Anda di halaman 1dari 37

Makalah Audit dan Asurans

Audit Planning
1. Assessment of inherent Risk and Materiality and Internal Control Concept
2. Audit Risk Analysis
3. Assessment of Control Risk

Dosen pengampu
Prof. Dr. Gusnardi, S.E., M.Si., Ak., CA

Oleh :

Bangkit Aknico Priyangga 2210247995


Chrystina Lawer 2120247049
Ego Muslim 2210247833
Mardotillah 2210248090
Suryadi 2210247836
Tantri Paramitha 2210247834

Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mamberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Audit dan
Asurans di Universitas Riau.

Tak lupa sholawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridhoi
Allah SWT, yakni agama Islam. Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan,
walaupun kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekuragan
baik dalam penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang bisa dibilang kurang
komplit dan detail.

Mengingat keterbatasan kami yang masih belum bisa maksimal dalam mengumpulkan
data-data yang diperlukan. Kami berharap semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun orang yang membacanya.

Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai maka akan
tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi peningkatan
kualitas dan mutu dari makalah yang kami susun ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Pekanbaru, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Materialitas ............................................................................................................... 2


2.1.1 Pengertian Materialitas ..................................................................................... 2
2.1.2 Pertimbangan Awal Materialitas ...................................................................... 2
2.1.3 Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan............................................... 2
2.1.4 Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun .......................................................... 3
2.1.5 Pengalokasian Materialitas Laporan Keuangan ke Akun-akun ..................... 3
2.1.6 Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit ...................................... 4
2.1.7 Menentukan dan Menggunakan Materialitas Dalam Audit ........................... 4
2.1.8 Overall Materiality ......................................................................................... 5
2.1.9 Performance Materiality ................................................................................ 6
2.1.10 Specific Performance Materiality .................................................................. 6
2.1.11 Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi ................................................................ 7
2.2 Resiko Audit ....................................................................................................... 7
2.2.1 Risiko Deteksi Terencana .............................................................................. 8
2.2.2 Resiko pengendalian ...................................................................................... 8
2.2.3 Resiko akseptibilitas audit ............................................................................. 9
2.2.4 Resiko kecurangan ....................................................................................... 10
2.2.5 Evaluasi Resiko ............................................................................................ 10
2.2.6 Model Perhitungan Risiko Audit ................................................................. 11
2.2.7 Pengujian Pengendalian ............................................................................... 11
2.2.8 Pengujian Substantif .................................................................................... 12
2.2.9 Pengujian substantif atas transaksi ............................................................... 13
2.2.10 Resiko Inheren ............................................................................................. 13
2.2.11 Penyebab Risiko Inheren ............................................................................. 13
2.2.12 Mencegah Risiko Inheren ............................................................................ 14
2.2.13 Mencegah Risiko Inheren ............................................................................ 14
2.3 Risiko Pengendalian (Control Risk) ....................................................................... 14
2.3.1 Penilaian Risiko Pengendalian (Assessment of Control Risk) .................... 14
2.3.2 Pengujian Pengendalian (Tests of Controls) ................................................ 15
2.3.3 Tujuan Pengujian Pengendalian................................................................... 15
2.3.4 Prosedur Pengujian Pengendalian ................................................................ 15
2.3.5 Tingkat Prosedur .......................................................................................... 15
2.3.6 Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Prosedur untuk
Memperoleh Pemahaman .......................................................................... 16

ii
2.3.7 Pelaporan Auditor Atas Pengendalian Internal ............................................ 17
2.3.8 Jenis-Jenis Opini .......................................................................................... 17
2.3.9 Evaluasi, Pelaporan, dan Pengujian Pengendalian Internal untuk
Perusahaan Publik Non Publik dan Lebih Kecil .......................................... 17
2.3.10 Dampak Lingkungan IT Pada Penilaian dan Pengujian Risiko
Pengendalian ................................................................................................ 18
BAB III STUDI KASUS
3.1 Laporan tahunan ................................................................................................ 20
3.2 Latar belakang teknologi dan industry............................................................... 21
3.3 Penjualan dan pemasaran pelanggan ................................................................. 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan semakin
banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut
menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat
dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihak
yang secara independen memberikan penilaian terhadap laporan keuangan yang akan dijadikan
dasar pengambilan keputusan.
Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara independen terhadap sebuah
laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan pekerjaannya seprofesional
mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam penilaian. Karena apabila terdapat
kesalahan dalam penilaian, maka akan berampak pada pihak-pihak yang menggunakan hasil
penilaian auditor sebagai dasar pengambilan keputusan.
Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan perencanaan terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk perusahaan yang akan diperiksa
laporan keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.
Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit.
Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep
fundamental yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan audit.
Konsep materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal yang
tergolong material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting karena pendapat yang
diberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal yang bersifat material saja. Maka ruang
lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat yang akan diberikan, bergantung pada
interprestasi dan pemahaman auditor terhadap nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang
material ataupun tidak material.
Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
1.2 Rumusan Masalah
1. Materialitas dan Risiko Audit
2. Risiko Inheren
3. Risiko Pengendalian
1.3 Tujuan
Dengan adanya makalah ini penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis
dan pemb

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Materialitas
2.1.1 Pengertian Materialitas

Adalah besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang
dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh
orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh
penghilangan atau salah saji tersebut. Definisi mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan:

▪ Keadaan-keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan klien).


▪ Informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan
keuangan yang telah diaudi

2.1.2 Pertimbangan Awal Materialitas

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas pada dua
tingkatan yaitu;

▪ Tingkat Laporan Keuangan karena pendapatan auditor mengenai kewajaran mencakup


laporan keuangan sebagai keseluruhan.
▪ Tingkat saldo Akun karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo Akun untuk
dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan keuangan.

2.1.3 Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan

a. Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting
sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Dalam membuat pertimbangan awal tentang materialitas, auditor menentukan tingkat


materialitas awal keseluruhan untuk setiap jenis laporan keuangan, sebagai contoh, auditor
menaksir bahwa kekeliruan sebesar Rp.1.000.000 untuk laporan rugi laba dan Rp.2.000.000
untuk neraca dipandang material. Dalam hal ini tidaklah tepat apabila auditor menggunakan
materialitas neraca dalam perencanaan audit karena apabila salah saji neraca Rp. 2.000.000
mempengaruhi rugi-laba, maka laporan rugi-laba akan salah saji material.

Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan perimbangan awal mengenai


tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang melekat pada
proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor biasanya

2
menggunakan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan
keuangan. Aturan pengambilan keputusan ini dilakukan karena :

(1). Laporan keuangan saling berhubungan.

(2). Sebagaian besar prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis
laporan keuangan.

b. Pedoman Kuantitatif yaitu pada saat ini ada standar akuntansi ataupun standar auditing
yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas secara kuantitatif. Contoh: berikut
ini adalah pedoman yang sering digunakan oleh kantor-kantor akuntan dalam praktik:

▪ 5% sampai 10% dari laba bersih (10% untuk laba bersih kecil, dan 5% untuk yang lebih
besar).
▪ ½% sampai 1% dari total aktiva.
▪ 1% dari modal.
▪ ½% sampai 1% dari pendapatan kotor.
▪ Persentase yang berbeda-beda berdasarkan total aktiva atau pendapatan mana yang
lebih besar.

c. Pertimbangan Kualitatif yaitu berhubungan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji
yang secara kuantitatif tidak material, bisa menjadi material secara kualitatif, misalnya:
apabila suatu salah saji berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan
hukum oleh klien. Ditemukannya hal demikian dalam audit, akan berakibat auditor
menarik kesimpulan bahwa terdapat risiko signifikan sebagai tambahan atas risiko untuk
salah saji yang sama tetapi tidak berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan
melawan hukum.

2.1.4 Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas saldo Akun adalah minimum salah saji yang bisa ada pada suatu saldo
Akun yang dipandang sebagai salah saji material. Salah saji sampai tingkat tersebut salah saji
bisa diterima. Konsep materialitas pada tingkat saldo Akun hendaknya tidak dicampuradukkan
dengan istilah saldo Akun yang material. Perlu dipahami bahwa saldo Akun yang material
menunjukkan besarnya saldo sebuah Akun yang tercatat dalam pembukuan, sedangkan konsep
materialitas dengan jumlah salah saji yang bisa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
oleh pemakai laporan keuangan.

2.1.5 Pengalokasian Materialitas Laporan Keuangan ke Akun-akun

Apabila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan


dikuantifikasi maka taksiran awal materialitas untuk setiap akun bisa diperoleh dengan cara
mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke masing-masing akun rugi-laba juga

3
berpengaruh terhadap neraca, dan karena akun neraca biasanya lebih sedikit, maka auditor
umumnya melakukan alokasi berdasarkan akun-akun neraca.

Auditor menduga terdapat sedikit salah saji dalam kas dan aktiva tetap dan sejumlah salah saji
dalam piutang dagang dan persediaan. Berdasarkan pengalaman dimasa lalu dengan klien,
Dengan asumsi bahwa taksiran awal materialitas laporan keuangan adalah 1 % dari Total aktiva
atau Rp.100.000,-. maka auditor bisa membuat rencana pengalokasikan sebagai berikut:

PENGALOKASIAN MATERIALITAS
AKUN RENCANA %
Kas 5.000 5
Piutang usaha 15.000 15
Persediaan 30.000 30
Aktiva tetap 50.000 50
100.000 100

2.1.6 Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor
tentang kecukupan (jumlah yang dibutuhkan) bukti audit. Dalam melakukan generalitas
tentang hubungan ini, perbedaan antara pengertian materialitas dengan saldo Akun material.

2.1.7 Menentukan dan Menggunakan Materialitas Dalam Audit

Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentuan luasnya
prosedur audit. Materialitas akan digunakan antara lain untuk :

1. Menentukan bidang-bidang laporan keuangan yang perlu di audit


2. Menetapkan konteks untuk strategi audit menyeluruh
3. Merencanakan sifat, waktu, dan luas prosedur audit spesifik
4. Menentukan materialitas untuk golongan transaksi saldo akun atau pengungkapan
tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan
mempengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pemakai berdasarkan laporan
keuangan tersebut. Konsep materialitas dibagi menjadi 2 tingkat yaitu:

1. Tingkat Laporan Keuangan (financial statement level)

Materialitas pada tingkat ini terdiri dari :

4
▪ Materialitas Keseluruhan (Overall Materiality)

Materialitas Keseluruhan didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak


terhadap terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor
memperoleh informasi yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari
yang ditetapkannya semula, angka materialitas semula seharusnya direvisi.

▪ Overall Performance Materiality

Overall performance materiality ditetapkan lebih rendah dari overall


materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko
tertentu (tanpa mengubah overall materiality) dan menurunkan ke tingkat rendah yang
tepat (appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang
tidak terdeteksi secara agregat (aggregate of uncorrected and undetected
misstatement) melampaui overall materiality. Performance materiality perlu diubah
berdasarkan temuan audit.

2. Account balance, class of transactions and disclosures level

Account balance, class of transactions and disclosures level dibagi menjadi 2 :

▪ Specific Materiality

Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu dimana
jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality.

▪ Specific Performance Materiality

Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal ini
memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang
secara agregat dapat berjumlah material.

2.1.8 Overall Materiality

Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (overall


materiality) didasarkan pada kearifan professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji
dalam laporan keuangan tanpa mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.
Jika jumlah salah saji yang tidak dikoreksi (amount of uncorrected misstatement), terpisah atau
digabungkan, lebih besar dari overall materiality yang ditetapkan untuk penugasan tersebut,
maka laporan keuangan disalahsajikan secara material.

5
2.1.9 Performance Materiality

Performance materiality (materialitas yang digunakan dalam pelaksaan audit atau


disingkat “materialitas pelaksanaan”) digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke titik
rendah yang dapat diterima (appropriately low level). Yang ditekan adalah risiko besarnya
salah saji melampaui angka materialitas. Dalam hal ini salah saji yang dimaksud adalah
akumulasi salah saji yang tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi
oleh auditor (accumulation of uncorrected and unidentified misstatement).

Ada beberapa hal dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak, akan mempengaruhi
pengambil keputusan oleh pemakai laporan keuangan, diantaranya:

▪ Disclosures yang sensitive, seperti remunerasi manajemen dan TCWG


▪ Related party transactions (transaksi hubungan istimewa)
▪ Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan
perundangan, dan kewajiban pelaporan statute atau yang ditetapkan regulator
▪ Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif
▪ Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan tambang
▪ Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi
▪ Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha
▪ Kegiatan usaha yang dihentikan
▪ Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum)
▪ Perkenalan produk atau jasa baru

2.1.10 Specific Performance Materiality

Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas diatas, kecuali dalam hal
ini performance materiality-nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang
spesifik. Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific
materiality, untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ke
tingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi
melebihi specific materiality.

Karena angka materialitas ditentukan berdasar kearifan professional (professional


judgment), sangatlah penting faktor-faktor dan angka- angka yang digunakan dalam
materialitas pada berbagai tingkat, didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi ini terjadi
selama:

▪ Tahap perencanaan, ketika keputusan dibuat mengenai luasnya pekerjaan audit yang
harus dilaksanakan

6
▪ Audit, jika berdasarkan temuan audit, diperlukan revisi atas overall
materiality atau performance materiality untuk jenis transaksi, saldo akun
atau disclosures tertent

2.1.11 Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi

▪ Perlu karena bahan bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-segmen daripada L/K


secara keseluruhan. Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan jumlah
bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam segmen tersebut sehingga akan
meminimalisasi biaya audit.
▪ Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih
sedikit komponen. Kesulitan pengalokasian materialitas pada akun neraca :

1. Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain.
2. Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tersebut lebih saji atau kurang saji.
3. Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun
sulit diramalkan

▪ Salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement) yaitu materialitas yang
dialokasikan dalam pertimbangan awal kepada saldo perkiraan.
▪ Tolerable misstatement dapat melebihi materialitas dalam hal :

1. Kecil kemungkinan seluruh akun akan salah saji sejumlah tolerable misstatement.
2. Kemungkinan bahwa sebagian akun terjadi lebih saji dan lainnya kurang saji, berakibat
efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas total.

2.4 Resiko Audit

Risiko audit adalah risiko bahwa laporan keuangan perusahaan tidak menyajikan posisi
keuangan yang sebenarnya atau manajemen memiliki maksud untuk menutupi fakta meskipun
opini audit telah menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut tidak mengandung salah saji
material (lihat juga Jenis Audit -- Audit Laporan Keuangan). Risiko ini dapat berdampak pada
calon investor, kreditur, maupun pemegang saham.

Ada tiga jenis risiko audit yang umum, yaitu risiko deteksi, risiko pengendalian, dan
risiko bawaan.

7
2.2.1 Risiko Deteksi Terencana

Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti
audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu
nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. Terdapat dua
poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu sebagai berikut :

1. Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko
deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah
satu dari ketiga faktor lainnya tersebut.
2. Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu
sendiri. Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang
berkurang ini.

2.2.2 Risiko inheren

Risiko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh
auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material
(kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan
dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka
risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya
salah saji yang material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern,
menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah

8
salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi.
Pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam menetapkan nilai risiko inheren
karena pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit
sebagai risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas sejumlah diskusi yang
telah dilakukan dengan pihak manajemen, pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta
hasil- hasil yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.

Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti audit yang
direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi
terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.

Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk suatu tingkat risiko
inheren yang lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan
pula untuk menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak pengalaman untuk melakukan
audit pada area tersebut serta melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang
telah selesai dibuat.

Sebagai contoh: jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt tinggi, maka
sangatlah masuk akal bila kantor akuntan publik memilih staf yang berpengalaman untuk
melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini dan melakukan
review yang lebih cermat atas hasil-hasil yang diperoleh dari audit ini.

2.2.3. Resiko pengendalian

Resiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor
untuk menilai adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi
nilai salah saji yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak
terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko pengendalian ini
memperhatikan 2 hal berikut:

1. penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk
mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.
2. kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai
maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya.

Model resiko audit menunjukan hubungan yang erat antara resiko inheren dan resiko
pengendalian.

Sama dengan yang terjadi pada resiko inheren, hubungan antara resiko pengendalian
dan resiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara hubungan antara resiko
pengendalian dan bukti substantif merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika
auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka nilai resiko deteksi
terencana dapat meningkat sehingga jumlah bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan

9
akan turun. Auditor dapat meningkatkan resiko deteksi terencana pada saat pengendalian intern
bersifat efektif karena pengendalian intern yang efektif akan mengurangi kemungkinan
hadirnya salah saji dalam laporan keuangan.

Sebelum auditor dapat menetapkan nilai resiko pengendalian kurang dari 100 persen,
auditor harus memahami pengendalian intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu,
auditor melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya fungsi pengendalian intern tersebut,
serta melakukan uji atas efektifitas pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini
adalah keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir adalah langkah-langkah
penilaian resiko pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai
atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.

2.2.4. Resiko akseptibilitas audit

Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat
kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih
mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan
audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu
tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin
memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung
salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat resiko sebesar 100
persen berarti benar-benar tidak yakin.

Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat keyakinan, yaitu merupakan
pelengkap dari resiko akseptibilitas audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan satu
dikurangi resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko akseptibilitas audit sebesar
2 persen sama dengan tingkat audit assurance sebesar 98 persen.

Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya hubungan yang searah
antara resiko akseptibilitas audit dan resiko deteksi terencana, serta hubungan yang saling
berlawanan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai
contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko akseptibilitas audit, maka akan
mengurangi pula resiko deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan
dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus menugaskan staf yang lebih
berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan tingkat
resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah.r

2.2.5 Resiko kecurangan

Resiko kecurangan merupakan resiko selain 4 resiko di atas dan resiko ini biasanya di
perhitungkan di luar dari model resiko audit. Karena resiko kecurangan secara konsep dan
praktek sangat sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis resiko di atas.

10
Kecurangan sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja dalam
bentuk penggelapan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan.

Untuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan


luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya resiko
kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik kelompok maupun individual,
kesempatan yang tercipta, dan perilaku manajemen untuk membiarkan terjadinya tindakan
ketidakjujuran tersebut.

2.2.6 Evaluasi Resiko

Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-


hasilnya dapat diyatakan dalam versi evaluasi model resiko audit. SAS 107 menyatakan model
resiko audit untuk mengevaluasi hasil-hasil audit.

2.2.7 Model Perhitungan Risiko Audit

Model Risiko Audit (audit risk) yang paling lumrah digunakan (dan diajarkan) adalah:

AR = IR x CR x DR

Dimana:

AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk

DR = AR/(IR x CR)

Nah, besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit secara keseluruhan.

Ukuran risiko bahawa bukti audit untuk suatu segmen tidak mendeteksi salah saji yang
melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, jika salah saji semacam itu memang ada. Auditor
dapat mengurangi risiko deteksi yang dicapai ini hanya dengan mengumpulkan bukti.

Berdasarkan riset, tidak tepat menggunakan rumus evaluasi ini untuk benar-benar
menghitung risiko audit yang dicapai sebagai mana yang dinyatakan rumus di atas. Riset
menununjukkan bahwa penggunaan rumus ini dapat mengakibatkan risiko audit yang dicapai
kurang saji. Namun, hubungan yang ada dalam rumus itu valid dan harus digunakan dalam
praktik.

11
Rumus tersebut menunjukkan tiga cara untuk mengurangi risiko audit yang dicapai ke
tingkat yang dapat diterima:

1. Mengurangi risiko inheren


2. Mengurangi risiko pengendalian
3. Mengurangi risiko deteksi yang dapat dicapai dengan meningkatkan pengujian audit
substantive

Penggabungan ketiga faktor tersebut secara subjektif untuk mencapai tingkat risiko
audit yang cukup rendah membutuhkan pertimbangan profesional yang matang. Model risiko
audit merupakan model perencanaan, sehingga penggunaannya terbatas pada mengevaluasi
hasil audit saja.

Meskipun tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh auditor dalam mengumpulkan bukti
yang direncanakan dan menyimpulkan bahwa penilaian setiap risiko sudah wajar atau lebih
baik daripada yang diduga semula, auditor tetap harus sangat hati-hati dalam mengambil
keputusan.

Penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren dapat ditetapkan terlalu
rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi.

Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah:

1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepa
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit.

2.2.8 Pengujian Pengendalian

Fungsi utama dari pemahaman auditor terhadap pengendalian intern adalah untuk
memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap tujuan audit berkait transaksi. Contohnya
adalah memperkirakan tujuan ketepatan untuk transaksi pendapatan adalah lemah dan untuk
tujuan eksistensi adalah sedang. Pengujian pengendalian dilakukan untuk menentukan
kelayakan dari rancangan dan efektifitas operasi dari pengendalian intern khusus. Pengendalian
intern ini dapat dengan cara manual atau terotomatisasi. Pengujian pengendalian mencakup
prosedur-prosedur audit dibawah ini:

1. Melakukan wawancara dengan pegawai yang tepat


2. Memeriksa dokumen, catatan-catatan, dan laporan-laporan
3. Mengamati kegiatan-kegiatan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur auditan

12
2.2.9 Pengujian Substantif

Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain


untuk menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran
dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam pengujian
substantif yaitu :

▪ pengujian substantif atas transaksi,


▪ prosedur analitis,
▪ pengujian terinci atas saldo.

2.2.10 Pengujian substantif atas transaksi

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua
tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi
untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas
transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada
semua telah dicatat.

Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah
dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja
telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan
diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-transaksi
telah dicatat dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku
besar juga benar.

2.2.11 Resiko Inheren

Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena
akan berpengaruh terhadap jalannya program-program yang telah dirancang.

Laporan keuangan yang lancar dan bersih akan mendorong performa bisnis perusahaan
dan sebaliknya, laporan keuangan yang bermasalah tentu akan berdampak terhadap kinerja
perusahaan.

Salah satu masalah laporan keuangan yang cukup menjadi momok bagi auditor atau
pun analis keuangan adalah risiko inheren. Resiko ini cukup rentan terjadi pada perusahaan-
perusahaan, baik dengan skala bisnis besar atau kecil.

Apa itu Risiko Inheren?

Risiko Inheren (melekat/bawaan) adalah kelalaian dalam laporan keuangan yang


disebabkan oleh tidak optimalnya pengendalian internal. Risiko Inheren melekat pada kegiatan

13
bisnis baik yang dapat dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi,
yang berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi keuangan perusahaan.

Risiko inheren ini merupakan satu dari tiga model resiko audit keuangan yang terdiri
dari Control Risk, Detection Risk dan Inherent Risk. Untuk risiko inheren ini dapat ditentukan
oleh faktor internal dan faktor eksternal.

2.2.12 Penyebab Risiko Inheren

Risiko inheren bisa terjadi di berbagai perusahaan dalam membuat laporan keuangan.
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan risiko inheren, berikut ulasannya:

• Transaksi keuangan yang kompleks


• Transaksi yang tidak terawasi
• Rancangan keuangan dengan estimasi tinggi
• Pemeriksaan keuangan yang lemah
• Peraturan yang rumit
• Instrumen keuangan yang sulit dinilai

Contoh Kasus Risiko Inheren

Risiko Inheren berpotensi terjadi pada laporan keuangan perusahaan. Salah satu
contohnya pada laporan keuangan perusahaan yang dirilis kepada publik. Laporan ini sangat
bergantung pada estimasi manajemen dan penilaian instrumen keuangan yang dapat
menimbulkan risiko inheren.

2.2.13 Mencegah Risiko Inheren

Seperti penjelasan sebelumnya, risiko inheren merupakan bagian dari tiga model audit.
Salah satu upaya untuk mencegah risiko inheren ini dengan mengoptimalkan dua model audit
lainnya yaitu control risk dan detection risk.

Setiap pekerjaan memiliki risiko yang perlu diantisipasi agar tidak memberikan dampak
buruk, termasuk juga dalam laporan keuangan. Perencanaan yang matang akan membantu
perusahaan untuk terhindar dari risiko-risiko yang tidak perlu.

2.5 Risiko Pengendalian (Control Risk)


2.3.1 Penilaian Risiko Pengendalian (Assessment of Control Risk)
Auditor memperoleh pemahaman tentang desain dan penerapan pengendalian internal
untuk membuat penilaian awal atas risiko pengendalian sebagai bagian dari penilaian auditor
atas risiko salah saji material secara keseluruhan. Auditor menggunakan penilaian awal atas
risiko pengendalian ini untuk merencanakan audit untuk setiap golongan transaksi yang
material. Namun, dalam beberapa hal, auditor mungkin mengetahui bahwa defisiensi
pengendalian adalah signifikan sehingga laporan keuangan klien mungkin tidak dapat diaudit.

14
Sebagai contoh, jika manajemen kurang memiliki integritas atau catatan akuntansi kurang baik,
sebagian besar auditor tidak akan menerima perikatan tersebut.
2.3.2 Pengujian Pengendalian (Tests of Controls)
Kami telah memeriksa bagaimana auditor menghubungkan pengendalian dan
kekurangan pengendalian dengan tujuan audit terkait untuk menilai risiko pengendalian untuk
setiap tujuan. Kami akan membahas pengujian pengendalian baik untuk audit pengendalian
internal untuk pelaporan keuangan maupun audit atas laporan keuangan.
2.3.3 Tujuan Pengujian Pengendalian
Penilaian risiko pengendalian mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan desain,
penerapan, dan pengoperasian pengendalian untuk mengevaluasi apakah pengendalian tersebut
akan efektif dalam memenuhi tujuan audit terkait. Dalam kebanyakan kasus, auditor tidak akan
mengumpulkan cukup bukti untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian ke tingkat yang
cukup rendah. Oleh karena itu, auditor harus memperoleh bukti tambahan tentang efektivitas
operasi pengendalian selama, atau setidaknya sebagian besar, periode yang diaudit. Prosedur
untuk menguji keefektifan pengendalian untuk mendukung penurunan penilaian risiko
pengendalian disebut pengujian pengendalian.
Jika hasil pengujian pengendalian mendukung desain dan operasi pengendalian seperti
yang diharapkan, auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian yang sama dengan
penilaian awal. Namun, jika pengujian pengendalian menunjukkan bahwa pengendalian tidak
beroperasi secara efektif, penilaian risiko pengendalian harus dipertimbangkan kembali.
Sebagai contoh, pengujian dapat menunjukkan bahwa penerapan suatu pengendalian dibatasi
pada pertengahan tahun atau bahwa orang yang menerapkannya sering membuat salah saji.
Dalam situasi seperti itu, auditor menggunakan risiko pengendalian yang dinilai lebih tinggi,
kecuali mengkompensasi pengendalian untuk hal yang sama terkait tujuan audit diidentifikasi
dan terbukti efektif.
2.3.4 Prosedur Pengujian Pengendalian
Auditor kemungkinan akan menggunakan empat jenis prosedur untuk mendukung
efektivitas operasi pengendalian internal. Pengujian pengendalian internal oleh manajemen
kemungkinan akan mencakup jenis prosedur yang sama. Keempat jenis prosedur tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tanyakan kepada personel klien yang tepat;
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan;
3. Amati aktivitas yang berhubungan dengan kontrol;
4. Ulangi prosedur klien;
2.3.5 Tingkat Prosedur
Sejauh mana pengujian pengendalian diterapkan tergantung pada penilaian awal risiko
pengendalian. Jika auditor menginginkan penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah,
pengujian pengendalian yang lebih ekstensif diterapkan, baik dalam hal jumlah pengendalian
yang diuji maupun luas pengujian untuk setiap pengendalian. Sebagai contoh, jika auditor ingin
menggunakan penilaian risiko pengendalian yang rendah, ukuran sampel yang lebih besar
untuk prosedur inspeksi, observasi, dan pelaksanaan ulang harus diterapkan.
Jangkauan pengujian juga bergantung pada frekuensi pengoperasian kontrol, dan apakah
dilakukan secara manual atau otomatis. Misalnya, beberapa kontrol pelaporan keuangan hanya
beroperasi pada akhir tahun fiskal, atau triwulanan, bukan beroperasi setiap hari. Dengan

15
menggunakan contoh pembelian, pencocokan pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan
faktur vendor dapat diotomatisasi dan komputer dapat menghasilkan daftar pengecualian,
daripada membandingkan secara manual oleh karyawan. Akibatnya, ketika ada kontrol umum
yang efektif dan otomatis. Auditor akan menggunakan salah satu dari beberapa pendekatan
untuk menentukan apakah desain dan penerapan pengendalian otomatis sudah tepat dan telah
beroperasi secara efektif. Pendekatan ini dibahas lebih lanjut nanti di bab saat kita membahas
kontrol di lingkungan TI yang lebih kompleks
Ketergantungan Pada Bukti Dari Audit Tahun Sebelumnya: ketika auditor
berencana untuk menggunakan bukti tentang efektivitas operasi pengendalian internal yang
diperoleh dalam audit sebelumnya, standar audit mensyaratkan pengujian efektivitas
pengendalian setidaknya setiap tahun ketiga. Jika auditor menentukan bahwa pengendalian
kunci telah diubah sejak terakhir kali diuji, mereka harus mengujinya pada tahun berjalan.
Pengujian Pengendalian Yang Berkaitan Dengan Risiko Signifikan: adalah risiko
yang menurut auditor memerlukan pertimbangan audit khusus. Ketika prosedur penilaian
risiko auditor mengidentifikasi risiko yang signifikan, auditor diharuskan untuk menguji
efektivitas operasi pengendalian yang memitigasi risiko tersebut dalam audit tahun berjalan,
jika auditor berencana untuk mengandalkan pengendalian tersebut untuk mendukung penilaian
risiko pengendalian di bawah 100%. Semakin besar risikonya, semakin banyak bukti audit
yang harus diperoleh auditor bahwa pengendalian beroperasi secara efektif.
Pengujian Kurang Dari Seluruh Periode Audit: Ingatlah bahwa laporan manajemen
tentang pengendalian internal berkaitan dengan efektivitas pengendalian internal pada akhir
tahun fiskal. Standar audit PCAOB mengharuskan auditor untuk melakukan pengujian
pengendalian yang memadai untuk menentukan apakah pengendalian beroperasi secara efektif
pada akhir tahun. Oleh karena itu, waktu pengujian pengendalian oleh auditor akan bergantung
pada sifat pengendalian dan kapan perusahaan menggunakannya. Untuk pengendalian yang
diterapkan sepanjang periode akuntansi, biasanya praktis untuk mengujinya pada tanggal
interim
2.3.6 Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Prosedur untuk Memperoleh
Pemahaman
Ada tumpang tindih yang signifikan antara pengujian pengendalian dan prosedur untuk
mendapatkan pemahaman. Keduanya meliputi penyelidikan, inspeksi, dan observasi. Ada dua
perbedaan utama dalam penerapan prosedur umum ini:
1. Dalam memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, prosedur untuk
memperoleh pemahaman diterapkan pada semua pengendalian yang teridentifikasi
selama fase tersebut. Pengujian pengendalian, di sisi lain, diterapkan hanya ketika
penilaian risiko pengendalian belum dipenuhi oleh prosedur untuk memperoleh
pemahaman.
2. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman dilakukan hanya pada satu atau beberapa
transaksi atau, dalam kasus pengamatan, pada satu titik waktu. Pengujian pengendalian
dilakukan pada sampel transaksi yang lebih besar (mungkin 20 sampai 100), dan
seringkali, observasi dilakukan pada lebih dari satu titik waktu.
Untuk pengendalian utama, pengujian pengendalian selain dari kinerja ulang pada
dasarnya merupakan perpanjangan dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman. Oleh karena
itu, dengan asumsi auditor merencanakan untuk memperoleh penilaian risiko pengendalian

16
yang rendah sejak awal audit, mereka kemungkinan besar akan menggabungkan kedua jenis
prosedur tersebut dan melaksanakannya secara bersamaan.
2.2.7 Pelaporan Auditor Atas Pengendalian Internal
Sebagai bagian dari pemahaman pengendalian internal dan penaksiran risiko
pengendalian, auditor diharuskan untuk mengomunikasikan hal-hal tertentu kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Informasi ini dan rekomendasi lain tentang pengendalian
juga sering dikomunikasikan kepada manajemen.
Komunikasi kepada pihak yang bertanggung jawab atas auditor pemerintah:
Auditor harus mengomunikasikan defisiensi signifikan dan kelemahan material secara tertulis
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola segera setelah auditor menyadari
keberadaannya. Komunikasi tersebut biasanya ditujukan kepada komite audit dan manajemen.
Komunikasi yang tepat waktu dapat memberikan kesempatan kepada manajemen untuk
mengatasi defisiensi pengendalian sebelum laporan manajemen tentang pengendalian internal
harus diterbitkan. Dalam beberapa kasus, defisiensi dapat dikoreksi cukup dini sehingga baik
manajemen maupun auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian beroperasi secara
efektif pada tanggal neraca.
Management Letter. Selain hal-hal tersebut, auditor sering mengidentifikasi masalah
terkait pengendalian internal yang kurang signifikan, serta peluang bagi klien untuk melakukan
perbaikan operasional. Ini juga harus dikomunikasikan kepada klien. Bentuk komunikasi
seringkali berupa surat tersendiri untuk keperluan itu, yang disebut management letter.
2.2.8 Jenis-Jenis Opini
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian
Auditor akan mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atas pengendalian
internal atas pelaporan keuangan ketika ada dua kondisi:
1. Tidak ada kelemahan material yang teridentifikasi sampai dengan akhir tahun buku.
2. Tidak ada pembatasan ruang lingkup pekerjaan auditor.
b. Opini Tidak Wajar
Ketika terdapat satu atau lebih kelemahan material, auditor harus menyatakan opini
tidak wajar atas efektivitas pengendalian internal.
c. Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Pembatasan ruang lingkup mensyaratkan auditor untuk menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pernyataan tidak menyatakan pendapat tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Jenis opini ini dikeluarkan ketika auditor tidak dapat
menentukan apakah terdapat kelemahan material, karena pembatasan ruang lingkup audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan atau keadaan lain di mana auditor tidak
dapat memperoleh bukti yang cukup dan tepat.
2.2.9 Evaluasi, Pelaporan, dan Pengujian Pengendalian Internal untuk Perusahaan
Publik Non Publik dan Lebih Kecil
Sebagian besar konsep dalam bab ini berlaku sama untuk audit perusahaan publik besar
(pelapor yang dipercepat), perusahaan publik yang lebih kecil, dan perusahaan nonpublik.
Berikut ini mengidentifikasi dan membahas perbedaan paling penting dalam mengevaluasi,
melaporkan, dan menguji pengendalian internal untuk perusahaan nonpublik dan perusahaan
publik yang lebih kecil yang tidak tunduk pada audit pengendalian internal.
1. Persyaratan Pelaporan

17
Dalam audit perusahaan non publik, tidak ada persyaratan untuk audit pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Oleh karena itu, auditor berfokus pada
pengendalian internal hanya sejauh yang diperlukan untuk menilai risiko salah saji
material dan melakukan audit yang berkualitas atas laporan keuangan.
2. Tingkat Pengendalian Internal yang di Perlukan
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat pengendalian
internal dan pengendalian spesifik yang diterapkan. Hal ini jelas lebih sulit untuk
menetapkan pemisahan tugas yang memadai di perusahaan kecil. Hal ini juga tidak
masuk akal untuk mengharapkan perusahaan kecil memiliki auditor internal.
Namun, jika berbagai komponen pengendalian internal diperiksa, menjadi jelas
bahwa sebagian besar dapat diterapkan baik untuk perusahaan besar maupun kecil.
3. Perlunya Pemahaman yang Luas
Standar auditing mengharuskan auditor memperoleh pemahaman yang memadai
tentang pengendalian internal untuk menilai risiko kesalahan penyajian material
pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan pada tingkat asersi yang
relevan.
4. Menilai Risiko Pengendalian
Perbedaan paling penting dalam perusahaan nonpublik dalam menilai risiko
pengendalian adalah penilaian risiko pengendalian secara maksimal untuk setiap
atau semua tujuan terkait pengendalian ketika pengendalian internal untuk tujuan
atau sasaran tidak ada atau tidak efektif.
5. Perluasan Uji Pengendalian yang di Perlukan
Auditor tidak akan melakukan pengujian pengendalian ketika auditor menilai risiko
pengendalian maksimum, baik karena ketidakcukupan pengendalian atau karena
audit dapat diselesaikan secara lebih efisien dengan tidak mengandalkan dan
menguji pengendalian.
2.2.10 Dampak Lingkungan IT Pada Penilaian dan Pengujian Risiko Pengendalian
Dampak dari pengendalian umum dan pengendalian aplikasi pada audit cenderung
bervariasi tergantung pada tingkat kompleksitas di lingkungan TI. Bahkan dalam lingkungan
TI yang tidak terlalu kompleks, auditor tetap bertanggung jawab untuk memperoleh
pemahaman tentang pengendalian komputer umum dan aplikasi karena pengetahuan tersebut
berguna dalam mengidentifikasi risiko yang dapat memengaruhi laporan keuangan. Namun,
sejauh mana pengujian akan bergantung pada penilaian risiko pengendalian, seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Pada bagian ini, kami membahas audit dalam lingkungan TI yang lebih
kompleks serta peluang dan tantangan yang diberikannya bagi auditor.
Ketika organisasi memperluas penggunaan TI mereka, kontrol internal seringkali
disematkan dalam aplikasi yang hanya tersedia secara elektronik. Ketika dokumen sumber
tradisional seperti faktur, pesanan pembelian, catatan tagihan, dan catatan akuntansi seperti
jurnal penjualan, daftar persediaan, dan catatan pembantu piutang hanya tersedia secara
elektronik, auditor harus mengubah pendekatan mereka terhadap audit. Pendekatan ini sering
disebut audit melalui komputer. Auditor menggunakan tiga pendekatan untuk menguji
efektivitas pengendalian otomatis saat mengaudit melalui komputer: pendekatan data uji,
simulasi paralel, dan pendekatan modul audit tertanam yaitu:
1. Pendekatan Uji Data

18
Dalam pendekatan data pengujian, auditor memproses data pengujian mereka sendiri
dengan menggunakan sistem komputer klien dan program aplikasi untuk menentukan
apakah pengendalian otomatis memproses data pengujian dengan benar.
2. Simulasi Paralel
Auditor sering menggunakan perangkat lunak yang dikendalikan oleh auditor untuk
melakukan operasi yang sama seperti yang dilakukan oleh perangkat lunak klien, dengan
menggunakan file data yang sama. Tujuannya adalah untuk menentukan keefektifan
kontrol otomatis dan untuk mendapatkan bukti tentang saldo akun elektronik. Pendekatan
pengujian ini disebut pengujian simulasi parallel.
3. Pendekatan Modul Audit Tertanam
Saat menggunakan pendekatan modul audit tertanam, auditor memasukkan modul audit
ke dalam sistem aplikasi klien untuk mengidentifikasi jenis transaksi tertentu.
Pendekatan modul audit tertanam memungkinkan auditor untuk terus mengaudit
transaksi dengan mengidentifikasi transaksi aktual yang diproses oleh klien,
dibandingkan dengan data pengujian dan pendekatan simulasi paralel, yang hanya
memungkinkan pengujian intermiten. Audit internal juga dapat menemukan teknik ini
berguna.

19
BAB III
Studi Kasus

Flash Technologies, Inc.

Laporan Tahunan, Pembahasan Manajemen Kondisi Keuangan, Laporan Auditor


Independen, dan Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017

3.1 LAPORAN TAHUNAN

RINGKASAN

Flash Technologies, Inc. (“Perusahaan”) merancang, memproduksi, dan memasarkan memori


flash baris yang ekstensif kartu, flash drive USB, dan hard drive solid state untuk komputer
dan perangkat elektronik lainnya. Memori flash adalah perangkat keras, perangkat ringan yang
dimasukkan ke slot khusus di berbagai peralatan elektronik yang berisi mikroprosesor, seperti
komputer portabel, peralatan telekomunikasi, peralatan manufaktur dan sistem diagnostik
kendaraan.

Perseroan menjual memori flash nya terutama kepada original equipment manufacturer
(“OEM”) untuk keperluan industri dan komersial aplikasi. Memori flash Perusahaan
menyediakan peningkatan kapasitas penyimpanan dan perangkat lunak terprogram untuk
khusus aplikasi.

Pasar OEM yang dilayani oleh Perusahaan memiliki tuntutan yang ketat akan produk
berkualitas, layanan dan dukungan teknis, dan perputaran pesanan yang cepat. Perusahaan
menyediakan pelanggan OEM dengan solusi memori flash yang komprehensif, termasuk
desain internal, pemrograman, teknik, manufaktur, dan pelabelan pribadi. Perusahaan
mempercayainya kemampuan untuk menyediakan berbagai layanan, perputaran pesanan cepat,
dan fleksibilitas manufaktur untuk mengakomodasi keduanya proses produksi besar dan kecil
memberikan keunggulan kompetitif dalam melayani pasar OEM. Perusahaan menjual ke
ajangkauan pasar yang luas, termasuk: Komunikasi (router, telepon nirkabel, dan jaringan area
lokal); Angkutan (navigasi, diagnostik kendaraan); Mobile Computing (terminal pengumpulan
data genggam, komputer notebook, personal asisten digital); dan Media (kamera digital dan
pemutar audio digital). Perusahaan telah menjual produk dan layanannya kepada lebih dari 250
OEM, termasuk 3Com Corporation (“3Com”), Bay Networks, Inc. (“Bay Networks”), Lucent
Technologies, Inc. (“Lucent Technologies”), Philips Electronics N.V. (“Philips”), Trimble
Navigation Limited (“Trimble Navigation”), Digital Equipment Corporation (“Digital”), Sharp
Electronics Corporation (“Sharp”) dan Xerox Corporation (“Xerox”). Perusahaan didirikan dan
mulai beroperasi pada tahun 1997 untuk mengembangkan dan mengkomersialkan kartrid font
untuk laser printer. Mulai tahun 2008, Perseroan mulai mendesain, memproduksi dan
memasarkan flash memory secara bertahap menekankan pemasaran dan penjualan kartrid font
untuk fokus pada pasar memori flash yang berkembang pesat.

20
PERKEMBANGAN TERAKHIR

Pada bulan September 2017, Perusahaan menandatangani perjanjian untuk membentuk Flash
Technologies (Korea) Limited (“Flash Korea”), yang akan memberikan layanan pembuatan
kontrak untuk pihak ketiga, serta berfungsi sebagai pabrikan lepas pantai memori flash.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Perusahaan akan mengakuisisi 51% saham di Flash Korea
dengan imbalan $1,25 juta dalam bentuk tunai. Sisanya 49% akan dipegang oleh perusahaan
yang tidak terafiliasi. Perusahaan mengharapkan Flash Korea dimulai beroperasi pada Mei
2018. Tidak ada jaminan yang dapat diberikan bahwa Flash Korea akan mulai beroperasi sesuai
jadwal, atau akan tidak mengalami pengeluaran, biaya, dan keterlambatan yang signifikan dan
tidak terduga.

Pada Januari 2018, Perusahaan membeli saham mayoritas di Design Circuits, Inc. (“DCI”),
produsen kontrak untuk OEM. DCI memiliki akhir tahun fiskal 30 Juni. Untuk enam bulan
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dan tahun buku yang berakhir pada tanggal 30
Juni 2017 dan 2016, penjualan di DCI masing-masing berjumlah sekitar $7.000.000,
$9.070.000 dan $8.482.000, dan laba bersih (kerugian) berjumlah sekitar ($509.000),
($1.418.000) dan $171.000, masing-masing. Perusahaan mengakuisisi sekitar kepemilikan
75% di DCI dengan imbalan uang tunai sekitar $3,2 juta dan 125.000 saham biasa Perusahaan
saham (“Saham Biasa”). 25% sisanya dari DCI diakuisisi oleh investor luar sekitar $2,4 juta.

Perusahaan percaya bahwa DCI dan Flash Korea dapat mengambil manfaat dari hubungan
pemasok yang ada dan kontak pelanggan. Selain itu, Perusahaan berkeyakinan dapat
mengambil manfaat dari eksposur terhadap produk dan pelanggan dari DCI dan Flash Korea.

3.2 LATAR BELAKANG TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Dalam beberapa tahun terakhir, komputasi dan pemrosesan digital telah berkembang
melampaui batas sistem komputer desktop untuk memasukkan rangkaian sistem elektronik
yang lebih luas, seperti sistem komunikasi seluler, sakelar komunikasi, jaringan sakelar,
perangkat medis, sistem navigasi, telepon seluler, komputer portabel, kamera digital, dan data
portabel terminal koleksi. Karakteristik memori flash, seperti toleransi guncangan dan getaran,
konsumsi daya rendah, kecil ukuran, dan kecepatan akses yang lebih tinggi, lebih memenuhi
persyaratan dari aplikasi yang muncul ini daripada hard drive tradisional solusi penyimpanan.
Selain itu, memori flash dapat menyediakan fitur, seperti teknologi memori tambahan atau
khusus, yang sebelumnya berada di papan tambahan komputer atau perangkat perangkat keras
eksternal yang diperlukan. Perusahaan meyakini hal itu permintaan memori flash akan
meningkat dari peningkatan adopsi perangkat elektronik generasi berikutnya. Perusahaan
terutama menargetkan pelanggan OEM di empat industri berikut: Komunikasi (smartphone,
router); Transportasi (perekaman data armada, navigasi, diagnostik otomatis); Media (kamera,
pemutar media); dan Seluler Komputasi (notebook, tablet, netbook).

3.3 PENJUALAN DAN PEMASARAN PELANGGAN

Perusahaan menargetkan aplikasi industri dan komersial untuk memori flash dalam
komunikasi, transportasi, media, dan industri komputasi bergerak. Perusahaan memiliki tenaga

21
penjualan langsung sebanyak 12 orang dengan kantor di Massachusetts, California, Kanada,
Inggris, dan Jerman.

Staf penjualan dan insinyur Perusahaan sering bekerja sama dengan insinyur OEM untuk
merancang dan merekayasa memori flash Persyaratan OEM, yang sering membuat Perusahaan
menyediakan memori flash yang dirancang khusus untuk aplikasi tertentu. Perusahaan juga
memasarkan produknya kepada pengguna akhir korporat secara langsung dan melalui reseller
bernilai tambah. Pengguna akhir korporat membeli memori flash untuk menyediakan memori
tambahan untuk menyimpan perangkat lunak yang disesuaikan untuk enkripsi dan khusus
lainnya aplikasi.

MANUFAKTUR

Proses pembuatan memori flash Perusahaan meliputi pemrograman, produksi, perakitan,


ultrasonik pengelasan, pembersihan, perakitan akhir, pelabelan, dan pengemasan. Hampir
semua operasi ini dilakukan di Perusahaan fasilitas manufaktur di Binex, Massachusetts.
Fasilitas manufaktur Perseroan pada umumnya beroperasi dalam dua shift, dasar lima hari per
minggu. Fleksibilitas Manufaktur. Perseroan telah merancang fasilitas manufakturnya untuk
mengakomodasi kebutuhan pelanggannya. persyaratan untuk perputaran pesanan yang cepat.
Proses manufaktur Perusahaan dapat dikonversi untuk mengakomodasi produksi produk yang
berbeda dengan down time minimum.

Pada tahun fiskal 2017, Perusahaan mensubkontrakkan sebagian kecil manufakturnya ke


perakitan elektronik Kanada produsen kontrak dengan kemampuan manufaktur khusus, yang
meliputi ikatan kawat dan pencetakan keramik. Perusahaan percaya kemampuannya untuk
mensubkontrakkan sebagian dari manufakturnya akan memberikan fleksibilitas yang lebih
besar dengan hormat ke kapasitas produksi. Kualitas Produk dan Prosedur Pengujian.
Perseroan terus berupaya meningkatkan kualitas produk. Perusahaan kebijakan zero-defect,
diterapkan pada April 2016, dirancang untuk memastikan tidak ada cacat pada produk memori
flash dikirim dari fasilitas Perusahaan. Sehubungan dengan upaya ini, Perusahaan menyewa
tambahan produksi dan pengujian insinyur dan menetapkan pemeriksaan kontrol kualitas
tambahan selama proses pembuatannya. Pada Oktober 2016, Perusahaan menjadi produsen
bersertifikat ISO 9001 sehubungan dengan fasilitas Binex, Massachusetts. Sertifikasi
mengharuskan Perusahaan menjalani audit tahunan atas kebijakan dan prosedur tertentu.

Efisiensi Manufaktur. Perusahaan menempatkan prioritas tinggi pada pemeliharaan operasi


yang efisien. Perusahaan adalah meningkatkan jalur produksi manual ke jalur produksi
otomatis untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keluaran. Untuk misalnya, Perusahaan
menggunakan tukang las ultrasonik yang membungkus memori flash Perusahaan lebih efisien
daripada manual tenaga kerja dan menghasilkan produk yang lebih kasar dengan perlindungan
yang lebih baik terhadap pelepasan muatan listrik statis.

SUMBER PASOKAN

Perseroan, dari waktu ke waktu, mengalami kekurangan komponen yang digunakan untuk
memproduksi memori flash, khususnya osilator kristal. Perseroan memperkirakan kekurangan

22
pasokan tersebut akan terus berlanjut. Perusahaan membeli tertentu komponen kunci dari
vendor satu-satunya atau sumber tunggal yang sumber alternatifnya saat ini tidak tersedia.
Perusahaan tidak mempertahankan perjanjian pasokan jangka panjang dengan salah satu
vendornya. Ketidakmampuan untuk mengembangkan sumber-sumber alternatif untuk
komponen sumber tunggal atau satu-satunya ini atau untuk mendapatkan komponen dalam
jumlah yang cukup dapat mengakibatkan penundaan atau pengurangan dalam pengiriman
produk. Perusahaan mengandalkan pemasok sumber tunggal tertentu untuk menyediakan
komponen yang digunakan di beberapa perusahaan produk perusahaan. Perseroan berupaya
menjaga hubungan kerja yang erat dengan para pemasoknya untuk memastikan tepat waktu
dan pengiriman yang handal.

KOMPETISI

Perusahaan bersaing dengan produsen memori flash dan produk terkait, termasuk SanDisk
Corporation dan Smart Modular Technologies, Inc., serta produsen komponen elektronik yang
juga memproduksi flash memori, termasuk Mitsubishi Electronic Corporation, Intel
Corporation, Epson of America, Inc. dan Fujitsu Microelectronics, Inc. Beberapa dari pesaing
ini juga memasok bahan baku kepada Perusahaan, termasuk komponen elektronik yaitu dari
waktu ke waktu tunduk pada alokasi di seluruh industri. Pesaing tersebut mungkin memiliki
kemampuan untuk memproduksi memori flash dengan biaya lebih rendah daripada Perusahaan
sebagai akibat dari tingkat integrasi yang lebih tinggi.

Perusahaan berharap persaingan akan meningkat di masa depan dari pesaing yang ada dan dari
perusahaan lain yang dapat memasuki pasar Perusahaan yang ada atau yang akan datang
dengan solusi serupa atau alternatif yang mungkin lebih murah atau tersedia fitur tambahan.
Perseroan berkeyakinan bahwa kemampuannya untuk bersaing dengan sukses bergantung pada
sejumlah faktor, yang mana meliputi kualitas dan kinerja produk, perputaran pesanan,
penyediaan kemampuan desain yang kompetitif, kesuksesan dalam mengembangkan aplikasi
baru untuk memori flash, kapasitas manufaktur yang memadai, efisiensi produksi, waktu
pengenalan produk baru oleh Perseroan, pelanggan dan pesaingnya, jumlah dan sifat Perseroan
pesaing di pasar tertentu, harga, dan pasar umum dan kondisi ekonomi. Selain itu, peningkatan
daya saing tekanan dapat menyebabkan persaingan harga yang intensif, menghasilkan harga
yang lebih rendah dan margin kotor.

PEMBAHASAN MANAJEMEN TERHADAP KONDISI KEUANGAN

Perusahaan didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 1997 untuk mengembangkan dan
mengkomersialkan kartrid font untuk laser printer. Dimulai pada tahun fiskal 2008, ketika
Perusahaan mulai merancang, membuat, dan memasarkan memori flash, the Perusahaan secara
bertahap mengurangi pemasaran dan penjualan kartrid font untuk fokus pada flash yang
berkembang pesat pasar memori. Penjualan Perusahaan meningkat dari $6,3 juta pada tahun
fiskal 2014 menjadi $37,8 juta pada tahun fiskal 2017. Laba bersih juga meningkat dari
$442.000 pada tahun fiskal 2014 menjadi $4,9 juta pada tahun fiskal 2017.

Penjualan meningkat menjadi sekitar $37,8 juta pada tahun fiskal 2017 dari sekitar 12,4 juta
pada tahun 2016, terutama sebagai hasil dari peningkatan volume penjualan memori flash.

23
Penjualan memori flash sebagai persentase dari total penjualan meningkat menjadi sekitar 98%
pada tahun fiskal 2017 dari sekitar 86% pada tahun fiskal 2016. Pertumbuhan penjualan
memori flash Perusahaan dihasilkan terutama dari perluasan pasar memori flash, peningkatan
penjualan dan upaya pemasaran oleh Perusahaan, dan perluasan lini produk flash memory
Perseroan. Peningkatan penjualan flash memory Perseroan adalah sebagian diimbangi dengan
penurunan penjualan kartrid font.

Margin kotor meningkat menjadi sekitar $14,2 juta pada tahun fiskal 2017 dari sekitar $5,6 juta
pada tahun 2016. persentase penjualan, marjin kotor menurun menjadi 37,5% pada tahun fiskal
2017 dari 45% pada tahun fiskal 2016, terutama disebabkan oleh peningkatan dalam biaya
komponen elektronik yang digunakan dalam produk Perseroan dan untuk melanjutkan
pergeseran bauran produk dari font kartrid ke memori flash margin rendah. Biaya komponen
ini umumnya stabil selama paruh kedua tahun fiskal 2017. Penjualan memori flash mungkin
merupakan persentase yang lebih rendah dari total penjualan Perusahaan di periode mendatang
karena akuisisi DCI, produsen kontrak, dan dimulainya operasi pembuatan kontrak di Flash
Korea, diharapkan pada bulan Mei 2018. Perusahaan berharap untuk merealisasikan marjin
kotor yang lebih rendah terkait dengan manufaktur kontrak di masa mendatang layanan
daripada yang direalisasikan dari penjualan memori flash-nya.

LAPORAN AKUNTAN INDEPENDEN (salinan laporan tahun sebelumnya)

Kepada Direksi dan Pemegang Saham FLASH TECHNOLOGIES, INC.:

Kami telah mengaudit neraca konsolidasi FLASH TECHNOLOGIES, INC. dan anak
perusahaan terlampir pada 31 Desember 2015 dan 30 Desember 2016, serta laporan operasi
konsolidasian terkait, ekuitas pemegang saham dan rugi komprehensif, dan arus kas untuk
setiap tahun buku dalam periode tiga tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016.
laporan keuangan konsolidasi menjadi tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung
jawab kami adalah untuk mengungkapkan suatu pendapat atas laporan keuangan konsolidasian
ini berdasarkan audit kami.

Kami melakukan audit kami sesuai dengan standar Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan
Publik (United Serikat). Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material. Audit mencakup pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti
pendukung jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga termasuk menilai
prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta
mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami percaya bahwa audit
kami memberikan dasar yang wajar untuk pendapat kami. Menurut pendapat kami, laporan
keuangan konsolidasian yang disebutkan di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan FLASH TECHNOLOGIES, INC. dan entitas anak per 31
Desember 2015 dan 30 Desember 2016, dan hasil operasi mereka dan arus kas mereka untuk
setiap tahun fiskal dalam periode tiga tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di AS.

24
Kami juga telah mengaudit, sesuai dengan standar Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan
Terbuka (United Serikat), efektivitas pengendalian internal FLASH TECHNOLOGIES, INC.
atas pelaporan keuangan per 31 Desember 2016, berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam
Internal Control—Integrated Framework yang dikeluarkan oleh Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO), dan laporan kami tertanggal 14 Maret
2017 menyatakan opini wajar tanpa pengecualian penilaian manajemen, dan operasi yang
efektif dari, pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Adams & Adams, AUDITOR. Boston, Massachusetts.

14 Maret 2017

25
26
27
28
Analisa Resiko Tujuan Bisnis dan Strategi perusahaan

Business Objective and Potential


Strategy Business Risks Audit Risk (auditor’s concern) Effect on the Audit Plan
1. Melanjutkan ekspansi Masalah Resiko Nilai Resiko kesalahan dalam menentukan Tingkatkan pengujian akun keuangan yang
Menjadi perusahaan Go Tukar saldo akun akibat memiliki perbedaan bersumber dari negara tempat menjadi tujuan
Internasional satuan nilai tukar dari Nilai mata uang ekspansi.
yang biasa digunakan

Risiko Peraturan Resiko kesalahan penyusunan laporan Menambahkan pemahaman tentang peraturan
Internasional atau akan semakin tinggi, hal ini dikarenakan per undang-undangan yang diterapkan di
Ketentuan Negara Lain perbedaan peraturan dan standarisasi negara tujuan. Terutama pemahaman tentang
akuntansi yang diterapkan di negara peraturan perpajakan dan standar akuntansi
tujuan ekspansi yang diterapkan.
Kurangnya Resiko audit delay karena perbedaan Melakukan riset awal tentang lingkungan
pemahaman tentang budaya kerja serta Resiko akan kesalahan perusahaan yang berhubungan tentang
budaya dan praktek penyajian karena ketersediaan SDM dan budaya kerja, potensi SDM serta Komitmen
bisnis Komitmen SDM SDM
2. Menjadi pemimpin yang Jumlah pelanggan Penyajian Piutang Terlalu tinggi melalui Meningkatkan pemeriksaan terhadap akun
memiliki kemajuan dan lama dan baru tidak penjualan yang fiktif penjualan dan piutang serta memeriksa
teknologi terbarukan mencukupi menerima Sistem pemberian Piutang bagi pelanggan.
dalam pasar Flash memori. teknologi baru
Tingginya biaya Penelusuran biaya Penelitian dan Melakukan observasi terhadap biaya
Penelitian untuk membandingkan dengan Penjualan penelitian, output penelitian, serta
menemukan teknologi produk pengukuran keberhasilan produk
terbarukan

29
Analisa Resiko Umum Perusahaan

Flash Technologies, Inc., sebuah perusahaan yang merancang, memproduksi, dan


memasarkan sebuah jajaran kartu PC yang luas, menunjukkan pertumbuhan yang pesat
dan saat ini mereka melibatkan kami perusahaan untuk melakukan audit tahunan
karena auditor mereka sebelumnya tidak dapat lagi memberikan dukungan yang
diperlukan karena peningkatan ekspansi dan investasi keluar negeri. Demikian kami
dengan ini untuk membuat analisis menyeluruh dari risiko bisnis perusahaan.

Dalam menjalankan aktivitas nya perusahaan menghadapi beberapa resiko. Beberapa


dari risiko ini terkait dengannya karakteristik bisnis yang dijalani serta resiko dari
lingkungan eksternal. Kami akan menjelaskan risiko tersebut di sekitar kategori seperti:
Area Risiko Umum dan Risiko Laporan Keuangan Spesifik. Dalam kategori ini kita
akan fokus pada faktor-faktor yang akan mempengaruhi risiko audit bawaan.

Area Risiko Umum

Perusahaan berkembang pesat, namun menghadapi beberapa risiko. Risiko-risiko ini


dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, kepemilikan, posisi
likuiditas, risiko audit yang diterima atau faktor-faktor lain seperti hasil audit
sebelumnya, transaksi antara pihak berelasi, dan bahkan transaksi yang tidak biasa
(risiko inheren). Kami daftar berikut ini:

1. Perusahaan ini adalah perusahaan Teknologi tinggi, Jenis perusahaan ini tentu
memiliki banyak relasi dan pelanggan, serta produk yang dihasilkan biasanya
sangat disoroti oleh media tentang kualitas serta performa perangkat yang
dihasilkan. Dalam hal ini karena sering disoroti tentu perusahaan tidak
sembarangan dalam membuat keputusan. Serta hasil audit akan banyak
digunakan dan diawasi langsung oleh Otoritas pasar modal maka tentunya
semakin kecil resiko audit yang diterima.
2. Penjualan kepada hanya kepada satu perusahaan dengan nilai Yang sangat
tinggi menjadi Isu yang akan terus melekat kepada perusahaan Flash. Selain itu
Nilai Jual produk sangat jauh dari Nilai wajar. Bukan hanya itu tentang adanya
kedekatan Mr Schwimez dengan Tuan Andrew Jelson menjadi highlight untuk
dibahas. Selain Tuan Jolsen adalah rekan lama Mr.Schmwimez. Dan Tuan
Jolsen akan bergabung menjadi dewa Perusahaan Flash.
3. Investigasi SEC, Meskipun telah dijelaskan bahwa investigasi ini adalah hal
yang biasa bagi industri ini. Namun ini sangat beresiko bagi perusahaan serta
KAP yang mengaudit perusahaan. Jika ditemukan adanya kesalahan dan
penipuan maka yang terjadi adalah KAP kami bertanggung jawab karena
dianggap ikut serta atau membiarkan kasus penipuan tersebut.
4. Industri Teknologi merupakan Industri yang sangat banyak pemain raksasa,
tidak sedikit perusahaan yang bergabung dalam industri ini. Tentunya
persaingan sangat ketat, baik teknologi yang digunakan, standar industri
merupakan alasan mengapa industri ini menjadi industri yang ketat.
Perusahaan Flash merupakan perusahaan kecil namun memiliki perkembangan
yang pesat. Tentunya ini akan menjadi sorotan bagi otoritas dan publik.
Tentunya kualitas dari hasil audit yang akan dilakukan benar-benar maksimal.
5. Perjanjian tentang akan membuat “Flash Korea”, merupakan salah satu resiko
bisnis yang dihadapi, karena belum ada kepastian kapan akan dimulai projek
pembangunan tersebut. Hal ini akan susah untuk diprediksi perencanaan audit
nya. Apalagi dengan akuisisi perusahaan DC merupakan resiko besar, karena

30
perusahaan yang diakuisisi adalah perusahaan yang rugi berturut-turut, hal ini
semakin memperluas proses prosedur audit, bisa disebabkan karena pencatatan
keuangan yang kurang baik.
6. Sumber pasokan, perusahaan Flash memutuskan kerjasama pemasok atau
supplier selama ini membantu pemasukan bahan baku, dan hanya fokus kepada
satu pemasok atau supplier saja. Hal ini akan membuat perusahaan menjadi
rentan akan kehabisan dan ketersediaan stok bahan baku. Hal ini akan
berdampak kepada laporan keuangan.
7. Ketergantungan akan satu produk, dalam hal ini akan perusahaan hanya fokus
kepada 1 produk. Apabila perusahaan hanya fokus kepada 1 produk akibatnya
akan rentan terhadap persaingan barang yang sejenis. Untuk itu perlu
melakukan diferensiasi terhadap produk. Sehingga ada alternatif penjualan.
8. Informasi negatif tentang Mr Schwimez, hal ini akan menjadi informasi yang
merugikan perusahaan, CEO dan dewan merupakan tokoh central dalam
perusahaan, setiap keputusan serta permasalahan pribadi sekalipun akan
menjadi isu yang sangat liar. Tentunya akan menjadi informasi yang merugikan
bagi calon investor.
RESIKO ATAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Dalam hal ini kami akan menganalisa potensi resiko yang ada kaitan dengan laporan
keuangan perusahaan. Kita akan membahas tentang penilaian apa saja yang
kemungkinan salah saji. Jika ternyata ada kesalahan penyajian yang signifikan, maka
resiko inheren akan semakin tinggi. Terutama dengan akun-akun yang memiliki
kenaikan yang cukup pesat. Berikut kita akan memulai analisa :

1. Peningkatan asset yang sangat signifikan, sekilas dari laporan keuangan yang
disampaikan ada perubahan total asset yang harusnya itu dijelaskan dalam
laporan keuangan. Perubahan ini tidak sejalan dengan Tingkat Pertumbuhan
perusahaan. Hal ini harus ada penjelasannya.
2. Peningkatan total penjualan. Hal ini akan menjadi pertanyaan, karena
peningkatan yang terlalu signifikan dibandingkan dengan industri sejenis akan
semakin menambah kecurigaan akan adanya prosedur yang dilanggar.
3. Peningkatan biaya penelitian dengan total penjualan. Dengan adanya biaya
penelitian yang tinggi ternyata tidak berdampak pada total penjualan
perusahaan. Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang dampak nya dan mungkin
ada kesalahan.
4. Adanya masalah likuiditas, jika kita lihat di arus kas, karena pembiayaan
operasional perusahaan bukan didapatkan dari pembiayaan internal melainkan
dari pembiayaan dari luar perusahaan. Jika dilanjutkan akan menambah
peluang terjadinya gagal dalam membayar hutang kepada kreditur. Masalah ini
bisa terjadi karena perusahaan sedang mengalami masalah dalam keuangan
perusahaannya.
5. Perputaran Persediaan – ini juga merupakan risiko, Perputaran persedian
perusahaan adalah 1,3 dibandingkan dengan industri 8,1. Hal ini dapat
menimbulkan masalah terkait dengan kemampuan perusahaan untuk menjual
produk dan tampil di pasar.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Materialitas Adalah besarnya suatu penghilangan atau salah saji
informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada
informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.
Apabila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan
dikuantifikasi maka taksiran awal materialitas untuk setiap akun bisa diperoleh dengan
cara mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke masing-masing akun rugi-laba
juga berpengaruh terhadap neraca, dan karena akun neraca biasanya lebih sedikit, maka
auditor umumnya melakukan alokasi berdasarkan akun-akun neraca.

Risiko audit adalah risiko bahwa laporan keuangan perusahaan tidak


menyajikan posisi keuangan yang sebenarnya atau manajemen memiliki maksud untuk
menutupi fakta meskipun opini audit telah menyatakan bahwa laporan keuangan
tersebut tidak mengandung salah saji material (lihat juga Jenis Audit -- Audit Laporan
Keuangan). Risiko ini dapat berdampak pada calon investor, kreditur, maupun
pemegang saham. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat resiko
akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin
memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak
mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat
resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.

32
Daftar Pustaka

https://www.kja-sandibahari.com/materialitas-dan-risiko-audit-materiality-and-audit-
risk/

https://grc-indonesia.com/mengenal-risiko-inheren-kelalaian-laporan-keuangan-
dalam-
bisnis/#:~:text=Terdapat%20sejumlah%20faktor%20yang%20menyebabkan,Rancang
an%20keuangan%20dengan%20estimasi%20tinggi

PENGARUH AUDIT RISK (INHERENT RISK, CONTROL RISK, dan


DETECTION RISK) TERHADAP PENENTUAN AUDIT FEE (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Malang, Surabaya, dan Jakarta) Oleh: Desy
Purnamasari Nasikin, SE., MM., CPA., Ak. Universitas Brawijaya Jurusan Akuntansi,
FEB, Universitas Brawijaya, Jl. MT Haryono 165, Malang

33

Anda mungkin juga menyukai