebagai
“value- added functions”. Menurut Rezaee (2009) tujuh fungsi tatakelola perusahan yang
interaktif tersebut adalah penting untuk menciptakan keseimbangan dan efektivitas operasi.
Tiga (3) diantara fungsi tersebut adalah krusial untuk mencapai keberlanjutan kinerja
perusahaan. Tiga fungsi tersebut adalah fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh
komisaris, fungsi manajerial yang didelegasikan kepada manajemen dan fungsi pemantauan
(monitoring) yang dilakukan oleh pemegang saham. Efektivitas ketiga fungsi ini akan
tergantung kepada “keseimbangan” hubungan kerja diatara pemegang saham, dewan direksi
dan dewan komisaris serta manajemen.