Dosen :
Devianti Yunita H, SE., MT., Ak, CA R.
Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak,CA
Disusun oleh :
Fitri 120620200511
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW sebagai pendidik
dan pembawa petunjuk bagi manusia, untuk mengeluarkan dunia ini dari kegelapan
menuju cahaya dan menunjukkan kepada manusia jalan Allah yang lurus. Semoga
shalawat dan salam juga terlimpahkan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW,
kepada para sahabatnya dan orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari
pembalasan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4
Care ......................................................... 6
12
Penyimpangan .................................. 14
3
2.4.1 Tanggungjawab untuk Meninjau Pengendalian Internal .................
.................................................................... 22
2.5 Kasus..........................................................................................................
23 2.5.1 Kasus
Pertama.................................................................................. 23 2.5.2
2.6 Jurnal..........................................................................................................
25 2.6.1 Jurnal
Pertama.................................................................................. 25 2.6.2
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kecermatan profesional berarti kecermatan dan kompetensi yang
sewajarnya, tidak berarti kesempurnaan atau kinerja yang luar biasa. Dengan
demikian, kecermatan profesional hanya menuntut auditor untuk melakukan
pemeriksaan dan verifikasi sampai batas-batas yang wajar. Sekaligus, auditor tidak
dapat memberikan jaminan mutlak bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan
tidak ada. Namun demikian, kemungkinan penyimpangan material atau
ketidakpatuhan perlu selalu diperhatikan oleh auditor setiap kali melakukan
penugasan audit.
Kualitas audit menurut Arens et al (2015) adalah seberapa baik audit
mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan. Aspek
deteksi adalah refleksi dari kompetensi auditor, sedangkan pelaporan adalah
refleksi dari etika atau integritas auditor, khususnya independensi. De Angelo
(1981)
membuktikan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua faktor, yaitu kompetensi
auditor dalam menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan
independensi auditor dalam melaporkan temuan tersebut. Auditor memiliki
tanggung jawab yang besar, merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja pada
kantor akuntan publik untuk memiliki independensi dan kompetensi yang tinggi.
Kualitas audit erat kaitannya dengan professional due care. karena ketika
auditor ingin menghasilkan laporan audit yang berkualitas, auditor harus
menerapkan due professional care dalam setiap penugasan auditnya. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
2
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh professional due care terhadap
kualitas audit pada auditor.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Indikator untuk mengukur Skeptisisme Professional auditor
adalah sebagai berikut :
a. Adanya penilaian yang kritis, tidak menerima begitu saja
b. Berpikir terus-menerus, bertanya dan mempertanyakan c.
Membuktikan kesahan dan bukti audit yang diperoleh d.
Waspada terhadap bukti audit yang kontradiktif
e. Mempertanyakan keandalan dokumen dan jawaban atas
pertanyaan serta informasi lain
2. Keyakinan yang Memadai
Merupakan persepsi auditor atas simpulan bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik karena kekeliruan
ataupun kecurangan. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai
karena sifat bukti audit terdapat kecurangan.
Indikator untuk mengukur keyakinan yang memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material adalah sebagai
berikut :
a. Mempunyai sikap dapat dipercaya dalam mengaudit laporan
keuangan
b. Mempunyai kompetensi dalam mengaudit laporan keuangan
c. Mempunyai sikap kehati-hatian dalam mengaudit laporan
keuangan
2.1.3 Indikator Due Professional Care
Indikator Due Professional Care yang terdapat dalam
penelitian Agustin (2013) diantaranya adalah :
1. Menggunakan kecermatan dan keterampilan dalam bekerja
Auditor wajib menggunakan kecermatan dan keterampilan yang
dimilikinya dengan mempelajari, memahami dan menerapkan
ketentuan-ketentuan dalam prinsip akuntansi dan standar
auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan.
5
2. Memiliki kesungguhan dalam melaksanakan tanggung jawabnya
Seorang auditor tidak diperkenankan memihak kepada
kepentingan siapapun. Karena jika seorang auditor memihak
terhadap kepentingan salah satu pihak maka ia tidak dapat
mempertahankan kebebasan pendapatnya, sehingga hasil
pemeriksaannya tidak dapat dipercaya dan tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan para pengguna
laporan keuangan tersebut.
3. Kompeten serta berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya
Seorang auditor harus memiliki kemampuan dalam memahami
pengendalian yang memadai untuk merencanakan pelaksanaan
audit serta selalu berhati-hati dalam melaksanakan prosedur
audit agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal
untuk para penggunanya.
4. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan,
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, auditor selalu
diwajibkan untuk bersikap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya kesalahan dan ketidakteraturan serta ketidakpatuhan
pada laporan keuangan perusahaan baik secara sengaja maupun
tidak sengaja.
5. Waspada terhadap resiko yang dapat mempengaruhi objektivitas
pemeriksaan
Auditor juga diwajibkan bersikap waspada terhadap
kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi yang dapat
mempengaruhi objektivitasnya dalam melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sehingga dapat
menghasilkan opini yang tepat.
2.1.4 Tujuan Due Professional Care
Tujuan dari penggunaan sikap Due Professional Care
menurut Sukrisno dan Hoesada (2012:22) yaitu upaya pelaksanaan
audit yang dilakukan sehingga tidak berdampak merugikan kepada
6
para pihak yang terkait serta memiliki kepedulian akan
kemungkinan yang akan terjadi akibat dari kecermatan audit yang
tidak baik dalam melaksanakan keperluan penghindaran risiko
audit.
7
diungkapkan bahwa adanya penyimpangan yang terjadi. Adapun
penyimpangan- penyimpangan tersebut meliputi:
1. Materiality
2. Niat (Intent)
8
3. Hubungan dengan Pengendalian Internal (Relationship to Internal
Control)
12
Pemeriksaan dimana itu menjadi pemeriksaan berturut turut. Jika
direncanakan dengan hati-hati dan dilakukan sesuai jadwal, maka
harus diungkapkan.
13
2.2.7. Profesional Bukti Audit dan Penyimpangan (Audit Evidence and
Irregularities)
14
menguntungkan. Dia harus melakukan penilaian yang bijaksana
seperti orang lain yang memiliki tingkat informasi yang sama yang
tersedia baginya pada saat itu.
2. Wajib menggunakan dengan kecerdasan yang wajar pengetahuan
yang dimilikinya. Ia dianggap memiliki pengetahuan
sebanyak-banyaknya tentang fakta-fakta dasar dan hukum alam,
tentang kemampuan dan keterbatasannya sendiri, tentang
kehidupan di negara ini, tentang bahaya normal dan sifat-sifat
benda yang berbahaya. hewan, dan sebagainya yang akan diperoleh
oleh manusia yang berakal sehat. Jika ia bertindak dalam
lingkungan tertentu atau menjalin hubungan dengan orang atau
hal-hal yang akan memberikan pengetahuan atau pengalaman
khusus kepada orang yang cukup cerdas, ia dianggap memiliki
pengetahuan
tersebut. Selanjutnya, seiring kemajuan ilmu pengetahuan,
lebih banyak pengetahuan.menjadi tersedia bagi semua, dan orang
yang bijaksana diharapkan untuk mengikuti komunitasnya baik
secara umum maupun dalam pengetahuan khusus. Dalam
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya,
orang yang bijaksana dianggap memiliki kemampuan rata-rata
untuk melihat risiko dan konsekuensinya. Dia diharapkan
menyadari ketidaktahuannya sendiri dan untuk melihat risiko
melanjutkan atau bertindak dalam keadaan tidak tahu tentang
potensi bahaya.
3. Diasumsikan memiliki dan menjalankan Keterampilan yang wajar
dalam kegiatan biasa dan pekerjaannya. Dalam hal ini dia dituntut
untuk melatih tingkat keterampilan yang dimiliki oleh kelas umum
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan atau bidang pekerjaan itu.
Ini berlaku apakah dia seorang pemula atau tidak: selama dia
bertindak dalam kapasitas tertentu, dia dipegang oleh standar
orang-orang yang cukup terampil dan berpengalaman dalam
kapasitas itu. Sejauh orang yang bijaksana memiliki cacat atau
kelemahan fisik, dia tidak dapat dituntut untuk bertindak
15
seolah-olah dia tidak memiliki batasan seperti itu, tetapi dia dapat
diminta untuk berperilaku seperti orang yang berakal sehat yang
memiliki kelemahan yang sama. Yaitu ia harus menggunakan
pengamanan yang akan diterapkan oleh orang yang berakal sehat
dalam kondisi yang sama.
4. Wajib mengakui dan memperhatikan pengalamannya. Jika.
misalnya, orang yang berakal sehat mendapati dirinya atau orang
lain "rawan kecelakaan". Dia akan mengambil tindakan pencegahan
ekstra untuk menghindari kecelakaan dan cedera. Orang yang
bijaksana diharapkan menunjukkan kewaspadaan yang sama.
2.3.2 The Prudent Auditor (Auditor yang bijak)
Due care artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan
selalu pemeriksaan mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral
yang berlaku. Konsep kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada
isu pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor yang
bertanggungjawab. Dalam auditing disebut prudent auditor. Tanggung
jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal dengan konsep
konservatif.
Garis besar pemikirannya mengenai tanggung jawab kehati hatian
olehseorang prudent auditor.
1. Praktisi audit yang berhati-hati akan mengambil langkah-langkah
untuk memperoleh pengetahuan yang tersedia yang akan
memungkinkannya meramalkan risiko yang tidak wajar atau
merugikan orang lain.
2. Setiap keadaan atau hubungan yang tidak biasa harus
dipertimbangkan oleh auditor dalam merencanakan dan
melaksanakan audit
3. Auditor yang berhati-hati harus mengenali situasi yang tidak wajar
dan mengambil tindakan pencegahan yang dijamin oleh keadaan
tersebut
16
4. Auditor yang bijaksana akan menjaga perkembangan di bidang
kompetensinya
5. Auditor yang bijaksana akan menyadari perlunya mereview
pekerjaan asisten dan akan melakukan review tersebut dengan
pemahaman penuh tentang pentingnya pekerjaan tersebut.
2.4 Due Professional Care dan Tinjauan Pengendalian Intern Dikarenakan
professional due care merupakan proses yang dilakukan dalam sebuah manajemen,
maka kehati- hatian memiliki spesifikasi pembahasan mengenai kehati- hatian dan
pengendalian internal. Adanya korelasi antara due audit care dan pengendalian
internal ialah karena dalam pengendalian internal menurut Tuanakotta (2014: 275-
283) internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan praktiknya.
Oleh karena itu, Davia et al mengingatkan kita untuk menyakinkan apa yang
dimaksud dengan pengendalian intern ketika orang menggunakannya dalam
percakapan sehari- hari. Sehingga dalam pengendalian intern auditor memahami
bahwa terdapat dua golongan dalam pengendalian intern yaitu pengendalian aktif
(tanda tangan, tanda tangan kaunter, password dan PIN, pemisahan tugas,
pengendalian asset secara fisik, pengendalian persedian real time, pagar dan
gembok dan semua bangunan penghalang fisik, pencocokan dokumen, formulir
yang sudah dicetak nomornya) dan pengendalian pasif (customized controls, audit
Trails, focused audits, surveillance of key activities, and rotation of key personal)
sehingga apabila auditor telah memahami dua golongan dalam pengendalian
internal ini sangat membantu untuk menemukan adanya penyimpangan. Adapun
pemaparannya pengendalian internal selanjutnya sebagai berikut:
17
ini dituangkan dalam butir tersendiri dalam standar auditing. Menurut
SA 315 Paragraf 12 (2013) menyatakan tanggung jawab auditor yang
berkaitan dengan pengendalian internal entitas sebagai berikut:
“Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian
internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar
pengendalian yang relevan dengan audit keungkinan berhubungan
dengan laporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang
berhubungan dengan laporan keuangan relevan dengan audit. Ini
merupakan hal yang berkaitan dengan pertimbangan profesional
auditor apakah suatu pekerjaan, secara individual atau
bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan
dengan audit.”
18
potensi itu. sebagai praktisi bijaksana, karena itu, ia harus terlebih dahulu
meninjau pengendendalian internal dan kemudian merencanakan sesuai. Setelah
meninjau pengendalian internal, auditor akan memperoleh informasi tertentu,
kepemilikan yang ia tidak bisa mengabaikan. jika ia belajar dari kekurangan dalam
sistem pengendalian internal yang merupakan sumber cedera potensial tohis klien,
ia memiliki kewajiban untuk membuat ini diketahui klien.
Bagian ini merupakan bagian terakhir yang dilakukan oleh auditor pada
pengendalian internal. Yang mana merespon yang dimaksud adalah auditor
memberikan pernyataan yang sebenar- benarnya terhadap kondisi pengendalian
internal kepada pihak manajemen daan disinilah konsep independensi auditor
untuk memberikan respon menjadi sangat penting.
19
Tanggung jawab auditor :
Memahami dan menguji pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.Menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen atas
pengendalian internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut. Manajemen yang harus menetapkan dan
menyelenggarakan pengendalian internal entitas. Ada dua konsep utama yang
melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal :
20
· Efisiensi dan efektivitas operasi . Tujuan yang penting dari pengendalian
ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat
tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
· Ketaatan pada hukum dan peraturan . Selain mematuhi ketentuan hukum,
organisasi- organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati
berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya berhubungan secara tidak
langsung dengan akuntansi (UU perlindungan lingkungan dan hak sipil),
yang berkaitan erat dengan akuntansi (peraturan pajak penghasilan dan
kecurangan). Pengendalian internal yang efektif, dengan mengabaikan mutu
mereka.Auditor harus mempertimbangkan subkomponen pengendalian yang
paling penting, Integritas dan nilai-nilai etis adalah produk dari standar etika
dan perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan
diberlakukan dalam praktik. Meliputi tindakan manajemen untuk
menghilangkan atau mengurangi dorongan atau godaan yang mungkin
membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur, ilegal, atau tidak etis.
Dan juga meliputi pengomunikasian nilai-nilai entitas dan standar perilaku
kepada para karyawan melalui pernyataan kebijakan, kode perilaku, dan
teladan.
Komitmen pada kompetensi. Komitmen pada kompetensi meliputi
pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan
tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit. Meskipun
mendelegasikan tanggung jawabnya atas pengendalian internal kepada
manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian tersebut,
dewan yang aktif dan objektif seringkali juga dapat mengurangi
kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada
Untuk membantunya melakukan pengawasan, dewan membentuk komite
audit utnuk mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit
bertanggungjawab untuk melakukan komunikasi yang berkelanjutan
dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk menyetujui jasa audit
20
dan nonaudit yang dilakukan oleh para auditor perusahaan publik. Ini
memungkinkan para auditor dan direktur membahas berbagai masalah yang
mungkin berhubungan dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan
manajemen.
21
kecurangan. Auditor menilai resiko untuk memutuskan bukti yang
dibutuhkan dalam audit.
a) Bernomor urut
22
e) Dibuat dengan cara yang mendorong persiapan yang benar
5. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan, penggunaan pencegahan
fisik. Contoh : penggunaan gudang persediaan untuk menjaga terhadap
pencurian.
2.5 Kasus
2.5.1 Kasus Pertama
Kasus PT. Kimia Farma dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM).
PT. Kimia Farma merupakan salah satu produsen obat-obatan milik
pemerintah diIndonesia. Sedangkan Hans Tuanakotta dan Mustafa
merupakan akuntan publik yang mengaudit PT. Kimia Farma. Pada tanggal
31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma telah melaporkan bahwa laba
bersih perusahaan sebesar Rp 132 milyar, dan laporan keuangan tersebut
telah diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa. Tetapi kementrian BUMN
dan Bapepam merasakan ada kejanggalan pada laporan keuangan tersebut
sehingga pada 31 Desember 2002 dilakukan audit ulang dan ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar, bahwa laba bersih yang dilaporkan
sebelumnya terlalu besar Rp 32,6 milyar (Liaaaajach, 2013). Hal ini terjadi
karena terdapat penggelembungan daftar harga persediaan. Selain itu juga
terdapat salah saji pada laporan keuangan yaitu dengan melakukan
pencatatan ganda atas unit-unit penjualan pada laporan keuangan yang
tidak di-sampling oleh auditor sehingga tidak berhasil dideteksi.
Sebagai auditor yang mengaudit PT. Kimia Farma, Hans
Tuanakotta dan Mustafa sebenarnya telah melakukan tugasnya dengan baik
sesuai standar audit yang berlaku umum, namun gagal dalam mendeteksi
kecurangan tersebut. Selain Hans Tuanakotta dan Mustafa yang mengaudit
laporan keuangan PT. Kimia Farma, Lodovicus Sensi W.,
23
selaku partner dari HTM juga diberikan tugas dalam rangka restrukturisasi
untuk mengaudit laporan keuangan Kimia Farma, tetapi Lodovicus Sensi
W juga tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam laporan
keuangan 31 Desember 2001. Dari kasus ini, auditor dari HTM dikenakan
denda atas ketidakberhasilannya dalam mendeteksi adanya
penggelembungan dana. Selain itu, Hans Tuanakotta dan Mustafa juga ikut
bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor yang
independen seharusnya HTM dapat mengetahui laporan keuangan yang
diauditnya apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak. Selain itu,
berkaitan dengan sikap skeptisme profesional, seharusnya auditor lebih
jujur dan teliti dalam menjalankan tugas auditnya (Liaaaajach, 2013)
24
adalah adanya kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai
Rp 613 miliar karena adanya pengakuan pendapatan dengan metode akrual
penuh (full acrual method) atas transaksi dengan nilai gross Rp 732
miliar.Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak
mengungkapkan adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas
kavling
siap bangun (KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019 yang dilakukan oleh
Hanson International sebagai penjual.
2.6 Jurnal
2.6.1 Jurnal Pertama
“PENGARUH DUE PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS
AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA BANDUNG”.
Penelitian yang dilakukan oleh Faturachman dan Angga (2015).
Dalam dunia bisnis, perusahaan pada umumnya menginginkan
kualitas terbaik bagi pelanggannya baik bisnis, manufaktur maupun jasa.
Ketika keinginan tersebut telah tercapai, perusahaan harus
mempertahankan eksistensi dan perkembangannya. Untuk
mempertahankan eksistensi dan perkembangannya, setiap perusahaan
harus selalu memperbaiki kegiatan operasi perusahaannya. Hasil dari
operasi suatu perusahaan selama satu periode tertentu dapat terlihat pada
laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan
selama periode tersebut akan dilakukan pemeriksaan (audit) yang
bertujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan tersebut telah
disajikan secara benar dan wajar. Audit atas laporan keuangan memegang
peran yang sangat penting dalam perekonomian dan dunia bisnis.
Informasi yang andal sangat dibutuhkan masyarakat sebagai pengambilan
keputusan ekonomi kedepan. Informasi akan lebih dipercaya dan akuntabel
apabila informasi tersebut telah dilakukan audit oleh pihak independen
yaitu auditor pada suatu kantor akuntan publik (KAP) dalam bentuk opini
atas laporan keuangan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (2001) menyebutkan kualitas pelaksanaan audit selalu
25
mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, meliputi standar umum,
standar pekerjaan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan
cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang
mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan
data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta
mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan
yang diauditnya secara keseluruhan.
Namun dalam pelaksanaannya banyak yang menyalahi peraturan
maupun prosedur audit. Sehingga menimbulkan citra yang buruk bagi
auditor di masyarakat. Terdapat beberapa kasus auditor yang terjadi di
Indonesia sehingga pada tahun 2008 dan 2009 Menteri Keuangan
memberikan sanksi terhadap beberapa kantor akuntan public yang
dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran yang berujung pada
pembekuan izin kerja kantor akuntan publik. Kualitas audit erat kaitannya
dengan due professional care. karena ketika auditor ingin menghasilkan
laporan audit yang berkualitas, auditor harus menerapkan due professional
care dalam setiap penugasan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Objek dalam penelitian ini adalah due professional care dan
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Metode ini
menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Data penelitian yang
dibutuhkan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek)
penelitian. Pengambilan data menggunakan observasi langsung dan
instrument yang digunakan adalah kuisioner (angket). Teknik yang
digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif.
Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini
adalah para auditor yang bekerja di 28 Kantor Akuntan Publik di Bandung
26
dengan tingkatan auditor senior dan junior, yang berjumlah 346 orang.
Adapun dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah
Convenience Sampling. Responden dalam penelitian ini adalah auditor
junior dan auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota
Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin
sehingga sampel yang diambil pada penilitian ini sebanyak 77 orang.
Hasil dari penelitian ini adalah t. Dari hasil pengujian didapatkan
pengaruh yang positif sebesar 0,569 serta koefisien determinasi sebesar
32,37%. Hasil ini menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh
terhadap kualitas audit sebesar 32,37%.
27
Adanya pengaruh positif dan signifikan sikap Due Professional
Care auditor terhadap kualitas audit. Due professional care
merupakan sikap penting yang harus diterapkan oleh seorang
auditor dalam melaksanakan pekerjaannya agar tercapai kualitas
audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek,
yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai
(Elisha,2010). Hal ini menunjukkan bahwa indikator skeptis
profesionalime yang besar serta keyakinan yang memadai yang
diberikan Auditor dalam melaksanakan tugasnya mampu
menghasilkan audit yang berkualitas. Due Professional Care
merupakan perwujudan sikap kritis seorang auditor terhadap bukti
audit dengan selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti audit
tersebut. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri Arsika dan Nur Cahyonowati (2013) membuktikan
bahwa auditor yang mengimplementasikan due professional care
dalam pekerjaan auditnya dengan baik, maka hasil audit yang
dihasilkan akan makin berkualitas. Dari peryataan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan kemahiran professional
dengan cermat dan seksama (due professional care) akan
memberikan pengaruh terhadap hasil audit yang dilaporkan oleh
auditor. Namun tidak sependapat dengan Saripuddin (2012) yang
berpendapat bahwa Due Professional Care tidak berpegaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga Due Professional Care
yang dimiliki auditor belum tentu meningkatkan kualitas audit yang
dihasilkan.
2. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
Adanya pengaruh positif sikap akuntabilitas auditor yang berarti
bahwa semakin tinggi sikap akuntabilitas seorang auditor, maka
semakin berkualitas hasil auditnya. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator motivasi, pengabdian kepada profesi, dan kewajiban
sosial yang kompleks dan cukup tinggi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Akuntabilitas merupakan
28
perwujudan kewajiban seseorang atau organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijkan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan
Bawono (2010) yang mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh
secara parsial terhadap kualitas audit. Akuntabilitas merupakan
perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang diterapkan.
3. Pengaruh Due Professional Care Dan Akuntabilitas Secara Simultan
Terhadap Kualitas Audit
Pada pengujian hipotesis menunjukkan bahwa due professioanal
care dan akuntabilitas auditor secara simultan berpenaruh terhadap
kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah signifikan dan
positif, yang artinya semakin tinggi tingkat due professional care
dan
akuntabilitas seorang auditor maka akan semakin tinggi pula
kualitas hasil audit yang dihasilkan auditor tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator tepat waktu, lengkap, akurat, dan
jelasnya hasil audit yang diberikan oleh seorang auditor akan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang
dihasilkan auditor. Hasil penenlitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010) yang
menguji apakah ada pengaruh independensi, pengalaman, due
Professional Care dan akuntabilitas. Secara simultanterhadap
kualitas audit. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel kualitas audit secara simultan
atau bersama – sama.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompetensi dan Kecermatan Profesional merupakan salah satu dasar kode
etika profesional. Kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran
profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Sikap
auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit adalah dengan selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor
harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama
(professional due care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.
Professional due care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgment), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang
tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama Penerapan kecermatan
dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada
setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan
menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan
yang telah dihasilkan. Professional due care merupakan hal yang penting yang
harus diterapkan bagi setiap akuntan publik dalam melaksanakan tugas
profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Auditor harus tetap
menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika
auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankansikap skeptis profesionalnya,
maka laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan
memumgkinkan adanya litigasi paska audit. Professional due care erat kaitannya
dengan Kualitas audit karena ketika auditor ingin menghasilkan laporan audit
yang berkualitas, auditor harus menerapkan professional due care dalam setiap
penugasan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
30
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, Dan Due Professional
Care Auditor Terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah (Studi
Empiris pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau) Jurnal Akuntansi, 1(1)
Arens, Alvin A, dkk. (2015) Auditing & Jasa Assurance Edisi Kelimabelas Jilid
1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ely Suhayati., & Siti Kurnia Rahayu. 2010. AUDITING, Konsep Dasar dan
Pedoman Pemriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hery. 2017.
Auditing dan Asurans: Pemeriksaan Akuntansi Berbasis Standar Audit
Internasional. Jakarta : PT Grasindo
Mautz, R.K dan Hussein A. Sharaf., (1961)., The Philosophy Of Auditing.
Florida: American Accounting Association
32