Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu pro-
ses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan
untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan
intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka peluang bagi
penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk
menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subjek tertentu,
dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah
Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori
yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan melalui
sebuah alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah metodologi penelitian
yang biasanya berisi tentang cara-cara menggunakan beberapa metode pendekatan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya
aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13)
aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas
penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfacto,
penelitian eksperimen, penelitian korelational. Sedangkan aspek kajian sesuai
bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan
penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16). Dan pada prinsipnya metode
penelitian itu digolongkan menjadi dua, yaitu metode non ilmiah dan metode
ilmiah. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain seperti pengalaman,
otoritas, penalaran induktif dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak
diragukan, paling efisien dan paling terpercaya.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian penelitian dengan metode survei dan korelasional?
2. Bagaimana ciri-ciri penelitian dengan metode survei dan korelasional?
3. Apa saja langkah pokok penelitian dengan metode survei dan korelasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan tentang penelitian metode survei dan korelasional serta
contoh penerapannya.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri penelitian dengan metode survei dan korelasional.
3. Menyebutkan langkah-langkah dalam penelitian survei dan korelasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Survei
1. Pengertian Penelitian Survei
Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif,
Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk
mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau
kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih
merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa
wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka. Survei (survei) atau
lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan data
primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
individu.
Metode survei digunakan sebagai teknik penelitian yang melalui
pengamatan langsung terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi
melalui pedoman wawancara, kuisioner, kuisioner terkirim (mailed
questionnaire) atau survei melalui telepon (telephone survey). Dimensi
survei unit analisis data adalah, survei tidak hanya terbatas pada daftar
pertanyaan saja, namun juga riset kepada orang-orang. Penganalisisan
mungkin menggunakan informasi dari negara-negara, tahun, peristiwa,
organisasi, dan lain sebagainya. Jika suatu analisis tersebut tidak digunakan
kepada orang lain maka dapat dimanfaatkan untuk ke depannya.
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Menurut Daniel dalam
Balipaper (2010), survei merupakan pengamatan atau penyelidikan yang
kritis untuk mendapatkan keterangan yang baik terhadap suatu persoalan

3
tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu atau suatu studi ekstensif yang
dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan.
Penelitian survei adalah jenis penelitian yang mengumpulkan informasi
tentang karakteristik, tindakan, pendapat dari sekelompok responden yang
representative yang dianggap sebagai populasi.
Dikatakan oleh Van Dalen bahwa studi survei merupakan bagian dari
studi diskriptif dan meliputi:
1. School survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses
belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan murid, dan
hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar.
2. Job analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
mengenai tugas-tugas umum dan tanggung jawab para karyawan,
aktifitas khusus yang dibutuhkan keterlibatan, serta fungsi anggota
organisasi, kondisi kerjanya, dan fasilitas.
3. Analisis dokumen. Istilah lain adalah analisis isi (content analysis),
analisis atau analisis keputusan-keputusan. Analisis dokumen juga
dapat dilakukan untuk menganalisis isi buku dengan menghitung
istilah, konsep, diagram, tabel, gambar dan sebagainya untuk
mengetahui klarifikasi buku-buku tersebut.
4. Public opinion surveys. Survei ini bertujuan untuk mengetahui
pendapat umum tentang sesuatu hal, misalnya tentang rehabilitasi
suatu bangunan bersejarah, tentang jalan satu jurusan, pemasangan
lampu lalu lintas, dan sebagainya.
5. Community surveys. Survei ini juga disebut social surveys
atau filed surveys karena dalam survei ini peneliti bertujuan
mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan
mendalam.
Contoh Pendekataan Survei BP3K departemen P dan K mengadakan
survei tentang kualitas pendidikan anak kelas 6 SD tahun di seluruh
Indonesia tahun 1976. Survei tersebut bermaksud untuk mengetahui

4
seberapa tinggi kualitas pendidikan yang tercermin dari daya serap beberapa
bidang studi yang diajarkan di SD. Di dalam survei tersebut dikumpulkan
pula data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat belajar belajar
siswa.
Survei di bidang pendidikan, berkenaan dengan berapa banyak siswa
yang mendaftar dan diterima di sekolah, berapa jumlah siswa rata-rata dalam
satu kelas. Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif ini diperlukan sebagai dasar
perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Karena itu
survei pendidikan lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah-
masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijakan pendidikan,
bukan untuk pengembangan ilmu pendidikan dan bukan untuk menguji suatu
hipotesis.
2. Jenis-jenis Penelitian Survei
Dalam konteks pendidikan dan tingkah laku, penelitian survei
minimal dapat dikelompokkan menjadi lima macam (Sukardi, 2007), yaitu :
a. Survei Catatan
Jenis survei ini sering disebut survey of records, karena dalam
kegiatan penelitian ini banyak menggunakan sumber-sumber yang
berupa catatan atau informasi non reaksi.
b. Survei Menggunakan Angket
Jenis kedua adalah metode survei dengan menggunakan angket
atau kuisioner. Survei dengan angket biasanya didistribusikan ke
responden melalui jasa pos.
c. Survei Melalui Telepon
Pada penelitian ini, peneliti dengan menggunakan buku petunjuk
telepon (buku kuning) menghubungi responden, kemudian mengatakan
kepada mereka maksud dan tujuannya memperoleh informasi yang
diinginkan berupa jawaban dari mereka.
d. Survei Menggunakan Wawancara Kelompok
Teknik ini mirip dengan wawancara perorangan. Peneliti dalam
menggali informasi dalam grup, memungkinkan terjadinya interaksi di

5
antara anggota kelompok dan dengan peneliti, sehingga menghasilkan
suatu gambaran yang lebih baik tentang keadaan subjek atau objek yang
diteliti.
e. Survei Menggunakan Wawancara Individu
Penelitian survei jenis yang kelima ini merupakan survei dengan
menggunakan pendekatan konvesional, yaitu wawancara perorangan.
Pada penelitian dengan wawancara individual ini lebih berhasil apabila
peneliti merasa tertantang atau challenging untuk melakukan eksplorasi
permasalahan dengan informasi terbatas.
3. Alat-alat dalam Penelitian Survei
a. Questioner merupakan pertanyaan tertulis. Dalam menggunakan
quesioner, maka peneliti akan banyak mendapatkan data secara faktual.
b. Skala (Likert-type scale). Dalam menggunakan skala, maka jawaban-
jawaban dari subjek akan lebih bersifat konseptual sesuai dengan
selfconcept masing-masing individu, adanya peran interpretasi dalam
menjawab pertanyaan.
c. Dalam menggunakan tes, maka pertanyaan yang diajukan sudah
memiliki standarisasi dan norma yang berlaku terhadap jenis tes yang
digunakan sebagai alat tes.
4. Langkah-langkah (Procedure) Penelitian dengan Metode Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni:
a. Menentukan masalah penelitian
Setiap penelitian diawali dari adanya masalah. Masalah
Penelitian adalah konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah
fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua
masalah dapat dikatakan sebagai masalah penelitian. Lalu apakah
perbedaan antara Masalah dengan Masalah Penelitian?
Masalah adalah gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan masalah penelitian adalah
konseptualisasi terhadap masalah sosial. Ada peranan teori
dalam Masalah Penelitian.

6
Apakah setiap masalah sosial dapat dijadikan masalah
penelitian? Jawabannya, tidak selalu. Tapi, satu masalah sosial dapat
menjadi lebih dari satu masalah penelitian. Lantas bagaimana mengubah
masalah sosial menjadi masalah penelitian?
1) Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori).
2) Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai.
3) Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan.
4) Rumuskan dalam kalimat tanya.
Contoh Masalah Penelitian :
1) Pertanyaan Profil Sosiodemografis Audiens:
Dalam survei sosiodemografis, variabel yang akan
diketahui misalnya usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan agama.
Bagaimana karakteristik sosiodemografis pendengar RRI?
2) Pertanyaan profil Psikografis Audiens:
Dalam survei psikografis, variabel yang akan diketahui
adalah gaya hidup, perilaku sosial, kepribadian, aktivitas,
ketertarikan, dan sebagainya.
Bagaimana karakteristik psikografis pendengar RRI?
3) Pertanyaan Asosiatif (Hubungan Keterkaitan)
Masalah penelitian survei yang menggunakan hubungan
keterkaitan disebut sebagai pertanyaan asosiatif.
Bagaimana hubungan antara siaran berita RRI dengan tingkat
partisipasi dalam pilkada?
4) Pertanyaan Komparatif (Perbandingan)
Masalah penelitian survei yang ingin mengetahui
perbandingan disebut pertanyaan komparatif.
Bagaimana perbedaan tingkat kepuasan pendengar RRI di
Jakarta dibandingkan/dengan pendengar RRI di Surabaya?
Dalam praktiknya, variabel pertanyaan penelitian bisa
berjumlah banyak. Variabel seperti ini disebut Multivariat. Berikut

7
adalah contoh rumusan masalah penelitian dengan lebih dari dua
variabel (digarisbawahi):
1) Adakah pengaruh gaya hidup terhadap pemilihan dan kepuasan
mendengarkan radio?
2) Sejauh Mana Pengaruh Reputasi Radio dan Citra
Brand terhadap Keputusan Mendengarkan Radio?
Dalam menyusun penelitian survei, ada kalanya peneliti
membuat dugaan sementara atas jawaban pertanyaan penelitiannya.
Proses ini disebut membuat hipotesis. Hipotesis artinya dugaan,
asumsi, atau pernyataan sementara. Hipotesis adalah kesimpulan
sementara yang harus diuji kebenarannya. Tidak semua penelitian
survei harus ada hipotesisnya, penelitian survei yang sifatnya
deskriptif (mengetahui gejala-gejala atau karakteristik data) umumnya
tidak menggunakan hipotesis. Berbeda dengan penelitian survei
eksplanatif (menjelaskan hubungan anatar gejala), umumnya
menggunakan hipotesis untuk selanjutnya diuji kebenarnnya. Dalam
kaitan ini, survei eksplanatif dapat diidentifikasi dengan adanya
pertanyaan asosiatif (hubungan keterkaitan) dan atau pertanyaan
komparatif (perbandingan).
Berikut ini contoh hipotesis berdasarkan jenis pertanyaan
penelitian.
1) Asosiatif (hubungan keterkaitan).
Ada/tidak ada hubungan positif antara siaran berita
RRI dengan tingkat partisipasi dalam pilkada
2) Komparatif (Perbandingan)
Ada/tidak ada perbedaan tingkat kepuasan pendengar RRI di
Jakarta dengan pendengar RRI di Surabaya
b. Membuat desain survei
Tahap kedua dalam penelitian survei adalah membuat desain
penelitian. Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah
fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-

8
variabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara
sistematis, maka desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai
berikut: Teori, Konsep, Variabel, Dimensi, Indikator, Skala/Pengukuran
Pertanyaan
Tahapan pembuatan desain penelitian yang meliputi Teori,
Konsep, Variabel, Dimensi, Indikator, Skala/Pengukuran, dan item-
item Pertanyaan selanjutnya harus disederhanakan dalam bentuk isian
matriks operasionalisasi survei seperti berikut :
Variabel Dimensi Indikator Skala

Contoh penerapan matriks operasionalisasi survei:


Judul Penelitian:
Pengaruh Reputasi Perusahaan dan Citra Merk terhadap
Keputusan Pembelian
Rumusan Masalah:
1. Apakah ada pengaruh antara reputasi perusahaan terhadap
keputusan pembelian?
2. Apakah ada pengaruh antara citra merek terhadap keputusan
pembelian?
3. Apakah ada pengaruh antara reputasi perusahaan dan citra
merek terhadap keputusan pembelian?
Teori yang digunakan:
1. Public Relations
2. Perilaku Konsumen
Variabel
Reputasi Perusahaan, Citra Merk, Keputusan Pembelian
Selanjutnya untuk dimensi, indikator dan skala dapat dilihat pada
matriks operasionalisasi survei berikut ini :

9
Variabel Dimensi Indikator Skala

Reputasi Kepercayaan Seberapa besar


Perusahaan terhadap kepercayaan
perusahaan responden terhadap
perusahaan Unilever
Tanggung jawab
perusahaan Bagaimana penilaian
responden terhadap
Persepsi terhadap tanggung jawab
perusahaan perusahaan

Pengetahuan akan Bagaimana Ordinal


perusahaan responden
memandang,
memahami dan
menerima
perusahaan Unilever

Seberapa besar
pengetahuan
responden akan
perusahaan Unilever

c. Mengembangkan Instrumen Survei


Tahap ketiga dari penelitian survei adalah mengembangkan
isntrumen penelitian dari matriks menjadi daftar pertanyaan.
Dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai
alternatif cara pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik
pengumpulan data dalam survei.
1) Kuesioner langsung
2) Kuesioner via pos
3) Wawancara tatap muka
4) Wawancara via telepon
5) Pengisian kuesioner via komputer
6) Wawancara online (chatting, dsb)
7) Polling

10
Dari sekian banyak teknik, kuesioner merupakan teknik yang
dianggap paling efisien. Meski demikian, kuesioner memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Tahap akhir dalam menyusun desain penelitian survei dalah
menurunkan matriks operasionalisasi ke dalam item-item
pertanyaan. Pertanyaan survei yang baik dapat menjaring informasi
yang lebih tepat. Berikut adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang
baik:
1. Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana
2. Padat
3. Spesifik
4. Bisa dijawab
5. Memiliki relevansi dengan responden
6. Tidak menggunakan kalimat negatif
7. Hindari menggunakan terminologi yang bias
8. Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan
d. Menentukan sampel
Tahap keempat dalam penelitian survei adalah menentukan
sampel. Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang
akan digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan
dan kebutuhan data penelitian. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga
untuk meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan
penentuan sampel. Dalam hal ini, populasi adalah semua individu/unit-
unit yang menjadi target penelitian. Sedangkan sampel adalah bagian
dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Kerangka sampela dalah daftar anggota populasi
(Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 37).
Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel,
yakni random sampling atau probability sampling dan non-random
sampling atau non probablity sampling.

11
e. Melakukan pre-test
Tahap kelima dari penelitian survei adalah melakukan tes
pendahuluan pra riset (pre-test) .
Tujuan pre-test:
1. Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu
dihilangkan atau ditambah.
2. Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami
responden.
3. Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu
diubah.
4. Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi satu kuesioner.
Test yang dilakukan meliputi:
1. Jawaban yang salah
2. Jawaban dengan pilihan lebih dari satu
3. Jawaban lain-lain sebutkan
4. Jawaban yang benar
Untuk format kuesioner termasuk: .
1. Perintah pengisian
2. Aliran pertanyaan
3. Layout
Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan
uji reliabilitas untuk mengetahui kemantapan dan keshahihan
instrumen penelitian.
f. Mengumpulkan data
Tahap keenam dalam rangkaian prosedur penelitian survei
adalah mengumpulkan data. Seperti dipaparkan pada bahasan
sebelumnya, dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan
berbagai alternatif teknik pengumpulan data. Berikut adalah beberapa
teknik pengumpulan data tyang lazin digunakan dalam penelitian
survei.

12
1. Kuesioner Langsung
2. Wawancara tatap muka
3. Wawancara via telepon
4. Kuesioner via Pos Kota
5. Pengisian kuesioner via komputer
6. Wawancara online (chatting, ds)
7. Polling
Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan
yang artinya mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam
riset survei tidak harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan
perannya, peneliti dapat mengambil salah satu peran, beberapa peran,
atau semua peran sekaligus dalam penelitian survei. Posisi tersebut
yakni:
1. Pembuat desain instrumen/konseptor riset
2. Pengumpul data/enumerator
3. Pengolah dan interpreter data/analis
4. Penyusun laporan
g. Memeriksa data (editing)
Tahap ketujuh dalam penelitian survei adalah memeriksa data.
Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah:
1. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau
didrop, misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap
2. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali
3. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban
4. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya
h. Mengkode data
Tahap kedelapan dalam penelitian survei adalah mengkode
data. Sebagai bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul
dalam penelitian survei biasanya berupa angka-angka yang merupakan
nilai dari variabel-variabel tertentu. Untuk angket atau kuesioner
dengan sistem tertutup maka kode-kode jawaban yang harus diberikan

13
oleh responden sudah dibuatkan oleh peneliti (Purwanto dan
Sulistyastuti, 2007: 73-74).
Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang
prinsip-prinsip pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh
dalam kuesioner sering ditanyakan hal-hal berikut:
Jenis kelamin responden:
1= laki-laki
2= perempuan
Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok:
1= 0 1.000.000
2= 1.000.001- 2.000.000
3= 2.000.001 ke atas
i. Data entry
Tahap kesembilan dari penelitian survei adalah data
entry. Data entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam
program komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari
angket atau kuesioner diberi kode, maka peneliti kemudian
memasukkan data-data tersebut dengan menggunakan softwareyang
ada, misalnya program SPSS (singkatan dari Statistical Package for
the Social Sciences) atau yang lebih sederhana dengan program Excell
dari Microsoft Office. Setelah data dimasukkan, selanjutnya adalah
membersihkan data dari salah ketik atau salah mengkode data.
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara yang dilakukan
dalam mengkode data adalah:
1. Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik
deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median.
2. Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada.
3. Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada kuesioner.
4. Membetulkan data entry.
5. Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.

14
j. Pengolahan dan analisis data
Tahap kesepuluh dari penelitian survei adalah pengolahan
dan analisis data. Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan
membuktikan hipotesis, peneliti harus memilih teknik analisis data
yang tepat. Karena penelitian survei menyangkut banyak kasus, maka
umumnya teknik analisis data berhubungan dengan statistik. Ada
beberapa prosedur pengujian hipotesis secara statistik (Djarwanto,
1996: 20-21; dalam Rahayu, 2008: 74)
1. Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya
paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji
tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-
ukuran yang digunakan dalam penelitian.
2. Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel.
3. Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah
pengujian, daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria
pengujian hipotesis nihil.
4. Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang
diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah
dipilih.
5. Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil
diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang
telah dipilih.
k. Interpretasi data
Tahap kesebelas dari penelitian survei adalah interpretasi data.
Interpretasi data menjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat
dari proses timbulnya, analisis data mendahului baru kemudian
interpretasi. Dilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli,
apa adanya sedangkan interpretasi bersifat subjektif, dan bisa berubah-
ubah. Untuk menginterpretasi data yang perlu dilakukan peneliti
adalah mengaitkan temuan dan data dengan teori yang dibangun di
awal. Selanjutnya berikan konteks, makna, atau implikasi data temuan

15
tersebut dengan kondisi dan situasi atau setting penelitian secara lebih
luas.
l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.
Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah
membuat kesimpulan dan rekomendasi. Setelah analisis dan
interpretasi data, bagian akhir dari penelitian survei adalah menyusun
kesimpulan dan rekomendasi.
Cara membuat kesimpulan:
1. Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian
2. Perhatikan hipotesis
3. Buat kesimpulan umum
4. Buat kesimpulan-kesimpulan khusus
5. Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil
interpretasi data
Cara membuat rekomendasi:
1. Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian
2. Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian
itu
3. Berikan saran yang realistis!
2) Kelemahan dan Kelebihan metode survei
Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick
(2003: 167-168), kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu:
1. Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah
dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam laboratorium
atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei
dapat menguji pola-pola perilaku bermedia, seperti membaca surat
kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, dan sebagainya.
2. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat
disesuaikan dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.

16
3. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi
dengan cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan
peneliti memilih dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat
menggunakan beragam statistik untuk menganalisis data.
4. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan
di mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki
oleh peneliti.
5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei,
seperti dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media, dan
sebagainya.
Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah
keterbatasan sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003:
168) dan Rahayu (2008: 76), yaitu:
1. Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode
eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak
dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab
akibat (causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu
memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel
tersebut, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat (causal linked)
terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan berada di antara
keduanya.
2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena
pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung
persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami
secara berbeda oleh responden.
3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai
dengan karakteristik sampel yang dituju. Misalnya, dalam wawancara
melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian
dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya).

17
4. Beberapa survei cukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan
kesediaan berpartisipasi.
5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau
perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi
sebelumnya oleh peneliti.
6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan
tidak semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak
bisa menjangkau semua persoalan.
Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data
kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah
persoalan.

B. Metode Korelasional
1) Pengertian Penelitian Korelasional
Correlational research is a research study that involves
collecting data in order to determine whether and to what degree a
relationship exists between two or more quantifiable variables (Gay,
1982:430) dalam Sukardi (2008:166).
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan,
ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya
hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang
diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena
dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional
merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefesien korelasi.

18
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk
para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut,
diantaranya adalah:
a. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak
mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti
dalam penelitian eksperimen
b. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata
c. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan. (Sukardi, 2008:166).
Di samping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab
tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan
tersebut yaitu:
a. Adakah hubungan antara dua variabel?
b. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?
c. Berapa besar/jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?
Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
hubungan, kearah mana hubungan tersebut (positif/negatif) dan seberapa
jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (yang dapat diukur).
Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan
pencapaian, tinggi badan dengan umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai
statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah
untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau
menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).
Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya
mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa
mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena itu,
peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat guna
mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti
memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat

19
menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar
variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi studi melalui
teknik korelasi parsial, di mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh
variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting.
Di bidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk
melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan
mempunyai peranan yang signifikan dalam mencapai proses pembelajaran.
Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi
internal, belajar strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan lain
sebagainya.
Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika
peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut.
a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel dimana
koefisien korelasi dapat mencapainya.
b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel
yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.
c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa
variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang realistis. Alasan
penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika
salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu
keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.
2) Proses Dasar Penelitian Korelasional
Menurut Gay (1981) sementara studi hubungan dan studi rediksi
mempunyai karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar
keduanya sama. Lebih lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian
korelasional sebagai berikut :
a. Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel
mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk
menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang

20
dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki
harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
b. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan
metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang
sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana
suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan
pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel yang akan
diteliti. Jika variabel tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi
yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak
akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara
nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan
tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Sebagai
contoh,anda ingin menentukan hubungan antara hasil belajar
matematika dengan hasil belajar fisika. Jika anda memilih dan
menggunakan tes keterampilan berhitung yang valid dan reliabel,
koefisien korelasi yang dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat
dari hubungan yang diinginkan. Keterampilan berhitung hanya
merupakan satu jenis hasil belajar matematika; koefisien korelasi yang
dihasilkan akan mengindikasikan hubungan antara hasil belajar fisika
dan satu jenis dari hasil belajar matematika yaitu keterampilan
berhitung. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk tujuan
penelitian kita.
c. Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor
yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih,satu skor untuk
setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian
dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan
tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang

21
berbeda menyelidiki sejumlah variabel,dan beberapa penggunaan
prosedur statistik yang kompleks, namun desin dasar tetap sama dalam
semua studi korelasional
d. Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien
korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan
+1,00, atau 0,00 dan 1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan
dua variabel. Jika koefisien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan
skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi
pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain.
Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel
tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu
variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain.
Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua variabel memiliki
hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang
dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah
pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan
penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981 : 185).
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia
akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar
bermanfaat tergantung pada tujuan perhitunganya. Dalam studi yang
dirancang untuk menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu
koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah signifikansi
statistiknya.
Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai
kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.
Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisiensi yang diperoleh
berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan
yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan

22
berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan
(probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran
sampel yang diberikan, anda tidak dapat menentukan secara positif
apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel,
tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada
hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya
mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda
seberapa besar koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan
pada level probabilitas yang diberikan. Untuk level probabillitas yang
sama, atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar
diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus
selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan,
bukan hubungan sebab-akibat. Koefisiensi korelasi yang signifikan
mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak
menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan
sebab akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan
yang dekat antara dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk
menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu
mungkin tidak saling memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga
yang mempengaruhi kedua variabel.
3) Macam Studi Korelasional
a. Studi Hubungan
Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh
pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan
variabel yang kompleks, seperti hasil belajar akademik, motivasi, dan
konsep diri. Variabel yang diketahui tidak berhubungan dapar
dieliminasi dari perhatian/pertimbangan selanjutnya. Identifikasi
variabel berhungan membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi
demikian memberikan arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif
atau eksperimental. Studi eksperimental mahal dalam lebih dari satu

23
cara; studi korelasional merupakan cara yang efektif mengurangi studi
eksperimental yang tidak menguntungkan dan menyarankan sesuatu
yang secara potensial produktif.
b. Studi Prediksi
Jika variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada
satu variabel dapat digunakan untuk memprediksikan skor pada
variabel yang lain. Peringkat SMA, sebagai contoh, dapat digunakan
untuk memprediksikan peringkat di perguruan tinggi. Variabel yang
mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering
ilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai
individu atau membantu pemilihan individu.
Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoretis
mengenai variabel yang dipercaya menjadi pediktor suatu kriteria, dan
untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual.
Sebagai contoh, hasil studi prediksi digunakan untuk memprediksikan
level kesuksesan yang mungkin dicapai individu dalam mata pelajaran
tertentu, seperti aljabar pada tahun pertama untuk memprediksikan
individu mana yang mungkin berhasil di perguruan tinggi atau dalam
suatu program pelatihan kerja. Dan untuk memprediksikan dalam
bidang studi mana seseorang individu mungkin paling sukses. Dengan
demikian, hasil studi prediksi digunakan oleh sejumlah kelompok
disamping para peneliti, seperti konsultan dan personil perizinan. Jika
beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan
dengan suatu variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada
kombinasi dari variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan
pada salah satu darinya.
Sebagai contoh, prediksi keberhasilan di perguruan tinggi
biasanya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti peringkat
SMA, rangking dalam peringkat kelas, dan skor pada ujian masuk
perguruan tinggi. Walaupun terdapat beberapa perbedaan utama antara
studi prediksi dan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan

24
hubungan antara sejumlah variabel yang diidentifikasi dan variabel
kompleks.
c. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui penggunaan statistik
korelasional (r). Kuadrat dari koefisien korelasi menghasilkan varians
yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan korelasional antara dua
variabel kadang-kadang merupakan hasil dari sumber lain, jadi kita
harus hati-hati dan ingat bahwa korelasi tidak harus menjelaskan sebab
dan akibat. Jika suatu hubungan yang kuat ditemukan antara dua
variabel, kausalitas dapat diuji melalui penggunaan pendekatan
eksperimental (LaMar, 2004;1).
Berbagai rancangan penelitian korelasional didasarkan pada
asumsi bahwa realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan
timbal balik dan penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu
memengaruhi -dan dipengaruhi oleh- sesuatu yang lain. Jaringan
hubungan ini tidak linier, seperti dalam penelitian eksperimental
(Davis, 1997:1).
d. Manfaat Penggunaan Metode Korelasional
Metode korelasional memungkinkan para peneliti menganalisis
hubungan antara sejumlah besar variabel dalam suatu studi tunggal.
Koefisien korelasi memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan.
Penggunaan metode korelasional ditujukan
1) untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel dan
2) untuk memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor
pada variabel lain.
4) Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan,
yaitu (1) korelasi bivariat, (2) regresi dan prediksi (3) regresi jamak, (4)
analisis faktor, dan (5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat
kesimpulan kausal. (Shaughnessy & Zechmeister,2000:2-5).

25
a. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua
variabe;. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut
mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya
hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1, yang
dinamakan koefisien korelasi. Korelai zero (0) mengindikasikan tidak
ada hubungan. Koefisiensi korelasi yang bergerak ke arah -1 atau +1,
merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada
suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau
sebaliknya. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar merupakan
contoh korelasi positif. Hubungan antara sres dan sehat merupakan
contoh korelasi negatif.
b. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel, dan kita mengetahui
skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat
diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat
membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik
-1 maupun +1, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat
hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres
kita, kita dapat memprediksikan skor kesehatan kita dimasa yang akan
datang.
c. Regresi Jamak (Multiple Regression)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa
variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk
membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut
variabel kriteria (criterion variabel). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui, disebut
variabel prediktor (predictor variables).

26
Jika saya tidak hanya mengetahui skor stres, tetapi juga
mengetahui skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya
memperhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan saya selama ini
(baik saya secara umum sehat atau sakit), saya akan lebih dapat
memprediksikan secara tepat status kesehatan saya. Dengan demikian,
terdapat tiga variabel prediktor stres, perilaku kesehatan, dan status
kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di
masa akan datang.
d. Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada.
Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi
yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek
kesehatan fisik, emosi, mental,dan spiritual. Setiap pertanyaan akan
memberikan kepada kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif
maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengindikasikan faktor
penting yang bersifat umum. Banyak pertanyaan berbeda yang
mungkin mengukur faktor kesehatan emosional. Dalam kasus ini akan
terdapat korelasi yang tinggi antara pertanyaan tentang marah, cemas,
depresi, danseterusnya. Atau di pihak lain, jika masing-masing
pertanyaan merupakan faktor terpisah, akan terdapat korelasi yang
kecil antara pertanyaan yang berhubungan dengan marah, cemas,
depresi, dan seterusnya.
e. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan
Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path
analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah

27
jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sebagai contoh, kita mengetahui terdapat hubungan antara stres dan
kesehatan. Analsis jalur digunakan untuk memperlihatkan bahwa
terdapat jalur kecil melaluipsikologi, jalur utama yang berhubungan
dengan stres dan kesehatan melalui perilaku sehat. Artinya kita
mengetahui bahwa stres memengaruhi faktor-faktor psikologi seperti
coronary dan fungsi-fungsi kekebalan. Kita juga mengetahui bahwa
kita stres, kita menghentikan kehati-hatian terhadap diri kita, kita
kurang tidur, makan kurang baik, gagal memperoleh latihan-latihan
yang layak, dan seterusnya. Penelitian memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan yang lebih kuat antara stres, perilaku sehat, dan kesehatan
daripada antara stres, psikologi, dan kesehatan. Penelitian ini
menggunakan statistik korelasi untuk menggambarkan kesimpulan ini.
Desain panel lintas-akhir mengukur dua variabel pada dua titik
sekaligus. Itu digunakan, sebagai contoh, untuk melihat bahwa
menonton kekerasan di TV lebih mengarah pada kekerasan perilaku
daripada cara lain.
f. Analisis Sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matemetik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan
sepanjang waktu, jerat umpan balik, serta unsur dan aliran hubungan.
Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk
menggambarkan/membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil
dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah
harapan guru terhadap performasi siswa, usaha pengajaran, dan
performasi siswa. Masing-masing unsur ini saling memengaruhi dan
berubah sepanjang waktu.
5) Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan antara
lain: kemampuanya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel
secara bersama-sama (simultan); dan penelitian korelasional juga dapat

28
memberikan informasi tentang derajat kekuatan hubungan antara variabel-
variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan
kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.
Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa
variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan
analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: hasilnya
cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan
saling hubungan yang bersifat kausal; jika dibandingkan dengan penelitian
eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat, karena kurang
melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; pola saling hubungan
itu sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunanya sebagai
semacam short-gun approach, yaitu memasukan berbagai data tanpa pilih-
pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
(Abidin, 2010).

Contoh Penelitian Survei Korelasional :


Penelitian yang dilakukan oleh Rusmini, bidang Manajemen Pendidikan pada
tahun 2003, sebagai berikut:
Judul Penelitian :
Kualitas Pelayanan Karyawan Administrasi Akademik, Survei di Politeknik
Kesehatan Jakarta (2003)
Masalah Penelitian :
1. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik dengan kualitas
pelayaanan karyawan?
2. Apakah terdapat hubungan komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
karyawan?
3. Apakah terdapat hubungan kemampuan berpikir mekanik dengan kualitas
pelayanan karyawan?
4. Apakah terdapat hubungan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi

29
interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik dengan kualitas pelayanan
karyawan? (Rusmini, 2004:5)
Kajian Teoristis :
Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel
penelitian yang meliputi kualitas pelayanan, pengetahuan administrasi akademik,
komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir mekanik.
1. Kualitas Pelayanan
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, penelitian menyimpulkan
bahwa kualitas pelayanan karyawan adalah keseluruhan hasil kegiatan
karyawan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan
pedoman atau peraturan yang telah ditetapkan untuk memenuhi harapan
pelanggan dengan indikator kepedulian karyawan dan kepuasan pelanggan
(Rusmini, 2004:9)
2. Pengetahuan Administrasi Akademik
Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan, peneliti menyimpulkan
bahwa pengetahuan administrasi akademik adalah segenap pengetahuan yang
diketahui karyawan tentang konsep, fakta dan prinsip-prinsip kegiatan dalam
pelayanan yang berhubungan dengan administrasi akademik yang meliputi
bidang pengajaran, kemahasiswaan, media kependidikan, perpustakaan,
laboratorium dan perbengkelan (Rusmini, 2004:15)
3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal disimpulkan penelitian berdasarkan teori-teori
yang dideskripsikan sebagai interaksi antara pemberi dan penerima informasi
atau pesan baik menggunakan alat ataupun tanpa bantuan alat yang dapat
menunjang kegiatan akademik dengan indikator penyampaian dan penerima
pesan, kerja sama, dan umpan balik(Rusmini, 2004:18)
4. Kemampuan Berfikir
Kemampuan berfikir mekanik disimpulkan peneliti berdasarkan kajian
teoris sebagai kesanggupan seseorang dalam menuangkan gagasan yang
berkaitan dengan masalah mekanik dengan indikator penyusun konsep tentang
penggunaan alat-alat mekanik, penerapan prinsip-prinsip fisika mekanik, dan

30
pemecahan masalah mekanik (Rusmini, 2004:210).
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoristis dan penyusunan kerangka berfikir tentang
asumsi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara terpisah
maupun secara bersama-sama, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut.
a. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi akademik dan
kualitas pelayanan
b. Terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dan kualitas
pelayanan
c. Terdapat hubungan positif antara kemampuan berfkir mekanik dengan kualitas
pelayanan
d. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan administrasi
akademik,komunikasi interpersonal dan kemampuan berfikir mekanik secara
bersama-sama dengan kualitas pelayanan (Rusmini, 2004: 22).
Metodologi Penelitian :
Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan administrasi akademik (X),
komunikasi interpersonal (X2), dan kemampuan berpikir mekanik (X31). Sementara
itu, variabel terikatnya adalah kualitas pelayanan (Y).
Penelitian ini dilakukan di politeknik Kesehatan Jakarta II dengan unit
analisis karyawan administrasi akademik. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan
januari sampai dengan juli 2003.
Pengambilan sampel sebanyak 60 karyawan dilakukan secara acak dari
populasi karyawan administrasi akademik di Politeknik Kesehatan Jakarta II yang
berjumlah 121 orang dengan tingkat pendidikan SMA.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari keempat variabel
adalah daftar pernyataan dan pertanyaan. Kualitas pelayanan karyawan sebagai
variabel terkait didasarkan pada penilaian mahasiswa, dengan cara masing-masing
karyawan dinilai oleh tiga orang mahasiswa (rater). Rater dipilih secara acak
sederhana. Skor kualitas pelayanan karyawan diperoleh berdasarkan skor rata-rata

31
dari ketiga penilai.
Teknik analisis data korelasi parsial dimana sebelum dilakukan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas
dan uji homogenitas.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka temuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan
administrasi akademik dan kualitas pelayanan.
b. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi
interpersonal dan kualitas pelayanan.
c. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kemampuan berpikir
mekanik dengan kualitas pelayanan.
d. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pengetahuan
administrasi akademik, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berfikir
mekanik secara bersama-sama dengan kualitas pelayanan (Rusmini, 2004
:2529).
Dengan demikian, penelitian menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan
karyawan di Politeknik Kesehatan Jakarta II dapat ditingkatkan dengan
mengembangkan pengetahuan administrasi akademik, komunikasi interpersonal,
dan berpikir mekanik (Rusmini, 2004:30).

32
BAB III
PENUTUP

A. Simpula
n
Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab II, maka disimpulkan
sebagai berikut :
1. Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif, Survei
yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk
mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau
kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih
merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif
berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
2. Metode survei digunakan sebagai teknik penelitian yang melalui
pengamatan langsung terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi
melalui pedoman wawancara, kuisioner, kuisioner terkirim (mailed
questionnaire) atau survei melalui telepon (telephone survey). Dimensi
survei unit analisis data adalah, survei tidak hanya terbatas pada daftar
pertanyaan saja, namun juga riset kepada orang-orang. Penganalisisan
mungkin menggunakan informasi dari negara-negara, tahun, peristiwa,
organisasi, dan lain sebagainya. Jika suatu analisis tersebut tidak
digunakan kepada orang lain maka dapat dimanfaatkan untuk ke depannya
3. Langkah-langkah penelitian survei yaitu :
a. Menentukan masalah penelitian
b. Membuat desain survei
c. Mengembangkan instrumen survei
d. Menentukan sampel

33
e. Melakukan pre-test
f. Mengumpulkan data
g. Memeriksa data (editing)
h. Mengkode data
i. Data entry
j. Pengolahan dan analisis data
k. Interpretasi data
l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.
4. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan, ketika
kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan
variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya
hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui
tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya
sesuai dengan tujuan penelitian
5. Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
hubungan, kearah mana hubungan tersebut (positif/negatif) dan seberapa
jauh hubungan ada antara dua variabel atau lebih (yang dapat diukur).
Misalnya hubungan antara kecerdasan dengan kreativitas, semangat
dengan pencapaian, tinggi badan dengan umur, nilai bahasa Inggris
dengan nilai statistika, dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan
korelasi adalah untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan
atau menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi
(prakiraan).
6. Prosedur dasar penelitian korelasional sebagai berikut :
a. Pemilihan Masalah
b. Sampel dan Pemilihan Instrumen
c. Desain dan Prosedur
d. Analisis Data dan Interpretasi

34
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran
dalam rangka mengembangkan keterampilan meneliti sebagai berikut :
1. Dalam penelitian survei, hindari kesalahan-kesalahan berikut :
1) Salah Populasi, terjadi ketika peneliti memilih populasi yang tidak
pantas untuk memberikan data. Hal ini terjadi karena asumsi yang
melandasi peneliti dalam merancang statistik meleset dari fakta.
2) Salah Sampling, kesalahan sampling paling umum terjadi dalam
survei. Sampling error pada dasarnya adalah sejauhmana penerapan
asumsi teknik sampling tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya
dalam populasi yang diinginkan.
3) Salah Pengukuran, adalah sejauhmana penerapan asumsi statistik
dalam mengumpulkan data tidak sesuai dan sistem skala yang tidak
sempurna.
4) Non-Response, adalah bias kesimpulan yang dihasilkan dari cakupan
suplai data dan kesenjangan relevansi terkait waktu atau momen
yang berubah.
2. Dalam Penelitian Korelasional, sering ditemukan kesalahan-kesalahan
yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti sehingga hal-hal yang
mungkin perlu diperhatikan lebih jauh adalah sebagai berikut:
1) Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
2) Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
3) Peneliti memilih statistik yang salah
4) Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih
tepat
5) Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang
6) Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi
7) Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam
perencanaan suatu analisis jalur
8) Peneliti salah tafsir terhadap signifikansi praktis atau statistik dalam
suatu studi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Kuntjojo, Metodologi Penelitian, diambil dari https://ebekunt.files.word-


press.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf, pada tanggal 12 Oktober
2017 pukul 19.35

Sutiyono, Metode Penelitian Survei dan Korelasional, diambil dari


https://sutiyonokudus.files.wordpress.com/2013/07/makalah-metode-
survey-dan-korelasi-sutiyono-2013.pdf, pada tanggal 10 Oktober 2017
pukul 21.15

https://id.wikipedia.org/wiki/Survei

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_survei

36

Anda mungkin juga menyukai