Anda di halaman 1dari 16

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

RMK : THE ECONOMICS OF FINANCIAL REPORTING REGULATION

DOSEN : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA

Oleh Kelompok 4:

 (02) Putu Candra Krisnadayanti (1981621002)


 (18) I Dewa Gede Agung Winata (1981621018)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
CHAPTER 4
THE ECONOMICS OF FINANCIAL REPORTING REGULATION

A. UNREGULATED MARKETS FOR ACCOUNTING INFORMATION


Teori agensi menjelaskan kenapa ada insentive untuk pelaporan sukarela kepada
pemilik. Pelaporan sederhana yang lebih luas pada pasar modal dijelaskan oleh teori
signalling dan daya saing pada pasar modal. Argumen yang mendukung Unregulated markets
kebanyakan mempunyai sifat deduktif.
Teori agensi
Teori agensi membentuk perusahaan sebagai ikatan dari hubungan agen dan mencari
pemahaman perilaku organisasi dengan memeriksa bagaimana hubungan antar agen pada
perusahaan memaksimalkan kegunaannya. Salah satu unsur utama dari hubungan agen adalah
antara kelompok manajemen dengan pemilik pada perushaan. Manajemen dipekerjakan oleh
pemilik perusahaan untuk mengadministrasikan kegiatan perusahaan. Tujuan dari manajemen
dan pemilik mungkin tidak dalam kesepakatan yang sempurna. Pemilik tertarik untuk
memaksimalkan pengembalian investasi dan harga saham nya, sementara manajer
mempunyai jarak yang luas dari kebutuhan ekonomi dan psikologi, termasuk
memaksimalkan total kompensasi mereka yang dipenuhi dengan kontrak pekerjaan.
Konflik teori agensi dapat dikurangi dengan pelaporan keuangan. meminimalkan
biaya pengawasan agen merupakan insentif ekonomi bagi manajer untuk melaporkan hasil
akuntansi secara handal kepada pemilik. Pelaporan yang baik akan menaikkan reputasi
manajer dan reputasi yang baik akan meninggikan kompensasi karena biaya pengawasan
agen yang semakin kecil jika pemilik merasa pelaporan akuntansi adalah handal.
Pasar modal yang bersaing dan insentif signalling
Teori signalling menjelaskan bagaimana perusahaan mempunya insentif untuk
melaporkan secara sukarela kepada pasar modal bahkan pada saat tidak ada perintah untuk
persyaratan pelaporan; perusahaan bersaing dengan yang lain untuk kelangkaan risiko modal,
dan pengungkapan yang sukarela diperlukan untuk bersaing secara sukses pada pasar untuk
risiko modal. Kemampuan perushaan dalam menaikan modal akan ditingkatkan jika
perusahaan mempunyai reputasi yang baik dengan respek pada pelaporan keuangan.
pelaporan yang baik akan menurunkan biaya modal perusahaan karena turunnya
ketidakpastian tentang perusahaan yang melaporkan secara luas dan handal, risiko investasi
yang lebih rendah dan persyaratan rate of return yang rendah.

1
Insentif akan muncul untuk mempersiapkan laporan secara sukarela untuk tujuan
kenaikan modal dan melaporkannya secara reguler untuk menjaga ketertarikan investor pada
perusahaan. Insentif ekonomi untuk melaprokan (bahkan berita buruk) adalah inti dari
pendapat teori signalling untuk pelapoan keuangan secara sukarela. Terdapat informasi
asimetri diantara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan lebih banyak tahu tentang
perusahaan dan prospek masa depan dibandingkan pihak luar (investor).
Penelitian pada efek signalling pada peramalan pendapatan manajemen, dimana ada
pengungkapan sukarela, mempunyai dua aspek signalling, yaitu: (1) peramalan kejutan nilai
pendapatan dan (2) kejutan yang ditimbulkan oleh peramalan pendapatan itu sendiri.
Private Contracting Opportunities
Argument ketiga dari unregulated market adalah anggapan bahwa setiap orang yang
benar-benar menginginkan informasi tentang perusahaan mampu mendapatkannya. Pihak
ketiga dapat secara pribadi menyusun kontrak untuk mendapatkan informasi dari perusahaan
itu sendiri, dari pemilik, atau dari perantara seperti analisi saham. Jika informasi yang
dibutuhkan sulit didapatkan melalui publikasi ataupun pembebasan biaya, individu secara
pribadi dapat membeli informasi yang dibutuhkan tersebut. Disinilah, pasar harus
menghasilkan alokasi sumberdaya yang optimal dalam memproduksi informasi.
Sebuah penelitian pada pasar saham menunjukan orang-orang sangat ingin melakukan
kontrak secara pribadi untuk mendapatkan informasi. Pada pandangan ini, permintaan atas
informasi yang optimal terjadi pada saat pasar memaksa menentukan produksi (supply) dan
pengungkapan atas informasi akuntansi. Komisioner SEC mengatakan bahwa sistem
mandatory pengungkapan tidak akan efektif untuk menyalurkan informasi dari pasar modal
dan akan melayani tanpa tujuan kepada para investor dengan informasi yang tidak berguna.

B. REGULATED MARKETS
Ada dua alasan dalam mempertahankan peraturan:
(1) adanya kemungkinan kegagalan dalam sistem pasar bebas yang berarti kegagalan pasar
dan alokasi sumber daya yang kurang optimal. Contoh : Monopoli
(2) adanya kemungkinan pasar bebas berkebalikan dengan tujuan social. Sebagai contoh,
pasar bebas tidak mengkomunikasikan informasi yang relevan tentang keamana pasar
yang berakibat pihak manajer dan pihak internal memiliki informasi namun pihak
pemegang saham tidak memilki informasi. Sebagai tambahan informasi yang tersedia
pada unregulated market tidak menyediakan kecukupan perbadingan diantara perusahaan.

2
Proses penyusunan standar disebut dengan codification yang didasarkan pada
pengembangan evolusioner pada standar akuntansi pada kelompok demokrasi dan
terbuka.
Kegagalan pasar (market failure)
Ada beberapa pendapat yang mendukung peraturan karena adanya kegagalan pasar.
Pendapat ini berfokus pada perusahaan sebagai monopoli pemasok informasi, kegagalan atas
pelaporan keuangan untuk mencegah kecurangan dan kebangkrutan dan sifat barang public
atas informasi akuntansi dan pelaporan keuangan.
The Firm as a Monopoly Supplier of Information
Argument pertama bahwa kegagalan pasar terjadi karena perusahaan menjadi monopoli
pemasok informasi tentang perusahaan itu sendiri. Situasi ini menciptakan kesempatak untuk
pembatasan produksi informasi dan monopoli harga bila pasar tidak diatur. Mandatory
pengungkapan akan menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya yang rendah kepada
kelompok daripada pada saat pasar belum diatur. Peraturan solusi atas kegunaan perusahaan
adalah mengijinkan monopoli pada produksi namun mengatur harganya. Mandatory
pengungkapan public adalah model cost-effective untuk mendapatkan informasi perusahaan
yang khusus kepada mereka yang menginginkannya.
Failures of Financial Reporting and Auditing
Kritikan atas praktik akuntansi dan proses penyusunan standar, secara umum berfokus
pada dugaan kualitas yang rendah dari laporan keuangan, bahkan yang disusun dibawah
peraturan. Alasan yang dikutip atas lemahnya standar akuntansi dan auditing adalah
banyaknya flesibilitas manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi dan kadang-kadang
adanya kelalaian auditor. Tidak dideteksinya kecurangan perusahaan oleh auditor dan
kegagalan perusahaan yang tidak dideteksi awal pada laporan keuangan maupun laporan
audit merupakan bukti kegagalan sistem pelaporan keuangan kepada minat public. Argument
untuk adanya peraturan diperlukan untuk menaikkan kualitas laporan keuangan untuk
melindungi public dari kecurangan dan kegagalan daripada tidak adanya suatu peraturan.
Accounting as a Public Good
Kegagalan pasar dapat juga terjadi dengan apa yang disebut dengan Public goods.
Public goods adalah komoditi dimana satu diproduksi dapat dikonsumsi tanpa mengurangi
kesempatan orang lain untuk mengkonsumsinya. Contohnya adalah sinyal radio dan jalan tol.
Barang public tidak diciptakan di pasar bebas, memiliki apa yang disebut dengan
externalities. Sebuah externalitiy terjadi jika produsen tidak bisa memaksakan beban produksi
kepada semua pengguna barang tersebut. Efek dari externality adalah produsen dari barang
3
public mempunyai insentif terbatas untuk dalam memproduksinya karena semua konsumen
tidak dapat dibebankan atas barang tersebut. Orang yang mengkonsumsi barang public tanpa
membayar disebut dengan free riders. Produksi yang sedikit atas barang public merupakan
kegagalan pasar karena produsen tidak termotivasi untuk memenuhi permintaan atas barang
public. Salah satu cara memproduksi barang public adalah memalui intervensi peraturan.
Tidak bisa diacuhkan, biaya dari free riders harus dibebankan pada masyrakat keseluruhan
jika produksi tersebut disubsidi untuk memenuhi permintaan atas barang public.
Jika informasi akuntansi adalah barang public, maka perusahaan tidak akan mempunyai
insentif yang kuat dalam memproduksi dan menjual informasi akuntansi. Hasilnya adalah
underproduction atas informasi akuntansi pada unregulated market, intervensi dalam bentuk
mandatory persayaratan pelaporan tergantung pada kebutuhan untuk menjamin terpenuhinyan
permintaan atas informasi akuntansi.
Social Goals
Alasan lain dalam mendukung perturan adalah masyrakat ini mencapai tujuan tertentu
yang tidak akan dipenuhi oleh pasar bebas, bahkan jika tidak terjadi kegagalan pasar. SEC
selalu berfokus pada “fair reporting” dan “protection of investor”. Kewajaran pada pasar
modal adalah tipe dari argumen minat public, ini diasumsikan bahwa pasar saham akan wajar
hanya jika potensial investor mempunyai akses yang sama pada informasi yang sama. Hal ini
disebut dengan simetri informasi dan ini adalah tujuan mulia karena lebih luas informasi
terdistribusi, lebih banyak persaingan dalam pasar yang akan terjadi. Setelah itu, informasi
yang sempurna dan murah adalah asumsi model ekonomi dalam persaingan sempurna.
Peraturan dalam insider trading adalah aplikasi atas filosofi simetri informasi.
Tujuan social yang lain sebagai tambahan simetri informasi adalah comparability.
Comparability adalah keandalan pernyataan keuangan ketika membuat evaluaasi
menggunakan pernyataan keuangan pada basis perbandingan perusahaan.
The codificational Justification of Standard Setting
Risalah yang penting telah dipublikasi oleh the American Accounting Association
(AAA). Gaa telah menyediakan justifikasi yang berarti pada regulasi laporang keuangan dan
proses penyusunan standar. Pandangan atas codificational bukan rasional namun evolusioner
pada saat sebuah sistem dirasa untuk evolusi ataupun dikembangkan. Hasil dari sistem
codifikasi seperti standar akuntansi tidak penting dikoreksi pada logika deduktif. Kodifikasi
menyediakan ide yang bagus dimana dapat diharapkan ketika masyrakat yang demokratis
ditempatkan untuk menuraikan kesulitan distribusi masalah. Disisi lain, kodifikasi dapat

4
dilihat sebagai rasionalisasi yang dangkal atas status quo meskipun, dengan definisi,
diasumsikan bahwa akan ada pengembangan institusional untuk menyelesaikan masalah.
Comparing Regulated and Unregulated Markets
Salah satu argument atas regulasi adalah perusahaan merupakan monopoli pemasok atas
informasi dirinya. Prima facie, ini dapat dilihat sebagai kegagalan pasar. Pendapat yang
berbeda oleh pasar bebas menyatakan bahwa memiliki tekanan kompetitif pada modal,
perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan informasi secara sukarela atas dirinya.
Pendapat lain yang melawan regulasi adalah informasi tidak diungkapkan secara
sukarela oleh perusahaan dapat diperoleh melalui kontrak pribadi. Bagaimanapun juga,
kelangsungan hidup dari kontrak pribadi dipertanyakan karena sifat dari barang public atas
informasi akuntansi dan masalah free riders
Standarisasi kebijakan akuntansi akan menimbulkan keseragaman diantara perusahaan
dibadingkan yang terjadi pada unregulated market. Mandatory pelaporan public
mempertinggi rasa wajar atas pasar modal dan dapat mengurangi biaya total pada masyarakat
dalam mendapatkan informasi.

C. THE PARADOX OF REGULATION


Imperfections of Accounting Regulation
Ekonomis telah menyimpulkan bahwa sangat sulit untuk mendapatkan kebijakan
peraturan yang dapat menimbulkan kemakmuran social yang maksimal. Hal ini yang disebut
oleh Arrow sebagai impossibility Theorem. Ketika harga pasar bebas ditinggalkan, tidak ada
jalan untuk memntukan aggregate pilihan social. Jika sistem harga bekerja, aggregate pilihan
social menyatakan melalui keseimbangan permintaan –penawaran, dan sumberdaya
dialokasikan melalui harga pasar. Tidak ada perbandingan peraturan pada regulated market,
dan untuk alasan ini sangat sulit untuk mengevaluasi keuntungan atas peraturan pasar. Karena
paradok ini, sangat tidak mungkin untuk mengetahui apakah peraturan akuntansi
memproduksi kuantitas dan kualitas yang optimal atas laporan keuangan.
Ekonomis berpendapat bahwa barang public yang ditawarkan pada regulated market
melebihi produksi. Hal ini bertentangan dengan produksi yang lebih sedikit pada unregulated
market yang menimbulkan paradok kegua atas peraturan.
Dalam menentukan kebijakan akuntansi, FASB dapat dengan mudah memutuskan
tentang level permintaan pada kebijakan akuntansi yang baru atau alternative sejak pengguna
tidak membayar secara langsung untuk itu. FASB mungkin sadar dengan adanya masalah

5
over produksi yang disebut dengan Standard overload, secara bagian telah mempengaruhi
perusahaan kecil dan non public.
Kecenderungan over produksi pada regulated market dapat dihindari dengan sistem
harga yang dimasukkan pada barang public. Menciptakan bukan penjual yang secara efektif
dikeluarkan dari konsumsi barang. Salah satu contohnya adalah laporan keuangan yang
dikirimkan kepada SEC dan mengenakan biaya untuk mengcopi informasi. Pada cara ini,
permintaan ekonomis atas informasi dapat ditentukan dan biaya produksi dapat dipulihkan
oleh pengguna dari informasi akuntansi.
Konsekuensi negative pada regulating accounting adalah:
1. potensial over lokasi sumberdaya social pada tersedianya produksi publikasi gratis
informasi akuntansi
2. transfer kemakmuran dari bukan pengguna kepada pengguna informasi akuntansi.
Transfer kemakmuran terjadi ketikan pengguna menerima keuntungan dari informasi
akuntansi yang gratis, sedangkan bukan pengguna secara implisit mendatangkan biaya
produksi.

D. THE REGULATORY PROCESS


Pembuatan peraturan adalah aktivitas politik yang penting. Sejak kemakmuran social
tidak bisa diukur (the impossibility Theorem), tidak ada criteria untuk memntukan kebijakan
apa yang akan memaksimalkan minat public. Konsekuensi, dugaan atas pemahaman yang
baik atas minat public ada pada kontek politik dan dengan anjuran rekomendasi
pendistribusian pendapatan dan kemakmuran. Ini berarti bahwa tidak ada jalan lain untuk
menentukan peraturan akuntansi yang optimal dan peraturan tersebut menjadi hasil dari
politik daripada proses ekonomi.
The Political Nature of Regulation
Dalam tradisi demokrasi di Amerika berarti bahwa due process adalah bahan dalam
proses penyusunan peraturan. Dalam menyiapkan kebijakan, due process berarti agen
penyusun peraturan mencari untuk memasukkan semua akibat pada pertimbangan. Hal ini
penting untuk menjaga legitimasi atas proses penyusunan peraturan. Dalam sudut pandang
penyusunan peraturan, fungsi FASB lebih sukses dalam badan penyusun peraturan. Due
process telah diadopsi pada standar porsedur dalam debat dan mengembangkan kebijakan
akuntansi. Penyusunan peraturan melalui proses due process sangat lambat, namun
pencapaian consensus memberikan legitimasi pada peraturan.

6
Regulatory Behavior
Capture theory dan life-cycle theory dari penyusunan peraturan sama-sama berpendapat
bahwa kelompok akan diatur nantinya akan melalui proses penyusunan peraturan untuk
mempromosikan minat pribadi. Ketika ini terjadi, proses penyusunan peraturan
dipertimbangkan untuk ditangkap. The life cycle theory pada proses penyusunan peraturan
berpendapat bahwa agen penyusun peraturan melalui beberapa fase yang berbeda. Meskipun
ini berawal pada minat public, peraturan nantinya menjadi instrument untuk melindungi
kelompok yang diatur. Pihak yang diatur dan penyusun peraturan akan mencari perlindungan
atas minat mereka.
Behavior of Companies, Auditors and Free Riders
Tiga kelompok yang dipengaruhi oleh peraturan akuntansi:
1. manajemen
terdapat sifat kecenderungan dari perusahaan untuk menolak pengungkapan atau
peraturan baru yang akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Pada sisi lain beberapa
peraturan mungkin menimbulkan akibat pada perusahaan khusus untuk menaikkan
pelaporan pendapatannya. Manajemen dapat memiliki insetif untuk mendukung usulan
tersebu yang akan berdampak positif terhadap pelaporan pendapatan dan akan menaikkan
kompensasinya. Namun ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa banyak dari
perushaan yang mendukung usulan peraturan akuntansi yang akan menimbulkan laporan
pendapatan yang rendah. Jadi, ada beberapa kelompok manajemen yang menimbulkan
banyak reaksi atas usulan kebijakan akuntansi.
2. Auditor
Auditor berfokus pada implikasi peraturan audit laporan keuanga. Sangat naïf jika
berpikir bahwa opini sebuah perusahaan akuntansi tidak secara serius dipertimbangkan
atas pertimbangan kebijakan akuntansi.
Ronen menyarankan adanya penciptaan Financial Statement Insurance yang artinya biaya
yang akan dibayarkan oleh auditee kepada perusahaan insurance lain. Insurance ini akan
meliputi antara pembayaran jaminan oleh pemegang saham atas hasil dari kesalahan
penyajian pada laporan keuangan dan biaya auditor.
3. free riders
free rider seperti analis, akan menggunakan informasi akuntansi sebagai bahan konseling
dan penyusunan Koran. FASB telah melihat secara dekat tentang free riders ini karena
7
mereka tidak berhubungan langsung secara ekonomi pada informasi yang dimiliki oleh
perusahaan atau auditor.
Kebijakan akuntansi tidak boleh dibuat berdasarkan pelayanan kepada salah satu minat
kelompok dengan menghancurkan masyarakat secara keseluruhan. Ketika peraturan
didominasi oleh sekelompok kepentingan, mandat tersebut akan menjadi hilang karena
proses penyusunan peraturan telah ditangkap oleh pribadi-minat kelompok.

E. ECONOMIC CONSEQUENCES OF ACCOUNTING POLICY


Kebijakan akuntansi tidak semata- mata melihat efisiensi dan optimalisasi ekonomi
tetapi juga mempengaruhi distribusi pendapatan juga kesejahteraan. FASB memahami
masalah ini , sehingga konsekuensi ekonomi mempertimbangkan dalam kebijakan akuntansi
yang diajukan, dan didefinisikan sebagi pengaruh laporan akuntansi terhadap bisnis,
pemerintah, perkumpulan, Investor dan kreditor. Dalam hal efisiensi FASB
mempertimbangkan biaya dari sudut pandang yang sempit yaitu biaya untuk memproduksi
sedangkan manfaat dilihat terutama dalam bentuk kebutuhan informasi bagi bursa saham.
Perusahaan yang go publik yang dapat menanggung biaya dari regulasi akuntansi. Untuk
perusahaan yang lebih kecil biaya yang dikeluarkan dirasakan terlalu besar dibandingkan
dengan manfaat yang diterima karena securitas perusahaan ini tidak diperdagangkan.
Sensitifitas FASB dalam hal ini ditujukan dengan tidak diberlakukannya dua standar yang
berorientasi pengungkapan yaitu SFAS No 14 dan 69 untuk perusahaan kecil.

F. ARTIKEL STEPHEN A. ZEFF

Judul Penelitian : The Rise of “Economic Consequences”


Penulis/Peneliti : Stephen A. Zeff
Tahun : 1978
Jurnal : Journal of Accounting. December : 56-63

MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI


Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan
meningkatnya pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua
perkembangan paralel telah menandai hal ini. Pertama, individu dan kelompok yang jarang
memperlihatkan minat dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara aktif
dan kuat dalam proses penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai meminta

8
argumen dibandingkan mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam diskusi akuntansi.
Konsekuensi ekonomi telah digunakan untuk mendeskripsikan beberapa argumen tersebut.
Zeff (1978) mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari laporan
akuntansi dalam perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, serikat pekerja, investor
dan kreditur”. Inti dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi
keputusan sesungguhnya yang dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan secara
sederhana menggambarkan hasil dari keputusan tersebut. Zeff mencatat beberapa contoh di
USA dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi standar
akuntansi yang ditetapkan oleh the Accounting Principle Board (pendahulunya FASB) dan
pendahulu lainnya seperti the Committee on Accounting Procedure (CAP).
Pembuat kebijakan akuntansi sejak tahun 1960-an telah peduli dengan masalah
yang disebut Zeff sebagai “intervensi pihak ketiga” (third-party intervention) yang sangat
mempersulit penetapan standar akuntansi. Jika kebijakan-kebijakan akuntansi tidak penting,
pilihan atas beberapa kebijakan akan ketat antara badan pembuat standar dan akuntan serta
auditor yang bertugas untuk mengimplementasikan standar. Jika hanya pihak-pihak tersebut
yang terlibat, maka model akuntansi tradisional, berdasarkan konsep yang terkenal seperti
matching antara biaya dan pendapatan, realisasi dan konservatisme, dapat diaplikasikan dan
tidak seorang pun selain pihak yang terlibat akan peduli dengan kebijakan spesifik apa yang
digunakan. Dengan kata lain, sebagai akibatnya pilihan kebijakan akuntansi akan menjadi
netral.
Ketika mencoba memahami argumen pihak ketiga, satu hal yang harus diingat
bahwa sebelum tahun 1970-an model akuntansi dikerjakan oleh the American Institute of
CPAs committee on accounting procedure (CAP) dan the APB yang secara formal
melahirkan pertimbangan akuntansi teknis (kadang disebut “prinsip akuntansi” atau
“pertanyaan konseptual” seperti pengukuran aset, liabilitas dan pendapatan serta “the fair
presentation” akan posisi keuangan dan operasi. Pembuat kebijakan fokus dengan
komunikasi informasi keuangan kepada investor aktual dan potensial, yang tentu saja
penghargaan mereka diberikan oleh SEC, yang mana telah dibebankan oleh Congress untuk
memastikan “full and fair disclosure” dalam laporan kepada investor. Third-party intervenor,
oleh karenanya akan memiliki insentif yang jelas untuk mengajukan banding terhadap model
akuntansi yang digunakan pembuat kebijakan daripada meningkatkan momok model
konsekuensi ekonomi yang disukai oleh pihak ketiga. Ketika manajemen perusahaan mulai
mengintervensi dalam proses penetapan standar untuk peningkatan derajat, maka posisi yang

9
benar itu mungkin akan samar. Sebuah uji argumen manajemen menemukan range of tactical
rhetoric dibawah ini. Argumen itu ditulis dalam hal:
a. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar fokus tentang pengukuran
akuntansi yang tidak biasa dan terdengar retorika.
b. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar berusaha untuk
memajukan kepentingan pribadinya dalam konsekuensi ekonomi sebagai konten
laporan yang dipublikasikan.
c. Konsekuensi ekonomi dimana manajemen adalah egois.

SEJARAH AS MENGENAI INTERVENSI PIHAK KETIGA DARI “KONSEKUENSI


BERBAGAI EKONOMI” (CAP, APB, FASB)
Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak awal 1970-an, manajemen
menjadi semakin jujur dalam dialognya dengan FASB, secara bersikeras memajukan
argumen ketiga dan membawa konsekuensi ekonomi ke depan. Menurut Zeff “… pihak luar
mengintervensi proses penetapan standar dengan himbauan terhadap kriteria yang melampaui
pertanyaan tradisional akan pengukuran akuntansi dan fair presentasion. Mereka malah fokus
dengan konsekuensi ekonomi…”. Dua faktor cenderung menjelaskan mengapa konsekuensi
ekonomi tidak menjadi masalah yang substantif sebelum 1970-an. Pertama, minat manajemen
dan pihak lainnya terutama menggunakan argumen kedua yang ditulis di atas, mendorong
badan pembuat standar untuk membatasi mereka dengan model akuntansi tradisional.Kedua,
the CAP dan APB, dengan sedikit pengecualian, ditentukan atau muncul untuk
menyelesaikan kontroversi dalam konteks akuntansi tradisional.
Sebagai contoh tentang argumen konsekuensi ekonomi, Zeff menjelaskan usaha
oleh beberapa perusahaan di US untuk mengurangi reported earnings dengan
mengimplementasikan penggantian biaya akuntansi selama 1947 sampai 1948 (periode
dengan inflasi yang tinggi). Di sini, konstituensi pihak ketiga yang di intervensi adalah
manajemen, yang tidak menyukai skeptisisme mereka tentang akuntansi current value,
berpendapat dalam mendukung penggantian biaya amortisasi untuk mendukung pajak yang
lebih rendah dan gaji yang lebih rendah untuk meningkat, dan untuk melawan persepsi public
akan ekses profitabilitas. Argumen pasar efisien akan menjadi intervensi yang tidak perlu
karena perubahan kebijakan tidak akan mempengaruhi arus kas, dan pasar akan melihat
melalui reported net income yang tinggi yang dihasilkan oleh amortisasi historical cost
selama inflasi.

10
Zeff merespon berbagai intervensi badan penetapan standar. Respon pertama
adalah untuk memperluas keterwakilan konstituensi pada badan penetapan standar. Respon
juga terhadap penggunaan exposure draft yang diusulkan menjadi standar baru menjadi
umum sebagai perangkat yang memungkinkan berbagai konstituensi untuk mengomentari
perubahan kebijakan akuntansi yang diusulkan.

RESPON LEMBAGA YANG MENETAPKAN STANDAR UNTUK INTERVENSI


PIHAK KETIGA DAN “KONSEKUENSI EKONOMI”
Apa yang menjadi reaksi dari penetapan standar untuk (a) intervensi oleh pihak
luar dan (b) klaim bahwa standar akuntansi harus atau tidak harus diubah untuk menghindari
konsekuensi ekonomi yang tidak sehat?. Ada tiga jenis reaksi: prosedural saja, prosedural
dengan efek substantif jelas, eksplisit substantif. Hal ini terbukti dari serangkaian langkah
yang diambil oleh AICPA dan APB, mereka berusaha untuk membawa organisasi lebih dekat
ke dalam proses penetapan standar, berharap bahwa organisasi ini akan puas dan pendapat
mereka diberi penuh pertimbangan sebelum penerbitan akhir pendapat. Bagaimanapun,
akomodasi ini, meskipun ada kemungkinan bahwa pendapat luar memang berdampak pada isi
substantif dari beberapa pendapat yang dihasilkan dari semacam prosedural.
Mesin prosedural yang ditetapkan untuk FASB bahkan lebih rumit dari yang ada
di tahun-tahun terakhir APB tersebut. Obyek prosedur tambahan ini telah memperluas dan
mengintensifkan interaksi antara pihak dewan yang berkepentingan di luar, terutama
perusahaan, asosiasi industri, dan lembaga dan departemen pemerintah. A Financial
Accounting Standards Advisory Council (FASAC) terdiri dari perwakilan, dari beragam
kelompok diangkat menjadi dewan dari FASB. Dewan itu sendiri telah terdiri dari anggota
yang berasal dari praktik akuntansi, universitas, perusahaan, dan pemerintah-lagi, sehingga
akan menjadi responsif-dan akan tampak responsif-keprihatinan dari mereka "konstituen".
Setelah kritik dari dalam profesi operasi dan prosedur dewan, Financial
Accounting Foundation (FAF), dewan induk, melakukan penelitian pada tahun 1997 dari
seluruh operasi forum. Diantara banyak rekomendasinya adalah usulan bahwa Dewan
memperluas kontak formal dan informal dengan pihak dan itu mencakup analisis dampak
ekonomi dalam draft eksposur penting.
Pada pertengahan 1970, diputuskan bahwa FASB harus menambahkan
konsekuensi ekonomi (dan sosial) untuk isu-isu substantif yang normal. Dimasukkannya
"Kemungkinan Dampak Ekonomi atau Sosial" di antara "kualitas lain dari informasi yang
berguna" di dewan konseptual memorandum diskusi kerangka, ditambah dengan
11
pengumuman dewan kepemilikannya dalam studi empiris konsekuensi ekonomi dan
rekomendasi dari komite struktur FAF yang dewan menginformasikan dirinya memadai pada
"mungkin memiliki berbagai dampak pernyataan", secara kolektif mengkonfirmasi arah baru
ini.

FAKTOR APA YANG MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERHADAP MUNCULNYA


“KONSEKUENSI EKONOMI” SEBAGAI ISU SUBSTANTIF?
Konsekuensi ekonomi pada akhirnya diterima sebagai masalah kebijakan
substantive yang valid dalam beberapa alasan:
1. Suasana zaman. Dekade 1970an sangat jelas dimana masyarakat Amerika memegang
tanggung jawab lembaga untuk sosial, lingkungan dan konsekuensi ekonomi terhadap
tindakan mereka, dan merealisasikan opini masyarakat pada subjek ini akhirnya
menjadi jelas (relevan) akan minat mereka terhadap aktivitas penetapan standar
akuntansi.
2. The sheer intractability terhadap masalah akuntansi yang dipecahkan. Sejak
pertengahan 1960-an, APB dan FASB mendapatkan pertanyaan yang sulit dimana
posisi industri telah berada pada level yang bagus. Pada beberapa tingkatan, perusahaan
yang sensitif terhadap kinerja mereka, dievaluasi melalui reported earnings
mengijinkan tindakan pengambilan keputusan mereka untuk dipengaruhi oleh persepsi
mereka tentang bagaimana perilaku akan terlihat melalui “the prism of accounting
earnings” (prisma laba akuntansi).
3. Besarnya dampak. Beberapa masalah yang dihadapi APB dan FASB di beberapa tahun
terakhir telah meramalkan dampak tingkat tinggi pada volatilitas atau
tingkatpendapatan dan rasio keuangan utama lainnyabahwa FASB tidak dapat lagi
mendiskusikan akuntansi yang diusulkantanpa menghadapi gencarnya argumen atas
konsekuensi kemungkinan ekonomi. Contohnyayaitu akuntansi untuk fluktuasi valuta
asing, inflasi domestik dan perubahan harga relatif dan biayaeksplorasi dan pengeboran
perusahaan diindustri perminyakan.
4. Pertumbuhan pilihan informasi ekonomi sosial, perilaku, income smoothing, dan
literature decision usefulness dalam akuntansi. Tulisan terbaru dalam literatur pilihan
informasi ekonomi-sosial telah menyediakan kerangka analisis yang luas pada masalah
konsekuensi ekonomi dapat dikonseptualisasikan. Dimulai dengan Stedry, literature
tentang implikasi perilaku angka-angka akuntansi telah berkembang secara signifikan,
menarik perhatian para peneliti dan pembuat kebijakan akan pentingnya
12
mempertimbangkan efek dari informasi akuntansi. Literatur income smoothing telah
menemukan adanya motif manajerial untuk mempengaruhi pengukuran tren earnings.
Literatur decision usefulnesss meskipun terbatas pada direct user informasi akuntansi,
telah membantu untuk mengurangi kecenderungan akuntan untuk berdebat atas
"kebenaran" yang melekat pada pendapatan akuntansi yang berbeda
5. Ketidakcukupan reformasi prosedural yang diadopsi oleh APB dan FASB. Meskipun
suksesi langkah prosedural dimana kedua badan telah ditugaskan untuk menyediakan
pihak luar dengan forum untuk mengekspresikanpandangan mereka, klaim
akankonsekuensi ekonomi -dan kritik yang dihasilkan dari pernyataan badan penetapan
standar terusberlanjut. Kesimpulannya secara jelas telah menyampaikan bahwa
prosedur cara untuk memperbaiki kesalahan sendiri tidak akan memecahkan masalah.
6. Penelitian the Moss dan Metcalf. Pada pertengahan tahun 1976, diketahui bahwa
anggota kongres John E. Moss (D-Calif.) dan mendiang Senator Lee Metcalf (D-
Mont)., melakukan penelitian terhadap kinerja dari profesi akuntansi, termasuk
penetapan standar kegiatannya, dan telah cukup untuk disimpulkan bahwa tanggapan
badan penetapan standar atas dampak ekonomi dan sosial dari keputusan merekaakan
menjadi masalah.
7. Semakin pentingnya earnings figure manajer perusahaan dalam transaksi pasar modal.
Terutama pada tahun 1960-an,ketika pasar modal kompetitif secara intens dan gerakan
merger bergerak cepat, earnings figure dilihat sebagai elemen penting dari strategi dan
taktik manajerial. Faktor ini adalah penting di pasar saat ini, sebagai langkah aktivitas
merger yang dipercepat.
8. Angka Akuntansi dilihat sebagai alat kontrol sosial. Kendali sosial perusahaan Amerika
telah dikenal baik di tingkat regulasi energi, bidang transportasi dan komunikasi, tetapi
dalam beberapa tahun terakhir angka pendapatan diperlakukan sebagai perangkat
pengendalian pada skala luas. Contohnya adalah insentif fiskal (seperti investasi kredit
pajak dan definisi ulang penghasilan kena pajak yang menyimpang dari laba akuntansi)
yangmemiliki pengaruh pada perdebatan dalam laporan keuangan, mekanisme
pengendali harga dalam Phase II pada 1972-73 dandata base yang diatur oleh the
Energy policy and Conservation Act of 1975.
9. Kesadaran bahwa pihak luar bisa mempengaruhi hasil perdebatan akuntansi. Sebelum
tahun 1960-an, kontroversi akuntansi jarang dilaporkan dalam pers keuangan,dan
secara luas diyakini bahwa akuntansi adalah konstan, jika bukan merupakan parameter
tetap, pada manajemen operasi bisnis. Dengan publisitas yang diberikan pada akuntansi
13
untukkredit investasi pada 1962-63, dalam dialog antara AICPA di 1963-1964 alih
kekuasaan dari APB dan perselisihan akuntansi lainnya yang melibatkan APB, manajer
dan pihak luar lainnya menyadari bahwa akuntansi mungkin merupakan variabel yang
mengatur akuntansi tidak pantang menyerah atau bahkan kaku.
10. Meningkatnya penggunaan argumen ketiga, dalam perdebatan akuntansi. Sebagian
besar untuk alasan yang disebutkandi atas, pihak luar mulai membuang dalih bahwa
mereka keberatan terhadap perubahan standar akuntansi yang diusulkan, terutama
fungsi dari perbedaan mengenai interpretasi yang tepat dalam prinsip akuntansi. Alasan
yang benar muncul dan pembuat kebijakan akuntansi tidak bisa lagi mengabaikan
implikasi mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wolk, Tearney, dan Dodd. (2001). “Accounting Theory: A conceptual and Institutional
Approach” Fifth edition. South-Western College Publising.

Zeff, S. A., 1978, The Rise of Economic Consequences, The Journal of Accountancy.

Anda mungkin juga menyukai