Anda di halaman 1dari 6

Rahmat Runa (NIM.

530053723)

Berbagai jenis dan metode penelitian telah dikembangkan.  Jenis dan metode yang
tepat diperlukan untuk memberkan jawaban atas masalah penelitian. Diskusikanlah:

1. Faktor-faktor apa yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis dan metode
penelitian? Jelaskan!

2. Apa masalah penelitian (research problem) dari rencana penelitian Saudara!

Ijin Menanggapi Diskusi 2 Seminar dan Workshop Penelitian

1. Metode Penelitian. Dalam melakukan penelitian kita perlu mengikuti aturan atau kaidah
yang berlaku, agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan valid.  Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa kegiatan penelitian
bersandar pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris. Rasional berarti
kegiatan penelitian yang dilakukan masuk akal, sehingga dapat dijangkau dengan oleh
penalaran manusia. Empiris, berarti cara atau langkah yang dilakukan dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara atau langkah
yang digunakan. Seistematis, berarti proses yang digunakan dalam penelitian
menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Kegunaan metodelogi penelitian dalam sebuah penelitian sangat penting, mengingat


dengan motode penelitian yang realbility terhadap objek penelitian,akan menghindarkan
masuknya faktor subjektifitas penelitian dalam sebauh penelitian, untuk menentukan
apakah sebuah penelitian layak dilakukan, dapat juga dilihat dari aspek metodologi
penelitian yang digunakan, metodologi penelitian merupakan salah satu jenis penelitian
kualitatif yang dapat digunakan dalam penelitian efek media dalam ilmu komunikasi.
Pada dasarnya didalam penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian tidak ada
yang mutlak, artinya suatu metode penelitian baik itu metode kualitatif ataukah metode
kuantitatif tidak dapat dikatakan sama benar dan lebih unggul dari yang lainnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi jenis metode peneltian antara lain :

 Objek penelitian
Kegiatan riset tentu tidak dapat dilakukan tanpa menentukan dulu objek penelitian
tersebut. Objek dari riset sering juga disebut dengan istilah sumber data riset karena
memang mengarah pada hal yang sama ketika didefinisikan. Dalam menentukan
objek, seorang peneliti harus mengenal pengertian dari objek tersebut di dalam riset
dan tahapan dalam menentukannya. Menurut Sugiyono (2014: 20), objek di dalam
riset adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
mempunyai variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.  Objek dalam riset bisa berupa sifat dari seseorang atau
sekelompok orang. Kemudian ditemukan masalah atau pandangan dari kelompok
orang tersebut yang perlu diteliti lebih dalam. Baik untuk dicari penyebabnya dan
juga untuk ditemukan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Variasi terhadap
objek di dalam riset disusun dan ditetapkan secara pribadi oleh peneliti. Tujuannya
tentu saja untuk lebih fokus pada satu masalah dan kemudian bisa segera menemukan
solusi atas masalah yang dijadikan topik penelitian tersebut. 
 Sumber data.
Salah satu pertimbangan dalam memilih metode penelitian adalah ketersediaan
sumber data, Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjelaskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek),
sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap
fonemena atau gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat)
sebagai subyek. sumber data adalah semua keterangan yang berasal responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk statistik atau dalam
bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Dalam penelitian ini ada dua sumber data
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
 Waktu dan dana yang tersedia
Mungkin saja seseorng ingin sekali menggunakan metode wawancara untuk
mengumpulkan data tetapi karena waktu yang tersedia sempit, lalu menggunakan
angket. Demikian juga mungkin peneliti ingin menggunakan mmetode pengamatan
secara cermat terhadap objek tertentu tetapi metode pengamatan memerlukan waktu
lama dan keterampilan yang memadai .
 Tujuan PenelitianBerdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (apllied research) dan
penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan
tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode
penelitian eksperimen, survei dan naturalistik.
 Teknik yang akan digunakan untuk mengolah/menganalisis data.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Analisa data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu
analisa berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan pada data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan
apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Analisa data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Setelah data terkumpul melalui teknik pengumpulan data tersebut, maka data yang
telah didapat itu harus diolah lebih dahulu sebelum dianalisis satu persatu untuk
diambil kesimpulan.
2. Masalah Penelitian yang pada rencana penelitian saya adalah sebagai berikut :
A. Masalah Berdasarkan Research Gap Penelitian Sebelumya
Hubungan Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja.

Dalam sebuah organisasi peran seorang pemimpin merupakan faktor penting


dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Karakteristik
seorang pemimpin meliputi sifat kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, faktor-
faktor pembatasan kepemimpinan, tindakan pengambilan keputusan, dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pemimpin membutuhkan sekelompok
orang lain, yang dengan istilah populer dikenal sebagai bawahan (pegawai) untuk
mencapai keselarasan tujuan tersebut.Seorang pemimpin harus dapat mengelola
pola pikir bawahannya untuk mentaati dan melaksanakan setiap pekerjaan sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku supaya tujuan individu konsisten dengan
tujuan organisasi itu sendiri.

Menurut Gordon dan Yukl (2004) faktor kepemimpinan juga merupakan faktor
yang juga mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja karyawan lebih dari setengah
abad, peneliti kepemimpinan telah berusaha untukmengidentifikasi aspek
kepemimpinan yang meningkatkan kinerja organisasi, namun jawabannya masih
sulit dipahami. Kepemimpinan adalah sebuah faktor penting dalam memberikan
arahan kepada karyawan dengan peran yang signifikan di semua tingkatan dalam
sebuah organisasi.Kepemimpinan efektif membantu mengembangkan kerja tim
dan integrasi tujuan individu dan kelompok (Oluseyi & Hammed, 2009).

Penelitian sebelumnya relevan dengan pengaruh kepemimpinan terhadap


kepuasan kerja dilakukan oleh Munir, Rahman, Malik,dan Ma'amor (2012), yang
mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja
karyawan adalah positif, memiliki hubungan linier dan kuat. Cakmak, Oztekin,dan
Karadağ (2015) menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki medium-tingkat
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Aderamo dan Salau(2013) memiliki
penelitian tentang kepemimpinan dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten,
bahwa kepemimpinan transformasional memiliki berdampak pada kepuasan kerja,
dan kepemimpinan transaksional memiliki dampak negatif pada kepuasan kerja.

Hubungan antara Motivasi dan Kepuasan Kerja


Motivasi kerja merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong pegawai
mengeluarkan upaya tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi
kerja yang diperoleh pegawai menjadi faktor penentu dalam keberhasilan
organisasai. Motivasi kerja bisa muncul dari diri sendiri maupun dari organisasi,
seperti bonus dan tunjangan kinerja. Jika motivasi bekerja dari diri sendiri untuk
bekerja dengan baik dan dorongan yang baik puladari peusahaan atau organisasi
maka kinerja pegawai akan baik pula.

Aamodt(2012) menyatakan bahwa memberikan motivasi kepada organisasi


bertujuan untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mau untuk bekerja
keras dengan memberikan semua kemampuan mereka. Jika karyawan merasa
termotivasi, maka ia akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja,dan dia bekerja
lebih antusias, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Beberapa studi
empiris memberikan hasil yang tidak konsisten, termasuk yang dilakukan oleh
Alnıaçık,Alnıaçık, Akçin, dan Erat (2012), yang mengungkapkan karir itu
motivasi memiliki korelasi positif terhadap kepuasan kerjadan komitmen
organisasi. Arasli dkk. (2014) digambarkanbahwa ada korelasi positif yang
signifikan antara intrinsi kmotivasi dan kepuasan kerja. Penelitian
Anghelache(2015) menunjukkan kurangnya korelasi antara motivasi dan kepuasan
kerja.

Hubungan Kepuasan Kerja dan Kinerja Organisasi

Kepuasan kerja pegawai merupakan faktor yang dianggap penting, karena dapat
mempengaruhi jalannya organisasi secara keseluruhan. Kepuasan yang dirasakan
pegawai dalam bekerja merupakan suatu petunjuk bahwa pegawai memiliki
perasaan senang dalam menjalankan tugas pekerjaan. Kepuasan kerja juga
merupakan suatu sikap positif pegawai terhadap berbagai situasi di tempat
pekerjaan. Bagi organisasi, kepuasan kerja pegawai harus mendapat perhatian dan
pemenuhan hal ini terutama menjadi tugas pimpinan organisasi. Bagi karyawan,
kepuasan kerja merupakan faktor individu dan sarana untuk mencapai
produktivitas kerja. Jadi dalam lingkup manajemen sumber daya manusia, faktor
kepuasan kerja memberikan manfaat baik bagi organisasi/perusahaan, pegawai,
bahkan bagi masyarakat.
Penelitian Tiffin (Mukhyi dan Sunarni, 2007) menyatakan bahwa
kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap
pekerjaannya sendiri, karena makin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang
akan tercermin dari sikap kerja ke arah yang positif. Hal ini tidak berarti apa
yang dilakukan oleh pegawai yang ada pada saat ini arahnya negatif.
Sebaliknya ketidakpuasan kerja akan menimbulkan sikap kerja yang negatif.
Positif dan negatifnya sikap kerja seseorang mengikuti tingkat kepuasan kerja
yang dirasakan.
Hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja organisasi merupakan hal yang
cukup kompleks, beberapa penelitian yang menunjukan hubungan antara
kepuasan kerja dan kinerja organisasi  menunjukan  hubungan positif  antara 
kepuasan kerja dan kinerja organisasi  (Chan, Gee, & Steiner,  2000 ;  Ellinger, 
Ellinger,  Yang,  & Howton, 2002 ; Huselid, 1995 ;  Koys,  2001 ;  Latif dkk ., 
2015 ; Mafini  & Pooe, 2013 ), namun penelitian lainnya tidak  menemukan 
hubungan yang kuat  antara  ini dua  variabel (Harian & dekat, 2000 ;  Mohr &
Puck, 2007 ).

B.Masalah Berdasarkan Fenomena di Lingkungan Sekretariat Daerah


Kabupaten Poso

Berdasarkan Pengamatan, wawancara serta analisa data pelayanan maka diperoleh


gambaran umum kondisi sekretariat daerah Kabupaten poso sebagai berikut :
- Kinerja Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Poso sebagai sebagai koordinator
regulator, fasilitator dan dinamisator kegiatan pembangunan dan pemerintahan di
daerah dirasakan belum maksimal. Hal ini sejalan dengan hasil penilaian Laporan
Akuntabilitas Kinerja Sekretariat daerah Kabupaten Poso kurun waktu 4 Tahun
terahir dengan predikat paling tinggi yaitu CC (50-60) atau kategori Cukup,
beberpa indikator kinerja tidak dapat terealisasi sesuai target yang ada sehingga
mencerminkan kinerja sekretariat daerah kabupaten poso dalam perencanaan dan
pelaksanaan program kerja belum optimal.
- Kondisi kepemimpinan di sekretariat daerah kabupaten poso selalu menjadi
sorotan pubik, kurangnya umpan balik, dorongan atau bimbingan kerja jarang
dilakukan, bahkan diskusi dan arahan dalam pekerjaan, semua ini jarang
dilakukan di setiap unit kerja. Pemimpin unit lebih sering mengingatkan tentang
pentingnya disiplin, yang sering disampaikan secara berjenjang dari jabatan
tingkat eselon hingga jajaran staf. Hal lain yang terlihat pada penugasan pekerjaan
dari atasan kepada bawahan masih kurangnya juknis pada pelaksanaan tugas
sehingga penugasan menjadi sesuatu yang tidak efektif dalam prakteknya.
Penugasan yang diberikan berpengaruh terhadap kemampuan yang dimiliki
pegawai, sehingga terjadi penumpukan pekerjaan di masing-masing pegawai yang
berbeda. Bahkan masih ada pegawai yang tidak memiliki pekerjaan di unitnya
kerjanya karena kapasitas dan kurangnya perhatian atasan.
- Motivasi kerja pegawai sekretariat daerah Kabupaten Poso sangat rendah terlihat
dari banyak pegawai dengan tingkat kehadiran rendah pada saat jam kerja,
pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu pegawai merasa
dukungan dari pimpinan sangat kurang. komunikasi Pemimpin dan bawahan
dianggap kurang, bawahan juga merasakan Pimpinan jarang memberikan
penghargaan dan pujian atas prestasi kerja pegawai. Sikap dan kepribadian
pimpinan kurang bersahabat dan tidak dapat menciptakan kondisi yang kondusif
dan mendukung pekerjaan bawahan dalam mengatasi permasalahan pekerjaan.
- Kepuasan kerja pegawai cukup rendah terlihat dari Banyak PNS yang menganggur
dibandingkan dengan yang menyelesaikan pekerjaannya. Rendahnya kepuasan kerja
tersebut memicu kecenderungan PNS sering menunda pekerjaan, lebih sering ngobrol
berkumpul dikantin. Rendahnya kepuasan kerja memicu menurunnya kinerja,
seperti sering terlambat dalam membuat dokumen laporan perencanaan dan
laporan pelaksanaan kegitan lainnya serta keluhan masyarakat tentang pelayanan
publik yang tidak maksimal.
- Tingkat inovasi dan kreativitas pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sangat
kurang, yang tampak dari masih seringnya mengandalkan orang-orang tertentu
dalam pelaksanaan pekerjaan Belum adanya kesempatan yang sama bagi seluruh
pegawai untuk melaksanakan suatu tugas tertentu oleh pimpinan.
Berdasarkan Fenomena tersebut diatas dan analisa research gap atas beberapa
penelitian terdahulu maka kami tertarik dan menganggap penting untuk mengambil
topik penelitian “Pegaruh Gaya Kepemimpinan, Mtivasi, terhadap kepuasan kerja dan
bagaimana hubungannaya dengan kinerja organisasi”
Referensi :

Etty Puji Lestari, 2019 Seminar dan Workshop Penelitian Universita Terbuka Jakarta

Modul, Bahan ajar jurnal terkait

Anda mungkin juga menyukai