Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

FAIR PRESENTATION

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing

Dosen Mata Kuliah:


Devianti Yunita H, S.E., M.T., Ak., CA
R. Djoemarma Bede, S.E., MBA., Ak., CA

Disusun Oleh:
Rivan Dachlan Tanzah 120620200507
Sarah Aghnia Silmi 120620200509
Dyah Sisca Putri Pramesti 120620200510
Suci Asral Sukma 120620200512

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Fair
Presentation" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran Audit. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang bagaimana seorang auditor memberikan opini yang benar dan juga kepada
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Devianti Yunita H, S.E.,
M.T., Ak., CA dan Bapak R. Djoemarma Bede, S.E., MBA., Ak., CA selaku
dosen Mata Pelajaran Audit. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Mei 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Maksud dan Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Fair Presentation 3
2.1.1. Konsep Kewajaran Akuntansi (Accounting Propriety) 4
2.1.1.1. Hubungan Antara Audit dan Akuntansi 4
2.1.1.2. Sifat dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum 5
2.1.1.3. Pengaruh dari Karakteristik Prinsip Akuntansi 5
2.1.2. Konsep Pengungkapan yang Memadai (Adequate Disclosure) 6
2.1.3. Konsep Kewajiban Audit (Audit Obligation) 6
2.2. Kerangka Pelaporan Keuangan 7
2.3. Pertimbangan Opini Auditor 7
2.4. SPAP yang Mengatur Fair Presentation 11
2.5. Kasus yang Berkaitan dengan Fair Presentation 16
2.6. Penelitian Terdahulu 24
2.6.1. Determinan Pertimbangan Auditor dalam Merumuskan Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia
24
2.6.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menindaklajuti Opini Disclaimer
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Seram
Bagian Barat Provinsi Maluku 24
2.6.3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Debt Default dan
Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris
Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018) 25

2
2.6.4. Faktor yang Menyebabkan Opini Auditor Atas Laporan Keuangan
Wajar Dengan Pengecualian 26
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan 28
DAFTAR PUSTAKA 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Auditing merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 2017). Banyak pengguna laporan
keuangan dan masyarakat umum yang bingung antara konsep auditing dan
akuntansi. Audit bertujuan untuk memperbesar tingkat keyakinan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan (pengguna laporan
keuangan) karena sasaran-sasaran yang perlu dicapai oleh auditor menurut Hayes
(2015) adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh asurans yang memadai terkait apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan
(fraud) atau kesalahan (error) sehingga memungkinkan auditor untuk
menyatakan opini terkait apakah laporan keuangan yang disajikan dalam
seluruh hal yang bersifat material sesuai dengan pelaporan keuangan yang
berlaku
2. Untuk melaporkan laporan keuangan dan mengkomunikasikannya
sebagaimana disyaratkan oleh ISA sesuai dengan temuan-temuan auditor.
Tujuan audit dapat dicapai saat auditor memberikan opini terkait apakah
laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku seperti IFRS atau GAAP. Dalam kaitannya dengan sebagian besar
kerangka kerja bertujuan umum, opini yang dimaksud adalah pada apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar.
Salah satu pertimbangan penting dalam menyelesaikan audit adalah
penentuan apakah pengungkapan laporan keuangan tersebut telah memadai.
Pengungkapan yang memadai mencakup pertimbangan atas seluruh laporan
keuangan termasuk catatan kaki yang terkait. Sampai tahun 2000, para pejabat
perusahaan yang go public di Amerika Serikat tidak bertanggung jawab atas salah
saji dalam laporan keuangan kecuali jika kecurangan tersebut dapat dibuktikan

1
2

atau dengan kata lain para pejabat tersebut mengetahui adanya salah saji dalam
laporan keuangan dan hal itu memang menjadi tujuan mereka (Hayes, 2015). Hal
tersebut dapat berdampak pada risiko pengambilan keputusan yang salah, dapat
mempengaruhi pajak, denda, dan audit, konsultan menjadi sulit melakukan analisa
laporan keuangan, adanya biaya tambahan bagi perusahaan, serta dapat
memberikan citra buruk bagi perusahaan, dan lain-lain. Untuk meminimalisir
dampak-dampak yang dapat ditimbulkan tersebut, perusahaan harus menyajikan
laporan keuangan secara wajar yang sesuai dengan standar yang berlaku.

1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep fair presentation?
2. Bagaimana kerangka pelaporan keuangan?
3. Apa saja yang menjadi pertimbangan opini auditor?
4. SPAP apa saja yang berkaitan dengan fair presentation?

1. 3. Maksud dan Tujuan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka maksud dan tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1. Menjelaskan konsep fair presentation.
2. Menjelaskan kerangka pelaporan keuangan.
3. Menjelaskan pertimbangan yang dijadikan acuan opini auditor.
4. Menjelaskan SPAP yang berkaitan dengan fair presentation.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Fair Presentation


Auditing berhubungan dengan kepercayaan atas apa yang telah dilaporkan
dalam data keuangan sebagai gambaran kondisi nyata dari sebuah operasi dan
kondisi keuangan perusahaan. Dalam bahasa profesi, hubungan antara pelaporan
data atas dasar realitas kenyataan tersebut dinyatakan sebagai penyajian secara
wajar (Mautz & Sharaf, 1993).
Dalam Auditing Procedure No. 27 dan No. 28 gagasan mengenai penyajian
secara wajar ini diperluas untuk informasi lainnya yang termasuk ke dalam
laporan keuangan yang lazim dengan implikasi terhadap setiap data yang diminta
oleh auditor independen untuk memeriksa kewajaran. Auditor bertanggung jawab
atas opini yang diberikan, oleh karena itu konsep penyajian yang wajar sangat
penting agar auditor dapat memberikan opini yang benar.
Sejak tahun 1948, profesi auditing di bidang keuangan di Amerika Serikat
telah menggunakan frasa fair presentation ini sejak ditetapkannya the
standardized audit short from report. Selain itu, untuk tujuan yang sama profesi
auditing dalam lingkup audit laporan keuangan di Inggris menggunakan istilah
true and fair view sebagaimana ditetapkan dalam Companies Act 1985.
Dalam lingkungan audit keuangan dimana sasaran ujinya adalah mengenai
kelayakan laporan keuangan, terdapat dua kebenaran yang hendak dicapai,
diantaranya adalah:
1. Apakah setiap butir informasi yang disajikan dan keseluruhan representasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dalam arti disertai bukti-bukti
formil dan materil yang nyata dapat dipercaya?
2. Apakah setiap butir informasi serta representasi menyeluruh dari laporan
keuangan dalam arti telah menyajikan secara layak substansi yang perlu
diketahui oleh pengguna laporan dapat diyakini telah menggambarkan
kondisi sebenarnya?
Bagi kalangan auditor keuangan maupun masyarakat pengguna jasa audit

3
4

laporan keuangan di Amerika Serikat, operasionalisasi dari makna penyajian


layak telah dirumuskan dengan baik karena acuannya jelas yakni informasi atau
laporan keuangan yang disusun dan disajikan dengan mentaati seluruh ketentuan
dalam paket International Financial Reporting Standards (IFRS).
Akan tetapi, setiap auditor harus berhati-hati terhadap ketersediaan patokan
atau standar yang berlaku, karena setiap standar memiliki keterbatasan yang
apabila diterapkan secara paksa dapat menyimpang dari tujuan utamanya. Alasan
mengapa standar tidak boleh dipandang sebagai ukuran mutlak diantaranya
karena:
1. Standar merefleksikan penyederhanaan (simplifikasi) dari berbagai
kenyataan yang kompleks
2. Standar dirumuskan sesuai dengan kondisi ad hoc pada saat dibuat
3. Standar dibuat dengan menggunakan beberapa asumsi
4. Standar sering dibuat oleh otoritas yang ada dan jarang dating dari hasil
kesepakatan bersama.
Menurut Mautz dan Sharaf (1993), konsep fair presentation dibagi ke dalam
tiga sub konsep, diantaranya:
1. Konsep kewajaran akuntansi (accounting propriety)
2. Konsep pengungkapan yang memadai (adequate disclosure)
3. Konsep kewajiban audit (audit obligation)

2.1.1. Konsep Kewajaran Akuntansi (Accounting Propriety)


Dari akuntansi, audit telah mengadopsi IFRS dan semua yang tersirat dalam
ungkapan tersebut. Hal itu termasuk prinsip akuntansi, kesepakatan umum dan
beberapa dukungan otoritatif untuk prinsip-prinsip tersebut, dan dalam
penerapannya tidak hanya meningkatkan penyajian keuangan saja namun juga
meningkatkan standar kualitas yang memuaskan.

2.1.1.1.Hubungan Antara Audit dan Akuntansi


Akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran
peristiwa-peristiwa ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan
5

informasi keuangan untuk mengambil keputusan (Arens, 2017:6). Untuk


menyediakan informasi yang relevan, akuntan harus memahami prinsip-prinsip
dan aturan-aturan yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
Pada saat mengaudit data akuntansi, auditor berfokus pada penentuan
apakah informasi yang dicatat itu mencerminkan dengan tepat peristiwa-peristiwa
yang terjadi selama periode akuntansi. Semua auditor awalnya adalah seorang
akuntan atau setidaknya dilatih sebagai seorang akuntan. Maksudnya adalah selain
memahami akuntansi, auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan
dan menginterpretasikan bukti audit. Selain itu auditor juga membawa prinsip
akuntansi berterima umum dari akuntansi tetapi dia menerimanya dengan suatu
pengecualian.

2.1.1.2.Sifat dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum


Suatu penegasan bahwa auditor dapat menolak prinsip akuntansi yang
berlaku umum adalah jika dia merasa bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan
masalah yang dipermasalahkan dan tampaknya auditor diberi hak yang tidak
semestinya untuk menentukan kepatuhan akuntansi. Karakteristik penting dari
yang harus diperhatikan mengenai kesulitan dalam pembuatan standar prinsip
akuntansi yang berterima umum diantaranya:
1. Ketidaklengkapan sistem
2. Otoritas bersifat relatif daripada mutlak
3. Tidak ada persyaratan untuk kesepakatan atau bahkan dukungan mayoritas
dalam pembentukan sebagai diterima umum
4. Pengembangan dalam menanggapi peristiwa bisnis umum atas dasar
“setelah kejadian”
5. Berdasarkan dugaan daripada kemampuan untuk menampilkan peristiwa
dan kondisi

2.1.1.3.Pengaruh dari Karakteristik Prinsip Akuntansi


Banyak kontribusi untuk prinsip-prinsip yang berlaku umum telah
diproduksi dengan cara yang sama oleh auditor dengan menghadapkan pada set
6

baru tentang fakta dengan penalaran melalui analogi umum prinsip-prinsip


akuntansi, auditor telah menemukan apa yang mereka anggap menjadi solusi yang
memuaskan. Auditor menggunakan banyak praktik akuntansi dan prosedur yang
diterima secara umum dan terkemuka dari auditor yang berpengalaman. Sehingga
memberikan tuntunan saat auditor memerlukan evaluasi atau kondisi yang tidak
biasa.
Esensi dari prinsip akuntansi disajikan dalam pernyataan berikut:
1. Metode akuntansi yang dapat diterima adalah yang realistis mengakui
transaksi perusahaan dan efek mereka saat terjadi dan bagi penggunaan
sistem akrual menghubungkan biaya dan pendapatan berdasarkan kegunaan
mereka untuk satu sama lain dalam periode waktu.
2. Penyajian laporan keuangan yang dapat diterima adalah mereka yang tanpa
pilih kasih atau bias dilaporkan secara wajar melalui metode akuntansi yang
dapat diterima bagi mereka yang memiliki kepentingan sah dalam hasil
operasi perusahaan dan posisi keuangan perusahaan.

2.1.2. Konsep Pengungkapan yang Memadai (Adequate Disclosure)


Subjek dari pengungkapan yang memadai diantaranya adalah:
1. Banyaknya detail yang akan diungkapkan
Data yang disajikan tidak boleh terlalu banyak ataupun terlalu sedikit yang
penting tetap mengungkapkan kondisi keuangan yang sebenarnya secara
ringkas dan mudah dimengerti oleh penggunanya.
2. Luas informasi yang akan diungkapkan
a. Sehubungan dengan kemungkinan hasil yang berbahaya
b. Sehubungan dengan keterbatasan dan batas dari akuntansi dan
pengauditan.

2.1.3. Konsep Kewajiban Audit (Audit Obligation)


Auditor masih harus bertanggung jawab melaporkan hasil dari pengujian
yang mereka lakukan. Laporan yang diberikan oleh auditor berisi opini terhadap
informasi keuangan perusahaan yang mereka uji. Ruang lingkup harus diperluas
7

untuk melayani tidak hanya kebutuhan saat ini di pasar investasi tetapi akhirnya
sebagai sarana untuk kebijakan publik.
2.2. Kerangka Pelaporan Keuangan
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku merupakan kerangka yang
diterapkan oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan dan dapat
diterima dari sudut pandang sifat entitas dan tujuan laporan keuangan serta
merupakan kerangka yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan
regulasi. Opini auditor atas laporan keuangan dibuat dalam konteks kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Kerangka pelaporan keuangan tersebut
digunakan oleh auditor sebagai kriteria untuk menilai kesesuaian laporan
keuangan dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Secara umum, kerangka dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi
keuangan bagi berbagai pengguna, acuannya adalah SAK, SAK ETAP, dan IFRS,
selain itu diatur dalam standar auditing 700 (SA 700). Secara khusus, kerangka
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pengguna
tertentu, acuannya adalah basis kas, peraturan pajak, dan ketentuan regulator,
selain itu diatur juga dalam standar auditing 800 (SA 800).
Kerangka pelaporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu fair presentation
framework (kerangka penyajian wajar) dan compliance framework (kerangka
kepatuhan).

2.3. Pertimbangan Opini Auditor


Menurut Arens (2017:51) dan SA 705 paragraph 7-15 opini auditor dibagi
menjadi 5, yaitu:
1. Standard Unmodified Opinion (Wajar Tanpa Pengecualian)
Jika auditor tidak menemukan adanya kesalahan pada keseluruhan laporan
keuangan. Dan laporan keuangan dibuat berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku atau SAK. Dengan syarat laporan keuangan mampu memenuhi hal
berikut ini maka akan terjadi opini wajar tanpa pengecualian.
a. Laporan keuangan pada proses audit disajikan secara lengkap dan baik.
8

b. Semua bukti audit keuangan yang dibutuhkan juga lengkap serta


memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Standar umum telah dipenuhi dalam kinerja yang mengikat secara
penuh dalam mewujudkan laporan keuangan yang lengkap.
d. Adanya sajian lampiran yang didasarkan pada konsistensi serta prinsip
akuntansi yang berlaku.
e. Pada perkembangan di masa depan tidak ditemukan ketidakpastian
yang cukup berarti.
2. Unmodified Opinion with Emphasis-of-matter Explanatory Paragraph or
Nonstandard Wording (Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf
Penjelasan)
Keadaan tertentu membuat auditor harus menambahkan suatu paragraf
penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
Auditor menyampaikan pendapat ini jika:
a. Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan IFRS
b. Keraguan besar akan konsep going concern Auditor ingin menekankan
suatu hal
3. Qualified (Wajar dengan Pengecualian)
Pendapat wajar disertai pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di seluruh Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Suatu laporan yang diterbitkan dengan qualified opinion apabila auditor
yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara
wajar tetapi ada pembatasan ruang lingkup audit atau data keuangan
menunjukan kelalaian dalam mengikuti IFRS/PSAK.
4. Adverse (Tidak Wajar)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan yang tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas entitas
tertentu sesuai dengan standar akuntansi di Indonesia. Suatu laporan yang
9

diterbitkan mendapat opini tidak wajar apabila auditor yakin bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau
menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
perusahaan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan IFRS.
5. Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
Pernyataan tidak memberikan pendapat yang menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan
saat auditor merasa tidak puas dengan seluruh laporan keuangan yang
disajikan. Suatu laporan audit yang tidak diberikan pendapat yaitu apabila
auditor tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar atau auditor merasa tidak
independen. Hal ini dapat dilakukan oleh auditor jika saat pada tahapan
awal persiapan audit, perusahaan yang akan diaudit tersebut memiliki
integritas yang kurang dan/atau setelah mengobservasi terlebih dahulu
melalui tim pengendalian internal perusahaan yang diaudit ternyata
pengendalian internal nya sudah ketahuan buruk. Maka auditor boleh untuk
tidak memberikan pendapat.
Dalam merumuskan opini tersebut, auditor mempertimbangkan beberapa
hal diantaranya:
1. Materialitas
Materialitas merupakan pertimbangan penting dalam menentukan jenis
laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu (Arens, 2017:60).
Auditor akan mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas
yang sebenarnya?
b. Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari
periode yang lalu), secara terpisah atau tergabung dapat menyebabkan
salah saji yang material?
Materialitas diatur dalam SA 700 paragraph 10-15.
2. Bukti audit
10

Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk


menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 2017:4). Hal-hal yang
dipertimbangkan oleh auditor adalah:
a. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
b. Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
c. Apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir
tahun menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit?
Bukti audit ini diatur dalam SA 700 paragraph 17 dan SA 705 paragraph 6.
3. Kebijakan akuntansi
Hal-hal yang dipertimbangkan oleh auditor dalam hal kebijakan akuntansi
adalah:
a. Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi
yang signifikan yang dipilih dan diterapkan?
b. Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah
konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan tepat?
Hal ini diatur dalam SA 700 paragraph 15.
4. Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan merupakan pelepasan informasi keuangan mengenai suatu
perusahaan dalam suatu laporan keuangan, umumnya berupa laporan
tahunan. Dalam pengungkapan laporan keuangan, hal-hal yang menjadi
pertimbangan auditor diantaranya:
a. Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
b. Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
c. Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap
laporan keuangan,sudah tepat?
d. Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
relevan, andal,dapat dibandingkan,dapat dipahami, dan cukup?
11

e. Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang


memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa
yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan?
Hal ini diatur dalam SA 700, SA 705, SA 706, SA 800, dan SA 805.
5. Fair Presentation Framework
a. Apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan
keuangan termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan
dengan benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya sesuai
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah
(auditor) perlu memberikan disclosures tambahan untuk memastikan
tercapainya fair presentation?
b. Apakah laporan keuangan, sesudah memasukan adjustments yang
dibuat manajemen sebagai bagian dari proses audit, konsisten, dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?

2.4. SPAP yang Mengatur Fair Presentation


Standar Profesional Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat SPAP
adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh
Akuntan Publik dalam pemberian jasanya. Standar profesional akuntan publik
berupa buku yang berisi kodifikasi berbagai standar yang disusun oleh dewan
standar profesional akuntan publik dan Aturan etika kompartemen akuntan publik
yang dikeluarkan oleh kompartemen akuntan publik.
Standar Audit (SA) mengatur tentang standar yang digunakan oleh praktisi
saat melaksanakan kegiatan audit atas laporan keuangan historis. Berbeda dengan
standar audit sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak membagi standar audit ke
dalam tiga kategori yakni Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan
Standar Pelaporan. Namun standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis
ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan Auditing yang dibagi ke dalam 6
bagian dan 36 standar. (Sari, dkk, 2020:29)
Tabel 2.1
12

Standar Profesional Akuntan Publik

SA 700 Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan

SA 705 Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen

SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain Dalam
Laporan Auditor Independen

SA 800 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang


Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

SA 805 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal


dan Suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan
Keuangan

Sumber: IAPI, 2013


Tabel 2.2
SA 700

SA 700

Perumusan Terdapat dalam paragraph 10-15


suatu Opini atas ● Paragraph 10: Auditor harus merumuskan suatu opini tentang
laporan apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
keuangan material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
● Paragraph 11: Untuk merumuskan opini tersebut, auditor
harus menyimpulkan apakah audítor telah memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
● Paragraph 12: Auditor harus mengevaluasi apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang
13

berlaku.
● Paragraph 13: Secara khusus, auditor harus mengevaluasi
● Paragraph 14: Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan
suatu kerangka penyajian wajar, pengevaluasian yang
diharuskan oleh paragraf 12-13 juga harus mencakup apakah
laporan keuangan mencapai penyajian wajar.
● Paragraph 15: Auditor harus mengevaluasi apakah laporan
keuangan merujuk secara memadai pada, atau menjelaskan,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Bentuk opini Terdapat pada paragraph 16-19


● Paragraph 16: Auditor harus menyatakan opini tanpa
modifikasian
● Paragraph 17: Menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit
yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak
bebas dari kesalahan penyajian material
● Paragraph 18: Jika laporan keuangan disusun sesuai dengan
ketentuan suatu kerangka penyajian wajar tidak mencapai
penyajian wajar, maka auditor harus mendiskusikan hal
tersebut dengan manajemen
● Paragraph 19: Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan
suatu kerangka kepatuhan, auditor tidak diharuskan untuk
mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapa penyajian
wajar.

Laporan Terdapat pada paragraph 20-42a


Auditor ● Judul, Pihak Yang Dituju, Paragraph Pendahuluan, Tanggung
Jawab Manajemen Atas Laporan Keuangan, Tanggung Jawab
Auditor, Opini Auditor, Tanggung Jawab Pelaporan Lainnya,
Tanda Tangan Auditor, Tanggal Laporan Auditor, Tanggal
Laporan Audit, Alamat Auditor, Bentuk Baku Laporan Auditor
14

Tanpa Modifikasian

Sumber: IAPI, 2013

Tabel 2.3
SA 705

SA 705

Kondisi yang Paragraph 6: Auditor harus memodifikasi opini dalam


Mengharuskan laporan auditor ketika:
Dilakukannya a. Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang
Modifikasi diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas
Terhadap Opini dari kesalahan penyajian material; atau

Auditor b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

Penentuan Tipe Terdapat dalam paragraph 7-15


Modifikasi ● Paragraph 7: Opini Wajar Dengan Pengecualian
Terhadap Opini ● Paragraph 8: Opini Tidak Wajar
Auditor ● Paragraph 9-10: Opini Tidak Menyatakan Pendapat
● Paragraph 11-14: Konsekuensi Dari Ketidakmampuan Untuk
Memperoleh Bukti Audit Yang Cukup Dan Tepat Yang
Disebabkan Oleh Pembatasan Yang Dilakukan Oleh
Manajemen Setelah Auditor Menerima Perikatan
● Paragraph 15: Pertimbangan Lain Yang Berkaitan Dengan
Opini Tidak Wajar Atau Opini Tidak Menyatakan Pendapat
15

Bentuk Dan Isi Terdapat dalam paragraph 16-27


Laporan Auditor ● Paragraph 16-21: Basis Untuk Paragraph Modifikasi
Ketika Opini ● Paragraph 22-25: Paragraph Opini
Dimodifikasi ● Paragraph 26: Penjelasan Tanggung Jawab Auditor Ketika
Auditor Menyatakan Suatu Opini Wajar Dengan Pengecualian
Atau Opini Tidak Wajar
● Paragraph 27: Penjelasan Tentang Tanggung Jawab Auditor
Ketika Auditor Menyatakan Suatu Opini Tidak Menyatakan
Perndapat

Sumber: IAPI, 2013


Tabel 2.4
SA 706

SA 706

Paragraf ● Paragraph 6: Jika menurut auditor perlu untuk menarik


Penekanan perhatian pengguna laporan keuangan atas suatu hal yang
Suatu Hal dalam disajikan, maka auditor harus mencantumkan paragraf

Laporan Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor selama auditor

Auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup


● Paragraph 7: Paragraf Penekanan Suatu Hal

Paragraf Hal ● Paragraph 8: Jika menurut auditor perlu untuk


Lain dalam mengomunikasikan suatu hal lain selain yang telah disajikan
Laporan maka auditor harus mencantumkan Suatu paragraf dalam

Auditor laporan auditor dengan judul "Hal Lain"

Komunikasi ● Paragraph 9: Jika auditor akan mencantumkan suatu paragraf


dengan Pihak Penekanan Suatu Hal atau suatu paragraf Hal Lain dalam
yang laporannya, maka auditor harus mengomunikasikan

Bertanggung ekspektasi tersebut beserta susunan kata-kata terkait dalam


16

Jawab atas Tata laporan auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas
Kelola tata kelola.

Sumber: IAPI, 2013


Tabel 2.5
SA 800

SA 800

Perumusan ● Paragraph 11: Ketika merumuskan suatu opini dan


opini dan melaporkan laporan keuangan bertujuan khusus, auditor
pertimbangan harus menerapkan ketentuan dalam SA 700

dalam pelaporan ● Paragraph 12-13: Penjelasan tentang Kerangka Pelaporan


Keuangan yang Berlaku
● Paragraph 14: Peringatan bagi Pengguna Laporan Auditor
bahwa Laporan Keuangan Disusun sesuai dengan Suatu
Kerangka Pelaporan Khusus

Sumber: IAPI, 2013


Tabel 2.6
SA 805

SA 805

Perumusan opini ● Paragraph 11: Pada waktu perumusan opini dan pelaporan
dan atas suatu laporan keuangan tunggal atau unsur tertentu
pertimbangan dalam laporan keuangan, auditor harus menerapkan

pelaporan ketentuan dalam SA 700 disesuaikan seperlunya dengan


kondisi dalam perikatan
● Paragraph 12-13: Pelaporan atas Satu Laporan Keuangan
Entitas yang Lengkap dan Dalam Suatu Laporan Keuangan
Tunggal atau Unsur Tertentu dalam Laporan Keuangan
● Paragraph 14-17: Opini Modifikasian, Paragraf Penekanan
Suatu Hal, atau Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor atas
17

Laporan Keuangan Entitas yang Lengkap

Sumber: IAPI, 2013

2.5. Kasus yang Berkaitan dengan Fair Presentation


Dalam praktiknya terdapat beberapa perusahaan yang menyalahi aturan
mengenai fair presentation, di bawah ini terdapat beberapa kasus perusahaan yang
berkaitan dengan fair presentation, diantaranya adalah:
1. Kasus PT Garuda
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil
membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017
yang merugi US$216,58 juta menuai polemik. Dua komisaris Garuda Indonesia,
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan
keuangan 2018. Keduanya menolak pencatatan transaksi kerja sama penyediaan
layanan konektivitas (wifi) dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero
Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran
yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018. Chairul Tanjung dan Dony Oskaria
merupakan perwakilan dari PT Trans Airways selaku pemegang saham Garuda
Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen. Hingga saat ini, polemik
laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir. Berikut adalah
kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:
a. 1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan
tahun buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan
keuangannya, perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil meraup laba
bersih sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang
merugi sebesar US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08
juta.
b. 24 April 2019
18

Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)


di Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan
keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda
Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT
Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan
dalam RUPST. Chairul sempat meminta agar keberatan itu dibacakan dalam
RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.
Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018. Trans Airways berpendapat angka transaksi
dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga
mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja
sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan
sebenarnya masih merugi US$244,96 juta. Dua komisaris berpendapat
dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan
menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari yang
sebelumnya rugi menjadi untung. Selain itu, catatan tersebut membuat
beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk
membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran
dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
c. 25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai
kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham
perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada
penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4). Harga saham Garuda
Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per
saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan
perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi Rp466 per saham atau turun
persen. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil
manajemen Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara
pihak komisaris dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku
19

2018. Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil


kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan
selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan
pada Selasa (30/4).
d. 26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan
membahas kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR
RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda
Indonesia dengan manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses.
Dalam rapat itu akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah pihak yang
berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah
tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019. Selain
itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat
Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan
keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris. Dalam surat tersebut disebutkan
pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan publik terhadap
harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia maskapai tersebut.
Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah akan
melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan
karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang
saham dengan manajemen saat ini.
e. 30 April 2019
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia
terkait kisruh laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama
auditor yang memeriksa keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). Di saat yang
sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa
menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP
20

merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda


Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik. Kendati sudah melakukan
pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu, namun
Kemenkeu masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
f. 2 Mei 2019
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran
atau perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan
keuangan Garuda 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan
maskapai Garuda ini juga mengundang tanggapan dari Menteri
Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
g. 3 Mei 2019
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan
keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung
Garuda ini mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan
keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena memasukan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi.
h. 8 Mei 2019
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata
Aero Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan
pada tanggal 3 November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar
dinilai berani menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.
Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan
utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan
dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
i. 21 Mei 2019
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini
dimintai keterangan oleh komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan
tersebut. Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti
Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan
keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT
21

Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang


dapat dinikmati secara gratis. Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober
2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk piutang sebesar
USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya
merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
j. 14 Juni 2019
Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait
laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini merupakan auditor
untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik.
Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak
sesuai dengan standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih
menunggu koordinasi dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal
dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan
(Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor pada laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
k. 18 Juni 2019
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final
dari OJK terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen
bursa saat itu telah berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum
membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa.
l. 28 Juni 2019
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi
dari berbagai pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor
laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner
Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018. Untuk Auditor,
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama
12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran
22

Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan


untuk membayar denda Rp100 juta. Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang
diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia harus membayar Rp100 Juta.
Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan membayar Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan,
Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia.
Adapun sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta
kepada maskapai berlambang burung Garuda itu.
2. Kasus Kab. Seram Bagian Barat
Pada tanggal 21 Oktober 2015 BPK RI mempublikasikan Laporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten
Seram Bagian Barat (SBB) yang bertempat di Kantor BPK RI Perwakilan
Provinsi Maluku. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten SBB
(Julius M. Rotasouw), Wakil Bupati SBB (Mohammad Husni) dan Inspektur
Kabupaten SBB (S. Lestaluhu), sedangkan dari BPK RI Perwakilan Maluku
dihadiri oleh Kepala Perwakilan BPK RI Perwakilan Maluku didampingi oleh
Kepala Sub Auditorat, Kepala Sekretariat Perwakilan dan Tim Pemeriksa LKPD
SBB TA 2014.
Opini atas LKPD Kabupaten SBB TA 2014 adalah Tidak Memberikan
Pendapat (TMP) atau sama di tahun sebelumnya, Tim Pemeriksa BPK RI
Perwakilan Maluku tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan, lingkup
pemeriksaan BPK tidak cukup untuk memungkinkan BPK menyatakan pendapat
atas LKPD SBB TA 2014. Pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan
BPK bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran Penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat dengan memperhatikan
kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
dan efektivitas sistem pengendalian intern.
Discleimer atau tidak menyatakan pendapat adalah opini terburuk terhadap
pemerintah/kementerian/lembaga atas hasil audit laporan keuangan yang
dilakukan BPK RI. Dan alhamdulillah hasil pemeriksaan BPK RI terhadap
23

laporan keuangan tahun 2018 kita, mendapatkan hasil yang menggembirakan.


Tentunya hal ini menjadi langkah maju, langkah dasar yang kuat untuk kita
menjadi lebih baik lagi.
Pada tanggal 25 Mei 2019 Pemerintah Kabupaten SBB selama 12 tahun ini
selalu mendapatkan discleimer opinition dari BPK RI atas laporan keuangan, dan
alhamdulillah atas kerja keras semua pihak di bawah petunjuk Bupati yang baru 2
tahun memimpin ini, kita bisa keluar dari discleimer. Tentunya hal ini menjadi
satu kebanggaan bagi kita. Saya harap ini tidak lantas menjadikan kita berbesar
hati dan berpuas diri, namun mari kita jadikan hasil ini sebagai cambuk untuk
bekerja lebih baik lagi hingga nantinya kita mendapatkan hasil WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian).
Pada tanggal 15 Juli 2020 Kabupaten SBB mendapatkan Opini WDP
disebabkan masih banyaknya aset pemkab, baik aset bergerak maupun tidak
bergerak yang perlu ditertibkan, serta pengembalian kerugian negara yang
disebabkan pihak ke-3 dan OPD di lingkup Pemkab SBB yang belum tuntas.
Sistem akuntabilitas kita sudah memadai, SPIP kita pun sudah membaik walaupun
masih ada sedikit kekurangan.
3. Kasus Bakrie Telecom
Pada perdagangan sesi II Senin (27/5/2019), Bursa Efek Indondesia (BEI)
menghentikan sementara perdagangan emiten telekomunikasi asuhan Grup
Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Dalam keterbukaan informasi, BEI
menyebutkan alasan suspense BTEL kali ini adalah karena perusahaan
memperoleh 'Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)' dari akuntan public
(KAP) selama 2 tahun berturut-turut, yaitu periode 31 Desember 2018 dan 31
Desember 2017. Menanggapi keputusan tersebut, manajemen BTEL buka suara
dan menyampaikan bahwa opini disclaimer diberikan karena proses
restrukturisasi Wesel Senior oleh Bakrie Telecom Pte. Ltd belum selesai atau
masih dalam tahap finalisasi.
Alhasil, KAP menilai perusahaan belum memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian perdamaian yang telah disahkan
dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh Pengadilan
24

Niaga Jakarta Pusat pada 9 Desember 2014. Manajemen perusahaan


menambahkan bahwa aktifitas bisnis BTEL masih berjalan seperti biasa dan
terkait proses restrukturisasi tersebut, perusahaan terus menjalin komunikasi
dengan para kreditur agar dapat segera diselesaikan. Perusahaan juga akan
menyelenggarakan public expose insidentil untuk memberikan penjelasan terkait
isu di atas.
Sebagai informasi opini disclaimer umumnya diberikan ketika KAP merasa
bahwa ruang lingkup pemeriksaannya dibatasi sehingga auditor tidak
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar audit yang berlaku. Alasan
lainnya termasuk meragukan nilai yang disajikan pada laporan keuangan,
perusahaan sedang menjalani kasus hukum, dan atau auditor tidak yakin atas
keberlangsungan bisnis perusahaan di masa mendatang.

2.6. Penelitian Terdahulu


2.6.1. Determinan Pertimbangan Auditor dalam Merumuskan Opini Audit
Going Concern Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini dilakukan oleh Haris Arrasyid dan Mujennah (2020). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja pertimbangan auditor dalam
merumuskan opini audit going concern pada perusahaan go public di BEI.
Variabel-variabel yang terkait dengan determinan pertimbangan auditor dalam
penelitian ini diantaranya adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
kondisi keuangan, financial distress, dan leverage.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kondisi keuangan, financial distress, dan
leverage berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
25

2.6.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menindaklajuti Opini Disclaimer


atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Seram
Bagian Barat Provinsi Maluku
Penelitian ini dilakukan oleh Jusrizal, Bambang Supriyadi, Baharuddin
Tahir pada tahun 2019. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK,
menunjukkan perolehan opini Kabupaten Seram Bagian Barat mulai pada tahun
2008 sampai tahun 2017 selalu memperoleh opini disclaimer. Berdasarkan hal
tersebut peneliti mengambil judul “Strategi Pemerintah Daerah dalam
menindaklanjuti Opini Disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, strategi pemerintah daerah dalam
menindaklanjuti opini disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku belum berjalan secara optimal,
hal ini terjadi karena masih terbatasnya sumber daya manusia dibidang akuntansi,
teknik sipil, dan IT, belum tersedianya tenaga auditor pada Inspektorat Kabupaten
Seram Bagian Barat, penganggaran peningkatan kompetensi SDM masih belum
memadai, masih rendahnya kualitas reviu atas LKPD oleh Inspektorat Daerah,
penyajian dan penyusunan LKPD masih belum sesuai dengan SAP sepenuhnya,
upaya tindak lanjut temuan aset yang lama belum terselesaikan, sistem
pengendalian intern masih lemah, dan masih rendahnya kapabilitas APIP
Kabupaten Seram Bagian Barat. Adapun faktor yang mendukung adalah adanya
komitmen yang kuat oleh Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat, adanya
regulasi yang mendukung, dukungan anggaran penyelesaian laporan yang
memadai, penerapan teknologi informasi telah memadai, adanya tim konsultan
keuangan, peran perwakilan BPKP Provinsi Maluku dalam melakukan penguatan
kapabilitas APIP. Sedangkan faktor yang menghambat adalah terbatasnya aparatur
yang profesional, keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan,
permasalahan aset. Adanya kebijakan pergantian kepala SKPD dan bendahara
yang cepat, belum maksimalnya kerjasama antara DPRD dan Pemerintah Daerah.
Adapun langkah-langkah strategis yang peneliti ajukan bagi pemerintah daerah
dalam menindaklajuti opini disclaimer adalah membentuk Tim Terpadu yang
26

berfungsi dalam penerapan akuntansi, pengelolaan BMD dan tindak lanjut temuan
BPK di SKPD jangka panjang, membuat rencana aksi dengan melibatkan
Pemerintah Daerah dan BPKP Provinsi Maluku, mengadakan bimtek ataupun
diklat yang bersifat aplikatif yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah
untuk menciptakan akuntan yang handal, meningkatkan kapabilitas APIP dan
penguatan SPIP secara serius dengan melakukan MOU antara Pemerintah
Kabupaten Seram Bagian dengan Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Maluku.

2.6.3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Debt Default dan


Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris
Pada Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)
Penelitian ini dilakukan oleh Sri Utami pada tahun 2020. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji pengaruh opini audit tahun sebelumnya, debt default dan
profitabilitas terhadap opini audit going concern Pada Perusahaan Sektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2014-2018.
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern karena salah satu
pertimbangan auditor pada pemberian opini adalah opini audit tahun sebelumnya.
Auditor akan membandingkan data pada tahun kerja dengan data pada tahun
sebelumnya. Karena kondisi keuangan perusahaan tidak menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya, sehingga auditor menerbitkan opini audit
going concern.
Sedangkan debt default tidak berpengaruh terhadap opini going concern
karena auditor tidak memberikan pernyataan opini audit going concern
berdasarkan status hutang perusahaan. Namun auditor lebih menilai bagaimana
upaya perusahaan dalam kelangsungan usahanya dari faktor produksinya maupun
penjualannya meskipun perusahaan belum membayarkan hutangnya tetapi dalam
upaya perusahaan berjalan efektif, maka auditor akan mempertimbangkan hal lain
dalam mengeluarkan opini audit going concern dan profitabilitas tidak
27

berpengaruh terhadap opini audit going concern karena adanya financial leverage
yang ditanggung perusahaan relatif tinggi, sehingga peningkatan laba yang
diperoleh perusahaan tidak diimbangi dengan penurunan kewajiban yang dimiliki
oleh perusahaan. Selain itu, auditor tidak hanya mendasarkan pada profitabilitas
untuk menerbitkan opini audit going concern, namun auditor juga akan melihat
dan menganalisis seluruh rasio keuangan perusahaan dalam rangka penerbitan
opini audit going concern.

2.6.4. Faktor yang Menyebabkan Opini Auditor Atas Laporan Keuangan


Wajar Dengan Pengecualian
Penelitian ini dilakukan oleh Novita Anggraini dan Sugeng Praptoyo pada
tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor
yang menyebabkan auditor memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya tahun 2010 dan 2011.
Dari hasil penelitian menunjukan Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Surabaya tahun 2010 dan 2011, yang menyebabkan mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian dikarenakan adanya penyajian piutang pajak belum disajikan
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, penerimaan dan pengeluaran terkait
kontruksi dan pemeliharaan jaringan utilitas tidak melalui mekanisme APBD, dan
Pemerintah Kota Surabaya belum bisa menunjukkan bukti penguasaan dan
kepemilikan atas Mobil Tangga Pemadam Kebakaran Min 52M hasil pengadaan
Tahun 2010. Pada Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya tahun 2010,
faktor yang menyebabkan mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian lebih
dominan terhadap kelemahan sistem pengendalian intern. Sedangkan pada tahun
2011 lebih dominan pada faktor ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Fair Presentation adalah konsep yang menuntut adanya informasi laporan
keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi
keuangan,hasil operasi, dan aliran kas perusahaan. Dengan demikian fair
presentation merupakan suatu penyajian wajar dalam menyajikan informasi dalam
laporan keuangan entitas. Kewajiban untuk melaporkan sesuai dengan kebenaran
dan ketepatan. Penemuan-penemuan, kesimpulan, dan laporan-laporan audit harus
dapat mencerminkan secara benar, tepat, dan lengkap seluruh aktivitas audit.
Setiap pendapat-pendapat yang berbeda dan tidak terpecahkan diantara team audit
dengan auditee dan setiap kendala yang terjadi harus dilaporkan. Auditing
berkonsentrasi pada kewajaran data keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan. Kewajaran data keuangan merupakan cerminan dari kondisi keuangan
yang benar-benar terjadi di sebuah entitas. Istilah untuk menyebut hal tersebut
adalah “presents fairly”. Inti dari auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor
untuk memberikan pendapatnya mengenai penyajian yang wajar dalam data
keuangan. Auditor bertanggung jawab atas opini yang dia berikan, maka dari itu
konsep “fairly presentation” atau penyajian yang wajar sangat penting agar
auditor dapat memberikan opini yang benar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Novita, Sugeng Praptoyo. 2017. Faktor yang Menyebabkan Opini


Auditor Atas Laporan Keuangan Wajar Dengan Pengecualian. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 2. ISSN: 2460-0585.
Arrasyid, Haris, Mujennah. 2020. Determinan Pertimbangan Auditor dalam
Merumuskan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Go Public di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia volume 21 Nomor 2.
Arens, Alvin A, dkk. 2017. Auditing and Assurance Services: An Integrated
Approach 16th edition. Pearson.
BPK RI. 21 Oktober 2015. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat. Diakses
pada 31 Mei 2021, dari
https://maluku.bpk.go.id/penyerahan-laporan-hasil-pemeriksaan-atas-lapora
n-keuangan-pemerintah-kabupaten-seram-bagian-barat/.
CNBC Indonesia. 31 Mei 2019. Disuspensi & Lapkeu Disclaimer, Ini Penjelasan
Bakrie Telecom. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190531181345-17-76239/disuspe
nsi-lapkeu-disclaimer-ini-penjelasan-bakrie-telecom.
CNN Indonesia. 30 April 2019. Kronologi Kisruh Laporan Keuangan Garuda
Indonesia. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kron
ologi-kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia.
CNN Indonesia. 8 Januari 2020. Kronologi Kasus Jiwasraya, Gagal Bayar
Hingga Dugaan Korupsi. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200108111414-78-463406/krono
logi-kasus-jiwasraya-gagal-bayar-hingga-dugaan-korupsi.
Hayes, Rick, Phillip Wallage, Hans Gortemaker. 2015. Principles of Auditing: An
Introduction to International Standards on Auditing Third Edition. Pearson.

29
30

Jusrizal, Bambang Supriyadi, Baharuddin Tahir. 2019. Strategi Pemerintah


Daerah Dalam Menindaklajuti Opini Disclaimer Atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Di Kabupate Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.
Kompas. 9 Januari 2020. Simak, Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya. Diakses
pada 31 Mei 2021, dari
https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi
-lengkap-kasus-jiwasraya-versi-bpk?page=all.
Liputan 6. 15 Januari 2020. Perjalanan Kasus Jiwasraya Hingga Penetapan
Tersangka. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
https://www.liputan6.com/news/read/4155743/perjalanan-kasus-jiwasraya-h
ingga-penetapan-tersangka.
Manao, Hekinus. 2007. Modul Filosofi Auditing Edisi Kedua. Bogor: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.
Mautz, R.K, Hussein A. Sharaf. 1993. The Philosophy of Auditing (Seventeenth
Printing). Florida: American Accounting Association.
Okezone. 28 Juni 2019. Kronologis Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia
hingga Kena Sanksi. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasu
s-laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3.
Sari, dkk. 2020. Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International Standards on
Auditing (ISA). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
sbbkab.go.id. 15 Juli 2020. Berhasil Dua Kali WDP, Inspektorat Optimis KAB
SBB Raih WTP 2021. Diakses pada 31 Mei 2021, dari
http://sbbkab.go.id/berhasil-dua-kali-wdp-inspektorat-optimis-kab-sbb-raih-
wtp-2021/.
Utami, Sri. 2020. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya, Debt Default, dan
Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi empiris pada
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai