Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Nama Anggota :
i
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 41
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Auditor menggunakan delapan jenis bukti audit dalam suatu audit yang kemudian akan
didokumentasikan. Dokumentasi audit merupakan bagian yang penting dari setiap audit dalam
rangka merencanakan audit secara efektif, menyediakan catatan bukti yang dikumpulkan, dan hasil
pengujian memutuskan jenis laporan audit yang tepat dan mereview pekerjaan asisten. Kantor
akuntan publik yang bermutu tinggi menjamin bahwa dokumentasi audit disiapkan secara layak dan
mencukupi untuk segala situasi audit.
1
BAB II
BUKTI AUDIT
Setidaknya terdapat tiga alasan uatama mengapa auditor harus melakukan perencanaan penugasan
dengan tepat. Ketiga alasan itu adalah agar auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang memadai
sesuai dengan kondisinya, untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau, dan mencegah
kesalahpahaman dengan klien. Mendapatkan cukup bahan bukti yang memadai penting jika auditor
ingin meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas bisnisnya. Menjaga
supaya biaya audit tetap terjangkau membantu auditor agar tetap kompetitif. Mencegah munculnya
kesalah pahaman dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan yang baik dengan klien dan
untuk memberikan pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.
Aktivitas perencanaan mencakup semua hal yang harus dipertimbangkan auditor dalam
mengembangkan strategi audit untuk melaksanakan audit. Dalam membangun strategi audit, auditor
harus menentukan lingkup perikatan, memastikan tujuan pelaporan untuk merencanakan waktu audit
dan mempertimbangkan faktor-faktor yang akan menentukan fokus usaha tim audit. Pengembangan
strategi audit membantu auditor untuk menentukan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perikatan.
Setelah strategi audit ditetapkan, auditor harus mengembangkannya menjadi sebuah rencana
audit. Rencana audit lebih terinci dari pada strategi audit. Pada rencana audit, auditor akan
mendokumentasikan deskripsi tentang sifat, waktu dan luas prosedur audit yang direncanakan untuk
dipergunakan dengan tujuan untuk memenuhi standar pengauditan. Pada dasarnya, rencana audit
harus mempertimbangkan bagaimana melaksanakan audit secara efektif dan efisien.
2
2.2 Materialitas
Menurut FASB, materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut,
karena adanya penghilangan atas salah saji tersebut.
Auditor harus mengikuti lima langkah terkait dalam menetapkan materialitas, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Penerapan Materialitas
2. Mengalokasikan Pertimbangan Materialitas Awal ke Setiap Bagian (Salah Saji yang Dapat
Diterima)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian merupakan hal yang penting
untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan
keuangan secara keseluruhan. Jika para auditor memiliki penilaian materialitas awal untuk setiap
bagian, hal itu akan membantu mereka dalam memutuskan bukti audit yang tepat untuk
dikumpulkan. Misalnya untuk suatu akun piutang dagang dengan saldo Rp 1.000.000.000, auditor
harus mengumpulkan bukti audit lebih banyak jika salah saji sebesar Rp 50.000.000 dianggap
material daripada jika salah saji sebesar Rp 300.000.000 dianggap material.
Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun,
materialitas yang dialokasikan kesetiap saldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai
salah saji yang dapat diterima. Sebagai contoh., jika auditor memutuskan untuk mengalokasikan Rp
100.000.000 dari total pertimbangan materialitas awal sebesar Rp 200.000.000 pada akun piutang
dagang, maka salah saji yang dapat ditolelir untuk akun piutang dagang adalah Rp 100.000.000. Hal
ini berarti bahwa auditor bersedia menganggap puitang dagang disajikan secara wajar jika salah
sajinya sejumlah Rp 100.000.000 atau kurang.
Kesimpulannya, tujuan pengalokasian pertimbangan materialitas awal pada akun-akun neraca
adalah untuk membantu auditor dalam menetukan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan untuk
setiap akun neraca maupun laba rugi. Salah satu tujuan pengalokasian adalah untuk meminimalkan
biaya audit tanpa harus mengorbankan kualitas auditnya. Tidak peduli bagaimana pengalokasian
dilakukan, karena ketika audit telah selesai dilakukan, auditor harus yakin bahwa salah saji
gabungan dalam semua akun lebih kecil atau sama dengan penilaian awal (atau revisi) materialitas.
4
3. Memperkirakan Salah Saji dan Membandingkannya Dengan Penilaian Awal
Ketika para auditor melakukan prosedur audit untuk setiap bagian pengauditan mereka
menyimpan semua kertas kerja dari semua salah saji yang ditemukan. Salah saji dalam suatu akun
dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu: (1) salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana
auditor dapat menentukan jumlah salah saji dalam akun tersebut, sebagai contoh, ketika mengaudit
aset tetap, auditor mungkin mengidentifikasi adanya kapitalisasi aset yang disewa yang seharusnya
dibebankan karena merupakan kegiatan sewa operasi; dan (2) salah saji yang mungkin adalah salah
saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor
mengenai estimasi saldo akun, sebagai contoh perbedaan dalam estimasi saldo akun penyisihan
piutang tak tertagih atau liabilitas garansi.
Risiko audit didefinisikan sebagai risiko auditor dapat secara tidak sengaja menerbitkan opini
wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan yang memiliki salah saji material. Salah satu cara
yang dapat dilakukan auditor untuk mengurangi risiko audit adalah pada tingkat terendah yang dapat
diterima adalah dengan memperoleh pemahaman entitas dan lingkungannya. Berdasarkan
pemahaman ini, auditor mengidentifikasi risiko bisnis yang dapat menghasilkan salah saji material.
Auditor kemudian mengevaluasi bagaimana entitas merespons risiko bisnis tersebut dan memastikan
bahwa respons tersebut telah diimplementasikan secara memadai.
Auditor menangani risiko dalam perencanaan bukti audit umumnya dengan menggunakan model
risiko audit. Model ini berasal dari literatur profesional dalam PSA 26 (SA 350) tentang pengujian
sampel audit dan dalam PSA 25 (SA 312) tentang materialitas dan risiko. Model risiko audit
membantu auditor untuk menentukan seberapa banyak dan jenis bukti apakah yang harus
dikumpulkan auditor untuk setiap siklusnya. Model risiko audit dinyatakan dalam persamaan
berikut.
PDR = AAR
IR × CR
Keterangan:
PDR = Risiko deteksi yang direncanakan
AAR = Risiko audit yang dapat diterima
IR = Risiko bawaan
CR = Risiko pengendalian
5
Auditor mempertimbangkan risiko audit pada tingkat asersi (untuk merujuk pada pertimbangan
risiko audit pada tingkat yang lebih rendah) yang relevan karena secara langsung membantu auditor
untuk merencanakan prosedur audit yang sesuai untuk akun, transaksi, atau pengungkapan. Risiko
audit terdiri dari 4 komponen, yaitu:
Merupakan risiko dimana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang
melebihi salah saji yang dapat diterima. PDR menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan
dikumpulkan oleh auditor, yang berbanding terbalik dengan ukuran PDR. Jika PDR dikurangi, maka
auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai pengurangan risiko yang
direncanakan.
2. Risiko Bawaan (Inherent Risk – IR)
Mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan
maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektifitas
pengendalian internal klien. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan salah saji tinggi, tanpa
mempertimbangkan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko bawaannya adalah
tinggi. Pengendalian internal diabaikan dalam menetapkan risiko bawaan karena pengendalian internal
dianggap terpisah dari model risiko audit sebagai risiko pengendalian. IR berbanding terbalik dengan
PDR dan berbading lurus dengan bukti audit.
3. Risiko Pengendalian (Control Risk – CR)
Mengukur penilaian auditor apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima disuatu bagian
pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern klien. CR
merupakan salah satu fungsi dari efektivitas desain dan operasi pengendalian internal dalam mencapai
tujuan entitas yang relevan untuk penyusunan laporan keuangan entitas. CR akan selalu ada karna
keterbatasan bawaan dari pengendalian internal.
Sebagaimana dengan risiko bawaan, hubungan antara risiko pengendalian dan risiko deteksi yang
direncanakan berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substantif
berbanding lurus. Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya efektif, risiko deteksi
yang direncanakan dapat dinaikkan, sehingga bukti audit dapat diturunkan. Auditor dapat menaikkan
risiko deteksi yang direncanakan ketika pengendalian internalnya efektif, karena pengendalian internal
yang efeltif akan mengurangi kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
6
4. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk – AAR)
Mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Ketika para auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima lebih rendah, mereka menginginkan
untuk lebih yakin bahwa tidak ada salah saji dalam laporan keuangan.
Ketika menggunakan model risiko audit, terdapat hubungan antara risiko audit yang dapat diterima
dan risiko deteksi yang direncanakan, dan hubungan terbalik antara risiko audit yang dapat diterima dan
bukti audit. Jika auditor memutuskan untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima, risiko deteksi
yang direncanakan dengan demikian juga berkurang, dan bukti audit yang direncanakan juga harus
dinaikkan. Untuk sebuah klien dengan risiko audit yang dapat diterima rendah, auditor seringkali
menugaskan staf yang lebih berpengalaman atau pun menelaah arsip-arsip audit dengan lebih seksama
lagi.
Secara singkat hubungan antara risiko dan bukti audit serta faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko audit itu sendiri dapat disajikan dalam gamabr 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Dengan Bukti yang Direncanakan
7
2.4 Sifat Bukti Audit
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi
yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informasi ini yang akan
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Bukti audit sangat
bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Relevansi, objektivitas, ketepatan
waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti.
1. Prosedur Audit. Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang
harus diperoleh selama audit. Terdapat tiga kategori prosedur audit, masing-masing dilakukan
untuk tujuan berikut :
1) Prosedur penilaian risiko. Digunakan untuk memperoleh pemahaman atas entitas dan
ruang lingkupnya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji
material pada laporan keuangan dan level asersi yang relevan.
3) Prosedur substantif. Digunakan untuk medeteksi salah saji material pada level asersi
yang relevan. Prosedur ini mencakup uji rincian dan prosedur analitis substantif.
2. Ukuran Sampel. Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat mengubah ukuran sampel dari
hanya satu hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji. Keputusan tentang berapa
banyak item yang akan diuji harus dibuat oleh auditor pada setiap prosedur audit.
3. Item yang Dipilih. Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor
8
harus memutuskan item-item mana dalam populasi yang akan diuji.
4. Penetapan Waktu. Keputusan penetapan waktu audit, sebagian dipengaruhi oleh kapan klien
menginginkan audit diselesaikan. Namun juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa yakin
bukti audit akan paling efektif dan kapan staf audit tersedia.
Ketika auditor menilai pengendalian internal sudah efektif, maka bukti yang dihasilkan
sistem akuntansi dianggap andal, berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, makin efektif
pengendalian internal klien maka makin tinggi keyakinan atas keandalan bukti auditnya.
c. Pengetahuan langsung auditor. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh
9
auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih
dapat diandalkan ketimbang bukti yang diperoleh secara tidak langsung.
d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi. Meskipun sumber informasi bersifat
independen, bukti audit tidak akan dapat diandalkan kecuali individu yang menyediakan
informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk itu.
e. Tingkat objektivitas. Bukti audit yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang bukti
yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut benar.
f. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu bukti audit dapat merujuk pada kapan bukti itu
dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup oleh audit itu. Bukti biasanya lebih
dapat diandalkan untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan
tanggal neraca.
2.6.2 Kecukupan
Kecukupan bukti diukur terutama oleh ukuran sampel yang dipilih auditor. Faktor
penting yang menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit adalah ekspektasi auditor
atas salah saji dan keefektifan pengendalian internal. Selain ukuran sampel, masing-
masing item yang diuji akan mempengaruhi kecukupan bukti audit. Sampel yang terdiri
dari item-item populasi dengan nilai uang yang besar, item-item yang kemungkinan besar
salah saji, dan item-item yang mewakili populasi umumnya dianggap sudah mencukupi.
Jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan
teliti keadaan yang dihadapinya. Dalam banyak hal, auditor lebih mengandalkan bukti
yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat
meyakinkan (convincing evidence).
11
8. Observasi, terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh pihak
lain. Observasi memberikan bukti tentang pelaksanaan proses dan prosedur tetapi terbatas
pada poin-poin ketika observasi dilakukan. Observasi kurang dapat diandalkan karena risiko
personel klien akan mengubah perilakunya akibat kehadiran auditor.
Ketepatan Jenis Bukti.
Tabel dibawah menyajikan delapan jenis bukti yang berkaitan dengan lima dari enam kriteria yang
menentukan reliabilitas bukti.
Tabel 1. Ketepatan Jenis Bukti
Kriteria untuk Menentukan Ketepatan
Masing-masing dari delapan jenis bukti audit yang dicantumkan dalam tabel berpotensi
relevan dan tepat waktu, tergantung pada sumbernya serta kapan bukti tersebut diperoleh. Beberapa
observasi hasil dari tabel itu yaitu :
12
a. Keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh signnifikan terhadap reliabilitas
sebagian besar bukti audit.
b. Baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin lebih dapat diandalkan jika
pengendalian internalnya efektif, tetapi penggunaan kedua jenis bukti itu sangat berbeda.
c. Jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit yang tepat dalam
memenuhi setiap tujuan audit.
Biaya Jenis-jenis Bukti.
Dua jenis bukti audit yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Inspeksi, prosedur
analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal, sedangkan tiga jenis bukti audit yang paling
murah adalah observasi, tanya jawab dengan klien, dan rekalkulasi.
13
2.8.1 Jenis Prosedur Analitis
1. Data Industri. Manfaat yang penting dari perbandingan industri adalah membantu
memahami bisnis klien dan sebagai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan
keuangan tetapi mungkin kurang membantu auditor dalam mengidentifikasi salah
saji yang potensial.
2. Data periode sebelumnya yang serupa. Berbagai prosedur analitis akan
memungkinkan auditor untuk membandingkan data klien dengan data serupa dari
satu lebih periode sebelumnya.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien. Anggaran merupakan ekspektasi
klien selama periode berjalan, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling
signifikan antara hasil yang dianggarkan dengan hasul aktual, karena area ini dapat
mengandung salah saji yang potensial.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor. Perbandingan umum lainnya
antara data klien dengan hasil yang diharapkan untuk dibandingkan dengan saldo
aktual.
2.8.2 Rasio Keuangan Yang Umum
Prosedur analitis auditor seringkali meliputi penggunaan rasio keuangan yang umum
selama tahap perencanaan dan review akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit.
Beberapa rasio keuangan yang telah digunakan secara luas yaitu :
14
Jumlah hari penagihan utang = 365 hari
Perputaran piutang usaha
4. Rasio Profitabilitas
15
standar audit. Secara lebih khusus, dokumentasi audit, yang berkaitan dengan audit tahun
berjalan, memberikan :
1. File permanen, berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan
dengan audit saat ini. File permanen umumnya meliputi hal-hal berikut :
• Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting seperti
• Analisis akun-akun tahun sebelumnya yang tetap penting artinya bagi auditor.
2. File tahun berjalan, mencakup semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada
tahun yang diaudit. Berikut informasi yang sering tercakup dalam file tahun berjalan:
16
• Program audit
• Neraca saldo
• Buku besar
• Ayat jurnal penyesuaian
• Data pendukung (supporting schedules)
17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS HANLON
Hanlon, Inc. merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan penjualan Personal Computer
(PC). Kegiatan operasional yang dilaksanakan perusahaan tersebut terletak di Hoopshire, New Hampshire,
yang letaknya sama dengan kantor pusatnya. Produk didistribusikan secara nasional melalui outlet
pengecer/retail seperti Abcess III dan Computer Country. Banyak serta toko-toko diskon lain yang juga
melakukan penjualan computer hasil produksi Hanlon, Inc. Perusahaan ini telah beroperasi selama 7 tahun.
Firma anda telah mengaudit Hanlon, Inc. sejak berdirinya perusahaan tersebut. Berikut adalah laporan
keuangan untuk tiga tahun terakhir beserta data industri.
18
Hanlon, Inc., Liabilities and equity on Balance Sheets
19
Hanlon merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menjual komputer PC (Personal
Computer) yang pertama, dan ikut menikmati pertumbuhan yang signifikan selama 5 tahun
pertama eksistensinya. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang masuk dalam
industri tersebut, Hanlon, Inc. mulai mengalami penurunan pada laba.
Pada tahun keenam, Hanlon, Inc. berjuang untuk mengatasi masalah aliran kas (Cash Flow)
dan terancam mengalami kerugian (Net loss). Keberhasilan negosiasi dengan Hoopshire
National Bank dan perusahaan Trust mengenai pinjaman sebesar USD 1 Milyar dapat
mengatasi masalah likuiditas untuk sementara waktu, dengan tingkat bunga pinjaman sebesar
10% dan angsuran sebesar $100.000,- pertahun, dan dimulai pada tahun ke 8.
1. Buatlah laporan keuangan komperatif dengan menambahkan kolom pada Neraca untuk
persentase dari total asset, dan pada laporan laba rugi untuk persentase dari penjualan.
2. Hitunglah rasio untuk 3 tahun diatas :
a. Inventory Turnover
b. Accounts Receivable Turnover
c. Operating Margin
d. Persentase of Long Term Debt to Total Capital Structure (Long-term Debt plus
Stockholders’ Equity)
e. Current Ratio
f. Quick Ratio
3. Hitunglah rata-rata industri mengacu pada data berikut :
a. Bandingkan rata-rata industri antara Hanlon, Inc. dengan Industri sejenis
b. Bandingkan data tahun ini dengan tahun sebelumnya
c. Identifikasi area dimana diperlukan investigasi lebih lanjut
d. Indentifikasi penyebab perbedaan yang terdapat pada No. 3 diatas
20
3.3. Penyelesaian Kasus
3.3.1. Laporan Keuangan Komparatif
Tabel 3 : Laporan Keuangan Komparatif Perusahaan Hanlon, Inc
Hanlon, Inc.,
NERACA
21
Hanlon, Inc.,
Laporan Laba Rugi
Periode Akhir Tahun
22
a. Perputaran Persediaan X7 :
(80.000 + 12.000 + 180.000) + (270.000 + 4.500 + 300.000)
Persediaan Rata-rata =
2
= 423.250
800.000
Perputaran Persediaan
= 423.250
= 1 ,89 kali
b. Perputaran Persediaan X6 :
(100.000 + 30.000 + 266.000) + (80.000 + 12.000 + 180.000)
Persediaan Rata-rata =
2
= 334.000
620.000
Perputaran Persediaan
= 334.000
= 1,86 Kali
c. Perputaran Persediaan X5 :
Tidak dapat dihitung karena keterbatasan data yang disajikan (hanya untuk 3 tahun
terakhir).
23
a. Perputaran Piutang X7 :
= 8,45
b. Perputaran Piutang X6 :
(220.000 – 15.000) + (150.000 – 12.000)
Piutang Rata-rata = 2
2
= 171.500
1.300.000
Perputaran piutang =
171.500
= 7,58
c. Perputaran Piutang X5
Tidak dapat dihitung karena keterbatasan data yang disajikan (hanya untuk 3 tahun
terakhir).
3. Margin Operasi
Margin Operasi (Operating margin) digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan
yang berasal dari setiap penjualan yang terjadi. Operating margin dirumuskan sebagai
berikut :
1.800.000
= 0,12 atau 12,22%
b. Margin Operasi X6 :
1.300.000
= 0,03 atau 2,82%
c. Margin Operasi X5 :
390.000
Margin Operasi =
2.860.000
= 0,14 atau 13,64%
Semakin tinggi margin operasi (operating margin), semakin tinggi keuntungan yang
dihasilkan pada setiap dolar penjualan. Operating margin pada Hanlon,Inc. di tahun
X7 sebesar 12,2 kali atau 12,22%; ditahun X6 sebesar 0,03 kali atau 2,82%; dan
ditahun X5 sebesar 0,14 kali atau 13,64%.
4. Persentase Hutang Jangka Panjang terhadap Total Struktur Modal (Hutang Jangka
Panjang ditambah Ekuitas Pemegang Saham) (Percentage of Long Term Debt to Total
Capital Structure (Long-term Debt plus Stockholders’ Equity))
Percentage of debt in capital structure digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola hutang jangka panjang yang berasal dari modal yang dimiliki.
Percentage of debt in capital structure dihitung dengan rumus :
Total Kewajiban
Persentase Hutang
Terhadap Modal =
Modal
25
a. Rasio Persentase Hutang terhadap Modal X7 :
1.814.000
% DER =
1.056.714
= 171,75 %
b. Rasio Persentase Hutang terhadap Modal X6 :
853.086
% DER =
916.714
= 93,06 %
c. Rasio Persentase Hutang terhadap Modal X5 :
1.017.800
% DER =
995.000
= 102,29 %
Bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin banyak bagian modal
perusahaan yang dijadikan jaminan hutang. Namun bagi bank selaku debitur semakin
besar nilai ratio ini, maka semakin menguntungkan. Hanlon,Inc. memiliki Percentage
of debt in capital structure pada tahun X7 sebesar 171,75%; pada tahun X6 sebesar
93,06%; dan pada tahun X5 sebesar 102,29%.
5. Current Ratio
Rasio Lancar (Current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang jangka pendek perusahaan. Current ratio dihitung dengan
rumus :
a. Rasio Lancar X7 :
Semakin tinggi Rasio Lancar (current ratio), semakin baik kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Hanlon,Inc. di tahun X7
memiliki nilai current ratio sebesar 0,73 : 1 atau 73,98%; di tahun X6 memiliki nilai
current ratio sebesar 3,48 : 1 atau 348,22%; dan di tahun X5 sebesar 4,80 : 1 atau
sebesar 480,27%.
a. Rasio Cepat X7 :
894.600 – ( 270.000 + 4.500 + 300.000)
Quick Ratio =
(2.000 + 199.086 + 8.000 + 100.000 + 900.000)
= 0,26 atau 26,65%
b. Rasio Cepat X6 :
440.800 – (80.000 + 12.000 + 180.000)
Quick Ratio =
(7.000 + 113.586 + 6000)
= 1,33 atau 133,35%
27
c. Rasio Cepat X5 :
Semakin tinggi Rasio Cepat (quick ratio), semakin baik kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Quick ratio pada
Hanlon,Inc. tahun X7 sebesar 26,65%; di tahun X6 sebesar 133,35%; dan di tahun
X5 sebesar 203,36%.
Berikut ini adalah analisa rasio dari Hanlon, Inc., untuk tahun X5, X6, dan X7 yang tersaji
dalam tabel berikut ini :
28
❖ Pada rasio inventory turnover Hanlon, Inc., untuk tahun X6 adalah 1,86
kali atau setiap 197 hari.
❖ Pada rasio inventory turnover Hanlon, Inc., untuk tahun X7 adalah 1,89
kali atau setiap 194 hari.
Dari nilai tersebut terlihat bahwa nilai inventory turnover pada Hanlon,Inc. lebih
kecil dari industri lain yang sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa kemapuan
Hanlon,Inc dalam mengelola persediaannya sampai terjual kurang baik dibanding
dengan industri yang lain. Jika kita membandingkan pada dalam tahun X7
perputarann persediaan pada Hanlon,Inc terjadi selama 194 hari, atau lebih lambat
jika dibandingkan dengan perputaran pada industri sejenis. Dimana pada industri
sejenis perputarann persediaan terjadi selama 120 hari atau 3 kali dalam satu
tahun. Jadi bisa dikatakan bahwa Hanlon, Inc buruk dalam melakukan penjualan
produknya karena terlambat dalam perputaran persediaannya.
Oleh karena itu, semakin tinggi inventory turnover semakin efektif perusahaan
dalam mengelola persediaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai rasio
perputaran persediaan yang lebih rendah dibanding ratio rata-rata industrinya, maka
hal ini akan menunjukkan adanya persediaan yang sudah usang atau persediaan
terlalu tinggi yang berarti lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan
ditangan, sehingga dapat mengurangi kemampuan perusahaan memperoleh laba.
Account receivable turnover atau rasio antara penjualan dan piutang pada Hanlon, Inc. di tahun X7
adalah 8,45. Jika dibandingkan dengan rasio pada industri yang lain yang memiliki nilai account
29
receivable turnover sebesar 10, Hanlon, Inc. memiliki pengelolaan piutang yang kurang efektif,
karena memiliki nilai rasio dibawah industri sekitar. Jika diilustrasikan di tahun X7 pada Hanlon,
Inc. setiap terjadi penjualan sebesar $1 maka terdapat piutang sebesar $0,12. Sedangkan rata-rata
industri lain memiliki nilai piutang yang lebih kecil pada setiap penjualan sebesar $1, yaiu sebesar
$0,10. Rasio Receivables Turnover ini menyatakan berapa kali AR bisa dikumpulkan menjadi kas
dalam satu periode akuntansi. Dengan demikian makin tinggi Rasio Receivables Turnover maka
makin banyak AR yang dikonversikan ke kas, dan makin sehat perusahaan. Jika kas makin baik,
maka perusahaan tidak perlu meminjam uang ke bank karena meminjam uang ke bank akan
menambah beban bunga.
Profit margin atau rasio margin laba pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah 12,22%,
hal ini memgambarkan bahwa kondisi perusahaan pada tahun X7 sangat
menguntungkan. Hal ini menggambarkan kondisi profit margin Hanlon,Inc, lebih
baik dibandingkan dengan nilai profit margin pada industri sejenis sebesar
5,00%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di tahun X6, dimana kondisi perusahaan
mengalami penurunan profit margin yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu
dari 13,64% pada tahun X5 menjadi 2,82% pada tahun X6. jika dibandingkan
dengan data profit margin pada industri lainnya pada tahun X6, Hanlon,Inc.,
mengalami kondisi profit margin yang tidak baik.
Perkembangan profit margin pada Hanlon, Inc. dari tahun ke tahun mulai tahun X5, X6, dan X7
adalah 13,64%; 2,82%; dan 12,22%. Dilihat perkembangan rasio ini terlihat di tahun X5 dengan
nilai penjualan sebesar $2.860.000,00 perusahaan mendapatkan operating margin sebesar 13,64%.
30
Pada tahun X6 penjualan perusahaan sebesar $1.300.000,00 operating margin yang didapatkan
menurun cukup besar menjadi hanya 2,82%. Pada tahun X7 kenaikan penjualan perusahaan
menjadi sebesar $1.800.000,00 mengangkat operating margin yang didapatkan menjadi sebesar
12,22%. Namun jika dilihat dari persentase perubahan jumlah penjualan terlihat kejanggalan yang
terjadi. Dimana pada tahun X5 ke tahun X6 terjadi penurunan penjualan yang signifikan sebesar
54,55% yang mengakibatkan penurunan operating margin yang cukup signifikan pula dari 13,64%
menjadi 2,82%. Namun kondisi pada tahun berikutnya menimbulkan kejanggalan, dimana dengan
kenaikan penjualan yang tidak terlalu signifikan yakni sebesar 38,46% dapat menghasilkan
kenaikan operating margin yang signifikan yaitu dari 2,82% menjadi 12,22%. Untuk itu dirasa
perlu dilakukan audit lebih lanjut, untuk mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dari
tahun X6 ke tahun X7.
Debt to equity ratio atau rasio modal yang dijaminkan atas kewajiban. Nilai rasio ini pada
Hanlon,Inc. di tahun X7 adalah 171,75% atau dalam $1,71 hutang terdapat $1,- modal yang
dijaminkan. Sehingga dengan modal tersebut Hanlon,Inc. kemungkinan tidak dapat menutupi hutang
yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan modal perusahaannya sendiri. Jika dibandingkan
dengan nilai rasio pada industri lainnya sebesasr 50% atau atau dalam $1 hutang ada sebesar $2
modal yang dijaminkan. Dari perbandingan tersebut, Hanlon,Inc. memiliki kemampuan yang rendah
dalam mengelola hutangnya, karena kemungkinan tidak dapat menutupi hutangya lebih besar
dibandingkan dengan industri sejenis lainnya.
31
margin yang didapatkan menjadi sebesar 12,22%. Namun jika dilihat dari persentase perubahan
jumlah penjualan terlihat kejanggalan yang terjadi. Dimana pada tahun X5 ke tahun X6 terjadi
penurunan penjualan yang signifikan sebesar 54,55% yang mengakibatkan penurunan operating
margin yang cukup signifikan pula dari 13,64% menjadi 2,82%. Namun kondisi pada tahun
berikutnya menimbulkan kejanggalan, dimana dengan kenaikan penjualan yang tidak terlalu
signifikan yakni sebesar 38,46% dapat menghasilkan kenaikan operating margin yang signifikan
yaitu dari 2,82% menjadi 12,22%. Untuk itu dirasa perlu dilakukan audit lebih lanjut, untuk
mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dari tahun X6 ke tahun X7.
Debt to equity ratio atau rasio modal yang dijaminkan atas kewajiban. Nilai rasio ini pada
Hanlon,Inc. di tahun X7 adalah 171,75% atau dalam $1,71 hutang terdapat $1,- modal yang
dijaminkan. Sehingga dengan modal tersebut Hanlon,Inc. kemungkinan tidak dapat menutupi hutang
yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan modal perusahaannya sendiri. Jika dibandingkan
dengan nilai rasio pada industri lainnya sebesasr 50% atau atau dalam $1 hutang ada sebesar $2
modal yang dijaminkan. Dari perbandingan tersebut, Hanlon,Inc. memiliki kemampuan yang rendah
dalam mengelola hutangnya, karena kemungkinan tidak dapat menutupi hutangya lebih besar
dibandingkan dengan industri sejenis lainnya.
32
6. Rasio Lancar (Current Ratio)
Perbandingan rasio Hanlon, Inc., dan industri sejenis diperoleh :
- Rata-rata industri sejenis memperoleh current ratio sebesar 2 : 1.
- Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X5 adalah 480,28% atau 4,80
- Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X6 adalah 348,22% atau 3,48
- Pada current ratio Hanlon, Inc., untuk tahun X7 adalah 73,99% atau 0,73 dan
berada dibawah rata-rata industri sejenis.
33
b. Perbandingan Tren Rasio Perusahaan Tiap Tahun
1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. pada tahun X6 dan X7 adalah 1,86 dan 1,89.
Jika kita lihat dari tahun ke tahun rasio ini pada Hanlon, Inc. mengalami
peningkatan walaupun nilainya tidaklah signifikan. Hal ini menggambarkan ada
keinginan dari perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan aliran
persediaan yang akan dijual.
34
4. Persentase Hutang terhadap Struktur Modal (Percentage of Debt In Capital
Structure)
Rasio Percentage of Debt in Capital Structure pada Hanlon,Inc. untuk tahun
X5, X6, X7, yaitu :
- Tahun X5 = 102,09%
- Tahun X6 = 93,06%
- Tahun X7 = 171.75%
Dari kondisi tersebut rasio Percentage of Debt in Capital Structure
terburuk terjadi pada tahun X6.
35
c. Area-Area yang Membutuhkan Investigasi Lebih Lanjut
1. Margin Laba (Profit Margin)
Nilai profit margin Hanlon, Inc mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari tahun
X6 yang hanya sebesar 2,8% menjadi 12,2% di tahun X7 dimana nilai tersebut berada
jauh di atas rata-rata industri sejenis yang hanya 5%. Kondisi ini mengindikasikan
adanya penjualan yang overstated atau harga pokok penjualan yang understated.
Pendapatan penjualan akan masuk ke akun piutang atau akun kas. Terlihat pada
neraca, adanya kenaikan penjualan dari tahun X6 dibandingkan X7 ternyata tidak
disertai dengan kenaikan kas yang diterima, akan tetapi disertai dengan kenaikan
piutang yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan adanya nilai piutang yang
overstated. Terhadap hal ini, auditor disarankan untuk melakukan audit lebih lanjut
terhadap akun piutang dengan melakukan tracing dokumen dan prosedur
konfirmasi. Sehubungan dengan rendahnya account receivable turnover Hanlon, Inc
dibandingkan rata-rata industri sejenis, auditor juga perlu lebih memperdalam audit
terhadap piutang dengan melakukan analisis atas aging schedule piutang, kebijakan
pemberian kredit, dan histori pembayaran piutang oleh pelanggan perusahaan untuk
menilai efektivitas pengelolaan piutang oleh perusahaan.
36
2. Rasio Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
Kenaikan debt to equity ratio yang signifikan di tahun X7 disertai dengan nilai debt to
equity ratio yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis
(171% dibanding 50%) menggambarkan kondisi bahwa nilai utang Hanlon, Inc yang
tinggi tidak diimbangi dengan modal sendiri, selain itu nilai current ratio juga berada
di bawah rata-rata industri (1,73 dibanding 2) menandakan bahwa perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang
telah disepakati. Berdasarkan hal tersebut, terdapat indikasi adanya kesangsian
mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, sehingga auditor harus melakukan evaluasi dengan
cara sebagai berikut (SA Seksi 341) :
a. Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang dilaksanakan
menunjukkan adanya sebuah kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas
(tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).
Mungkin diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa
beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian
auditor.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, auditor harus:
i. Memperoleh informasi mengenai sebuah rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
ii. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara
efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia akan mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas.
37
d. Faktor-Faktor Penyebab Adanya Peningkatan Profit Margin dan Debt to Equity
Ratio
1. Adanya kecenderungan dari manajemen Hanlon,Inc untuk menaikkan profit
margin di tahun X7 untuk mengejar rendahnya profit margin di tahun X6 dengan
melakukan penjualan secara kredit sebanyak banyaknya serta menurunkan nilai
harga pokok penjualan. Hal tersebut ditandai dengan:
a. naiknya nilai penjualan yang tidak disertai dengan naiknya aliran masuk kas,
namun disertai dengan tingginya nilai piutang.
b. naiknya nilai persediaan yang signifikan pada tahun X7 dibandingkan tahun
X6 padahal pada tahun-tahun tersebut inventory turnover Hanlon,Inc lebih
rendah bila dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis.
2. Nilai debt to equity ratio yang tinggi diakibatkan oleh adanya pinjaman baru
sebesar USD 1 milyar yang berasal dari pinjaman kepada Hoopshire National Bank
dan perusahaan Trust dimana dimaksudkan untuk mengatasi masalah likuiditas
untuk sementara waktu.
38
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang
apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Untuk itu, auditor harus
memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat. Dalam rangka memperoleh bahan bukti yang cukup dan
kompeten, auditor terlebih dahulu perlu melakukan analisis atas laporan keuangan
dengan melakukan analisis tren maupun analisis rasio.
2. Analisis tren dan analisis rasio terhadap laporan Hanlon,Inc menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut:
a. Adanya kemungkinan pencatatan inventory yang overstated sehingga mengarah
kepada pencatatan cost of goods sold yang understated. Hal ini didasari pada
ratio inventory turnover perusahaan yang tergolong kecil, namun pada tahun
X7 manajemen perusahaan justru tetap memilih kebijakan untuk menumpuk
persediaan. Kebijakan ini terasa janggal, sehingga maksud dari kebijakan
perusahaan tersebut perlu dipertanyakan apakah untuk persiapan peningkatan
volume penjualan di tahun depan ataukah untuk meningkatkan nilai profit
margin sehingga dapat memperbaiki citra perusahaan.
b. Adanya kemungkinan pencatatan sales yang overstated, hal ini terindikasi dari
meningkatnya nilai sales pada income statements yang tidak diikuti dengan
peningkatan cash inflow pada balance sheets. Dilihat dari kondisi tersebut ada
kemungkinan Hanlon,Inc. melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan
tanpa memperhatikan kemampuan keuangan pelanggan atau yang lebih parah
lagi apabila ternyata ditemukan adanya data penjualan yang fiktif. Kejanggalan
ini juga terlihat dari kebijakan perusahaan yang terus melakukan penjualan
secara kredit walaupun pengelolaan piutang perusahaan
39
masih belum optimal dimana ditandai dengan nilai account receivable turnover
yang masih lebih rendah dibandingkan rata-rata industri sejenis.
c. Debt to equity ratio yang tinggi mengindikasikan risiko bahwa perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya sesuai dengan jatuh tempo
yang telah disepakati.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai, auditor harus melakukan investigasi
lanjutan atas kondisi laporan keuangan yang telah dianalisis. Auditor disarankan untuk
fokus pada akun-akun penjualan, persediaan, dan piutang. Karena akun-akun tersebut
merupakan akun yang diketahui naik secara signifikan sehingga diperlukan bukti-bukti
memadai yang diperoleh dari prosedur audit yang relevan.
2. Terhadap tingginya nilai debt to equity ratio, auditor disarankan untuk melakukan audit
lebih lanjut guna mengambil kesimpulan apakah perusahaan masih memiliki
kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas. Prosedur yang mengatur hal tersebut telah dinyatakan dalam SPAP SA Seksi
341.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arens. A, Alvin , Randal J. Elder & Mark S. Beasley., 2015. Auditing and Assurance Services;
An Integrated Approach (16th Edition). New Jersey : Pearson Education, Inc.
Konrath, Larry F. 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach (5th
Edition). New York: South Western Education Publishing.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2013
41