Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH SEMINAR AUDITING

DUE PROFESSIONAL CARE


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing

Dosen :
Devianti Yunita H, SE., MT., Ak, CA R.
Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak,CA

Disusun oleh :

Peby Rhamdani 120620200508

Fitri 120620200511

Fajar Maulana 120620200515

Reski Febriyansyah 120620200516

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW sebagai pendidik
dan pembawa petunjuk bagi manusia, untuk mengeluarkan dunia ini dari kegelapan
menuju cahaya dan menunjukkan kepada manusia jalan Allah yang lurus. Semoga
shalawat dan salam juga terlimpahkan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW,
kepada para sahabatnya dan orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari
pembalasan.

Makalah ini membahas mengenai “DUE PROFESSIONAL CARE”. Pada


makalah ini, kami akan menyajikan teori sesuai dengan judul yang telah kami
susun semenarik mungkin dan selengkap mungkin sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah Seminar Auditing. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan bisa dipergunakan oleh pembaca dengan sebaik-baiknya.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam segala hal sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami menyadari bahwa
di dunia ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula dalam pembuatan
makalah ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan. Oleh
karena itu, kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi terwujudnya makalah yang baik dan benar. Semoga Allah SWT
menjadikan lisan ini senantiasa bermanfaat dan mudah dimengerti serta dipahami.
Aamiin.

Bandung, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 4

2.1 Due Professional Care................................................................................ 4

2.1.1 Pengertian Due Professional Care....................................................

4 2.1.2 Karakteristik Due Professional

Care................................................ 4 2.1.3 Indikator Due Professional

Care...................................................... 5 2.1.4 Tujuan Due Professional

Care ......................................................... 6

2.2 Urgensi Due Professional Care pada Profesi Audit ................................... 7

2.2.1 Penerimaan Profesi Tanggung Jawab .............................................. 7

2.2.2 Pendekatan Pernyataan Tanggung Jawab ........................................ 7

2.2.3 Karakteristik Penyimpangan ............................................................ 7

2.2.4 Klasifikasi Gabungan Penyimpangan ..............................................

12

2.2.5 Tanggungjawab Sosial dan Deteksi Penyimpangan ........................

13 2.2.6 Tanggungjawab dan Professional Perstige

...................................... 13 2.2.7 Professional Bukti Audit dan

Penyimpangan .................................. 14

2.3 Konsep Due Professional Care...................................................................

14 2.3.1 The Prudent Man.............................................................................. 16

2.3.2 The Prudent Auditor ........................................................................ 16 2.4


Due Professional Care dan Tinjauan Pengendalian Intern......................... 17

3
2.4.1 Tanggungjawab untuk Meninjau Pengendalian Internal .................

19 2.4.2 Tujuan dan Elemen Pengendalian Intern

......................................... 20 2.4.3 Aktivitas Pengendalian

.................................................................... 22

2.5 Kasus..........................................................................................................

23 2.5.1 Kasus

Pertama.................................................................................. 23 2.5.2

Kasus Kedua .................................................................................... 24

2.6 Jurnal..........................................................................................................

25 2.6.1 Jurnal

Pertama.................................................................................. 25 2.6.2

Jurnal Kedua .................................................................................... 27

BAB III PENUTUP........................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 32
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia bisnis, perusahaan pada umumnya menginginkan kualitas
terbaik bagi pelanggannya baik bisnis, manufaktur maupun jasa. Ketika keinginan
tersebut telah tercapai, perusahaan harus mempertahankan eksistensi dan
perkembangannya. Untuk mempertahankan eksistensi dan perkembangannya,
setiap perusahaan harus selalu memperbaiki kegiatan operasi perusahaannya. Hasil
dari operasi suatu perusahaan selama satu periode tertentu dapat terlihat pada
laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan selama
periode tersebut akan dilakukan pemeriksaan (audit) yang bertujuan untuk
mengetahui apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara benar dan
wajar. Audit atas laporan keuangan memegang peran yang sangat penting dalam
perekonomian dan dunia bisnis. Informasi yang andal sangat dibutuhkan
masyarakat sebagai pengambilan keputusan ekonomi kedepan. Informasi akan
lebih dipercaya dan akuntabel apabila informasi tersebut telah dilakukan audit
oleh pihak independen yaitu auditor pada suatu kantor akuntan publik (KAP)
dalam bentuk opini atas laporan keuangan.
Kecermatan profesional membutuhkan penerapan perhatian dan
keterampilan yang diharapkan dari seorang auditor yang berhati-hati (prudent) dan
kompeten pada situasi yang sama atau mirip. Oleh karena itu, kecermatan
profesional sepadan dengan kompleksitas penugasan yang dilakukan. Auditor
internal menjalankan kecermatan profesional dalam penugasan ketika dia waspada
terhadap kemungkinan adanya kecurangan (fraud), kesalahan yang disengaja,
kesalahan/error dan kelalaian, inefisiensi, pemborosan, ketidakefektifan, dan
konflik kepentingan, serta kondisi-kondisi dan kegiatan lain di mana penyimpangan
sangat mungkin terjadi. Termasuk juga ketika auditor internal mengidentifikasi
pengendalian yang tidak memadai dan merekomendasikan perbaikan untuk
meningkatkan kesesuaiannya dengan prosedur dan praktik yang sehat.

1
Kecermatan profesional berarti kecermatan dan kompetensi yang
sewajarnya, tidak berarti kesempurnaan atau kinerja yang luar biasa. Dengan
demikian, kecermatan profesional hanya menuntut auditor untuk melakukan
pemeriksaan dan verifikasi sampai batas-batas yang wajar. Sekaligus, auditor tidak
dapat memberikan jaminan mutlak bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan
tidak ada. Namun demikian, kemungkinan penyimpangan material atau
ketidakpatuhan perlu selalu diperhatikan oleh auditor setiap kali melakukan
penugasan audit.
Kualitas audit menurut Arens et al (2015) adalah seberapa baik audit
mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan. Aspek
deteksi adalah refleksi dari kompetensi auditor, sedangkan pelaporan adalah
refleksi dari etika atau integritas auditor, khususnya independensi. De Angelo
(1981)
membuktikan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua faktor, yaitu kompetensi
auditor dalam menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan
independensi auditor dalam melaporkan temuan tersebut. Auditor memiliki
tanggung jawab yang besar, merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja pada
kantor akuntan publik untuk memiliki independensi dan kompetensi yang tinggi.
Kualitas audit erat kaitannya dengan professional due care. karena ketika
auditor ingin menghasilkan laporan audit yang berkualitas, auditor harus
menerapkan due professional care dalam setiap penugasan auditnya. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka tulisan ini merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh professional due care terhadap kualitas audit pada
auditor?

2
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh professional due care terhadap
kualitas audit pada auditor.
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Due Professional Care


2.1.1 Pengertian Due Professional Care
Due Professional Care menurut Sukrisno (2014:36) adalah
“Sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis bukti audit”.
Sedangkan menurut Rahayu dan Suhayati (2010:42),
pengertian Due Professional Care yaitu “Merupakan kemahiran
profesional yang cermat dan seksama dalam menjalankan tanggung
jawab di lapangan”.
Hery (2017:299) menyebutkan bahwa Due Professional
Care merupakan “Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap dan bertindak secara
hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan
penugasan”.
Berdasarkan tiga pengertian diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Due Professional Care adalah sikap kritis yang
merupakan kemahiran profesional yang cermat, penuh dengan
kehati-hatian, menyeluruh dan tepat waktu dalam menjalankan
tugas sebagai auditor.
2.1.2 Karakteristik Due Professional Care
Rahayu dan Suhayati (2010:42) menyebutkan bahwa
karakteristik dalam Due Professional Care diantaranya adalah
: 1. Skeptisisme Professional
Skeptisisme Professional mengharuskan auditor untuk
menggunakan kemahiran professionalnya ini dengan cermat dan
seksama. Skeptisisme Professional merupakan sikap yang
meliputi pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis bukti audit.

4
Indikator untuk mengukur Skeptisisme Professional auditor
adalah sebagai berikut :
a. Adanya penilaian yang kritis, tidak menerima begitu saja
b. Berpikir terus-menerus, bertanya dan mempertanyakan c.
Membuktikan kesahan dan bukti audit yang diperoleh d.
Waspada terhadap bukti audit yang kontradiktif
e. Mempertanyakan keandalan dokumen dan jawaban atas
pertanyaan serta informasi lain
2. Keyakinan yang Memadai
Merupakan persepsi auditor atas simpulan bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik karena kekeliruan
ataupun kecurangan. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai
karena sifat bukti audit terdapat kecurangan.
Indikator untuk mengukur keyakinan yang memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material adalah sebagai
berikut :
a. Mempunyai sikap dapat dipercaya dalam mengaudit laporan
keuangan
b. Mempunyai kompetensi dalam mengaudit laporan keuangan
c. Mempunyai sikap kehati-hatian dalam mengaudit laporan
keuangan
2.1.3 Indikator Due Professional Care
Indikator Due Professional Care yang terdapat dalam
penelitian Agustin (2013) diantaranya adalah :
1. Menggunakan kecermatan dan keterampilan dalam bekerja
Auditor wajib menggunakan kecermatan dan keterampilan yang
dimilikinya dengan mempelajari, memahami dan menerapkan
ketentuan-ketentuan dalam prinsip akuntansi dan standar
auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan.

5
2. Memiliki kesungguhan dalam melaksanakan tanggung jawabnya
Seorang auditor tidak diperkenankan memihak kepada
kepentingan siapapun. Karena jika seorang auditor memihak
terhadap kepentingan salah satu pihak maka ia tidak dapat
mempertahankan kebebasan pendapatnya, sehingga hasil
pemeriksaannya tidak dapat dipercaya dan tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan para pengguna
laporan keuangan tersebut.
3. Kompeten serta berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya
Seorang auditor harus memiliki kemampuan dalam memahami
pengendalian yang memadai untuk merencanakan pelaksanaan
audit serta selalu berhati-hati dalam melaksanakan prosedur
audit agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal
untuk para penggunanya.
4. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan,
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, auditor selalu
diwajibkan untuk bersikap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya kesalahan dan ketidakteraturan serta ketidakpatuhan
pada laporan keuangan perusahaan baik secara sengaja maupun
tidak sengaja.
5. Waspada terhadap resiko yang dapat mempengaruhi objektivitas
pemeriksaan
Auditor juga diwajibkan bersikap waspada terhadap
kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi yang dapat
mempengaruhi objektivitasnya dalam melaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sehingga dapat
menghasilkan opini yang tepat.
2.1.4 Tujuan Due Professional Care
Tujuan dari penggunaan sikap Due Professional Care
menurut Sukrisno dan Hoesada (2012:22) yaitu upaya pelaksanaan
audit yang dilakukan sehingga tidak berdampak merugikan kepada

6
para pihak yang terkait serta memiliki kepedulian akan
kemungkinan yang akan terjadi akibat dari kecermatan audit yang
tidak baik dalam melaksanakan keperluan penghindaran risiko
audit.

2.2 Urgensi Due Professional Care Pada Profesi Audit


Urgensi konsep kehati- hatian bagi auditor dinyatakan oleh Mautz
dan Sharaf (2006) sebagai suatu permasalahan dikalangan profesi. Hal ini
berkaitan dengan:

2.2.1 Penerimaan Profesi Tanggung Jawab (The Profession’s Acceptance of


Responsibility)

Bidang profesi sebagai auditor berhak memiliki pengakuan


spesifikasi keprofesionalannya melalui jenjang pendidikan yang
memiliki pengakuan resmi terkait keprofesionalannya serta
memiliki standar resmi dalam menjalankan profesinya. Sehingga
profesi auditor dapat diterima publik.

2.2.2 Pendekatan Pernyataan Tanggung Jawab (Approaches to a Statement


of Responsibility)

Opini yang akan diberikan oleh auditor ketika pengauditan


telah selesai dilaksanakan bahwa auditor dapat
mempertanggungjawabkan hal tersebut. Oleh karena itu untuk
mempertanggungjawabkannya, auditor berhati- hati dalam
melakukan pemeriksaan sehingga mampu mendeteksi adanya
penyimpangan maupun fraud. Pertanggungjawaban untuk
mendeteksi hal tersebut merupakan pernyataan dari tanggungjawab
seorang auditor.

2.2.3 Karakteristik Penyimpangan (Characteristics of Irregularities)

Dengan konsep kehati- hatian urgensi dalam melakukan


audit oleh auditor dapat menemukan dan menelusuri untuk

7
diungkapkan bahwa adanya penyimpangan yang terjadi. Adapun
penyimpangan- penyimpangan tersebut meliputi:

1. Materiality

Materiality selalu menjadi pembahasan yang menarik dalam


auditing. Karena pada topik ini terdapat dua variable yang
menentukan performa dari seorang auditor untuk melakukan
konsep kehati- hatian. Yaitu yang berhubungan dengan biaya dan
waktu. Untuk menemukan adanya kerugian material atau tidak,
auditor terkadang menggunakan banyak biaya dan juga waktu yang
panjang. Selain itu konsep kehati- hatian menjadi berhubungan atas
materiality yang nantinya berhasil atau tidak ditemukan oleh auditor
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melakukan audit untuk
menemukan penyimpangan- penyimpangan yang bersifat material
maupun immaterial.

2. Niat (Intent)

Dapat diketahui adanya penyimpangan terkait adanya niat


yang bersifat disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga apabila
diketahui bahwa penyimpangan yang dilakukan secara sengaja
akan ada berkaitan dengan hal lain yang disembunyikan dan
akhirnya auditor dapat mengungkapkan segala bentuk
penyimpangan yang disengaja ataupun tidak. Terkadang
penyimpangan yang dilakukan secara tidak sengaja dikarenakan
beberapa factor diantaranya adanya kesalahan mekanis dan bias
data. Sedangkan untuk kesalahan yang memang niatnya disengaja
terkadang dilakukan oleh faktor untuk menyembunyikan
kekurangan, ketidakmampuan dan menyesatkan pembaca.

8
3. Hubungan dengan Pengendalian Internal (Relationship to Internal
Control)

Dengan adanya pengendalian internal yang baik, maka akan


mengurangi penyimpangan dan bahkan dapat sebagian kecil dapat
mengurangi probabilitas penyimpangan.

4. Pengaruh Laporan Keuangan (Influence on Financial Statements)

Dalam membahas materialitas, salah satu aspek dari


hubungan penyimpangan untuk penyajian laporan keuangan itu
menunjukkan, kemungkinan pengaruh pada posisi keuangan dan
hasil usaha.

Penyimpangan dapat mengurangi suatu aset atau


meningkatkan liability, dan jika penyimpangan tersebut tidak
diidentifikasi dengan masuk dalam rekening, asset akan dilebih
lebihkan atau kewajiban akan understated dalam laporan keuangan.
Jika penyimpangan tersebut diakui dan beberapa upaya dilakukan
untuk menyembunyikan itu dengan pengisian kerugian untuk
beberapa beban atau akun pendapatan, neraca mungkin dianggap
benar. Hal Itu mengungkapkan posisi keuangan seperti itu dapat
diterima.
Kita bisa mendapatkan bukti kuat untuk item di neraca dan
untuk item laporan laba rugi. Hal ini menyebabkan beberapa hal
untuk menyimpulkan bahwa auditor harus mengambil tingkat yang
lebih besar dari tanggung jawab untuk penyimpangan tersembunyi
di akun neraca. Ketersediaan bukti kuat berlaku terutama jika
kesalahan adalah overstatements dari aset atau dari kewajiban.

5. Kecurangan dan penyimpangan lainnya mungkin terbuka atau


tersembunyi (Extent of Concealment)

Shortage terbuka adalah salah satu di mana tidak ada upaya


yang dilakukan untuk menyembunyikan fakta bahwa catatan tidak
sesuai dengan realita dari sebuah situasi, sehingga hitungan kas
10
dapat mengungkapkan bahwa ada situasi yang tidak ditampilkan
sesuai dengan catatannya. tumpuan dari buku besar pembantu
rekening customers dapat mengakibatkan kurangnya kesesuaian
dengan saldo rekening kontrol. Pemeriksaan persediaan mungkin
menunjukkan persediaan yang sebenarnya tidak ada. Shortage
tersembunyi adalah salah satu langkah yang telah diambil untuk
mengurangi kemungkinan penemuan: berbagai pertimbangan dari
metode yang ada.

6. Tanggung jawab (Responsibility)

Penyimpangan dapat disebabkan oleh karyawan atau


anggota manajemen. Ini bisa jadi hasil dari tindakan independen
individu atau mungkin upaya kolusi, tak satu pun dari pemisahan
11
ini memberikan petunjuk penting bagi tanggung jawab auditor.
seorang karyawan bisa jadi memiliki banyak akal dalam upayanya
mengubah sumber daya perusahaan untuk ia digunakan sendiri.
Sejumlah karyawan atau petugas yang bekerja bersama
sama dapat menyusun skema yang rumit dalam penyalahgunaan
kepercayaan.

2.2.4. Klasifikasi Gabungan Penyimpangan (Combined Classification of


Irregularities)

Pertimbangan sesaat akan menyarankan kemungkinan


menggabungkan hal ini dalam kombinasi klasifikasi yang
kompleks. Bisa dikatakan, bahwa pada titik ini, kami telah
mencoba beberapa kombinasi tanpa menemukan satu hal yang bisa
memberikan dasar yang rasional untuk membatasi tanggung jawab
audit. Sebagaimana kegunaannya dalam studi analitis
penyimpangan dan sifat mereka, kita dapat menemukan bahwa
tidak ada pola yang jelas dalam karakteristik ini yang
memungkinkanadanya
pembentukan batas tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
penyimpangan.

Satu saran lain yang harus dieksplorasi sebelum kita


meneruskan ke pendekatan lain untuk masalah ini. mungkin
sarannya yaitu dalam situasi di mana auditor melanjutkan hubungan
dengan klien, audit tunggal bukan merupakan dasar yang tepat
untuk mengeluarkan pernyataan (memberikan pendapat) dari
tanggung jawabnya, kita tahu bahwa banyak program audit rencana
jangka panjang di mana banyak tambahan di berbeda akun bisa
diakses setiap tahun, pengujian rekening pengeluaran yang berbeda,
penjaminan di bulan yang berbeda, dan sejenisnya. mungkin kita
harus berusaha untuk menyatakan tanggung jawab auditor pada
beberapa hal dasar yang mengakui pergantian prosedur, periode,
dan penekanan. Mungkin ada penyimpangan bahwa auditor
mungkin juga kehilangan kontrol dalam

12
Pemeriksaan dimana itu menjadi pemeriksaan berturut turut. Jika
direncanakan dengan hati-hati dan dilakukan sesuai jadwal, maka
harus diungkapkan.

2.2.5 Tanggungjawab sosial dan Deteksi Penyimpangan (Social


Responsibility and Irregularity)

Apabila auditor menemukan adanya penyimpangan


kemudian ia harus memperpanjang masa audit namun terhambat
masalah biaya, maka ia tidak dapat memberikan jamian tentang
telah terjadinya fraud. Selain itu tidak ditemukannya bukti
pencatatan transaksi atas barang- barang yang tidak tercatat.
Sehingga dalam hal ini perlu adanya perbaikan dalam pengendalian
internal. Sejalan dengan ini telah diatur dalam SA Nomor 30:

“Tujuan dari objektif auditor independen dari semua fraud. Ia harus


memperpanjang masa auditnya. Bahkan kemudian ia tidak bisa
menjamin bahwa fraud telah terdeteksi atau tidak ada transaksi atas
barang- barang tercatat, pemalsuan dan penipuan kolusi belum
tentu akan terungkap. Ini diakui bahwa pengendalian internal yang
baik dan ikatan kesetiaan memberikan perlindungan lebih
ekonomis efektif”.

2.2.6 Tanggung jawab dan Profesional Perstige (Responsibility and


Professional Prestige)

Dalam hal ini bahwa auditor memiliki kesempatan untuk


mendeteksi penipuan dan penyimpangan yang lain. Melalui
perjanjian audit klien dalam literature professional.

13
2.2.7. Profesional Bukti Audit dan Penyimpangan (Audit Evidence and
Irregularities)

Standar yang mengatur akan penyimpangan yang terjadi


dalam sebuah organisasi serta tidak ditemukannya bukti menjadi
bagian dari tanggung jawab auditor adalah merupakan suatu
tanggungjawab yang harus diemban oleh pihak auditor. Sehingga
hal ini menuntut keprofesionalan auditor dalam mengungkap
penyimpangan yang disertai tidak ditemukannya bukti.
2.3 Konsep Due Professional Care
Terdapat dua konsep dalam professional due care, yaitu :
2.3.1 The Prudent Man (Orang Bijaksana)
Dalam setiap profesi, memang di hampir setiap bidang kegiatan di
mana seseorang bersentuhan dengan orang lain, setidaknya terdapat
gambaran implisit dari seorang praktisi yang bijaksana dan cukup
kompeten yang derajat ketrampilannya diambil sebagai ukuran standar
setiap kali kualitas kinerja seorang rekan praktisi ditanyai. Praktisi yang
bijaksana ini terkait dengan "orang yang berakal sehat" yang seharusnya
aktivitas dan kewaspadaannya membantu menetapkan batas-batas kelalaian
dalam jenis aktivitas apa pun. kegagalan yang tidak disengaja dari salah
satu pihak dinyatakan sebagai penyebab kerugian atau cedera bagi orang
lain.
The Prudent Man memiliki sifat-sifat tertentu dan meskipun
sifat-sifat itu tidak dapat dijelaskan dengan tingkat ketelitian yang tinggi,
beberapa perhatian singkat kepada mereka akan membantu kita dalam
memperoleh pemahaman tentang sifat kehati-hatian, antara lain :
1. Diperlukan untuk melakukan penilaian yang setara dengan tingkat
komunitasnya apakah penilaian itu berkaitan dengan persepsi dan
apresiasi risiko atau pilihan antara kepentingan egois dan altruistik.
Dia tidak diharapkan untuk menjadi mahatahu, penilaiannya juga
tidak akan dikritik berdasarkan pandangan ke belakang yang

14
menguntungkan. Dia harus melakukan penilaian yang bijaksana
seperti orang lain yang memiliki tingkat informasi yang sama yang
tersedia baginya pada saat itu.
2. Wajib menggunakan dengan kecerdasan yang wajar pengetahuan
yang dimilikinya. Ia dianggap memiliki pengetahuan
sebanyak-banyaknya tentang fakta-fakta dasar dan hukum alam,
tentang kemampuan dan keterbatasannya sendiri, tentang
kehidupan di negara ini, tentang bahaya normal dan sifat-sifat
benda yang berbahaya. hewan, dan sebagainya yang akan diperoleh
oleh manusia yang berakal sehat. Jika ia bertindak dalam
lingkungan tertentu atau menjalin hubungan dengan orang atau
hal-hal yang akan memberikan pengetahuan atau pengalaman
khusus kepada orang yang cukup cerdas, ia dianggap memiliki
pengetahuan
tersebut. Selanjutnya, seiring kemajuan ilmu pengetahuan,
lebih banyak pengetahuan.menjadi tersedia bagi semua, dan orang
yang bijaksana diharapkan untuk mengikuti komunitasnya baik
secara umum maupun dalam pengetahuan khusus. Dalam
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya,
orang yang bijaksana dianggap memiliki kemampuan rata-rata
untuk melihat risiko dan konsekuensinya. Dia diharapkan
menyadari ketidaktahuannya sendiri dan untuk melihat risiko
melanjutkan atau bertindak dalam keadaan tidak tahu tentang
potensi bahaya.
3. Diasumsikan memiliki dan menjalankan Keterampilan yang wajar
dalam kegiatan biasa dan pekerjaannya. Dalam hal ini dia dituntut
untuk melatih tingkat keterampilan yang dimiliki oleh kelas umum
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan atau bidang pekerjaan itu.
Ini berlaku apakah dia seorang pemula atau tidak: selama dia
bertindak dalam kapasitas tertentu, dia dipegang oleh standar
orang-orang yang cukup terampil dan berpengalaman dalam
kapasitas itu. Sejauh orang yang bijaksana memiliki cacat atau
kelemahan fisik, dia tidak dapat dituntut untuk bertindak

15
seolah-olah dia tidak memiliki batasan seperti itu, tetapi dia dapat
diminta untuk berperilaku seperti orang yang berakal sehat yang
memiliki kelemahan yang sama. Yaitu ia harus menggunakan
pengamanan yang akan diterapkan oleh orang yang berakal sehat
dalam kondisi yang sama.
4. Wajib mengakui dan memperhatikan pengalamannya. Jika.
misalnya, orang yang berakal sehat mendapati dirinya atau orang
lain "rawan kecelakaan". Dia akan mengambil tindakan pencegahan
ekstra untuk menghindari kecelakaan dan cedera. Orang yang
bijaksana diharapkan menunjukkan kewaspadaan yang sama.
2.3.2 The Prudent Auditor (Auditor yang bijak)
Due care artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan
selalu pemeriksaan mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral
yang berlaku. Konsep kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada
isu pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor yang
bertanggungjawab. Dalam auditing disebut prudent auditor. Tanggung
jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab profesional dalam
melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal dengan konsep
konservatif.
Garis besar pemikirannya mengenai tanggung jawab kehati hatian
olehseorang prudent auditor.
1. Praktisi audit yang berhati-hati akan mengambil langkah-langkah
untuk memperoleh pengetahuan yang tersedia yang akan
memungkinkannya meramalkan risiko yang tidak wajar atau
merugikan orang lain.
2. Setiap keadaan atau hubungan yang tidak biasa harus
dipertimbangkan oleh auditor dalam merencanakan dan
melaksanakan audit
3. Auditor yang berhati-hati harus mengenali situasi yang tidak wajar
dan mengambil tindakan pencegahan yang dijamin oleh keadaan
tersebut

16
4. Auditor yang bijaksana akan menjaga perkembangan di bidang
kompetensinya
5. Auditor yang bijaksana akan menyadari perlunya mereview
pekerjaan asisten dan akan melakukan review tersebut dengan
pemahaman penuh tentang pentingnya pekerjaan tersebut.
2.4 Due Professional Care dan Tinjauan Pengendalian Intern Dikarenakan
professional due care merupakan proses yang dilakukan dalam sebuah manajemen,
maka kehati- hatian memiliki spesifikasi pembahasan mengenai kehati- hatian dan
pengendalian internal. Adanya korelasi antara due audit care dan pengendalian
internal ialah karena dalam pengendalian internal menurut Tuanakotta (2014: 275-
283) internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan praktiknya.
Oleh karena itu, Davia et al mengingatkan kita untuk menyakinkan apa yang
dimaksud dengan pengendalian intern ketika orang menggunakannya dalam
percakapan sehari- hari. Sehingga dalam pengendalian intern auditor memahami
bahwa terdapat dua golongan dalam pengendalian intern yaitu pengendalian aktif
(tanda tangan, tanda tangan kaunter, password dan PIN, pemisahan tugas,
pengendalian asset secara fisik, pengendalian persedian real time, pagar dan
gembok dan semua bangunan penghalang fisik, pencocokan dokumen, formulir
yang sudah dicetak nomornya) dan pengendalian pasif (customized controls, audit
Trails, focused audits, surveillance of key activities, and rotation of key personal)
sehingga apabila auditor telah memahami dua golongan dalam pengendalian
internal ini sangat membantu untuk menemukan adanya penyimpangan. Adapun
pemaparannya pengendalian internal selanjutnya sebagai berikut:

1. Purpose of the Review of Internal Control (Tujuan meninjau


pengendalian internal)
Menurut Haryono (2014:357-358) Manajemen bertanggung jawab
untuk menetapkan dan memelihara pengendalian internal entitas.
Auditor yang berkewajiban untuk memahami dan melakukan pengujian
pengendalian internal untuk pelaporan keuangan. Mengingat betapa
pentingnya pemahaman auditor tentang pengendalian internal, maka hal

17
ini dituangkan dalam butir tersendiri dalam standar auditing. Menurut
SA 315 Paragraf 12 (2013) menyatakan tanggung jawab auditor yang
berkaitan dengan pengendalian internal entitas sebagai berikut:
“Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas pengendalian
internal yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar
pengendalian yang relevan dengan audit keungkinan berhubungan
dengan laporan keuangan, namun tidak semua pengendalian yang
berhubungan dengan laporan keuangan relevan dengan audit. Ini
merupakan hal yang berkaitan dengan pertimbangan profesional
auditor apakah suatu pekerjaan, secara individual atau
bersama-sama dengan yang lain, merupakan hal yang relevan
dengan audit.”

Berdasarkan standar audit tersebut, tujuan dari melakukan peninjauan


terhadap pengendalian internal perlu dilakukan.

Sedangkan menurut Mautz dan Sharaf (2006:170) hanya karena ada


kesepakatan umum tentang pentingnya pengendalian intern dalam audit, sehingga
ada kesepakatan tentang tujuan review auditor. ulasannya dilakukan untuk
memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana pemeriksaan dan untuk
membuat saran konstruktif tentang perbaikan sistem.

Masing-masing tujuan ini dapat dilihat sebagai aplikasi dari Professional


due care karena. seorang praktisi bijaksana tidak akan merencanakan program
audit sampai ia memiliki konsepsi cukup memuaskan dari bahaya dan kesulitan
hadir dalam situasion dia hadapi. ia tidak dapat menentukan berapa banyak
pekerjaan yang harus dilakukan atau apa jenis pekerjaan yang harus dilakukan
untuil ia telah menjadi akrab dengan poin yang kuat dan lemah dari sistem
pengendalian internal yang melindungi sumber daya perusahaan dan menyediakan
data yang ia diminta untuk mempresentasikan pendapat. sampai ia telah
mempelajari dan mengevaluasi sytem pengendalian intern ia tidak dapat
menentukan tingkat kerusakan potensi untuk kliennya melekat dalam situasion dan
dengan demikian tidak dapat bertindak intelligenntly untuk mengurangi

18
potensi itu. sebagai praktisi bijaksana, karena itu, ia harus terlebih dahulu
meninjau pengendendalian internal dan kemudian merencanakan sesuai. Setelah
meninjau pengendalian internal, auditor akan memperoleh informasi tertentu,
kepemilikan yang ia tidak bisa mengabaikan. jika ia belajar dari kekurangan dalam
sistem pengendalian internal yang merupakan sumber cedera potensial tohis klien,
ia memiliki kewajiban untuk membuat ini diketahui klien.

2. The Nature Of Internal Control (Sifat pengendalian internal)

Dalam manajemen, pengendalian terhadap internal sebaiknya antara keuangan dan


akuntansi dikendaliakn oleh staff yang berbeda. Hal ini untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun fraud yang akan dilakukan.

3. Responsibility for Review of Internal Control (Pertanggungjawaban Untuk


Meninjau pengendalian Internal)
Dalam hal ini auditor memiliki batasan- batasan yang digunakan dalam meninjau
pengendalian internal.

4. Responsiveness of Auditor to Internal Control (Tanggapan Auditor Terhadap


Pengendalian Internal)

Bagian ini merupakan bagian terakhir yang dilakukan oleh auditor pada
pengendalian internal. Yang mana merespon yang dimaksud adalah auditor
memberikan pernyataan yang sebenar- benarnya terhadap kondisi pengendalian
internal kepada pihak manajemen daan disinilah konsep independensi auditor
untuk memberikan respon menjadi sangat penting.

2.4.1 Tanggung Jawab Untuk Meninjau Pengendalian internal Tanggung


jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen dan auditor.
Tanggung jawab Manajemen :
Menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian internal entitas.
Melaporkan secara terbuka tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut

19
Tanggung jawab auditor :
Memahami dan menguji pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.Menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen atas
pengendalian internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut. Manajemen yang harus menetapkan dan
menyelenggarakan pengendalian internal entitas. Ada dua konsep utama yang
melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal :

a) Kepastian yang layak. Perusahaan mampu mengembangkan


pengendalian internal yang akan memberikan kepastian yang
layak, tetapi bukan absolut, bahwa laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Pengendalian internal dikembangkan oleh
manajemen setelah mepertimbangkan biaya maupun manfaat
pengendalian itu.

b) Keterbatasan inheren. Pengendalian internal tidak akan pernah bisa


efektif 100%, tanpa menghiraukan kecermatan yang diterapkan
dalam perancangan dan implementasinya. Keefektifan tergantung
pada kompetensi dan ketergantungan orang-orang yang
menggunakannya.

2.4.2 Tujuan dan Elemen Pengendalian Intern

1. Tujuan Pengendalian Intern


Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya terdapat Tiga tujuan umum
dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif :

· Reliabilitas pelaporan keuangan. Manajemen memikul baik tanggung


jawab hukum maupun professional untuk memastikan bahwa informasi telah
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan
adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.

20
· Efisiensi dan efektivitas operasi . Tujuan yang penting dari pengendalian
ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat
tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
· Ketaatan pada hukum dan peraturan . Selain mematuhi ketentuan hukum,
organisasi- organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati
berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya berhubungan secara tidak
langsung dengan akuntansi (UU perlindungan lingkungan dan hak sipil),
yang berkaitan erat dengan akuntansi (peraturan pajak penghasilan dan
kecurangan). Pengendalian internal yang efektif, dengan mengabaikan mutu
mereka.Auditor harus mempertimbangkan subkomponen pengendalian yang
paling penting, Integritas dan nilai-nilai etis adalah produk dari standar etika
dan perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan
diberlakukan dalam praktik. Meliputi tindakan manajemen untuk
menghilangkan atau mengurangi dorongan atau godaan yang mungkin
membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur, ilegal, atau tidak etis.
Dan juga meliputi pengomunikasian nilai-nilai entitas dan standar perilaku
kepada para karyawan melalui pernyataan kebijakan, kode perilaku, dan
teladan.
Komitmen pada kompetensi. Komitmen pada kompetensi meliputi
pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan
tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
Partisipasi dewan komisaris atau komite audit. Meskipun
mendelegasikan tanggung jawabnya atas pengendalian internal kepada
manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian tersebut,
dewan yang aktif dan objektif seringkali juga dapat mengurangi
kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada
Untuk membantunya melakukan pengawasan, dewan membentuk komite
audit utnuk mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit
bertanggungjawab untuk melakukan komunikasi yang berkelanjutan
dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk menyetujui jasa audit

20
dan nonaudit yang dilakukan oleh para auditor perusahaan publik. Ini
memungkinkan para auditor dan direktur membahas berbagai masalah yang
mungkin berhubungan dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan
manajemen.

2. Filosofi dan gaya operasi manajemen. Manajemen melalui


aktivitasnya, memberikan isyarat yang jelas kepada para karyawan tentang
pentingnya penegndalian internal. Memahami aspek-aspek dalam filosofi
dan gaya operasi manajemen akan membuat auditor dapat merasakan sikap
manajemen tentang pengendalian internal.
3. Struktur organisasi. Dengan memahami struktur organisasi klien,
auditor dapat mempelajari pengelolaan dan unsur-unsur fungsional bisnis
serta melihat bagaimana pengendalian diimplementasikan. 4. Kebijakan
dan praktik sumber daya manusia. Karena pentingnya personil yang
kompeten dan terpercaya mengadakan pengendalian yang efektif, metode
utnuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi
kompensasi kepada personil itu merupakan bagian yang penting dari
pengendalian internal. Setelah memperoleh informasi tentang setiap sub
komponen lingkungan pengendalian, auditor menggunakan pemahaman ini
sebagai dasar untuk menilai sikap dan kesadaran manajemen serta para
direktur mengenai pentingnya pengendalian.

5. Penilaian Risiko Auditor akan memperoleh pengetahuan tentang proses


penilaian risiko oleh manajemen dengan memanfaatkan kuesioner dan
diskusi dengan manajemen untuk menentukan bagaimana manajemen
mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan,
mengevaluasi signifikansi dan kemungkinan terjadinya risiko itu, serta
memutuskan tindakan apa ynag diperlukan untuk menangani risiko itu.
Penilaian resiko manajemen berhubungan erat dengan penilaian resiko
auditor. Manajemen menilai resiko sebagai bagian dari merancang dan
mengoperasikan pengendalian internal untuk memperkecil kesalahan dan

21
kecurangan. Auditor menilai resiko untuk memutuskan bukti yang
dibutuhkan dalam audit.

2.4.4 Aktivitas Pengendalian (control activities)


Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa tindakan yang
perlu telah diambil untuk mengatasi resiko dalam pencapaian sasaran hasil
entitas, dalah hal ini entitas dapat di bagi menjadi lima yaitu :

1. Pemisahan tugas yang memadai, mencegah baik kecurangan maupun


kekeliruan yang terutama penting bagi auditor. Pemisahan tugas ini
tergantung pada ukuran organisasi / perusahaan.

a)Pemisahan penyimpanan aktiva dari akuntansi

b)Pemisahan otorisasi transaksi dari penyimpanan aktiva terkait

c)Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatan

d)Pemisahan tugas TI dari departemen pemakai.


2. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas. Setiap transaksi harus
disahkan dengan benar jika kendali diharapkan untuk memuaskan.
Otorisasi umum adalah manajemen menetapkan kebijakan untuk diikuti
oleh organisasi. Otorisasi khusus adalah manajemen menetapkan
kebijakan kasus per kasus (berlaku bagi transaksi individual).
3. Dokumen dan catatan yang memadai, untuk memberikan jaminan yang
wajar bahwa semua aset dikendalikan dengan baik dan semua transaksi
dicatat dengan tepat.
4. Kriteria rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang
sesuai, harus :

a) Bernomor urut

b) Disiapkan pada waktu transaksi berlangsung atau segera sesudah itu

c) Cukup sederhana dan dapat dipahami

d) Dirancang untuk berbagai penggunaan

22
e) Dibuat dengan cara yang mendorong persiapan yang benar
5. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan, penggunaan pencegahan
fisik. Contoh : penggunaan gudang persediaan untuk menjaga terhadap
pencurian.

6. Pemeriksaan independen atas kinerja, verifikasi internal atau


pemeriksaan independen.

2.5 Kasus
2.5.1 Kasus Pertama
Kasus PT. Kimia Farma dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM).
PT. Kimia Farma merupakan salah satu produsen obat-obatan milik
pemerintah diIndonesia. Sedangkan Hans Tuanakotta dan Mustafa
merupakan akuntan publik yang mengaudit PT. Kimia Farma. Pada tanggal
31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma telah melaporkan bahwa laba
bersih perusahaan sebesar Rp 132 milyar, dan laporan keuangan tersebut
telah diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa. Tetapi kementrian BUMN
dan Bapepam merasakan ada kejanggalan pada laporan keuangan tersebut
sehingga pada 31 Desember 2002 dilakukan audit ulang dan ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar, bahwa laba bersih yang dilaporkan
sebelumnya terlalu besar Rp 32,6 milyar (Liaaaajach, 2013). Hal ini terjadi
karena terdapat penggelembungan daftar harga persediaan. Selain itu juga
terdapat salah saji pada laporan keuangan yaitu dengan melakukan
pencatatan ganda atas unit-unit penjualan pada laporan keuangan yang
tidak di-sampling oleh auditor sehingga tidak berhasil dideteksi.
Sebagai auditor yang mengaudit PT. Kimia Farma, Hans
Tuanakotta dan Mustafa sebenarnya telah melakukan tugasnya dengan baik
sesuai standar audit yang berlaku umum, namun gagal dalam mendeteksi
kecurangan tersebut. Selain Hans Tuanakotta dan Mustafa yang mengaudit
laporan keuangan PT. Kimia Farma, Lodovicus Sensi W.,

23
selaku partner dari HTM juga diberikan tugas dalam rangka restrukturisasi
untuk mengaudit laporan keuangan Kimia Farma, tetapi Lodovicus Sensi
W juga tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam laporan
keuangan 31 Desember 2001. Dari kasus ini, auditor dari HTM dikenakan
denda atas ketidakberhasilannya dalam mendeteksi adanya
penggelembungan dana. Selain itu, Hans Tuanakotta dan Mustafa juga ikut
bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor yang
independen seharusnya HTM dapat mengetahui laporan keuangan yang
diauditnya apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak. Selain itu,
berkaitan dengan sikap skeptisme profesional, seharusnya auditor lebih
jujur dan teliti dalam menjalankan tugas auditnya (Liaaaajach, 2013)

2.5.2 Kasus Kedua


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan sanksi kepada kantor
akuntan publik partner dari Ernst and Young (EY) karena dinilai tak teliti
dalam penyajian laporan keuangan PT Hanson International Tbk (MYRX).
Atas kesalahan ini OJK memberikan sanksi membekukan Surat Tanda
Terdaftar (STTD) selama satu tahun.Deputi Komisioner Pengawas Pasar
Modal I Djustini Septiana dalam suratnya mengatakan Sherly Jokom dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti
melanggar udang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik
dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).Sherly terbukti melakukan
pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A 14 SPAP SA 200 dan Seksi
130 Kode Etik Profesi Akuntan Publik - Institut Akuntan Publik
Indonesia.OJK menilai KAP ini melakukan pelanggaran karena tak cermat
dan teliti dalam mengaudit laporan keuangan tahun PT Hanson
International Tbk. (MYRX) untuk tahun buku 31 Desember
2016.Kesalahan yang dilakukan perusahaan adalah tak profesional dalam
pelaksanaan prosedur audit terkait apakah laporan keuangan tahunan
perusahaan milik Benny Tjokro mengandung kesalahan material yang
memerlukan perubahan atau tidak atas fakta yang diketahui oleh auditor
setelah laporan keuangan diterbitkan.Kesalahan yang dimaksud OJK

24
adalah adanya kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai
Rp 613 miliar karena adanya pengakuan pendapatan dengan metode akrual
penuh (full acrual method) atas transaksi dengan nilai gross Rp 732
miliar.Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak
mengungkapkan adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas
kavling
siap bangun (KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019 yang dilakukan oleh
Hanson International sebagai penjual.

2.6 Jurnal
2.6.1 Jurnal Pertama
“PENGARUH DUE PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS
AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA BANDUNG”.
Penelitian yang dilakukan oleh Faturachman dan Angga (2015).
Dalam dunia bisnis, perusahaan pada umumnya menginginkan
kualitas terbaik bagi pelanggannya baik bisnis, manufaktur maupun jasa.
Ketika keinginan tersebut telah tercapai, perusahaan harus
mempertahankan eksistensi dan perkembangannya. Untuk
mempertahankan eksistensi dan perkembangannya, setiap perusahaan
harus selalu memperbaiki kegiatan operasi perusahaannya. Hasil dari
operasi suatu perusahaan selama satu periode tertentu dapat terlihat pada
laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan yang disajikan
selama periode tersebut akan dilakukan pemeriksaan (audit) yang
bertujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan tersebut telah
disajikan secara benar dan wajar. Audit atas laporan keuangan memegang
peran yang sangat penting dalam perekonomian dan dunia bisnis.
Informasi yang andal sangat dibutuhkan masyarakat sebagai pengambilan
keputusan ekonomi kedepan. Informasi akan lebih dipercaya dan akuntabel
apabila informasi tersebut telah dilakukan audit oleh pihak independen
yaitu auditor pada suatu kantor akuntan publik (KAP) dalam bentuk opini
atas laporan keuangan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (2001) menyebutkan kualitas pelaksanaan audit selalu
25
mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, meliputi standar umum,
standar pekerjaan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan
cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang
mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan
data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta
mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan
yang diauditnya secara keseluruhan.
Namun dalam pelaksanaannya banyak yang menyalahi peraturan
maupun prosedur audit. Sehingga menimbulkan citra yang buruk bagi
auditor di masyarakat. Terdapat beberapa kasus auditor yang terjadi di
Indonesia sehingga pada tahun 2008 dan 2009 Menteri Keuangan
memberikan sanksi terhadap beberapa kantor akuntan public yang
dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran yang berujung pada
pembekuan izin kerja kantor akuntan publik. Kualitas audit erat kaitannya
dengan due professional care. karena ketika auditor ingin menghasilkan
laporan audit yang berkualitas, auditor harus menerapkan due professional
care dalam setiap penugasan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Objek dalam penelitian ini adalah due professional care dan
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Metode ini
menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Data penelitian yang
dibutuhkan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek)
penelitian. Pengambilan data menggunakan observasi langsung dan
instrument yang digunakan adalah kuisioner (angket). Teknik yang
digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif.
Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini
adalah para auditor yang bekerja di 28 Kantor Akuntan Publik di Bandung

26
dengan tingkatan auditor senior dan junior, yang berjumlah 346 orang.
Adapun dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah
Convenience Sampling. Responden dalam penelitian ini adalah auditor
junior dan auditor senior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota
Bandung. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin
sehingga sampel yang diambil pada penilitian ini sebanyak 77 orang.
Hasil dari penelitian ini adalah t. Dari hasil pengujian didapatkan
pengaruh yang positif sebesar 0,569 serta koefisien determinasi sebesar
32,37%. Hasil ini menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh
terhadap kualitas audit sebesar 32,37%.

2.6.2 Jurnal Kedua


“Pengaruh Due Professional Care dan Akuntabilitas Auditor terhadap
Kualitas Audit “ penelitian yang dilakukan oleh Nurfadila dan Nurhada
(2020).
Pengaruh Due Professional Care dan Akuntabilitas Auditor
terhadap Kualitas Audit.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
memberikan bukti empiris pengaruh Due Professional Care dan
Akuntabilitas Auditor Terhadap Kualitas Audit. Penelitian ini
menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan regresi linear
berganda dengan penggunaan Program SPSS. Sampel yang digunakan
berdasarkan semua jumlah populasi auditor pada Kantor Inspektorat
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 47 auditor. Metode pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan metode kuesioner. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa due professional care dan akuntabilitas auditor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit baik secara
parsial maupun simultan.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel Due
Professional Care dan Akuntabilitas secara individu dan bersama-sama
berpengaruh signifikan positif terhadap Kualitas Audit. 1. Pengaruh Due
Professional Care Terhadap Kualitas Audit

27
Adanya pengaruh positif dan signifikan sikap Due Professional
Care auditor terhadap kualitas audit. Due professional care
merupakan sikap penting yang harus diterapkan oleh seorang
auditor dalam melaksanakan pekerjaannya agar tercapai kualitas
audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek,
yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai
(Elisha,2010). Hal ini menunjukkan bahwa indikator skeptis
profesionalime yang besar serta keyakinan yang memadai yang
diberikan Auditor dalam melaksanakan tugasnya mampu
menghasilkan audit yang berkualitas. Due Professional Care
merupakan perwujudan sikap kritis seorang auditor terhadap bukti
audit dengan selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti audit
tersebut. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri Arsika dan Nur Cahyonowati (2013) membuktikan
bahwa auditor yang mengimplementasikan due professional care
dalam pekerjaan auditnya dengan baik, maka hasil audit yang
dihasilkan akan makin berkualitas. Dari peryataan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan kemahiran professional
dengan cermat dan seksama (due professional care) akan
memberikan pengaruh terhadap hasil audit yang dilaporkan oleh
auditor. Namun tidak sependapat dengan Saripuddin (2012) yang
berpendapat bahwa Due Professional Care tidak berpegaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga Due Professional Care
yang dimiliki auditor belum tentu meningkatkan kualitas audit yang
dihasilkan.
2. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
Adanya pengaruh positif sikap akuntabilitas auditor yang berarti
bahwa semakin tinggi sikap akuntabilitas seorang auditor, maka
semakin berkualitas hasil auditnya. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator motivasi, pengabdian kepada profesi, dan kewajiban
sosial yang kompleks dan cukup tinggi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Akuntabilitas merupakan

28
perwujudan kewajiban seseorang atau organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijkan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan
Bawono (2010) yang mengatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh
secara parsial terhadap kualitas audit. Akuntabilitas merupakan
perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang diterapkan.
3. Pengaruh Due Professional Care Dan Akuntabilitas Secara Simultan
Terhadap Kualitas Audit
Pada pengujian hipotesis menunjukkan bahwa due professioanal
care dan akuntabilitas auditor secara simultan berpenaruh terhadap
kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah signifikan dan
positif, yang artinya semakin tinggi tingkat due professional care
dan
akuntabilitas seorang auditor maka akan semakin tinggi pula
kualitas hasil audit yang dihasilkan auditor tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator tepat waktu, lengkap, akurat, dan
jelasnya hasil audit yang diberikan oleh seorang auditor akan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang
dihasilkan auditor. Hasil penenlitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010) yang
menguji apakah ada pengaruh independensi, pengalaman, due
Professional Care dan akuntabilitas. Secara simultanterhadap
kualitas audit. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel kualitas audit secara simultan
atau bersama – sama.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kompetensi dan Kecermatan Profesional merupakan salah satu dasar kode
etika profesional. Kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran
profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Sikap
auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit adalah dengan selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor
harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama
(professional due care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.
Professional due care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional
(professional judgment), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang
tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama Penerapan kecermatan
dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada
setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan
menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan
yang telah dihasilkan. Professional due care merupakan hal yang penting yang
harus diterapkan bagi setiap akuntan publik dalam melaksanakan tugas
profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Auditor harus tetap
menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika
auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankansikap skeptis profesionalnya,
maka laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan
memumgkinkan adanya litigasi paska audit. Professional due care erat kaitannya
dengan Kualitas audit karena ketika auditor ingin menghasilkan laporan audit
yang berkualitas, auditor harus menerapkan professional due care dalam setiap
penugasan auditnya. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa

30
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, Dan Due Professional
Care Auditor Terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah (Studi
Empiris pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Riau) Jurnal Akuntansi, 1(1)
Arens, Alvin A, dkk. (2015) Auditing & Jasa Assurance Edisi Kelimabelas Jilid
1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ely Suhayati., & Siti Kurnia Rahayu. 2010. AUDITING, Konsep Dasar dan
Pedoman Pemriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hery. 2017.
Auditing dan Asurans: Pemeriksaan Akuntansi Berbasis Standar Audit
Internasional. Jakarta : PT Grasindo
Mautz, R.K dan Hussein A. Sharaf., (1961)., The Philosophy Of Auditing.
Florida: American Accounting Association

Nurfadilah dan Nurhuda., 2020., Pengaruh Due Professional Care dan


Akuntabilitas Auditor terhadap Kualitas Audit., JEMMA, Volume 3 Nomor
1, Maret 2020
Sukrisno Agoes,. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Edisi ke 4. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Sukrisno, Agoes dan Hoesada, Jan. 2012. Bunga Rampai Auditing. Edisi Kedua.
Jakarta : Salemba Empat
Tb. Aman Faturachman dan Angga Nugraha., 2015., PENGARUH DUE
PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA BANDUNG., JURNAL RISET
AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 3 (1), 2015, 562-571.

32

Anda mungkin juga menyukai