Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

INSTRUMEN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian
Dosen Pengampu: Riska Ayu Pramesthi, S.E., M.M.

Disusun oleh:

Duhita Fauzzia Agni (201413093)


Diah Retta
Rifan Kurniawan (2014
Habib
Syaiful Bahri

Kelas 4I

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
2016

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif.
Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan,
maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan
bermanfaat bagi

kehidupan manusia.

Intensif dengan menerapkan

ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar


memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, memecahkan
problem malalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali
dengan cara yang sama dan hasil sama.
Hasil dari penelitian memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia.
Sehingga dengan adanya suatu bentuk penelitian manusia akan terbantu
dalam menyelesaikan masalahnya. Dalam penelitian, data merupakan
komponen paling penting. Karena suatu data akan mengungkap suatu
fakta atau kebenaran mengenai suatu hal. Apabila data tersebut akurat
maka hasil penelitian tersebut bersifat valid sebaliknya apabila data tidak
akurat maka kevalidtan penelitian tersebut berkurang.
Penggalian data di lapangan tentunya menggunakan suatu media yang
digunakan untuk pengumpulan data. Media tersebut adalah instrumen
penelitian. Instrumen penelitian akan mentukan kualitas data. Semakin
baik instrumen semaain valid data yang diperoleh begitu juga sebaliknya.
Sehingga instrumen penelitian memiliki peran yang sentral dalam suatu
penelitian.

BAB II
i

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen Penelitian


Kata instrumen berarti alat atau alat bantu. Dalam konteks
penelitian instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat bantu dalam
pengumpulan data penelitian, yaitu alat yang dapat mengukur atau
mengungkap suatu keadaan variabel penelitiajnyang telah ditetapkan
peneliti

sebelumnya.

Alat

bantu

tersebut

dimaksudkan

untuk

mempermudah peneliti dalam pengambilan data penelitian yang sesuai


dengan tujuan penelitian yang yang dilakukan. Melalui instrumen
penelitian pengumpulan data tersbut, peneliti dapat merancang semua
data yang dperlukan dalam penelitian dan kemudian dituangkannya
dalam instrumen peneletian, yaitu melalui butir-butir instrumen yang
dibuatnya. Dengan demikian semua data yang diraih dalam penelitian
dapat diraih secara tepat dan tidak ada yang terlewatkan (Masyud,
2012:202).
Kata instrumen pengumpulan data penelitian tersebut mengandung
makna sebagai alat untuk mengukur atau mengungkap keadaan suatu
variabel penelitian. Instrumen pengumpulan data tersebut juga memiliki
konotasi

sebagai

alat

untuk

membimbing,

mengarahkan,

serta

memudahkan para peneliti dalam pengumpulan data penelitian sehingga


peneliti dapat memperoleh data penelitian secara valid, artinya data yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki, dengan instrumen
penelitian yang baik ( Masyud, 2012:202).
Berikut pengertian instrumen penelitian menurut para ahli:
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 1996).

Ibnu Hajar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang


digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data
menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang digunakan untuk merekam
pada umumnya secara kuantitatif maupun kualitatif keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis
biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif.
Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya
adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya
adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif maupun kualitatif tentang variabel
yang sedang diteliti.

2.2 Jenis-Jenis Instrumen Penelitian


Banyak ragam instrumen pengumpulan data penelitian namun dari
berbagai macam ragam instrumen pengumpulan data tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu: (1) instrumen tes (2) instrumen non tes.
Instrumen tes dan non tes dibedakan dari segi materi instrumen dan dari
segi cara pengerjaan serta penskoran, disamping itu dilihat dari tujuan
pengukuran nilai variabel yang akan dilakukan dalam penelitian. Tes
difokuskan untuk mengungkap potensi yang dimiliki responden, misalnya
berkaitan dengan hasil belajar, intelegensi, bakat,minat, kepribadian dan
potensi

lainnya.

Sedangkan

instrumen

non

tes

digunakan

untuk

mengungkap pendapat, pandangan, kebiasaan, perilaku yang dapat


diamati, dan fakta-fakta lain diluar pengungkapan potensi individu.
2.2.1 Instrumen pengumpulan data (tes)

Tes

sebagai

instrumen

pengumpulan

data

penelitian

adalah

merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk


mengukur potensi individu misalnya berkaitan dengan hasil belajar,
intelegensi, bakat, minat, kepribadian dan potensi lainnya yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar (achievement test) yaitu test yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda
dengan tes-tes yang lain, tes prestasi diberikan sesudah orang yang
dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang di tes kan (Arikunto
1996:139). Tes hasil belajar disusun untuk mengukur tingkat ketercapaian
individu setelah mempelajari suatu materi tertentu. Tes hasil belajar ini
biasanya untuk mengukur pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
sikap. Dalam penyusunan tes hasil belajar ini materi tes harus berkaitan
dengan materi yang diajarkan. Materi tes tidak boleh diambil dari materi
yang belum diajarkan. Biasanya tes hasil belajar ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif dampak penerapan metode tertentu atau
penerapan

model

tertentu

dalam

kegiatan

pembelajaran.

Dalam

penelitian yang bersifat eksperimental dan PTK, tes hasil belajar menjadi
instrumen yang paling utama.
Tes hasil belajar tersebut memiliki beberapa bentuk yaitu bentuk
uraian,

bentuk

obyektif

dan

sikap.

Tes

uraian

umumnya

berupa

pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan, uraian atau


penjelasan. Ciri khas tes uraian ini adalah siswa bebas memberikan
jawabannya. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes uraian adalah
kejelasan rumusan masalah yang dikemukakan sehingga siswa mampu
memahami masalah sebagaimana yang diaharapkan guru.
Tes

obyektif

merupakan

tes

yang

mengandung

pertanyaan-

pertanyaan yang sudah terstruktur secara sempurna dan jawabannya


bersifat pasti. Siswa tidak perlu melahirkan ide, gagasan atau pendapat
dan tidak dituntut kemampuan mengorganisasikan jawaban karena dalam

tes bentuk obyektif telah disiapkan alternatif jawaban untuk dipilih. Yang
perlu diperhatikan dalam menyusun tes ini adalah kecermatan dalam
menyediakan jawaban yang relatif sejenis, sehingga alternatif jawaban
tidak mudah ditebak oleh siswa.
Tes perbuatan merupakan tes yang menghendaki siswa untuk
bekerja atau melakukan aktivitas guna memperlihatkan produk tertentu
misalnya: menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan gambar yang
diperlihatkan kepadanya atau melakukan praktek tertentu. Jadi tes
perbuatan tidak memberikan penekanan kepada bahasa, tetapi lebih
kepada kegiatan jawaban manipulatif sebagai jawaban terhadap tes.
b. Tes intelegensi (tes IQ)
Tes intelegensi merupakan tes untuk mengungkap potensi dasar
yang dimiliki individu. Potensi dasar tersebut berkaitan dengan potensi
bahasa, aritmatika, logika (baik ,logika bahasa, matematika, maupun
logika gambar). Tes intelegensi ini tidak sekedar mengetes benar tidaknya
jawaban individu, melainkan juga mengetes kecepatan dalam menjawab
pertanyaaan.

Tidak

semua

peneliti

diberikan

kewenanagan

untuk

menyusun dan melakasanakan tes IQ ini. Akan tetapi tes ini menjadi
kewenangan seorang yang telah memiliki profesi sebagai Psikolog.
Dengan demikian jika seseorang membutuhkan data yang berkaitan
dengan Variabel IQ dalam penelitiannya, maka ia harus menggunakan
jasa Psikolog untuk melakukan tes IQ tersebut dan peneliti hanya
menerima data hasil tes IQ tersebut dari psikolog yang memiliki
kewenangan melakukan tes IQ.
c. Tes kepribadian
Tes kepribadian merupakan salah satu jenis tes psikologi yang
dimaksudkan untuk mengungkap bagaimana kepribadian yang dimiliki
individu. Tes kepribadian tersebut dapat mengungkapkan kecondongan
kepribadian individu apakah bergerak kearah positif atau negatif. Yang
termasuk dalam kategori kepribadian disini adalah keseriusan bekerja
atau ketekunan, konsentrasi, kerajinan, keuletan, kesabaran, serta potensi
emosional yang dimiliki individu. Sama dengan tes IQ, penyususnan
instrumen tes kepribadian ini menjadi kewenangan psikolog, sehingga
tidak semua peneliti memiliki kewenangan menyusun dan melaksanakan
5

tes ini. Jika data tentang kepribadian dibutuhkan sebagai salah satu
variabel penelitian maka penelitian tidak memiliki kewenangan melakukan
tes ini, ia harus menggunakan jasa Psikolog dalam melakukan tes
kepribadian.
d. Tes bakat
Tes bakat

termasuk

salah

satu

jenis

tes

psikologi.

Tes

ini

dimaksudkan untuk mengungkap atau mengetahui kecenderungan bakat


individu, apakah mengarah pada bakat tertentu, misalnya bakat bahasa,
matetematika, IPA atau bakat lainnya. Dengan diketahui bakat individu
tersebut dapat disalurkan kearahkan ke pendidikan atau ke pekerjaan
yang lebih baik. Peneliti tentu biasanya mengaitkan antara bakat yang
dimiliki seseorang dengan keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan
tertentu. Karena tes ini termasuk dalam salah satu tes psikologi maka tes
ini harus disusun dan dilaksanakan oleh orang tertentu yang berprofesi
sebagai psikolog. Oleh karena itu jika peneliti membutuhkan hasil tes
bakat sebagai salah satu variabel penelitian ia harus memanfaatkan jasa
psikolog untuk melakukan pengetesan tentang bakat tersebut (Masyud,
2012:202-205).
e. Tes sikap
Tes sikap, merupakan tes yang digunakan untuk mengadakan
pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang (Arikunto 1996:139).
Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk mengetahui kecenderungan sikap
individu dalam menghadapi suatu permasalahan. Kadangkala seorang
peneliti membutuhkan data tentang sikap individu dikaitkan dengan
variabel lainnya, misal: hasil belajar, kedisiplinan, atau kebiasaan belajar.
Jika hal itu terjadi maka peneliti yang tidak bergerak dalam bidang
psikologi harus menggunakan jasa psikologi. Peneliti yang bukan psikolog
hanya boleh memnfaatkan hasil sajian untuk penelitian.
2.2.2
Instrumen pengumpulan data non tes
Jenis instrumen pengumpulan data kedua adalah instrumen non tes.
Instrumen non tes tersebut meliputi: (1)Kuesioner atau angket, (2)
Panduan wawancara, (3) Check list (4) Rating scale dan (5) Panduan
dokumentasi.
a. Angket (kuesioner)

Kuesioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya

atau hal-hal lain yang ia ketahui. Kuesioner dipakai untuk

menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode


angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau
kuesioner (Faisal, 1982:176). Dilihat dari segi menjawab maka kuesioner
dibedakan menjadi 2 yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
Kuesioner terbuka, merupakan tes yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner terbuka
memiliki kelebihan yaitu bersumber dari kebebasan responden dalam
mengungkapkan

jawaban.

Karena

responden

dibebaskan

dalam

mengungkapkan jawaban maka peneliti dapat memperoleh data yang


lengkap dan bahkan kadangkala peneliti akan memperoleh informasi yang
sebelumnya tidak diduga dapat digunakan sebagai pengembangan hasil
penelitian.
kesulitan

Namun

kelemahannya

penskoran,

verifikasi,

adalah
dan

peneliti

analisis

akan

data.

mengalami

Dismping

itu

penskorannya membutuhkan waktu yang relatif lama (Masyud, 2012:206).


Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk
sedemikian lupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban yang sesuai dengan karateristik dirinya dengan memberi tanda
silang (X), melingkari atau memberi tanda check () pada jawaban yang
disediakan. Dalam angket tertutup ini semua alternatif jawaban sudah
disediakan dan responden tidak dibenarkan mengembangkan jawaban
menurut versinya sendiri. Tugas responden hanya memilih jawaban dari
alternatif yang telah disediakan yang menurut responden paling sesuai.
Kelebihan dari angket tertutup ini adalah dilihat dari segi kepraktisan
pengeloalaan hasilnya (penskoran, tabulasi dan analisi data mudah
dilakukan). Disamping itu arah poenelitian tidak mengembang kemanamana. Namun kelemahan utamamnya adalah angket tertutup ini tidak
dapat menjaring informasi terkini yang ketika angket disusun belum
terjadi (Masyud 2012:206-207).
Dilihat dari jawaban yang diberikan kuesioner dibedakan menjadi 2
yaitu:

kuesioner

langsung

dan

kuesioner

tak

langsung.

Kuesioner

langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. Kuesioner tak


langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka tes dibedakan menjadi 4 yaitu:
Kuesioner pilihan ganda, Kuesioner isian, Check list, Rating scale.
Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup.
Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. Check list,
adalah sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check pada kolom yang sesuai. Rating scale, yaitu sebuah pernyataan
diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya
mulai dari sangat setuju sampai ke tingkat tidak setuju (Arikunto
1996:140).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun angket antara lain
adalah berkaitan dengan:
1) Isi dan tujuan pertanyaan
Isi dan tujuan pertanyaan harus sesuai dengan tujuan dilakukan
penelitian yang tercermin dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Jika isi dan tujuan pertanyaan menyimpang dari rumusan masalah dan
tujuan penelitian maka angket tersebut tidak akan dapat digunakan untuk
menjaring data yang dibutuhkan. Untuk dapat mencapai hal itu maka
sebelumnya dilakukan penyusunan angket perlu dibuat tabel spesifikasi
yang berupa kisi-kisi angket.
2) Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam angket disesuaikan dengan kondisi
responden. Gunakan bahasa yang simpel, mudah dimengerti dan tidak
ambigu. Jika bahasa yang digunakan terlau sulit bisa menimbulkan salah
tafsir yang pada akhirnya berdampak pada ketidaktepatan informasi yang
diberikan responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket harus dirancang secara tepat sesuai
dengan jenis data yang kita temukan. Pertanyaan bisa berupa pertanyaan
mengenai fakta, pendapat, sikap, penilaian dan lainnya sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan penelitian yang dilakukan. Sedangkan mengenai
bentuk pertanyaan peneliti dapat memilih bentuk terbuka atau tertutup.
4) Pertanyaan tidak mendua
Dalam menyusun pertanyaan dalam angket perlu diperhatikan
hendaknya pertanyaan tidak ganda atau mendua arti (ambigu). Contoh
8

pertanyaan yang ambigu adalah: Apa dan bagaimana dampak dari


penerapan metode CTL terhadap hasil belajar siswa? (untuk pertanyaan
terbuka). Sedangkan untuk pertanyaan tertutup misalnya: apabila ada
permasalahan

disekolah

guru-guru

diajak

kepala

sekolah

untuk

merumuskan indikator permasalahan atau mencari solusi yang paling


tepat.
5) Tidak menanyakan yang lupa
Peneliti hendaknya tidak

memaksa

untuk

menanyakan

pada

responden mengenai hal yang sudah terlalu lama dan responden sudah
lupa kejadiannya. Hal itu bisa menyebabkan responden asal menjawab.
Jika memang informasi itu sangat dibutuhkan sebaiknya peneliti memberi
alternatif jawaban tidak tau atau sudah lupa. Alternatif tersebut akan
menghindarkan

diperolehnya

jawaban

berguna dalam penelitian.


6) Menggiring
Pertanyaan yang dituangkan

yang

dalam

asal-asalan

angket

atau

tidak

hendaknya

tidak

menggiring pada kecenderungan jawaban tertentu, terutama dalam


angket tertutup. Misalnya pertanyaan sebagai berikut: Saudara setuju kan
jika system pembelajaran CTL diterapkan pada semua sekolah dasar di
kabupaten Jember (misalnya jawabannya: setuju, tidak setuju, tidak tau).
Dalam kasus pertanyaan tersebut responden digiring kearah jawaban
setuju.
7) Panjang pertanyaannya
Pertanyaan jangan terlau panjang dan jangan terlau pendek. Jika
pertanyaan

terlalu

panjang

akan

membingungkan

responden

dan

responden akan menjawab asal-asalan. Sebaliknya pertanyaan yang


terlalu pendek akan menyebabkan tidak jelas maksudnya.
8) Urutan pertanyaan.
Pertanyaan hendaknya disusun secara sistematis.

Pertanyaan

diurutkan menurut konsep yang paling sederhana menuju hal yang lebih
kompleks. Demikian juga harus diperhatikan jika ada pertanyaan yang
bersambung hendaknya jangan dipisahkan dengan pertanyaan lain yang
tidak ada kaitannya dengan konteks pertanyaan yang diajukan diatas dan
dibawahnya. Hal itu dimaksudkan agar pola pikir responden tidak
terputus.
9) Prinsip pengukuran
9

Penyusunan pertanyaan dalam angket juga harus memperhatikan


prinsip-prinsip pengukuran agar hasil jawaban responden mudah untuk
ditindak lanjuti (diskor, ditabulasi, dan dianalisis). Disini penunjangan
jawaban juga perlu diperhatikan dan sekaligus dirancang penskroannya
berdasarkan prinsip-prinsip penskoran yang benar jangan sampai setelah
hasil angket terkumpul peneliti mengalami kebingungan untuk melakukan
penskoran.
10)
Petunjuk angket
Petunjuk atau perintah untuk mnegerjakan angket harus jelas agar
responden tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan angket
yang diberikan peneliti. Petunjuk atau perintah ini menjadi bagian yang
penting dalam angket, sebab jika petunjuknya atau perintahnya tidak
jelas, maka akan terjadi kesalahan dalam mengerjakan angket jika hal itu
terjadi

maka

akan

dapat

berpengaruh

terhadap

validitas

yang

dikumpulkan.
11)
Penampilan fisik angket
Setelah penyusunan angket selesai dilakukan secara keseluran,
maka langkah berikutnya yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebelum
dilakukan pengumpulan data adalah lay out angket sebelum dicetak. Lay
out angket harus dilakukan dengan baik, yang menarik sehingga
penampilan angket yang akan digunakan juga menarik. Perfonmansi
angket juga mempengaruhi perasaan responden. Jika performasi angket
menarik, maka responden penelitian akan merasa respek dan akan
menjawab dengan serius. Namun sebaliknya jika performansi angket
kurang menarik, maka akan dapat mempengaruhi perasaan negative
responden, responden bisa menjawab malas dan asal-asalan (Masyud,
2012:207-209).
Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dan kekurangan kuesioner:
Kelebihan kuesioner
Kuesioner memiliki beberapa kelebihan berupa:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing
dan menurut waktu senggang responden

10

4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malumalu menjawab
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner
Kuesioner memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1) Responden

sering

tidak

teliti

dalam

menjawab

sehingga

ada

pertanyaan yang terlewati, padahal kuesioner hanya diberikan satu


kali dan tidak akan diberikan lagi.
2) Seringkali sukar dicari validitasnya
3) Walaupun dibuat anonim, responden kadang-kadang dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat (Arikunto 1996:140).
b. Panduan wawancara
Panduan wawancara berisi poin-poin yang akan ditanyakan pada
responden pada wawancara. Penyusunan panduan wawancara juga harus
dirancang secara tepat sehingga dapat menjamin perolehan data
penelitian yang valid. Ada kemiripan antara panduan wawancara dan
angket. Bedanya jika angket pertanyaannya harus jelas dan bersifat
mandiri

serta

memerlukan bimbingan dalam menjawabnya

namun

panduan wawancara hanya berupa pertanyaan garis besar saja. Dalam


rinciannya akan dikembangkan pewawancaraan dalam proses wawancara.
Jika ada yang kurang jelas dalam wawancara, pewawancara dapat
menjelaskan permasalahannya. Hal demikian itu yang tidak bisa dilakukan
dalam angket.
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam penyusunan panduan
wawancara adalah sebagai berikut:
1) Responden, adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
Berdasarkan hal itu, maka dalam penyusunan panduan wawancara
hendaknya peneliti tidak terlalu mengintervensi tentang masalah-masalah
pribadi responden. Perlu diingat bahwa responden perlu memiliki hak
untuk menjawab atau tidak pertanyaan peneliti. Utamanya jika hal itu
sudah menyangkut privacy responden.
11

2) Responden dapat dipercaya.


Artinya dalam menyiapkan panduan wawancara , peneliti harus
berpegang bahwa jawaban responden dapat dipercaya. Peneliti tidak
boleh menyiapkan pertanyaan yang sifatnya meragukan atau tidak
mempercayai responden.
3) Responden dan peneliti memiliki interpretasi yang sama
Dalam menyiapkan pertanyaan untuk wawancara diupayakan agar
terdapat persamaan persepsi antar responden dengan peneliti. Untuk
menghindari agar tidak terjadi perbedaan persepsi yang tajam antar
responden dengan peneliti, maka butir-butir pertanyaan yang dituangkan
dalam panduan wawancara harus diuji cobakan sebelum dijadikan sebagai
pertanyaan yang baku. Dari hasil uji coba inilah akan dapat diketahui
sejauh mana pertanyaan telah dipahami oleh responden.
Terdapat dua jenis pertanyaan dalam panduan wawancara yang
dibuka peneliti. Kedua jenis pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pertanyaan terstruktur
Pertanyaan terstruktur merupakan instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam wawancara terstruktur yaitu wawancara yang
menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun secara sistematis
dan telah disiapkan sebelumnya secara lengkap. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama.
2) Pertanyaan tidak terstruktur
Pertanyaan tidak terstruktur merupakan instrumen pengumpulan
data yang digunakan dalam wawancara yang tidak terstruktur. Yaitu
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Panduan wawancaranya hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dengan demikian pertanyaan
bisa dikembangkan dengan kondisi waktu wawancara. Berdasarkan hal
itu, maka setiap responden dapat saja diberi pertanyaan yang berbeda
anatara yang satu dengan yang lainnya tetapi dalam fokus yang sama.
c. Check list
Check

list

merupakan salah satu

instrumen penelitian yang

biasanya digunakan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data dengan

12

metode observasi. Check list berisi sederet daftar pertanyaan yang


berkaitan dengan indikator variabel yang diteliti yang disampingnya
disediakan kolom untuk memberi tanda check sesuai dengan fakta atau
fenomena yang diobservasi.
Jawaban yang disediakan untuk check list bersifat sederhana
misalnya hanya ya atau tidak. Namun demikian check list juga bisa
dikembangkan menjadi frekuensi, berapa frekuensi ya dan berapa
frekuensi tidak.
Contoh check list sederhana tentang keaktifan mahasiswa dalam
latihan micro teaching sebagai berikut:
DAFTAR CEK (CHECK LIST ) KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA SEBAGAI PENDEKATAN CTL
N

Jenis Aktivitas

Ya

Tidak

o
1

Siswa menunjukkan ide kreatif

dalam pembelajaran
Siswa betanya tentang kesulitan

yang dihadapi
Siswa aktif mengemukakan

pendapat dalam diskusi kelompok


Siswa mencatat atau merekam

balikan yang diterima


Siswa mengemukakan alternative

solusi terhadap permasalahan


yang dihadapi dalam diskusi
6

kelompok
Siswa berdiskusi alternative solusi

dengan guru
Siswa mendiskusikan alternative

solusi dengan sesama siswa


Jumlah
6
3
Check list juga dapat dikembangkan menjadi rekaman yang
menunjukkan frekuensi dari masing-masing jawaban ya atau tidak
tersebut. Check list ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian untuk mencari masukan dalam rangka pengembangan
sikap atau perilaku tertentu. Untuk mengembangkan sikap atau perilaku
tertentu, sebelumnya diperlukan data tentang kondisi
13

awal. Sebagai

contoh seorang kepala sekolah ingin memperbaiki perilaku mengajar guru


khusunya dalam keterampilan bertanya dan memberikan penguatan,
maka kepala sekolah akan menyiapkan daftar hal-hal yang akan di
observasi selama guru mengajar.
d. Rating scale (skala penilaian)
Skala penilaian merupakan salah satu instrumen penelitian yang
biasanya digunakan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data dengan
metode observasi. Skala penilaian bentuknya mirip check list tetapi
jawabannya dikembangkan menjadi berjenjang. Skala penilaian digunakan
sebagai alat bantu observasi yang telah diperhitungkan dalam jenjang
tertentu dari satu sampai jenjang tertentu misalnya lima terhadap suatu
masalah, kasus, pendapat, atau sikap tertentu. Setiap skor menunjukkan
tingkatan tertentu mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Ada
beberapa skala pengukuran yang bisa dipakai dalam pengukuran untuk
penelitian anatara lain skala Likert dan Thurstone
1) Teknik thurstone
Metode Thurstone dilakukan dengan memberikan

sejumlah

pertanyaan yang mengungkapkan berbagai pandangan terhadap suatu


kelompok,

pandangan,

gagasan,

atau

tindakan.

Pertanyaan

itu

dikumpulkan kemudian diberikan kepada juri yang bertugas memilahmilah pertanyaan tersebut dari yang paling rendah tingkat ekstrimnya
sampai ke yang paling tinggi. Daftar pernyataan yang sudah disepakati
kemudian

diberikan

kepada

subyek.

Subyek

kemudian

diminta

memberikan tanda check ().


Contoh:
(..) Tidak ada yang dapat diterima untuk membenarkan perang
(..) Perang adalah perbuatan sia-sia yang menghancurkan diri-sendiri
(..) Perang menyia-nyiakan nyawa manusia
(..) Manfaat perang tidak seimbang dengan manfaat yang kita peroleh
(..) Kami lebih memilih jalan damai daripada harus menanggung akibat
perang
(..) Sulit memastikan

apakah

perang

lebih

mendatangkan

lebih

mendatangkan kerugian daripada keuntungan


(..) Ada banyak argument untuk menyetujui peperangan
(..) Pada kondisi tertentu perang perlu dilakukan untuk menegakkan
keadilan

14

(..) Perang adalah cara yang memuasakan untuk memecahkan masalah


internasional
(..) Perang memberikan stimulasi pada rakyat kea rah perjuangan yang
mulia
(..) Tugas

terbesar

tiap

orang

adalah

berperang

demi

kejayaan

bangsanya
Pertanyaan yang diberikan ini dimaksudkan untuk meneliti sikap
responden terhadap peperangan. Dalam contoh ini pernyataan yang
bernilai skala 0,0 menunjukkan sikap paling anti peperangan. Pernyataan
yang bernilai skala 11,0 menunjukkan sikap paling menyetujui perang.
2. Model Likert.
Metode ini dapat disusun tanpa menggunakan bantuan dewan juri,
metode ini menghasilkan skor yang hampir sama dengan skor yang
diperoleh teknik Thurstone.
Langkah pertama dalam menyusun Likert adalah mengumpulkan
sejumlah pernyataan mengenai suatu pokok persoalan. Pernyataan
tersebut

menunjukkan

kesetujuan

atau

ketidaksetujuan

terhadap

pendirian-pendirian tertentu.
Setelah pernyataan-pernyataan itu terkumpul kemudian dilakukan
uji coba (trial test) terhadap sejumlah subjek. Teknik skala likert
memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah 5 kategori. Dengan demikian instrumen itu akan menghasilkan
total skor bagi tiap responden.

a.
b.
c.
d.
e.

Nilai skala
5
4
3
2
1

Sangat setuju
Setuju
tidak menjawab
tidak setuju
sangat tidak setuju

Jika respon yang diharapkan sebaliknya maka item-itemnya diberi


skor sebaliknya dengan skor sebaliknya juga.
a.
b.
c.
d.

Nilai skala
1
2
3
4

Sangat setuju
Setuju
tidak menjawab
tidak setuju

15

e. sangat tidak setuju

3. teknik Q-sort
Teknik Q-sort ditemukan oleh William Stephenson, teknik Q-sort
merupakan suatu teknik untuk meranking sikap atau pilihan atau
pendapat, dan terutama efektif bila jumlah item yang dirangking cukup
banyak. Dalam teknik teknik Q-sort sejumlah kartu atau lembar kertas
yang

memuat

pernyataan-pernyataan

atau

item-item

dimasukkan

kedalam beberapa amplop atau kotak karton bernomor. Biasanya jumlah


amplop

yang

disediakan

adalah

Sembilan

atau

sebelas,

menggambarkan posisi-posisi relatif atas suatu skala standar.


Beberapa contoh skala yang dipolarisasi secara

yang

sederhana,

dikemukakan sebagai berikut:


Paling penting
Paling setuju
Paling liberal
Paling menyenangkan
Paling kagum
Suatu
pandapat

contoh

paling tidak penting


paling tidak setuju
paling tidak liberal
paling tidak menyenangkan
paling tidak kagum

penggunaan

sekelompok

guru

Q-sort,

besar

berusaha

dibidang

mengumpulkan

penelitian

pendidikan.

Kriterianya meliputi relatif pentingnya konsep-konsep penelitian yang


harus dikemukakan pada kuliah pengantar pendidikan. Seratus lembar
kartu (tiap kartu berisi satu konsep) harus dimasukkan kedalam Sembilan
amplop, yang bergerak dari konsep yang dipandang paling penting ke
konsep

yang

paling

tidak

penting.

Beberapa

konsep

yang

harus

dipertimbangkan oleh para Guru Besar tersebut adalah:


Hipotesis
metode historia
Probabilitas
survey
Variable terikat
hipotesis nihil
Koefisien korelasi
penyusunan angket
Sumber bahan referensi
metode deduktif
Laporan penelitian
metode deskriptif
Randomisasi
sampling
Metode eksperimen
variable bebas
Metode wawancara
Teknik Q-sort
Tingkat signifikasi
deviasi standar
Proposal penelitian
statistic non parametric
Meneliti sikap
action research
16

Nilai mean dari pendapat yang diberikan kepada tiap item,


menunjukkan pandangan seluruh anggota kelompok guru besar tersebut
mengenai konsep-konsep penelitian yang relatif penting.
e. Panduan dokumentasi
Panduan dokumentasi merupakan instrumen pengumpulan data
untuk membantu peneliti dalam menjaring data yang bersumber dari
dokumentasi. Agar penggalian data yang bersumber dari dokumentasi
terarah dan dapat mencapai sasaran yang tepat, maka sebelum dilakukan
pengumpulan data perlu dilakukan penyusunan instrumen pengumpulan
data secara cermat terlebih dahulu. Instrumen inilah yang biasanya
dikenal instrumen panduan dokumentasi. Panduan dokumentasi berisi halhal apa yang dibutuhkan dari sebuah dokumen. Disamping itu juga berupa
skla nilai yang akan diberikan setiap poin dari dokumen yang diukur. Cara
pemberian nilai dalam panduan dokumentasi tersebut secara garis besar
ada dua macam, yaitu skala yang kasar yang hanya memberi nilai ada
dan tidak ada. Sedangkan cara pemberian nilai yang kedua adalah
penelitian yang sudah menunjukkan gradasinya. Misalnya penilaian
sebagai berikut:
Nilai 0, jika unsuryang dicari tidak ada
Nilai 1, jika unsur yang dicari ada tapi kurang relevan
Nilai 2, jika unsur yang dicari ada dan relevan
Nilai 3, jika unsur yang dicari ada dan sangat relevan.
CONTOH PANDUAN DOKUMENTASI DENGAN KRITERIA KASAR
Panduan dokumentasi untuk menjaring data tentang ada dan tidaknya
unsur-unsur Buku Paket IPA Bintang Lima untuk Kelas IV SD yang
dibutuhkan sesuai dengan Standar Kompetensi dalam KTSP
N

Indikator Kompetensi dalam KTSP

Materi yang ada


dalam buku paket
IPA Bintang Lima
Ada
Tidak

17

ada
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengertian makhluk hidup


Ciri-ciri makhluk hidup
Jenis-jenis makhluk hidup
Pengembangbiakan makhluk hidup
Cara pelindungan diri makhluk hidup
Makhluk hidup dan keseimbangan alam
Manusia sebagai makhluk hidup
Binatang sebagai makhluk hidup
Tumbuh-tumbuhan sebagi makhluk

hidup
Simbiosis antara manusia dengan

makhluk hidup lain


JUMLAH

2.3 Pemilihan Instrumen Penelitian


Instrumen

pengumpulan

data

penelitian

banyak

ragam

dan

jenisnya. Pemilihan jenis-jenis instrumen manakah yang digunakan dalam


pengumpulan data penelitian, didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut:
1) Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang akan dikumpulkan sangat berpengaruh terhadap
jenis instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Misalnya
seorang peneliti ingin mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa,
maka digunakan tes hasil belajar. Akan tetapi jika ingin megumpulkan
data tentang pandangan pendapat atau sikap responden terhadap suatu
keadaan atau kebijakan tertentu dalam penelitian survey maka instrumen
yang paling tepat adalah angket
2) Kondisi responden penelitian
Kondisi responden penelitian adalah kondisi riil latar belakang
responden yang akan dijadikan sebagai sumber data. Misalnya jika
sebagian besar responden tidak dapat membaca dan menulis, maka
18

jangan menggunakan angket. Dalam hal ini yang harus digunakan adalah
instrumen

panduan

wawancara

atau

panduan

pengamatan

atau

observasi. Kondisi responden ini juga termasuk pertimbangan banyak dan


sedikitnya responden penelitian. Jika responden penelitian cukup banyak
dan kondisi pendidikan responden sudah memungkinkan serta bisa baca
dan tulis maka akan lebih efektif bila menggunakan angket.
3) Kondisi peneliti
Kondisi peneliti adalah keadaaan peneliti terutama yang berkaitan
dengan kemampuan, kesempatan, ketersediaan data. Kondisi peneliti juga
menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan instrumen penelitian.
Misalnya jika kondisi kurang lancar dalam berbicara, jangan menggunakan
instrumen

panduan

wawancara,

karena

akan

memicu

timbulnya

permasalahan dalam wawancara.


4) Kondisi lokasi penelitian
Jika kondisi lokasi penelitian terpencar jauh antara lokasi yang satu
dengan yang lain disarankan menggunakan instrumen angket. Sebab
dengan

angket

pelaksanaan penelitian

bisa

efisien.

Dilokasi

yang

terpencar tersebut dapat dilakukan pengumpulan data secara serentak

2.4 Persyaratan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen

pengumpulan

data

hendaknya

disusun

dengan

memperhatikan syarat minimal instrumen yang baik. Menurut Suharsimi


Arikunto syarat instrumen yang baik terletak pada validitas dan reliabilitas
instrumennya. Sedangkan menurut Sulthon Masyud syarat instrumen
yang baik itu adalah : (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) kepraktisan
(Masyud, 2012:219-221).
1) Validitas instrumen

19

Instrumen dikatakan memenuhi syarat valid jika instrumen tersebut


bisa mengukur semua yang seharusnya diukur, sehingga instrumen
tersebut benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Misalnya untuk mengukur kepemimpinan hendaknya instrumen angket
yang berisi tentang perilaku pemimpin. Ada lima jenis validitas instrumen
yang dapat digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen
penelitian, yaitu: validitas isi, validitas konstruksi, validitas pengukuran
setara, validitas pegukuran serentak, dan validitas ramalan.
Validitas isi berkenaan dengan isi instrumen yakni item instrumen
hendaknya dapat mencakup keseluruhan indikator dalam variabel yang
akan diukur. Validitas konstruk berkenaan dengan konsep-konsep yang
dituangkan dalam item insreumen. Validitas pengukuran setara dapat
diketahui

dengan

mengkorelasikan

hasil

suatu

instrumen

dengan

instrumen lain yang setara, validitas pengukuran serentak adalah korelasi


hasil

instrumen

yang

dilaksanakan

pada

waktu

yang

bersamaan.

Sedangkan validitas ramalan adalah keterkaitan antara hasil instrumen


dengan hasil karya dimasa depan.
2) Reliabilitas instrumen
Instrumen dikatakan memenuhi syarat reliablitas, jika instrumen
tersebut mampu menghasilkan hasil yang benar-benar dapat dipercaya.
Salah satu indikator dalam instrumen yang reliabel adalah jika instrumen
tersebut digunakan berkali-kali dengan objek yang sama maka hasilnya
akan tetap reatif sama. Untuk menguji reliabilitas

instrumen dapat

digunakan dengan tiga cara, yaitu pengukuran ulang, pengukuran setara,


dan pengukuran pecah belah.
Reliabilitas pengukuran ulang dapat dilakukan dengan memberikan
instrumen dua kali kepada subyek yang sama dalam waktu berbeda.
Reliabilitas pengukuran setara dapat dilakukan dengan cara membuat dua
buah instrumen yang setara untuk diberikan kepada responden secara
berurutan. Korelasi bentuk instrumen tersebut akan memberikan hasil
20

reliabilitas pengukuran yang setara. Sedangkan reliablitas belah dua


dapat diketahui dengan cara membagi instrumen menjadi dua untuk
diberikan kepada siswa selanjutnya korelasi dari dua instrumen tersebut
dapat dipergunakan sebagai hasil reliabiltas belah dua
3) Kepraktisan
Disamping validitas dan reliabiltas instrumen hendaknya memiliki
kepraktisan dalam artian proses persiapan, pelaksaaan, dan pemeriksaan
hasil instrumen serta interpretasi hasil instrumen dapt dilakukan secara
hemat dan mudah. Hemat dalam arti instrumen dapat digunakan
berberapa kali pengadministrasiannya dapat dilakukan dengan cepat.
Mudah artinya instrumen memiliki petunjuk yang jelas dan lengkap
sehingga tidak perlu lagi penjelasan lain dari peneliti.

2.5 Penyusunan Insrtrumen Pengumpulan Data


Penyusunan instrumen pengumpulan data harus dilakukan secara
tepat, artinya sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Untuk
itu peneliti harus meneliti secara jeli mengidentifikasi berbagai variabel
yang ada dalam penelitian. Peneliti juga tidak boleh mengabaikan difinisi
operasional variabel penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Instrumen
harus sejalan dengan definisi opresional variabel yang telah dibuat
sebelumnya. Poin-poin indikator yang ada dalam definisi operasional
kemudian dikembangkan dalam penyususan instrumen pengumpulan
data.
Agar penyusunan instrumen pengumpulan data yang dilakukan bisa
cermat dan memperolah hasil yang valid, peneliti hendaknya mengikuti
beberapa langkah tertentu. Langkah-langkah penyusunan instrumen
pengumpulan data mencakup beberapa tahapan sebagi berikut:
1) Melakukan idendifikasi terhadap semua variabel yang ada dalam
judul atau masalah penelitian yang telah dibuat sebelumnya.
2) Menjabarkan setiap variabel penelitian menjadi sub-sub variabel
penelitian.
21

3) Menjabarkan

setiap

sub

variabel

penelitian

tersebut

menjadi

indikator-indikator. Yang harus diingat adalah penjabaran sub-sub


variabel harus sesuai dengan poin-poin indikator yang ada dalam
definisi operasional variabel.
4) Membuat deskripsi dari semua indikator yang telah dibuat.
5) Merumuskan deskripsi tersebut kedalam butir-butir istrumen
penelitian .
6) Melengkapi instrumen yang dibuat tersebut dengan petunjuk atau
panduan untuk menjawab serta melengkapi pula denga kata
pengantar.

22

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variabel
yang sedang diteliti. Apabila dibedakan berdasarkan jenisnya instrumen
penelititian dibedakan menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen
non tes. Instrumen tes terdiri dari tes penelian hasil, tes intelengensi, tes
kepribadian , tes bakat, dan tes sikap. Sementara instrumen penelitian
yang bersifat non tes terdiri dari angket/kuesioner, panduan wawancara,
daftar cek (check list), skala penelian, dan panduan dokumentasi.
Pemilihan

jenis-jenis

instrumen

hendahnya

didasari

oleh

pertimbangan yang berupa jenis data yang akan dikumpulkan, kondisi


responden penelitian, kondisi peneliti, dan kondisi lokasi penelitian.
Dengan demikian maka akan memperoleh hasil yang akurat dan
mendekati kenyataan.
Selain

pertimbangan

yang

mendasari

pemilihan

instrumen,

instrumen pemilihan data memiliki persyaratan yang harus dipenuhi.


Persyaratan

tersebut

bertumpu

pada

validitas,

reliabilitas,

dan

kepraktisan. Instrumen harus valid, reliable dan praktis.

3.2 Saran
Diharapkan

kepada

para

peneliti

khususnya

peneliti

muda

memahami bagaimana cara memilih dan menyusun instrumen penelitian,


mengingat

sifat

instrumen

yang

sangat

sentral

dalam

penelitian.

Sehingga data yang yang diperoleh lebih akurat dan mendekati kenyataan

23

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Faisal, Sanapiah. 1882. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya :
Usaha
Nasional
Masyud, Sulthon, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jember : Lembaga
Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan

24

Anda mungkin juga menyukai