Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERBEDAAN PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN

GREEN ACCOUNTING

(studi kasus perusahaan jasa perhotelan di BEI TAHUN 2015-2016)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring berkembangnya idustri pariwisata di bali membuat pendapatan


nasional bruto di Indonesia semakin meningkat. Tetapi perkembanggan industry
pariwisata ini juga berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya, Akuntansi
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang juga terus berkembang, dan bisnis
telah mengetahui bahwa sistem akuntansi konvensional tidak mencukupi dan
memadai seiring dengan semakin tingginya kompleksitas bisnis. Pada akuntansi
konvensional, perusahaan hanya memberi perhatian pada manajemen dan pemilik
modal (stockholders dan bondholders), pihak yang lain sering terabaikan. Tuntutan
terhadap perusahaan semakin besar dan perusahaan harus melihat sisi baru yaitu
tanggung jawab perusahaan terhadap
stakeholder, dimana perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen
dan pemilik modal, tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak di luar manajemen dan
pemilik modal. Perusahaan kadang kala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka
tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non


reciprokal, transaksi antar keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik. Suatu
perusahaan tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana
laba tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Semakin
berkembangnya kegiatan perusahaan dalam menghasilkan laba secara otomatis
menimbulkan konsekuensi lingkungan hidup di sekitarnya. Tanggung jawab
lingkungan memiliki berbagai pengaruh pada kinerja perusahaan. Perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi saja, melainkan juga harus memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya, untuk dapat bergerak maju dan tetap menjaga kelansungan perusahaannya.
Permasalahan ini menjadikan ilmu akuntansi semakin berkembang yang selama ini
hanya memberikan informasi tentang kegiatan perusahaan kepada pihak ketiga
(stockholders dan bondholders) yang mempunyai kontribusi langsung terhadap
perusahaan, tetapi sekarang dituntut tidak hanya merangkum informasi tentang
hubungan peru-sahaan dengan pihak ketiga, tetapi juga dengan lingkungannya.
Lingkungan yang ikut dalam proses berjalannya perusahaan. Perusahaan juga dituntut
untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata
kelola perusahaan yang semakin bagus (Good Corporate Governance), sehingga
perusahaan dipaksa untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya.

Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan


sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman,
tentram dan kesejahteraan karyawan terpenuhi. Manakala gerakan peduli lingkungan
(green movement) melanda dunia, akuntansi berbenah diri agar siap menginternalisasi
berbagai eksternalitas yang muncul sebagai konsekuensi proses industri,sehingga lahir
istilah green accounting atau akuntansi lingkungan (environmental accounting).
Demikian pula waktu sebagian industri mulai menunjukkan wajah sosialnya
(capitalism with human face), yang ditunjukkan dengan perhatian pada employees dan
aktivitas-aktivitas community development, serta perhatianpada stakeholders lain,
akuntansi mengakomodasi perubahan tersebut dengan memunculkan wacana
akuntansi sosial (social responsibilty accounting). Sejak memahami akuntansi sebagai
bagian dari fungsi service baik sosial, budaya, ekonomi bahkan politik, maka banyak
faktor mempengaruhi akuntansi itu sendiri. Belkoui dan Ronald (1991) menjelaskan
bahwa budaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan struktur
bisnis dan lingkungan social, yang pada akhirnya akan mempengaruhi akuntansi.
Konsep green accounting sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an
di Eropa, diikuti dengan mulai berkembangnya penelitian penelitian yang terkait
dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an (Bebbington, 1997 ; Gray el
al., 1996).

Di negara-negara maju seperti yang ada di Eropa (Roussey, 1992), Jepang


(Djogo, 2006) perhatian akan isu-isu lingkungan ini berkembang pesat baik secara
teori maupun praktik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peraturan terkait dengan
lingkungan ini. Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan dalam wacana
akuntansi sosial. Hal ini terjadi karena kedua diskursus (akuntansi lingkungan dan
akuntansi sosial) tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menginternalisasi
eksternalitas (eksternalitas lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif
maupun negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan. Serupa dengan akuntansi
sosial, akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan dalam pengukuran nilai cost and
benefit eksternalitas yang muncul dari proses industri. Bukan hal yang mudah untuk
mengukur kerugian yang diterima masyarakat sekitar dan lingkungan ekologis yang
ditimbulkan polusi udara, limbah cair, kebocoran tabung amoniak, kebocoran tabung
nuklir atau eksternalitas lain. Di tahun 1990, sebuah polling pendapat di Amerika
Serikat (Bragdon dan Donovan, 1990) dan beberapa negara (Choi, 1999) melaporkan
bahwa kebanyakan orang merasa bahwa wacana lingkungan merupakan hal yang
penting dan persyaratan dan standar untuk itu janganlah dipersulit, serta
pengembangan lingkungan yang berkelanjutan haruslah terus ditingkatkan dengan
tentu saja mempertimbangkan kos-nya (Bragdon dan Donovan, 1990). Hasil dari
polling pendapat ini menyarankan bahwa stakeholders fokus dalam hal perusahaan
bertanggungjawab terhadap permasalahan lingkungan hidup. Banyak cara yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan perhatian mereka terhadap
permasalahan lingkungan hidup ini, meliputi surat kabar, publikasi bisnis, televisi dan
atau radio, serta laporan keuangan tahunan (Gamble et al., 1995). Saat ini tidak ada
standar yang baku mengenai item-item pengungkapan lingkungan.

Namun, beberapa institusi telah mengeluarkan rekomendasi pengungkapan


lingkungan, antara lain Dewan EkonomidanSosial-Perserikatan Bangsa Bangsa
(ECOSOCPBB), Ernstand Ernst ,Institute of Chartered Accountant in England and
Wales (ICAEW) dan Global Reporting Initiative (GRI). Motivasi yang
melatarbelakangi perusahaan untuk melaporkan permasalahan lingkungan lebih
didominasi oleh faktor kesukarelaan (Ball, 2005; Choi, 1999), kapitalisasi atau
pembiayaan dari permasalahan lingkungan serta adanya kewajiban bersyarat yang
diatur dalam standard akuntansi seperti FASB (Gambleetal.,1995), adanya teori
keagenan (Wattsdan Zimmermans. 1978), teori legitimasi dan teori ekonomi politik
(Gray et al., 1995). Item-item pengungkapan lingkungan, antara lain, meliputi:
pengungkapan kebijakan lingkungan, sertifikasi lingkungan (misal ISOO 14000
series), rating lingkungan, energi yang dipergunakan dalam operasi perusahaan,
pencegahan/pengurangan polusi, dukungan pada konservasi satwa, dukungan pada
konservas lingkungan dan regulation compliance. Sebagian akademisi berupaya
meneliti wacana ini dalam frame teori akuntansi positif dengan cara mencari kaitan
antara indikator-indikator lingkungan dengan indikator-indikator finansial. Hipotesis
yang mereka ajukan: semakin baik kinerja lingkungan akan mempengaruhi secara
positif kinerja bisnis (keuangan) perusahaan. Terkait dengan motivasi yang
mendorong manajemen di dalam pelaporan akuntansi lingkungan, Gallhofer dan Jim
(1997) menyatakan bahwa arahan kebijakan perusahaan dalam kebijakan green
accounting bisa saja muncul dari kesediaan manajemen untuk melaporkannya tanpa
ada kewajiban dari pihak ketiga.Ini semua terjadi di karenakan market driven, dimana
pelanggan dalam beberapa tahun terakhir ini menuntut adanya kepedulian perusahaan
untuk menciptakan produk/jasa yang ramah terhadap lingkungan.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan maslahnya :

APAKAH TERDAPAT PERBEDAAN PROFITABILITAS SEBVELUM DAN


SESUDAH PENERAPAN GREEN ACCOUNTING

Apakah terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan


sebelum dan sesudah penerapan green accounting?

Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui penerapan Green Accounting di sector Perhotelan

Untuk mengetahui dampak dari penerapan Green Accounting bagi indutri


perhotelan

Untuk mengetahui profit perusahaan setelah dan sebelum menerapkan green


accounting

Untuk mengetahui bagaiman perusahaan pengungkapan semua biaya


lingkungan,baik internal maupun eksternal, ke dalam laporan keuangan dan
mengalokasikan biaya biaya ini berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya dalam
sebuah akuntansi lingkungan

Manfaat penelitian
Untuk Perusahaan :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan manajemen dalam praktik
green costing.

Untuk penulis

Dapat Menambah pengetahuan penulis dan mengetahui penerapan green accounting


pada hotel di Bali.
BAB II

Kajian Pustaka

Grand Teory

Bell dan Lehman (1999) mendefinisikan akuntansi lingkungan sebagai :


Green accounting is one of the contemporary concepts in
accounting that support the green movement in the company or
organization by recognizing, quantifying, measuring and disclosing
the contribution of the environment to the business process.

Berdasarkan definisi green accounting di atas maka bisa dijelaskan bahwa green
accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi, mengukur,
menilai,dan mengungkapkan biaya-biaya terkait dengan aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan lingkungan (Aniela, 2012).

Sedangkan aktivitas dalam green accounting dijelaskan oleh Cohen dan Robbins
(2011:190) sebagai berikut:

Environmental accounting collects, analyzes, assesses, and prepares


reports of both environmental and financial data with a view toward
reducing environmental effect and costs. This form of accounting is
central to many aspects of governmental policy as well. Consequently,
environmental accounting has become a key aspect of green business
and responsible economi cdevelopment.

Melalui penerapan green accounting maka diharapkan lingkungan akan terjaga


kelestariannya, karena dalam menerapkan green accounting maka perusahaan
akan secara sukarela mamatuhi kebijakan pemerintah tempat perusahaantersebut
menjalankan bisnisnya.

Beberapa teori yang mendukung penyampaian laporan


pertanggungjawaban sosialdanlingkungan adalah legitimacy theory dan
stakeholder theory (Deegan, 2004: 292) Legitimacytheory menyatakan bahwa
perusahaan akan memastikan bahwa mereka beroperasi dalam batasan nilai dan
norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan tempat perusahaan berada.
Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan
bahwa guna melegitimasi aktivitas perusahaan dimata masyarakat, perusahaan
cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan
informasi lingkungan.Sedangkan stakeholder theory memperhatikan keseluruhan
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Stakeholer perusahaan
memiliki
ekspektasi masing-masing terhadap perusahaan. Manajemen akan berusaha untuk
mengelola dan mencapai harapan stakeholder dengan penyampaian aktivitas
aktivitas lingkungan dan sosial. Aktivitas-aktivitas dalam pelaksanaan green
accounting tentunya mengeluarkan biaya. Aktivitas tersebut merupakan biaya
yang harus dibebankan\ oleh perusahaan yang timbul bersamaan dengan
penyediaan barang dan jasa kepada konsumen. Dengan beban yang telah
dialokasikan diharapkan akan membentuk lingkungan yang sehat dan terjaga
kelestariannya.

Kinerja lingkungan merupakan salah satu pengukuran penting dalam


menunjang keberhasilan perusahaan. Beberapa alasan yang dapat mendukung
pelaksanaan akuntansi lingkungan antara lain (Fasua, 2011):

Biaya lingkungan secara signifikan dapat dikurangi atau dihilangkan


sebagai hasil dari keputusan bisnis, mulai dari perubahan dalam
operasional dan pemeliharaan untuk diinvestasikan dalam proses yang
berteknologi hijau serta untuk perancangan kembali produk yang
dihasilkan

Biaya lingkungan jika tidak mendapatkan perhatian khusus akan menjadi


tidak jelas dan masuk dalam akun overhead atau bahkan akan diabaikan.

Banyak perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan dapat di


imbangi dengan menghasilkan pendapatan melalui penjualan limbah
sebagai suatu produk.

Pengelolaan biaya lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan


perbaikan kinerja lingkungan dan memberikan manfaat yang signifikan
bagi kesehatan manusia serta keberhasilan perusahaan.
Memahami biaya lingkungan dan kinerja proses dan produk dapat
mendorong penetapan biaya dan harga produk lebih akurat dan dapat
membantu perusahaan dalam mendesain proses produksi, barang dan jasa
yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan.

Perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang didapat dari proses,


barang, dan jasa yang bersifat ramah lingkungan. Brand image yang
positif akan diberikan oleh masyarakat karena keberhasilan perusahaan
dalam memproduksi barang dan jasa dengan konsep ramah lingkungan
(Schaltegger dan Burritt, 2000 dalam Arisandi dan Frisko, 2011). Hal ini
berdampak pada segi pendapatan produk, yaitu memungkinkan
perusahaan tersebut untuk menikmati diferensiasi pasar, konsumen
memiliki kecenderungan untuk bersedia membayar harga yang mahal
untuk produk yang berorientasi lingkungan dengan harga premium
(Aniela, 2012)

Akuntansi untuk biaya lingkungan dan 142 kinerja lingkungan dapat


mendukung perkembangan perusahaan dan operasidari sistem manajemen
lingkungan secara keseluruhan . Sistem seperti ini akan segera menjadi
keharusan bagi perusahaan yang bergerak dalam perdagangan
internasional karena adanya persetujuan berlakunya standar internasional
ISO 14001

Pengungkapan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai dari pemegang


saham karena kepedulian perusahaan terhadap pelestarian lingkungan.
Pemegang saham perusahaan dapat lebih mudah dan cepat mendapatkan
informasi dari pengungkapantersebut sehingga dapat mempermudah
pengambilan keputusan (Arisandi danFrisko, 2011).

Green accounting yang mengamati prinsip-prinsip metode ABC membantu


mengukur tabungan biaya sebagai akibat dari pengurangan biaya bahan baku
selama daur ulang atau menggunakan kembali periode. Sebagai konsekuensi,
ABC atau metode ABM memberikan pemahaman dan pendekatan area-area target
untuk mempertimbangkan peluang merancang biaya kegiatan lingkungan
utama.Rancangan biaya lingkungan merupakan konsep yang mengacu pada
rancangan sebuah lingkungan target biaya berorientasi produk atau kendala,
seperti persyaratan desain dan perakitan produk.Daur ulang desain mengacu pada
konsep desain produk yang menekankan fasilitas perakitan dan de-daur ulang,
serta akhir berguna hidup produk siklus.Kegunaan dan keuntungan dari kegiatan
berbasis metode costing bisa diungkapkan oleh green accounting. Penerapan
prinsip-prinsip metode ABC direkomendasikan untuk mendorong perbaikan
lingkungan hasil.

Penelitian Terdahulu

Jurnal akuntansi

Hipotesis

Seberapa besarkah Pengaruh antar mengungkapkan biaya lingkungan


baik internal maupun di eksternal perusahaan dalam laporan posisi
keuangan terhadap perusahaan dan stackholder?

Kemungkinan jawaban dari rumusan masalah di atas adalah :

Ho1 : Tidak ada Pengaruh antar mengungkapkan biaya lingkungan baik


internal maupun di eksternal perusahaan dalam laporan posisi
keuangan terhadap perusahaan dan stackholder

Ha1 : Terdapat Pengaruh antar mengungkapkan biaya lingkungan baik


internal maupun di eksternal perusahaan dalam laporan posisi
keuangan terhadap perusahaan dan stackholder

Maka Hipotesisnya adalah :

Ha1 : Terdapat pengaruh antara mengungkapkan biaya lingkungan baik


internal maupun di eksternal perusahaan dalam laporan posisi
keuangan terhadap perusahaan dan stakeholder
Seberapa besarkah pengaruh anatara penerapan green accounting terhadap
profit perusahaan baik itu sebelum maupun sesudah perusahaan
menerapkan Green Accounting?

Ho2 : Tidak ada pengaruh anatara penerapan green accounting terhadap


profit perusahaan baik itu sebelum maupun sesudah perusahaan
menerapkan Green Accounting

Ha2 : Terdapat pengaruh anatara penerapan green accounting terhadap


profit perusahaan baik itu sebelum maupun sesudah perusahaan
menerapkan Green Accounting

Maka Hipotesisnya adalah :

H2 : Terdapat pengaruh anatara penerapan green accounting terhadap


profit perusahaan baik itu sebelum maupun sesudah perusahaan
menerapkan Green Accounting.

Apakah terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap penerapan Green


Accounting di Inna Bali Beach Hotel?

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan terhadap


kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan green
accounting

Ha3 : Terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan terhadap kinerja


keuangan sebelum dan sesudah penerapan green accounting

Maka Hipotesisnya adalah :

H3 : Terdapat pengaruh antara kinerja lingkungan terhadap kinerja


keuangan sebelum dan sesudah penerapan green accounting

Kerangka Brpikir
Pengungkapan

biaya lingkungan

(X1)

Profitabilitas Penerapan
Green Accounting
(X2) (Y)

Kinerja Lingkungan
dan

kinerja keuangan

(X3)

Anda mungkin juga menyukai