Anda di halaman 1dari 26

METODOLOGI PENELITIAN

Ringkasan Materi Kuliah RPS 9


“Penyusunan Instrument Penelitian”

Ditujukan Kepada :
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si. Ak., CA

Disusun Oleh:
Kelompok II

1. I Wayan Gede Galang Kusuma Artha (1907531269)


2. Ni Kadek Irma Pradnya Dewi (1907531270)
3. Cok Istri Agung Nitya Brahmani Putri (1907531277)
4. Elsa Donita Aritonang (1907531279)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021

1
PEMBAHASAN

9.1 Definisi dan Bentuk Instrumen Penelitian


9.1.1 Definisi Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2017), instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-instrumen
yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia
dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam
misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka
instrumennya adalah thermometer. Adapun instrumen-instrumen dalam penelitian
sosial umumnya juga sudah tersedia, misalnya instrumen untuk mengukur motif
berprestasi, mengukur sikap, mengukur bakat, dan lain-lain.
Walaupun instrumen-instrumen itu sudah ada, hal tersebut tetap sulit
dicari. Selain itu, instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji
validitas dan reliabilitasnya, bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu
tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena
gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Misalnya
saja instrumen untuk mengukur sikap kepemimpinan yang digunakan valid untuk
kondisi Amerika, namun instrumen tersebut mungkin tidak valid untuk di
Indonesia. Dengan demikian, peneliti-peneliti dalam bidang sosial sering
menyusun dan menguji sendiri validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang
digunakan.
9.1.2 Bentuk-bentuk Instrumen Penelitian
Bentuk-bentuk instrumen penelitian dapat dibagi menjadi 2, yakni instrumen
untuk penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Berikut ini meruapakan
penjabarannya.
1. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instrumen juga harus "divalidasi" seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap

2
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan
dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. 
2. Instrumen Penelitian untuk Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data
berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya,
belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila
instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman
wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Berikut ini merupakan
penjabarannya.
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. 
Menurut Nasution (2003), jenis-jenis kuisioner (angket) dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:

3
1. Angket Tertutup
Angket tertutup terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan
sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden akan
mengecek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.
2. Angket Terbuka
Angket ini memberi kesempatan penuh untuk member jawaban
menurut apa yang dirasa perlu oleh responden. Peneliti hanya
member sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian
dan meminta responden menguraikan pendapat atau pendiriannya
dengan panjang lebar bila diinginkan.
Menurut Sanjaya (2015, hlm. 259) berikut adalah beberapa langkah yang
dapat dilalui untuk menyusun angket.
1. Buatlah kata pengantar terlebih dahulu secara singkat sebelum
pertanyaan atau pernyataan angket disusun.
2. Berikan petunjuk cara pengisian angket dengan jelas namun ringkas,
sehingga angket tidak akan membingungkan responden.
3. Hindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan salah tafsir dari
responden, gunakan bahasa sederhana namun tetap sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
4. Rumuskan pertanyaan atau pernyataan dalam kalimat singkat, jelas,
dan sederhana.
5. Sebaiknya setiap pertanyaan hanya mengandung satu persoalan yang
ditanyakan dan tidak memiliki pertanyaan yang bercabang.
6. Apabila terdapat kata-kata yang memerlukan penekanan, maka
sebaiknya diberi tanda, seperti dengan cara menebalkan huruf pada
kata atau kalimat yang ingin ditekankan.
7. Setiap butir pertanyaan atau pernyataan tidak boleh menggiring pada
jawaban yang diinginkan peneliti.
8. Angket harus dibuat sebaik dan semenarik mungkin; ditata dengan
raih, huruf dicetak jelas sehingga tampak menarik dan artistik
sehingga responden merasa senang dan tertarik untuk mengisinya.
2. Wawancara

4
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap
muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2017), mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2017) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang
digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi
terstruktur dan tidak terstruktur.
 

5
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua
dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto
yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk
dirinya sendiri, sering subyektif.
5. Tes
Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya untuk
mengukur kemampuan subjek penelitian dalam penguasaan materi
tertentu maka akan digunakan tes tertulis (berupa soal) tentang materi
pelajaran tersebut. Tes memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi
agar dapat menjadi instrumen yang mampu menghasilkan data yang
diinginkan dalam penelitian.
9.2 Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2017), titik tolak dari penyusunan instrumen
penelitian adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari
variabel-variabel tersebut, diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya
ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan
menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan
instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-
kisi instrumen”.
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang
diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang

6
diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun
instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya
dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal),
membaca hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada
orang yang dipandang ahli.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun sebuah
instrumen penelitian menurut (Margono dalam Arifin, 2014) diantaranya.
1. Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi sub
penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan
menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
atau sub variabel dan indikator-indikatornya.
3. Peneliti menyusun kisi-kisi atau layout  instrumen. Kisi-kisi ini berisi
lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan,waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti, misalnya kalau diukur
prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek
dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.
4. Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan
jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat
dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat
peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya,
prakiraan jawaban yang betul atau diinginkan harus dibuat peneliti.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. 
9.3 Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan Instrumen Penelitian
Dalam proses pengembangan instrumen ini akan digunakan judul
penelitian sebagai berikut “Faktor-faktor yang Memengaruhi Mahasiswa
Akuntansi di Kota X dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik”. Dari judul
penelitian ini, akan diurutkan langkah per langkah untuk pengembangan

7
instrumen penelitian hingga nantinya menjadi bentuk kuesioner secara
keseluruhan.

1. Analisis Variabel Penelitian


 Judul penelitian “Faktor-faktor yang Memengaruhi Mahasiswa Akuntansi
di Kota X dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik”. Dari judul ini
terdiri diklasifikasi dua jenis variabel yang ada yaitu
1) Variabel dependen (Y) yakni minat profesi sebagai akuntan publik.
2) Variabel independen (X) yakni faktor-faktor yang memengaruhi minat
mahasiswa akuntansi untuk menjadi akuntan publik. Dari variabel
indepeden ini dipecah menjadi sub variabel, yang meliputi:
a. Penghargaan finansial (X1)
b. Pelatihan professional (X2)
c. Nilai-nilai sosial (X3)
d. Pengakuan profesional (X4)
e. Lingkungan kerja (X5)
f. Pertimbangan pasar kerja (X6)
Selanjutnya ialah penentuan indikator penelitian baik untuk variabel
dependen maupun untuk variabel independen. Indikator dari variabel
independen ditentukan dengan merujuk pada teori dari referensi yang telah
dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan dari penelitian ini. Sedangkan untuk
indikator variabel dependen akan berfokus pada minat memilih atau tidak
memilih profesi akuntan publik. Secara keseluruhan indikator bisa dilihat pada
Tabel 2.1
 Operasional variabel adalah hal selanjutnya yang dilakukan untuk
memberikan definisi pada setiap variabel dengan cara memberikan arti
atau menspesifikasikan kegiatan atau juga memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel yang tertulis pada bagian awal.
Tabel 2.1 adalah tampilan tabel definisi operasional variabel untuk judul
penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi di
Kota X dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik”.
2. Jenis Instrumen Penelitian

8
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang dipergunakan untuk
mengukur variabel, sub variabel serta indikator-indikator yang ada. Menurut
Sugiyono (2017), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pemilihan kuisioner (angket)
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji kembali faktor-faktor yang
mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir sebagai akuntan
publik. Penelitian ini meneruskan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial,
pengakuan profesional, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar kerja
terhadap minat mahasiswa akuntansi di Kota X dalam pemilihan karir dengan
berfokus pada pilihan karir sebagai akuntan publik.
Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis menggunakan jenis instrumen
kuisioner (angket) karena sudah mengetahui variabel yang akan diujikan.
Selain itu, kuesioner (angket) juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Hal ini pula yang menjadi
alasan pemilihan kuisioner, dikarenakan peneliti melakukan penelitian pada
150 orang, yakni mahasiswa jurusan Akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota X yang program studi
akuntansinya memiliki akreditasi A.
Adapun jenis kuisioner (angket) yang digunakan yaitu angket tertutup.
Menurut Nasution (2003), angket tertutup terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden
kemudian akan mengecek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.
Jenis angket tertutup digunakan pada penelitian ini karena peneliti sudah
memiliki batasan terkait variabel-variabel yang akan diuji dan tidak
mengharapkan jawaban bebas dari responden yang tidak sesuai dengan tujuan
penelitian ini.
3. Kisi-kisi atau Layout Instrumen

9
Bentuk dari kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 2.2
4. Item Pertanyaan dalam Kuesioner
Tampilan keseluruhan dari pertanyaan yang telah disusun dalam bentuk
kuesioner terlihat pada pembahasan 2.4.

10
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Definisi Indikator Referensi

Faktor-faktor yang Penghargaan Hasil yang diperoleh 1) 1) Gaji awal yang Stolle, 1976
memengaruhi Finansial (X1) sebagai kontraprestasi. tinggi
minat mahasiswa 2) Manfaat pension
akuntansi untuk yang lebih baik
menjadi akuntan 3) Potensi kenaikan
publik penghargaan
finansial
Pelatihan Hal-hal yang berhubungan 1) Variasi pelatihan Stolle, 1976
Profesional (X2) dengan peningkatan kerja
keahlian. 2) Pelatihan dari
profesional
3) Pelatihan formal
4) Pengalaman kerja
Nilai-nilai Sosial Faktor yang menampakkan 1) Pemberian jasa Stolle, 1976
(X3) kemampuan seseorang di kepada masyarakat
masyarakat atau nilai 2) Interaksi dengan

11
seseorang yang dapat orang lain
dilihat dari sudut pandang 3) Personal job
orang lain di satisfaction
lingkungannya. 4) Gengsi pekerjaan
(prestige)
Pengakuan Hal-hal yang berhubungan 1) Kesempatan untuk Stolle, 1976
Profesional (X4) dengan pengakuan berkembang
terhadap prestasi. 2) Pengakuan prestasi
3) Keahlian politik
dalam pekerjaan
4) Keperluan berbagai
keahlian untuk
mencapai sukses
Lingkungan Sesuatu yang berkaitan 1) Lingkungan yang Stolle, 1976
Kerja (X5) dengan sifat pekerjaan, menyenangkan
kondisi persaingan dan 2) Kantor yang
karaktek dari suatu menarik
pekerjaan. 3) Jam kerja yang
fleksibel

12
4) Suasana kompetisi
5) Toleransi dalam
berpenampilan
6) Target kerja yang
jelas
Pertimbangan Faktor yang meliputi 1) Jaminan keamanan Kusumawardhani,
Pasar Kerja (X6) keamanan dan kemudahan kerja 2013
mengakses lowongan 2) Pekerjaan yang
suatu pekerjaan. dibutuhkan
3) Kemudahan
informasi lapangan
pekerjaan

13
Tabel 2.2 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Penelitian

Sub Skala Indikator Butir Penyataan Respons


Variabel
Penghargaan Likert 2) 1) Gaji awal yang tinggi 1) Profesi akuntan publik 1 = Tidak Setuju (TS)
Finansial 2) Manfaat pension yang mampu memberikan gaji 2 = Kurang Setuju (KS)
(X1) lebih baik awal yang besar 3 = Ragu-ragu (R)
3) Potensi kenaikan 2) Profesi akuntan publik 4 = Setuju (S)
penghargaan finansial mampu memberi manfaat 5 = Sangat Setuju (SS)
pensiun yang lebih baik
3) Profesi akuntan publik
berpotensi memberikan
kenaikan gaji
Pelatihan Likert 1) Variasi pelatihan kerja 1) Akuntan publik mendapat 1 = Tidak Setuju (TS)
Profesional 2) Pelatihan dari pelatihan kerja yang 2 = Kurang Setuju (KS)
(X2) profesional bervariasi dari berbagai 3 = Ragu-ragu (R)
3) Pelatihan formal bidang 4 = Setuju (S)
4) Pengalaman kerja 2) Akuntan publik mendapat 5 = Sangat Setuju (SS)
pelatihan dari profesional

14
dengan lebih cepat
3) Akuntan publik memperoleh
pelatihan formal yang lebih
baik
4) Akuntan publik memperoleh
pengalaman kerja yang
bervariasi
Nilai-nilai Likert 1) Pemberian jasa kepada 1) Profesi akuntan publik 1 = Tidak Setuju (TS)
Sosial (X3) masyarakat memiliki banyak kesempatan 2 = Kurang Setuju (KS)
2) Interaksi dengan untuk beberapa jenis jasa di 3 = Ragu-ragu (R)
orang lain masyarakat 4 = Setuju (S)
3) Personal job 2) Profesi akuntan publik lebih 5 = Sangat Setuju (SS)
satisfaction memberikan kesempatan
4) Gengsi pekerjaan untuk berinteraksi dengan
(prestige) orang lain
3) Profesi akuntan publik
memberikan kepuasan kerja
terhadap diri sendiri
(personal job satisfaction)

15
4) Ada gengsi pekerjaan di mata
orang lain (prestige)
Pengakuan Likert 1) Kesempatan untuk 1) Profesi akuntan publik 1 = Tidak Setuju (TS)
Profesional berkembang memberikan kesempatan 2 = Kurang Setuju (KS)
(X4) 2) Pengakuan prestasi untuk berkembang 3 = Ragu-ragu (R)
3) Keahlian politik 2) Profesi akuntan publik 4 = Setuju (S)
dalam pekerjaan memberikan pengakuan 5 = Sangat Setuju (SS)
4) Keperluan berbagai terhadap prestasi/ hasil kerja
keahlian untuk 3) Profesi akuntan publik
mencapai sukses menuntut keahlian politik
untuk berkembang dalam
pekerjaan
4) Profesi akuntan publik
memerlukan berbagai
keahlian untuk mencapai
sukses
Lingkungan Likert 1) Lingkungan yang 1) Profesi akuntan publik 1 = Tidak Setuju (TS)
Kerja (X5) menyenangkan memiliki lingkungan kerja 2 = Kurang Setuju (KS)
2) Kantor yang menarik yang menyenangkan 3 = Ragu-ragu (R)

16
3) Jam kerja yang 2) Akuntan publik bekerja di 4 = Setuju (S)
fleksibel kantor yang menarik 5 = Sangat Setuju (SS)
4) Suasana kompetisi 3) Profesi akuntan publik
5) Toleransi dalam memiliki jam kerja yang
berpenampilan fleksibel
6) Target kerja yang jelas 4) Profesi akuntansi publik
memiliki suasana kompetisi
yang baik antarsesama
5) Profesi akuntan publik
memiliki toleransi dalam cara
berpenampilan
6) Profesi akuntan publik
memiliki targer pekerjaan
yang jelas
Pertimbangan Likert 1) Jaminan keamanan 1) Profesi akuntan publik 1 = Tidak Setuju (TS)
Pasar Kerja kerja memberikan jaminan 2 = Kurang Setuju (KS)
(X6) 2) Pekerjaan yang keamanan kerja (tidak mudah 3 = Ragu-ragu (R)
dibutuhkan PHK) 4 = Setuju (S)
3) Kemudahan informasi 2) Akuntan publik banyak 5 = Sangat Setuju (SS)

17
lapangan pekerjaan diperlukan dalam dunia kerja
3) Informasi lapangan pekerjaan
mudah diperoleh

18
9.4 Kuesioner Penelitian
 Bagian 1 – Kata Pengantar

Dengan hormat,

Peneliti adalah mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Universitas S yang saat ini sedang melakukan
penelitian untuk bahan penyusunan skripsi. Penelitian ini berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi di Kota X dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan
Publik”.

Untuk itu peneliti memohon kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner yang
terlampir. Informasi yang saudara/i berikan akan sangat membantu suksesnya penelitian ini.
Atas kerja samanya, peneliti mengucapkan terima kasih.

Bagian A
Bagian ini menyatakan tentang identitas responden
Nama :

Jenis Kelamin * : (1) Pria (2) Wanita

Perguruan Tinggi/ Semester :

*coret bagian tidak perlu

Bagian B
Untuk pernyataan berikut ini, mohon Andai beri tanda silang pada salah satu pilihan sesuai
dengan pendapat Anda.
Keterangan:

1 = Tidak Setuju (TS)


2 = Kurang Setuju (KS)
3 = Ragu-ragu (R)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)

19
 Bagian 2 – Tampilan Kuesioner

Apakah Anda berminat menjadi Akuntan Publik? Ya Tidak

1. Penghargaan Finansial (X1)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


Profesi akuntan publik mampu
1
memberikan gaji awal yang besar
Profesi akuntan publik mampu
2 memberi manfaat pensiun yang
lebih baik
Profesi akuntan publik berpotensi
3
memberikan kenaikan gaji

2. Pelatihan Profesional (X2)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


Akuntan publik mendapat
1 pelatihan kerja yang bervariasi
dari berbagai bidang
Akuntan publik mendapat
2 pelatihan dari profesional dengan
lebih cepat
Akuntan publik memperoleh
3
pelatihan formal yang lebih baik
Akuntan publik memperoleh
4
pengalaman kerja yang bervariasi

3. Nilai-nilai Sosial (X3)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


1 Profesi akuntan publik memiliki
banyak kesempatan untuk

20
beberapa jenis jasa di masyarakat
Profesi akuntan publik lebih
2 memberikan kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang lain
Profesi akuntan publik
memberikan kepuasan kerja
3
terhadap diri sendiri (personal
job satisfaction)
Ada gengsi pekerjaan di mata
4
orang lain (prestige)

4. Pengakuan Profesional (X4)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


Profesi akuntan publik
1 memberikan kesempatan untuk
berkembang
Profesi akuntan publik
2 memberikan pengakuan terhadap
prestasi/ hasil kerja
Profesi akuntan publik menuntut
3 keahlian politik untuk
berkembang dalam pekerjaan
Profesi akuntan publik
4 memerlukan berbagai keahlian
untuk mencapai sukses

5. Lingkungan Kerja (X5)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


Profesi akuntan publik memiliki
1 lingkungan kerja yang
menyenangkan

21
Akuntan publik bekerja di kantor
2
yang menarik
Profesi akuntan publik memiliki
3
jam kerja yang fleksibel
Profesi akuntansi publik
4 memiliki suasana kompetisi yang
baik antarsesama
Profesi akuntan publik memiliki
5 toleransi dalam cara
berpenampilan
Profesi akuntan publik memiliki
6
targer pekerjaan yang jelas

6. Pertimbangan Pasar Kerja (X6)

No Menurut pengetahuan saya TS KS N S SS


Profesi akuntan publik
1 memberikan jaminan keamanan
kerja (tidak mudah PHK)
Akuntan publik banyak
2
diperlukan dalam dunia kerja
Informasi lapangan pekerjaan
3
mudah diperoleh

9.5 Penyusunan Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang akan dipakai untuk mengumpulkan data dibuat
berdasarkan metode penelitian yang sudah dipilih. Untuk penelitian yang
menggnnakan metode pengamatan, baik yang manunggal maupun- yang
nonmanunggal, biasanya peneliti hanya membuat lembar pengamatan
yang, seperti yang disebutkan di dalam bab terdahulu, perlu disusun
sedemikian rupa sehingga pencatatan dapat dilakukan dengan mudah,
cepat, dan tidak mencolok.
Untuk penelitian dengan metode wawancara, instrumen penelitian
terdiri atas senarai pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber
atau responden wawancara. Jika wawancaranya adalah wawancara ber-

22
struktur, senarai pertanyaan adalah tetap dan semua diajukan kepada
masing-masing dari yang diwawancarai. Jika wawancaranya bersifat
semi- struktur (semi-snuctured), perlu disusun sejumlah pertanyaan tetap
tanpa menutup kemungkinan membuat improvisasi untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lain yang timbul dari situasi wawancara yang ada.
Di dalam hal ini instrumen penelitiannya adalah senarai pertanyaan pokok
yang sudah disusun oleh peneliti.
Jika wawancaranya tidak berstruktur, praktis tidak ada daftar per-
tanyaan yang disusun terlebih dahulu sebelum peneliti turun ke lapangan.
Mungkin dia perlu menyimpan pertanyaan-pertanyaan di dalam ingatan-
nya. Yang penting keseluruhan proses wawancara tergantung kepada
kepandaian peneliti dalam berimprovisasi, yaitu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang relevan dengan data yang sedang dikumpulkan. Hal ini
tidak mudab dilakukan kalau metode atau tekniknya adalah wawancara
mendalam, yang pertanyaan-pertanyaannya disusun dari yang umum ke
yang khusus atau rinci sehingga keseluruhan pertanyaan adalah seperti
piramida terbalik.
Kalau metode yang dipilih adalah metode-survei deskriptif ada hal-
hal penting yang perlu diperbatikan oleh peneliti di dalam menyusun
instrumen penelitiannya. Pertama, yang lazim dipakai di dalam penelitianyang
menggunakan metode Survei adalah kuesioner, yang adalah senarai
pertanyaan yang diajukan kepada sejumlah besar responden di dalam
rangka mengumpulkan data penelitian. Kuesioner hampir selalu tertulis,
hanya saja responden dapat .diminta menjawab secara tertulis atau secara
lisan. Metode kuesioner yang meminta respondennya menjawab secara
lisan pada dasarnya adalah metode wawancara berstruktur, dan karena itu
responden diberi pertanyaan satu demi satu. Data yang dilrumpulkan pun
dapat berupa data kualitatif atau data kuantitatif. Jenis yang pertama
dijaring dengan pertanyaan 'terbuka, dan jenis data yang kedua dijaring
dengan pertanyaan tertutup, yaitu dengan meminta responden "secara
paksa" memilih (misalnya dengan membubuhkan tanda centang) jawaban
yang sesuai dengan dirinya.
Kedua, bahasa yang ,dipakai di dalam pertanyaan atau petunjuk
haruslah yang sederhana, mudah difahami, dan tidak taksa. Kalau tidak,

23
responden dapat menafsirkannya secara salah dan datanya pun menjadi
tidak sahih. Karena itu, kuesioner harus diuji-cobakan dahulu sebelum
benar-benar digunakan untuk menjaring data. Revisi perlu dilakukan
untuk menjamin kesahihan-dan keandalan-data.
Ketiga, pertanyaan-pertanyaan haruslah benar-benar relevan dengan
informasi yang akan dijaring. Demikian pula, kategori variabel harus
jelas. Misalnya, jika variabel kelompok umur dipakai, intervalnya harus
taat asas, misalnya 11-20, 21-30, 31-40, 41-50, dan seterusnya. Jika
kategori .kelompok umur adalah generasi, beri definisi operasional apa
yang dimaksud dengan satu .generasi itu. Di dalam demografi, satu
generasi ditentukan sebagai .Jrurun waktu sejak -.seseorang dilahirkan
sampai ia mempunyai anak pertama, lalu dihitung rata-ratanya untuk
masyarakat yang diteliti. Biasanya, .satu generasi dihitung 25 s.d. 30
tahun.

9.6 Penggunaan Bahasa Secara Baik dan Benar


lstilah pemakaian bahasa dapat diartikan secara sempit dan juga secara luas.
Secara sempit ia mengacu ke satu dimensi yang dipakai oleh Halliday (1978)
untuk membedakan ragam-ragam atau varitas-varitas bahasa. Menurut pakar ini,
bahasa dapat dibedakan menjadi 2 :
1) Menurut pemakaiannya.
2) Menurut pemakainya, yakni siapa yang menggunakan bahasa itu.
Di dalam hal pemakaiannya, ragam-ragam bahasa dibedakan menurut tiga
subdimensi, yaitu :
1) Bidang (field), yakni tentang apa bahasa itu dipakai.
2) Cara (mode), yakni medium apa yang dipakai dalam penggunaan Bahasa
tersebut, entah itu berupa tulisan ataukah lisan.
3) Tenor, yakni yang mengacu ke hubungan peran para partisipan yang
terlibat. Karena hubungan peran ini menentukan derajat keresmian bahasa
yang dipakai oleh partisipan-partisipan itu, tenor dapat dilihat sebagai
penentu tingkat keresmian situasi, dan karena itu ia mengacu ke derajat
keresmian bahasa yang dipakai di dalam situasi yang ada. Di dalam hal ini,
tenor dilihat sebagai mengacu ke ragam-ragam bahasa menurut derajat
keresmiannya. Di dalam bahasa lnggris dikenal lima ragam gaya
keresmian, yaitu beku (frozen), resmi (formal), konsultatif (consultative),
santai (casual), dan akrab (intimate). Perpaduan atau sinergi ketiga

24
subdimensi menurut Halliday di atas, yaitu bidang, cara dan tenor,
membentuk yang disebut laras bahasa (register), yakni ragam atau varitas
bahasa yang dibeda-bedakan menurut bidang wacana (yakni menurut
pokok pembicaraannya), menurut mediumnya (tulis atau lisan), dan
menurut tenornya (yakni ragam gaya resmi atau santai, dsb.). Pembedaan
satu laras bahasa dari laras bahasa yang lain ditandai oleh perbedaan
penggunaan kosakata, struktur kalimat dan pelafalan (jika mediumnya
lisan).
Secara luas, istilah pemakaian bahasa mencakup penggunaan bahasa menurut
dimensi situasi seperti yang telah dijelaskan di atas dan juga menurut siapa yang
menggunakan bahasa itu. Pengguna bahasa ini mempunyai lingkup yang luas,
tergantung kepada siapa yang dimaksud dan siapa yang menggunakannya.
9.6.1 Pemakaian Bahasa dalam Penelitian
Salah satu syarat dalam penulisan karya tulis pada umumnya, dan terlebih
pada laporan hasil penelitian ilmiah ialah kecermatan pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa yang tidak cermat dapat menyebabkan terganggunya
penyampaian pesan. Bukan hanya pesannya tidak sampai, melainkan juga dapat
menimbulkan tafsiran ganda atau ambiguitas.
Bahasa dalam karya tulis ilmiah harus baik, lugas, padat, dan jelas. Bahasa
yang baik dalam karya ilmiah ialah bahasa yang baku, baik dari segi kaidahnya,
maupun dari segi istilah yang digunakan tidak berbelit-belit. Dengan kata lain,
uraiannya langsung ke persoalan dan tidak menimbulkan tafsiran yang kabur atau
ganda. Padat berarti efisien dalam pemakaian kata dan struktur. Terlalu banyak
menggunakan kalimat kompleks untuk menjelaskan persoalan, malah dapat
mengaburkan persoalan itu sendiri meskipun diakui bahwa dalam pengungkapan
masalah-masalah yang abstrak, pemakaian kalimat kompleks tidak dapat
dihindari. Namun demikian, efisiensi pemakaian bahasa ini tidak harus
mengorbankan kelengkapan cakupan makna.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muhamad dan Khoirudin Asfani. 2014. Instrumen Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, dan Pengembangan. Dapat diakses pada (PDF) INSTRUMEN
PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF, DAN
PENGEMBANGAN.pdf | Muhamad Arifin - Academia.edu

Aulia, Ulva. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi di


Kota Surabaya dalam Pemilihan Karir sebagai Akuntan Publik. Dapat
diakses pada http://repository.unair.ac.id/53989/13/KKB%20KK-2%20A
%20352_16%20Aul%20f-min.pdf

Nadlari, M. Tontowi Jauhari. 2015. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai


Faktor-Faktor yang Membedakan Pemilihan Karir (Studi Survei pada
Mahasiswa Program Studi Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
di kota Singaraja, yaitu di Universitas Pendidikan Ganesha dan STIE
Satya Darma Singaraja). Dapat diakses pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/4806/3633

Nasution, Saddat. (2003). Metode Research – Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sanjaya, Wina. (2015). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

26

Anda mungkin juga menyukai