Anda di halaman 1dari 24

METODE PENELITIAN AKUNTANSI

“Riset dalam Bisnis, Etika dalam Riset Bisnis, dan Berpikir seperti Periset”

KELOMPOK 1

Nama Kelompok :
1. Komang Risa Rahayu Ningsih (1981621019)
2. I Made Pradnyana Paradila (1981621021)
3. Ni Made Dwi Rina (1981621022)
4. Ni Luh Putu Ayu Lastri Pramiswari (1981621024)

PROGRAM MAGISTER AKUNTASI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. RISET DALAM BISNIS
1.1 DEFINISI RISET BISNIS
Sebelum membahas tentang definisi riset bisnis, maka akan dijelaskan terlebih
dahulu acuan dasar pengembangan definisi riset bisnis. Diawali dengan pengertian riset
(research), riset didefinisikan oleh Sekaran dan Bougie (2010: 2) sebagai suatu proses
sederhana untuk menemukan berbagai solusi dari suatu masalah setelah melalui suatu
proses studi dan analisis terhadap berbagai faktor situasional. Esensi riset dan menjadi
seorang manajer yang sukses adalah hal yang penting untuk mengetahui bagaimana cara
dalam pengambilan berbagai keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
melalui berbagai langkah yang dijalani dalam upaya menemukan berbagai solusi atas
isu-isu problematis (Sekaran & Bougie, 2010: 2).
Dengan memahami pengertian dan esensi riset, maka selanjutnya akan dikupas
tentang pengertian dan esensi riset bisnis (business research). Sekaran dan Bougie
(2010: 3) mendefinisikan riset bisnis sebagai suatu penyelidikan (inquiry) atau
investigasi yang terorganisir, sistematis, berbasis data, kritis, objektif, dan sainstifik ke
dalam masalah yang spesifik, dengan tujuan untuk menemukan berbagai jawaban atau
solusi atas masalah spesifik tersebut. Dengan demikian, esensi riset bisnis adalah
menyediakan informasi penting yang memandu para pemimpin untuk mengambil
berbagai keputusan yang bertanggungjawab demi keberhasilan penyelesaian berbagai
masalah (Sekaran & Bougie, 2010:3).

1.2 Mengapa Riset Bisnis itu Penting?


Sekarang timbul pertanyaan baru, mengapa riset bisnis itu begitu penting? Setidaknya,
terdapat 6 (enam) alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut (Sunjoyo, 2013). Riset
bisnis penting karena untuk
1. Menemukan berbagai masalah dan isu dari hari ke hari (day-today)
Melalui riset, para pebisnis dapat menemukan berbagai masalah dan isu dari hari ke
hari, sehingga dapat menerjemahkan temuan riset ke dalam berbagai aplikasi
praktis yang konstruktif dalam berbagai tatanan organisasional.

2. Menemukan berbagai fakta


Fakta jauh lebih penting daripada mimpi maka, melalui riset kebenaran dinyatakan.
Dengan demikian, para pebisnis mengetahui secara tepat kondisi sebenarnya yang
sedang dihadapi organisasi.
3. Menemukan berbagai alternatif solusi untuk pengambilan keputusan strategis
Terdapat banyak dan beragam masalah dalam bisnis dan harus dipecahkan. Riset
terapan bisnis mampu memetakan dan memberikan informasi atas berbagai serta
beragam masalah dan isu yang sedang dihadapi organisasi secara akurat. Dengan
demikian, hasil riset akan mampu menawarkan berbagai alternatif solusi terhadap
banyak dan beragam masalah bisnis tersebut.
4. Menguji suatu riset awal (a previous research) dan/atau teori yang sudah
mapan (an established theory)
Riset menggunakan metoda observasi telah dilakukan oleh manusia sejak awal
peradaban, meskipun belum dalam bentuk tertulis. Banyak riset yang telah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu, bahkan berbagai temuan serupa akhirnya
berkembang menjadi teori yang mapan. Namun demikian, berbagai temuan riset
terdahulu dan/atau teori yang sudah mapan pun harus diuji kembali, yang biasanya
dinyatakan dalam suatu hipotesis atau hipotesis-hipotesis. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa temuan studi sebelumnya dan/atau teori yang sudah mapan
tersebut masih relevan dan dapat digunakan atau diterapkan pada masa kini.
5. Memperkuat temuan studi sebelumnya dan/atau teori yang sudah mapan
Jika suatu riset bisnis untuk menguji suatu temuan studi sebelumnya dan/atau teori
yang sudah mapan dikonfimasi atau hipotesis didukung, maka temuan riset ini akan
mengintegrasikan hipotesis ke dalam temuan studi sebelumnya dan/atau teori yang
sudah mapan. Dengan demikian, riset bisnis ini akan memperkuat temuan riset
sebelumnya dan/atau memperkuat teori yang sudah mapan menjadi lebih mapan.
6. Membangun suatu teori atau teori baru
Berdasarkan konfirmasi berbagai temuan riset serupa maka dapat membangun
suatu teori atau teori baru yang mampu memberikan kontribusi terhadap penjelasan
lebih lanjut atas masalah yang teridentifikasikan dan menawarkan solusi
berdasarkan data atau temuan riset.

1.3 Langkah-Langkah Utama Melakukan Riset Bisnis

1
Pada Gambar 1.1 berikut ini tampak terdapat 10 (sepuluh) langkah utama dalam
melakukan suatu riset bisnis (Sekaran & Bougie, 2010: 24).

Sumber: Sekaran & Bougie, 2010: 24.


Gambar 1.1
Langkah-langkah Utama Riset Bisnis
1. Memilih dan menentukan satu bidang investigasi atau penyelidikan dan
memformulasikan suatu masalah untuk diteliti
Misalnya, sebagai contoh pada Organisasi X, bidang yang akan diinvestigasi adalah
pengembangan sumber daya insani tentang kepuasan kerja. Selanjutnya, masalah
yang diformulasikan adalah “faktor-faktor apa yang memengaruhi kepuasan kerja
karyawan pada Organisasi X?”
2. Melakukan telaah (review) riset-riset terdahulu
Sebelum melakukan telaah literatur, peneliti dapat bertanya kepada beberapa orang
karyawan Organisasi X atau sumber-sumber lain yang relevan, seperti dosen
pembimbing. Tujuan bertanya kepada beberapa orang karyawan dan sumber-
sumber lain yang relevan adalah untuk mengumpulkan informasi atas apa yang
terjadi dan mengapa. Selanjutnya, telaah literatur (berbagai artikel dalam jurnal dan
buku teks) akan jauh lebih mudah, karena peneliti sudah memiliki informasi awal
tentang kepuasan kerja. Dengan demikian, peneliti dapat mengembangkan suatu
pernyataan masalah spesifik dalam hipotesis-hipotesis.

2
Sebagai contoh, setelah melakukan investigasi kepada beberapa orang karyawan,
sumber-sumber lain yang relevan, dan telaah literatur. Diduga dan ditemukan
terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan kerja, yaitu: kepuasan gaji,
konflik peran, ambiguitas peran, otonomi, dan kondisi kerja. Peneliti ingin
membatasi studinya dan hanya ingin memfokuskan pada 2 (dua) faktor saja yang
memengaruhi kepuasan kerja, yakni: kepuasan gaji dan ambiguitas peran.
Berdasarkan temuan beberapa studi (Rivai, 2001; Sunjoyo, 2002; Sunjoyo &
Kuslina, 2008) bahwa kepuasan gaji memengaruhi kepuasan kerja secara positif.
Selain itu, juga ditemukan bahwa ambiguitas peran memengaruhi kepuasan kerja
secara negatif (Sunjoyo, 2002).
3. Memformulasikan atau mengembangkan hipotesis-hipotesis
Hipotesis dibangun berdasarkan telaah literatur (teori yang sudah mapan) atau
berbagai temuan studi sebelumnya. Tanpa teori dan temuan studi sebelumnya,
hipotesis tidak dapat dirumuskan. Sekaran dan Bougie (2010: 25) menyatakan
bahwa suatu hipotesis sainstifik harus memenuhi 2 (dua) persyaratan. Pertama,
hipotesis harus dapat diuji (testable). Kedua, hipotesis harus terdapat kemungkinan
salah (falsifiable). Kedua persyaratan hipotesis sainstifik tersebut harus dipenuhi,
sehingga peneliti harus memberikan jaminan bahwa terdapat atau tersedia alat uji
hipotesis dan sangat memungkinkan bahwa hipotesis tidak didukung atau ditolak.
Dengan demikian, berdasarkan temuan beberapa studi (Rivai, 2001; Sunjoyo, 2002;
Sunjoyo & Kuslina, 2008) pada Langkah 2 di atas, maka hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1: Kepuasan gaji memengaruhi kepuasan kerja secara positif.
Hipotesis 2: Ambiguitas peran memengaruhi kepuasan kerja secara negatif.
4. Menentukan pengukuran-pengukuran
Untuk menguji kedua hipotesis di atas, peneliti perlu melakukan operasionalisasi
variabel atau konstruk kepuasan gaji, ambiguitas peran, dan kepuasan kerja.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan 5 rentang
pilihan tanggapan dari 1 ( sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (netral), 4 (setuju)
hingga 5 (sangat setuju)

3
5. Mengumpulkan data
Biasanya, data riset dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara utama. Pertama, data
primer (primary data). Data primer dalam riset bisnis umumnya dikumpulkan dari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terstruktur (kuantitatif), serta wawancara,
pertanyaan terbuka dalam suatu kuesioner, dan/atau melalui pengamatan (kualitatif)
(Sekaran & Bougie, 2010: 3). Kedua, data sekunder (secondary data). Data
sekunder biasanya diperoleh dari perusahaan, industri, badan-badan tertentu yang
sengaja mengarsipkan data dan informasi (Sekaran & Bougie, 2010: 3). Pada
dasarnya, data atau informasi yang dikumpulkan harus berdasarkan tujuan riset
serta yang relevan dengan hipotesis-hipotesis yang dikembangkan (Langkah ke-3)
dan operasionalisasi variabel (Langkah ke-4).
6. Menguji data dan instrumen
Pengujian data bertujuan memberikan jaminan bahwa data yang digunakan
memenuhi asumsi normalitas (normality), serta data terbebas dari asumsi-asumsi
klasik statistik lainnya, baik itu multikolinieritas (multicollinearity), autokorelasi
(autocorrelation), dan heteroskedastisitas. Pengujian instrumen bertujuan untuk
memastikan bahwa istrumen yang digunakan memiliki keabsahan (validity) dan
keandalan (reliability) yang memadai.
7. Menguji hipotesis-hipotesis
Pengujian hipotesis-hipotesis bertujuan untuk melakukan konfrontasi antara teori
yang mapan (atau temuan riset terdahulu) dan data empiris, konfrontasi tersebut
dilakukan dengan menggunakan berbagai analisis statistik. Hipotesis-hipotesis yang
dikembangkan dalam riset tidak selalu didukung atau tidak ditolak. Bisa saja,
hipotesis-hipotesis yang diuji ternyata tidak didukung atau ditolak. Tidak ada
masalah sama sekali, apakah hipotesis didukung atau tidak didukung, yang penting
adalah terdapat penjelasan konseptual dan logis yang kuat atas berbagai temuan
studi.
Jika hipotesis-hipotesis didukung atau data cenderung mendukung hipotesis,
maka peneliti bisa melanjutkan langkahlangkah berikutnya (Langkah ke-8, ke-9,
dan ke-10).

4
8. Melakukan generalisasi hipotesis-hipotesis pada berbagai situasi lain
Generalisasi tersebut tentunya hanya dapat dilakukan dalam konteks atau sebatas
keluasan dan kedalaman hasil temuan studi tersebut, serta berbagai temuan riset
lain yang relevan.
9. Membuat berbagai prediksi tentang solusi-solusi terhadap berbagai masalah
serupa
Peneliti memberikan usulan berbagai alternatif solusi terhadap berbagai masalah
serupa yang bertujuan untuk membantu organisasi dan/atau pihak manajemen
organisasi dalam pengambilan berbagai keputusan strategis secara akurat.
10. Mengintegrasikan berbagai hipotesis ke dalam suatu teori yang mapan
dan/atau mengembangkan suatu teori
Peneliti dapat mengintegrasikan temuan riset atau hipotesis yang didukung ke
dalam suatu teori yang mapan dan/atau mengembangkan suatu teori. Biasanya,
peneliti menyatakan bahwa temuan studi ini mengkonfirmasi temuan-temuan
sebelumnya, atau mendukung teori, atau mengembangkan teori.

1.4 Perencanaan Menggerakkan Riset Bisnis


Manajer mempunyai akses ke informasi lain selain yang dihasilkan oleh
riset bisnis. Untuk dapat memahami hubungan antara riset bisnis dengan sumber
informasi lainnya, maka sangat penting untuk memahami bagaimana informasi
menggerakkan keputusan yang berhubungan dengan misi, sasaran, strategi, dan
taktik organisasi.
1) Sasaran
Untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang semakin kompleks
mengenai sasaran strategi dan taktik, manajer akan lebih dahulu menggunakan
informasi yang diambil dari sistem pendukung keputusan, yang digabungkan
dengan informasi yang dihasilkan oleh intelijen bisnis atas aktivitas pesaing dan
lingkungan.

2) Pendukung Keputusan
Kebutuhan untuk menyelesaikan satu atau banyak pertukaran data dengan
calon pelanggannya menggerakkan semua organisasi. Setiap pertukaran, bersama
dengan aktivitas strategis dan taktis yang didesain untuk melengkapinya akan

5
menghasilkan banyak elemen data. Elemen data ini jika disusun secara kolektif
dapat membentuk suatu sistem pendukung keputusan (decision support
system/DSS). Kemajuan teknologi komputer memungkinkan adanya pembagian
elemen data suatu transaksi di kalangan pengambil keputusan suatu organisasi, baik
melalui internet atau ekstranet. Adanya internet dan ekstranet akan menyebabkan
para pihak dapat mengakses basis data relasional milik perusahaan yang berisikan
informasi yang terkait keputusan manajerial.

3) Intelijen Bisnis
Sistem intelijen bisnis (business intelligence system/BIS) dirancang untuk
melengkapi manajer dengan informasi terus-menerus tentang kejadian dan
kecenderungan dalam arena teknologi, ekonomi, politik dan hukum, demografi,
budaya, sosial, dan yang paling penting persaingan.

4) Strategi
Strategi didefinisikan sebagai pendekatan umum yang akan diikuti oleh
suatu organisasi untuk mencapai sasarannya. Suatu perusahaan biasanya
melaksanakan lebih dari satu strategi pada saat yang bersamaan.

5) Taktik
Riset bisnis sering digunakan untuk membantu seorang manajer untuk
memutuskan taktik mana yang memiliki kemungkinan paling besar untuk
menghasilkan kesuksesan strategi yang diinginkan.
Sehingga dapat disimpulkan tujuan riset bisnis, yaitu:
1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan peluang masalah,
2) Mendefinisikan, memantau, dan menyempurnakan strategi,
3) Mendefinisikan, memantau, dan menyempurnakan taktik,
4) Meningkatkan pemahaman akan berbagai bidang manajemen.

1.5 Munculnya Hierarki Pengambil Keputusan Berbasis Informasi


Tidak semua organisasi menggunakan riset bisnis untuk membantu
pembuatan perencanaan keputusan, ada suatu hirarki yang muncul dalam
organisasi sehubungan dengan penggunaan riset bisnis, yang terdiri dari:
1) Lapisan dasar (pengambil keputusan intuitif)
a. Kebanyakan keputusan didasarkan pada pengalaman masa lalu atau naluri,

6
b. Keputusan didukung dengan pencarian data sekunder.
2) Lapisan tengah (pengambil keputusan standar)
a. Beberapa keputusan didasarkan pada riset bisnis,
b. Perusahaan menggunakan metodologi yang sudah teruji dan terbukti
mengesampingkan alternatif metodologi lainnya.
c. Akses terbatas atas data dan temuan riset.
3) Lapisan atas (visioner)
a. Setiap keputusan dituntun oleh riset bisnis,
b. Perusahaan mengembangkan metodologi sendiri dan inovatif dalam kombinasi
metodologi mereka,
c. Akses penuh atas data dan temuan riset.

1.6 Bagaimana Industri Riset Bekerja


1) Pemasok Riset Internal
Tidak semua pengambil keputusan mengandalkan riset untuk mengambil
keputusan. Perusahaan-perusahaan yang melakukannya kemungkinan besar
mempunyai departemen riset internal atau individu yang mengkoordinasi inisiatif
riset.

2) Pemasok Riset Eksternal


a. Periset Layanan Penuh (Full-services Researchers)
Periset layanan penuh mencangkup beberapa dari perusahaan riset
terbesar di dunia dan beberapa yang terkecil. Perusahaan ini sering terlibat
dalam perencanaan riset untuk klien mereka sejak ditemukannya dilema
manajemen atau sejak didefinisikannya pertanyaan manajemen. Perusahaan jenis
ini memiliki keahlian dalam metodologi kuantitatif maupun kualitatif.

b. Periset sesuai Pesanan (Custom Researcher)


Periset sesuai pesanan merancang desain riset yang unik bagi dilema
pengambil keputusan bersangkutan. Pada dasarnya, perusahaan riset seperti ini
memulai setiap proyek dari titik nol. Perusahaan seperti ini tidak
mengasumsikan suatu metodologi tertentu akan cocok untuk setiap riset yang
dilakukan, walaupun bidang riset tersebut, misalnya bidang kepuasan pelanggan
atau uji naskah atau evaluasi produk atau riset motivasi karyawan, merupakan
keahlian perusahaan riset yang bersangkutan.

c. Periset Metodologi Pemilik (Proprietary Researchers)

7
Periset metodologi pemilik adalah program atau teknik yang dimiliki
oleh suatu perusahaan. Metodologi ini bisa memiliki sedikit perbedaan dengan
metodologi yang sudah mapan atau memang suatu metode yang dikembangkan
oleh perusahaan tersebut. Metodologi pemilik seringkali tumbuh dari keahlian
yang signifikan dalam metodologi atau industri tertentu dan berkembang dalam
waktu yang lama setelah melalui ribuan proyek klien.

d. Perusahaan Riset Bidang Khusus (Speciality Researchers)


Periset bidang khusus mewakili jumlah terbesar perusahaan riset dan
cenderung mendominasi perusahaan riset kecil yang dijalankan oleh satu periset
atau dengan jumlah staf yang kecil. Perusahaan ini mungkin memiliki
spesialisasi di satu atau beberapa arena yang berbeda:
(1) Metodologi, perusahaan (spesialis metodologi) mungkin hanya menjalankan
satu jenis riset.
(2) Proses, perusahaan biasanya menyumbangkan hana satu bagian dari proses
riset.
(3) Industri, perusahaan menjadi pakar di satu atau beberapa industri.
(4) Kelompok peserta, perusahaan menjadi pakar dalam kelompok peserta
tertentu.
(5) Kawasan geografis, perusahaan mungkin beroperasi hanya di satu wilayah
negara.
Satu kelompok besar di dalam kategori riset bidang khusus ini
mencangkup perusahaan yang menjalankan kelompok fokus. Perusahaan-
perusahaan ini tidak hanya menawarkan moderator terlatih untuk memimpin
diskusi kelompok kecil, tetapi juga memberikan prosedur penyaringan sampel,
fasilitas dengan desain khusus, dan peralatan komunikasi teknis yang membuat
riset kualitatif ini menghasilkan wawasan sebaik mungkin. Periset bidang
khusus mungkin juga mengadakan subkelompok dari bidang khusus suatu
metodologi.
Perusahaan yang melakukan studi obeservasi merupakan suatu
subkelompok lain dari periset bidang khusus. Etnografi adalah jenis studi yang
menggabungkan studi observasi dan komunikasi. Perusahaan ini
menggabungkan latar belakang dan keterampilan antropolog budaya dengan
pakar komunikasi dan bisnis untuk melayani basis klien yang berbeda-beda,

8
termasuk pengecer, pembuat perangkat lunak, pabrik makanan, hotel,
perusahaan farmasi, dan bahkan pendukung organisasi sosial.
Periset bidang khusus sering membantu perusahaan riset lain untuk
melengkapi proyek. Satu kelompok besar dalam kategori spesialis proses adalah
spesialis pengambilan sampel. Perusahaan ini menyediakan jasa penyaringan
dan perekrutan sampel probabilitas untuk berbagai studi survei, dan juga studi
yang menggunakan wawancara mendalam, pengujian produk di laboratorium
dan di perusahaan, eksperimen laboratorium, etnografi rumah, dan seterusnya.

e. Penyedia Data Sindikasi (Syndicated Data Provider)


Penyedia data sindikasi melacak perubahan satu atau lebih ukuran pada
data tersebut seiring berjalannya waktu dalam industri tertentu. Perusahaan-
perusahaan riset ini bertanggung jawab untuk melengkapi pengambil keputusan
dengan ukuran elastisitas harga. Tiap pemberi data sindikasi menentukan
frekuensi pengumpulan dan pengolahan data berdasarkan kebutuhan anggota
dalam sindikat. Walaupun beberapa studi memberikan data secara bulanan atau
mingguan, tidak semua studi seperti ini dilakukan sesering studi pelacakan
penjualan. Beberapa data sindikasi dikumpulkan hanya sekali setahuan atau
sekali setiap beberapa tahun. Data sindikasi lain dikumpulkan beberapa kali per
tahun selama periode pengumpulan yang sudah ditetapkan.

f. Periset Omnibus
Periset omnibus seringkali menangani studi riset lewat survei pada
interval tetap yang sudah ditentukan sebelumnya. Studi omnibus
menggabungkan satu atau berbagai pertanyaan dari beberapa pengambil
keputusan yang memerlukan informasi dari populasi yang sama.

g. Biro Komunikasi
Beberapa biro mengerjakan riset dasar yang ekstensif untuk
mengidentifikasi pengaruh pada ingatan dan keusangan iklan, pada keefektifan
penempatan iklan, pada berbagai pendekatan kreatif, pada keefektifan strategi
komunikasi, atau pada laba investasi untuk berbagai pembelian media, atau pada
keefektifan komparatif dari stimulant tindakan yang berbeda. Semua biro
mengerjakan pengujian teks yang ekstensif sebagai alat pengembangan dalam

9
membangun suatu kampanye dan pengujian keefektifan dengan ukuran ingatan
pascapenempatan, pengetahuan, dan perilaku.

h. Konsultan
Konsultan bisnis memberikan jajaran luas layanan pada tingkat strategis
dan taktis. Bergantung pada besarnya perusahaan, beberapa konsultan
menjalankan studi kualitatif (khususnya kelompok fokus dan wawancara pakar)
maupun studi kuantitatif (biasanya melalui survei) mengenai pengetahuan, sikap,
opini, dan motivasi ketika mereka mencari peluang atau solusi baru bagi
masalah klien mereka.

i. Asosiasi Perdagangan
Asosisasi perdagangan mempunyai tujuan mempromosikan, mendidik,
dan melobi untuk kepentingan anggota mereka. Walaupun banyak yang
memesan riset murni yang memajukan kepentingan perdagangan, tidak semua
menjalankan atau memasok layanan riset.
1.7 Apakah yang Dimaksud dengan Riset yang Baik?
Riset yang baik menghasilkan data yang dapat dipercaya yang diperoleh dari
praktek yang djalankan secara profesional dan yang dapat digunakan secara andal untuk
pegambilan keputusan. Riset yang baik dilakukan dengan mengikuti standar metode
ilmiah (prosedur berbasis empiris yang sistematis untuk menghasilkan riset yang dapat
direplikasi). Beberapa karakteristik yang mendefinisikan metode ilmiah, antara lain:
1) Tujuan didefinisikan secara jelas. Tujuan riset bisnis harus didefinisikan dengan
jelas dan digambarkan dengan terinci dalam istilah yang sedapat mungkin tidak
memiliki arti lain.
2) Proses riset yang dirinci. Prosedur yang digunakan harus diuraikan dalam rincian
yang memadai agar memungkinkan periset lain mengulang riset yang bersangkutan.
Kecuali jika kerahasiaan memang diharuskan.
3) Desain riset direncanakan secara tuntas. Desain prosedural riset harus direncanakan
secara cermat untuk memberikan hasil yang seobjektif mungkin. Ketika dilakukan
pengambilan sampel dari populasi, laporan harus mencakup bukti bahwa sampel
tersebut sudah mewakili populasi.
4) Standar etika yang tinggi diterapkan. Masalah etika dalam riset mencerminkan
keprihatinan moral yang tinggi tentang praktek perilaku yang bertanggung jawab di
dalam masyarakat.

10
5) Analisis yang memadai untuk kebutuhan pengambil keputusan. Analisis data harus
cukup ekstensif untuk mengungkapkan signifikasinya. Metode analisis yang
digunakan harus tepat. Data harus diklasifikasikan dengan cara-cara yang membantu
periset dalam mencapai kesimpulan yang relevan dan jelas mengungkapkan temuan
yang telah menuntun pada kesimpulan itu.
6) Temuan disajikan tanpa ambigu. Presentasi data harus lengkap, mudah dimengerti
oleh pengambil keputusan, dan disusun sedemikian rupa supaya pengambil
keputusan dapat dengan mudah menemukan temuan-temuan yang kritis.
7) Kesimpulan dibenarkan. Kesimpulan harus dibatasi pada kesimpulan yang memiliki
dasar yang memadai. Periset yang baik selalu memberikan spesifikasi kondisi
dimana kesimpulan mereka tanpa absah.
8) Pengalaman periset direflesikan. Kepercayaan yang lebih besar atau suatu riset akan
terjamin apabila periset sudah berpengalaman, mempunyai reputasi yang baik dalam
riset, dan memiliki integritas. Oleh karena itu, laporan hasil riset harus berisikan
informasi mengenai kualifikasi periset.

2. ETIKA DALAM RISET BISNIS


2.1 Apa yang Dimaksud dengan Etika Riset?
Etika adalah norma atau standar perilaku yang menuntut pilihan moral
mengenai perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain. Tujuan dari etika dalam
riset adalah memastikan bahwa tak seorang pun dibahayakan atau menderita akibat
yang merugikan dari aktivitas riset.
Sebagaimana aspek-aspek lain dalam bisnis, riset pun mengharapkan
perilaku etis dari para pelakunya. Perilaku etis yang dimaksudkan adalah
perilaku yang mengacu kepada norma-norma atau standar-standar moral pribadi
dan hubungannya dengan orang lain agar dipastikan bahwa tak seorang pun
dirugikan.
Terlalu berpegang teguh pada etika juga sulit karena terkadang dalam
studi muncul hal-hal yang tak terduga sebelumnya, sehingga diperlukan suatu
jalan tengah antara aturan-aturan yang ketat dan relativisme etika. Dengan
begitu diharapkan muncul suatu konsensus berupa etika yang dapat menjadi
pedoman antara penilai dan kliennya. Akhirnya riset yang bertanggung jawab
adalah riset yang dapat mengantisipasi dilema-dilema etika dan berusaha
menyesuaikan metodologinya. Riset yang beretika memerlukan integritas

11
pribadi dari penilai/peneliti dengan kliennya.

2.2 Perlakuan Etis atas Peserta


Riset harus didesain supaya peserta tidak menderita bahaya fisik,
ketidaknyamanan, kesakitan, rasa malu, atau kehilangan privasi. Untuk
pengamanan terhadap semua ini, periset harus Menjelaskan manfaat studi,
Menjelaskan hak dan perlindungan peserta, Memperoleh persetujuan
berdasarkan informasi.
1) Manfaat, periset harus membicarakan manfaat studi dengan hati-hati agar tidak
terlalu melebihkan atau meremehkan manfaat tersebut. Dalam melakukan
pengumpulan data lindungi hak-hak responden misalnya responden tidak dirugikan
baik secara fisik maupun mental. Jika periset berhubungan langsung dengan
responden. jelaskanlah secara langsung tujuan dan manfaat-manfaat yang akan
didapat dari studi ini sehingga responden maklum.
2) Tipuan, tipuan terjadi ketika peserta hanya diberitahu sebagian dari kebenaran atau
ketika kebenarannya dikompromikan sepenuhnya. Adakalanya periset terpaksa
melakukan penipuan, misalnya untuk menjaga kerahasiaan pihak ketiga. Penipuan
sebaiknya tidak dipakai untuk menaikkan tingkat respons. Jika terdapat kemungkinan
bahwa data dapat merugikan responden perlu ada persetujuan tertulis terlebih dulu
mengenai perincian batasannya. Namun pada umumnya hal ini biasanya cukup
dinyatakan secara lisan saja. Pemberitahuan kemudian kepada responden tentang
hasil studi yang bersumber dari data responden akan membuat responden
mempunyai pandangan yang sangat positif terhadap riset. Pemberitahuan tidak perlu
mencakup seluruh hail studi tetapi cukup salah satu aspek tertentu saja dan cara
menginformasikannya misalnya dengan statistik. Yang penting adalah bahwa
responden tidak hanya sekadar ‘habis manis sepah dibuang’, tentu saja selama yang
bersangkutan ingin mengetahui hasil studi itu.
3) Persetujuan berdasarkan informasi, mendapatkan persetujuan berdasarkan informasi
dari peserta adalah proses pengungkapan sepenuhnya atas prosedur dari survei yang
diusulkan atau desain riset lain sebelum meminta izin untuk melanjutkan studinya.
4) Penjelasan kepada peserta, penjelasan melibatkan beberapa aktivitas sesudah
pengumpulan data, antara lain: (a) Penjelasan tentang tipuan apa pun yang dilakukan,
(b) Uraian tentang hipotesis, sasaran, atau tujuan studi, (c) penyampaian hasil
pascastudi, dan (d) perhatian medis atau psikologis lanjutan pascastudi.

12
5) Hak atas privasi, jaminan privasi penting tidak hanya untuk menjaga keabsahan riset,
tetapi juga untuk melindung peserta. Dalam pengumpulan data dari para responden,
perlu diingat hak atas kebebasan pribadi. Misalnya orang mempunyai hak untuk
menolak diwawancarai sehingga periset harus meminta izin terlebih dahulu. Periset
melindungi kerahasiaan peserta dengan beberapa cara, antara lain: (a) memperoleh
dokumen kerahasiaan yang ditandatangani, (b) membatasi akses ke identifikasi
peserta, (c) mengungkapkan informasi peserta hanya dengan persetujuan tertulis, (d)
membatasi akses ke instrumen data dimana peserta dapat teridentifikasi, dan (e) tidak
mengungkapkan subbagian data.
6) Pengumpulan data di cyberspace, masalah yang berhubungan dengan cyberspace
dalam riset berhubungan dengan penambangan data. Masalah utama etis tidaknya
penambangan data dalam cyberspace adalah privasi dan persetujuan.
2.3 Etika dan Sponsor
1) Kerahasiaan
Beberapa sponsor ingin menjalankan riset tanpa mengungkapkan jati diri
mereka. Mereka mempunyai hak atas beberapa jenis kerahasiaan, termasuk
kerahasiaan sponsor, kerahasiaan tujuan, dan kerahasiaan temuan. Sponsor/klien
mungkin ingin identitasnya tidak diketahui, misalnya dalam melakukan riset pasar
suatu produk baru atau klien yang baru akan masuk pada pasar yang baru, ia tidak
ingin membeberkan identitasnya agar tidak diketahui pesaing. Periset harus
menghargai keinginan ini dan menjaga identitas kliennya. Jenis kerahasiaan ini
disebut kerahasiaan sponsor. Kerahasiaan tujuan melibatkan perlindungan atas
tujuan studi atau sejenisnya. Kebanyakan sponsor menginginkan agar data dan
temuan riset dirahasiakan, setidaknya hingga keputusan manajemen dibuat.
Sehingga, sponsor meminta dan menerima kerahasiaan hasil temuan antara diri
mereka atau periset mereka dengan pihak lain yang berminat tetapi tidak diizinkan.

2) Hak atas Riset yang Bermutu


Pertimbangan etika yang penting bagi periset dan sponsor adalah hak sponsor
atas riset yang bermutu atau hak atas kualitas, yang terdiri dari:
a. Memberikan desain riset yang tepat untuk pertanyaan riset,
b. Memaksimumkan nilai sponsor untuk sumber daya yang dikeluarkan,
c. Menyediakan teknik penanganan data dan pelaporan data yang sesuai untuk data
yang dikumpulkan.

13
3) Etika Sponsor
Beberapa hal yang harus dihindari agar tidak terjadi pelanggaran standar etika,
antara lain:
a. Pelanggaran kerahasiaan peserta,
b. Perubahan data atau penciptaan data palsu untuk memenuhi tujuan yang
diinginkan,
c. Perubahan presentasi atau penafsiran data,
d. Penafsiran data dari perspektif yang bias,
e. Penghilangan bagian dari analisis data dan kesimpulan,
f. Pemberian rekomendasi di luar cakupan data yang dikumpulkan.
Untuk menghindari terjadinya pelanggaran standar etika seringkali kita
perlu menolak permintaan sponsor dan mengambil tindakan sebagai berikut ini:
a. Mendidik sponsor tentang tujuan riset,
b. Menjelaskan peran periset dalam menemukan fakta versus peran sponsor dalam
mengambil keputusan,
c. Menjelaskan bagaimana penyimpangan kebenaran atau pelanggaran
kepercayaan peserta dapat menyebabkan masalah pada masa yang akan datang,
d. Gagal dengan bujukan moral, putuskan hubungan dengan sponsor tersebut.

2.4 Peserta dan Anggota Tim


1) Keamanan
Periset bertanggungjawab untuk mendesain proyek supaya keamanan dari semua
pewawancara, penyurvei, pelaku eksperimen, atau pelaku observasi dilindungi.
2) Perilaku Etis Asisten
Periset harus menuntut kepatuhan etis dari anggota tim sama seperti sponsor
mengharapkan perilaku etis dari periset. Perilaku asisten ada di bawah pengawasan
langsung periset atau pengawas lapangan yang bertanggung jawab. Apabila asisten
berperilaku tidak benar dalam wawancara atau membagikan lembaran wawancara
peserta kepada orang yang tidak berhak maka hal ini menjadi tanggung jawab
periset.
3) Perlindungan Anonimitas
Periset dan asisten melindungi kerahasiaan informasi sponsor dan anonimitas
peserta. Tiap periset yang menangani data harus diminta menandatangin pernyataan
kerhasiaan.

2.5 Standar Profesional


Ada berbagai standar etika untuk periset profesional. Banyak perusahaan,
asosiasi professional, dan universitas mempunyai kode etik. Kode etik yang

14
efektif dalam standar profesional, bersifat Regulatif, Melindungi kepentingan
umum dan kepentingan profesi yang dilayani oleh kode bersangkutan, Spesifik
untuk perilaku tertentu, Dapat dilaksanakan.
Persetujuan lengkap berdasarkan informasi mempunyai empat karakteristik:
1) Peserta harus kompeten untuk memberikan persetujuan,
2) Persetujuan harus sukarela,
3) Peserta harus cukup terinformasi untuk mengambil keputusan,
4) Peserta harus mengetahui kemungkinan risiko atau hasil yang berhubungan dengan
risetnya.

3. BERFIKIR SEPERTI PERISET


3.1 Riset dan Metode Ilmiah
Riset bisnis yang baik didasarkan pada penalaran yang logis. Periset
yang cakap dan manajer yang lihai sama-sama mempraktekan kebiasan berfikir
yang mencerminkan penalaran logis. Dalam proses penalaran, induksi dan
deduksi, observasi, dan pengujian hipotesis dapat digabungkan dengan cara
sistematik. Metode ilmiah, sebagaimana dipraktekkan dalam riset bisnis,
menuntun pendekatan terhadap pemecahan masalah. Prinsip dasar metode
ilmiah, antara lain:
1) Observasi langsung atas fenomena,
2) Variabel, metode, dna prosedur yang didefinisikan dengan jelas,
3) Hipotesis yang dapat diuji secara empiris,
4) Kemampuan untuk mengesampingkan hipotesis tandingan,
5) Pembenaran statistik ketimbang linguistik untuk kesimpulan,
6) Proses koreksi diri.
Pengujian empiri atau empirisisme dikatakan untuk “menunjukkan
observasi dan proposisi berdasarkan pengalaman indera dan/ atau berasal dari
pengalaman indera melalui metode logika induktif, termasuk matematika dan
statitik”. Periset yang menggunakan pendekatan ini berusaha menggambarkan,
menjelaskan, dan membuat prediksi dengan mengandalkan informasi yang
diperoleh melalui observasi. Berikut adalah langkah-langkah yang
menggambarkan satu pendekatan untuk menilai keabsahan kesimpulan
mengenai kejadian yang dapat diobservasi. Langkah-langkah ini khususnya tepat
bagi periset bisnis yang pengambilan kesimpulannya dihasilkan dari data
empiris, antara lain:
1) Menentukan keingintahuan, keraguan, penghalang, kecurigaanm atau rintangan,

15
2) Berusaha untuk menyatakan masalahnya,
3) Mengusulkan hipotesis,
4) Menyimpulkan hasil atau konsekuensi dari hipotesis,
5) Merumuskan beberapa hipotesis tandingan,
6) Merancang dan menjalankan uji empiris yang penting dengan berbagai hasil yang
mungkin,
7) Menarik kesimpulan berdasarkan penerimaan atau penolakan hipotesis,
8) Mengumpankan informasi kembali ke masalah orisinal dan memodifikasinya
menurut kekuatan dari bukti.
Ilustrasi: pertama untuk memulai bisnis tentu gede fajar harus memperoleh
informasi terkait bisnis apa yang cocok, nah untuk menjawab hal itu maka gede fajar
menugaskan orang kepercayaannya untuk melakukan riset terkait 5w dan 1h, yaitu
tentang apa, dimana, kapan, siapa, mengapa dan bagaimana apa yang cocok untuk
dibuat, siapa sasaran pangsa pasarnya, mengapa dibuat. Misal karena ada kebutuhan
anak-anak muda tempat nongkrong yang nyaman sambil ngerjain tugas sampai
begadang. setelah dapat ide yang cocok ternyata ingin mendirikan bisnis kedai kopi
misalnya kedai kopinya sudah terlaksana sudah berjalan dengan baik dan terkenal
kemudian mau memperluas usaha dilakukan riset kembali untuk memperoleh info
cocok atau tidak misalkan mau membuka cabang selanjutnya.

3.2 Penalaran Logis untuk Jawaban yang Berguna


Eksposisi terdiri atas pernyataan yang menggambarkan tanpa berupaya
menjelaskan. Sedangkan, argumen memungkinkan kita menjelaskan,
menafsirkan, membela, menantang, dan mengeksplorasi makna. Dua jenis
argumen yang sangat penting untuk riset adalah deduksi dan induksi.
1) Deduksi
Deduksi adalah bentuk argumen yang dimaksudkan untuk mendapatkan
kesimpulan- kesimpulannya harus sejalan dengan alasan yang diberikan. Alasan-
alasan tersebut menyiratkan adanya kesimpulan dan mewakili suatu bukti. Agar
tepat, suatu dediksi harus benar dan absah:
a. Premis (alasan) yang diberikan untuk suatu kesimpulan harus sejalan dengan
dunia nyata (benar),
b. Kesimpulan harus sejalan dengan premis (absah).
Deduksi dikatakan absah apabila tidak mungkin kesimpulan untuk salah apabila
premisnya benar. Kesimpulan tidak dibenarkan secara logis apabila satu atau

16
lebih premisnya tidak benar atau bentuk argumennya tidak absah. Kesimpulan
masih mungkin menjadi pernyataan yang benar, tetapi untuk alasan berbeda
selain yang telah diberikan.

2) Induksi
Induksi menarik kesimpulan dari satu atau lebih fakta atau potongan
bukti tertentu. Kesimpulannya menjelaskan fakta, dan faktanya mendukung
kesimpulan. Namun, sifat dari induksi adalah bahwa kesimpulannya hanyalah
sebuah hipotesis.

3) Menggabungkan Induksi dan Deduksi


Induksi dan deduksi digunakan bersama-sama dalam penalaran riset.
Induksi terjadi ketika mengobservasi fakta dan bertanya “Mengapa begini?”,
untuk jawaban atas pertanyaan tersebut, maka perlu dilakukan pengajuan
hipotesis. Hipotesis tersebut akan menjadi masuk akal apabila menjelaskan
kejadian atau kondisi (fakta) yang mendorong munculnya pertanyaan tersebut.
Deduksi adalah proses yang akan digunakan untuk menguji apakah hipotesis itu
mampun menjelaskan fakta atau tidak.

3.3 Bahasa Riset


Adapun bahasa riset yaitu, sebagai berikut.
1) Konsep
Untuk mengerti dan mengkomunikasikan informasi mengenai objek dan
kejadian, harus ada landasan yang sama untuk mengerjakannya. Konsep
memenuhi tujuan ini. Konsep adalah kumpulan makna atau karakteristik yang
diterima secara umum dan berhubungan dengan kejadian, objek, kondisi, situasi,
dan perilaku tertentu. Melakukan klasifikasi dan kategorisasi atas objek yang
memiliki karakteristik yang sama diluar batasan suatu observasi akan
menciptakan suatu konsep.
Konsep yang sering dan umum digunakan sudah dikembangkan
sepanjang waktu melalui pemakaian bahasa yang digunakan bersama. Satu cara
untu mengatasi masalah kesulitan berurusan dengan konsep tidak lazim adalah
dengan meminjam bahasa lain atau meminta dari bidang lain. Ketika
mengadopsi makna baru, akan mulai terbentuk terminologi khusus.

17
Dalam riset, masalah-masalah tertentu berkembang lebih cepat dari
kebutuhan akan presisi dan daya cipta konsep. Suksesnya riset akan bergantung
pada:
a. Seberapa jelas kita melakukan konsetualisasi,
b. Seberapa baik orang lain mengerti konsep yang kita gunakan.

2) Konstruk
Konstruk adalah gambar atau ide abstrak yang diciptakan secara khusus
untuk suatu riset tertentu dan/ atau tujuan pengembangan teori. Konstruk
dibangun dengan mengkombinasikan konsep-konsep yang lebih sederhana dan
lebih konkret, khususnya jika ide atau gambar yang ingin disampaikan tidak
dapat diobservasi langsung.

3) Definisi
Definisi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: definis kamus dan
definisi operasional. Definisi kamus merupakan suatu konsek didefinisikan
pandanan katanya. Definisi operasional adalah definisi yang dinyatakan dalam
istilah-isttilah dengan kriteria spesifik untuk pengujian atau pengukuran. Defini
operasional mungkin bervariasi tergantung tujuan dan cara memilih
pengukurannya.

4) Variabel
Variabel adalah simbol dari suatu kejadian, tindakan, karakteristik, sifat
khusus, atau atribut yang dapat diukur dan dikategorikan.
a. Variabel Bebas dan Terikat
Banyak buku teks menggunakan istilah variabel prediktor sebagai
padanan untuk variabel bebas (VB). Variabel ini dimanipulasi oleh periset,
dan manipulasi tersebut menyebabkam efek pada variabel terikat. Begitu
pula dengan variabel kriteria yang digunakan sebagan padanan untuk
variabel terikat (VT). Variabel ini diukur, diprediksi, dan diharapkan
dipengaruhi oleh manipulasinya variabel bebas.

b. Variabel Moderat
Variabel moderat adalah variabel bebas kedua yang dimasukkan
karena diyakini mempunyai kontribusi signifikan atau efek bersyarat pada

18
hubungan awal antara VB dan VT. Penentuan suatu variabel sebagai
variabel bebas atau moderat tergantung pada hipotesisnya.

c. Variabel Luar (Extraneous Variable)


Keberadaan variable luar (VL) yang jumlahnya yang hampir tak
terbatas dapat mempengaruhi suatu hubungan tertentu. Beberapa dapat
diperlakukan sebagai variabel bebas atau moderat tapi sebagian besar harus
diterima atau dikeluarkan dari studi bersangkutan. Variabel ini hanya
menimbulkan sedikit efek atau bahkan tanpa efek pada situasi tertentu.
Kebanyakan dampak dari variabel ini dapat diabaikan dengan aman.

d. Variabel Intervensi (Intervening Variable)


Variabel intervesi merupakan suatu mekanisme konseptual yang
dilalui oleh VB danVM untuk mempengaruhi VT. Variabel ini dapat
didefinisikan sebagai faktor yang secara teoritis mempengaruhi fenomena
yang diamati, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, atau dimanipulasi. Efeknya
harus disimpulkan dari efek variabel bebas dan modrator pada fnomena
yang diamati.

e. Proposisi dan Hipotesis


Proposisi adalah pernyataan tentang fenomena (konsep) yang dapat
diamati dan dapat dinilai sebagai salah atau benar. Ketika suatu proposisi
dirumuskan untuk pengujian empiris disebut sebagai hipotesis. Sebagai
sebuah pernyataan deklaratif mengenai hubungan antara dua variabel atau
lebih, sebuah hipotesis bersifat tentatif dan terkaan. Hipotesis juga biasa
digambarkan sebagai pernyataan di mana menetapkan variabel pada kasus.
Kasus dalam pengertian ini didefinisikan sebagai entitas atau hal yang
dibicarakan oleh hipotesis.
1. Hipotesis deskriptif, hipotesis ini menyatakan keberadaan, ukuran,
bentuk, atau distribusi dari variabel. Kelebihan hipotesis ini adalah (a)
mendorong periset utuk menjernihkan dan menjelaskan cara berfikir
megenai kemungkinan hubungan yang ditemukan, (b) mendorong
berfikir tentang implikasi dari suatu temuan yang didukung atau
ditolak, dan (c) berguna untu meguji signfikansi statistik.

19
2. Hipotesis relasional, hipotesis yang menggambarkan hubungan antara
dua variabel sehubungan dengan suatu kasus. Hipotesis ini terdiri dari
dua jenis, yaitu: hipotesis korelasional dan hipotesis penjelas (sebab
akibat). Hipotesis korelasional menyatakan bahwa beberapa variabel
terjadi bersamaan dalam pola tertentu tanpa menyiratkan adanya
hubungan sebab akibat diantara keduanya. Hipotesis penjelas
menyatakan bahwa keberadaan atau perubahan satu variabel
menyebabkan atau membawa perubahan pada variabel yang lain.
Dalam riset, hipotesis memiliki beberapa fungsi penting, antara lain:
(1) Menunutun arah studi,
(2) Mengidentifikasi fakta yang relevan dan yang tidak,
(3) Menyarankan bentuk desain riset mana yang paling cocok,
(4) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang
dihasilkan.
Hipotesis yang kuat harus memenuhi tiga syarat, antara lain:
(1) Memadai untuk mencapai tujuannya,
(2) Dapat diuji,
(3) Lebih baik daripada pesaingnya.

f. Teori
Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang saling
terkait secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi
fenomena (fakta). Perbedaan antara teori dan hipotesis terletak pada perbedaan
kadar komplesitas dan abstraksi. Pada umumnya, teori cenderung kompleks,
abstrak, dan melibatkan banyak variabel. Sedangkan, hipotesis cenderung
merupakan pernyataan yang lebih sederhana dengan variabel terbatas dan hanya
melibatkan kejadian-kejadian konkret. Tantangan bagi periset adalah
membangun teori yang lebih lengkap guna menjelaskan dan memprediksi
bagaimana modifikasi produk dan variabel lain dapat menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.

g. Model
Model didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem yang
dibangun untuk mempelajari satu aspek dari sistem itu atau suatu sistem yang
dibangun untuk mempelahari suatu aspek dari sistem itu atau sistem secara
keseluruhan. Model berbeda dengan teori dalam hal peran di mana teori adalah

20
penjelasan sementara peran model adalah representasi. Model memungkinkan
periset dan manajer untuk menggolongkan kondisi masa sekarang atau masa
depan. Tujuan model adalah untuk meningkatkan pemahaman, prediksi, dan
pengendalian atas kompleksitas lingkungan. Model deskriptif, prodiktif, dan
normatif didapatkan di dalam riset bisnis. Model deskriptif sering digunakan
untuk sistem yang lebih kompleks. Model prediktif digunakan untuk
meramalkan kejadian di masa yang akan datang. Model normatif digunakan
terutama untuk kontrol dalam hal menginformasikan tentang tindakan yang
harus diambil. Model dikembangkan melalui penggunaan penalaran deduktif dan
induktif, merupakan bagian penting dalam menentukan pengambilan keputusan
binis.

21
DAFTAR RUJUKAN

Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schinder. 2006. Metode Riset Bisnis Volume 1 Edisi 9.
Jakarta: PT Media Global Edukasi.

Rivai, H. A. (2001). Pengaruh kepuasan gaji, kepuasan kerja, dan komitmen


organisasional terhadap intensi keluar. Tesis Magister Sains yang tidak
dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sekaran, U & Bougie, R. (2010). Research methods for business: A skill building
approach. 5th Edition. UK: John Willey & Sons, Ltd.

Sunjoyo (2002). Pengaruh kepuasan gaji, konflik peran, ambiguitas peran, kepuasan
kerja, dan komitmen organisasional terhadap turnover intention. Tesis Magister
Sains yang tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sunjoyo & Kuslina, B. H. (2008). Anteseden kepuasan kerja. Proceedings of National


Symposium of Economy and Business Research, Catholic Higher Education
Association (APTIK) 2008, 167-186.

Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPSS untuk SMART Riset: Program IBM SPSS 21.0.
Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.

Umar Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai