STRATEGI PENGELOLAAN
PENGADUAN MASYARAKAT
Penulis :
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dra. Rini Ambarwati, M.Ds
Dian Rahmawati, S.Pd., M.M
1
MENGEMBANGKAN
STRATEGI PENGELOLAAN PENGADUAN
MASYARAKAT
Penulis:
Dr. Hj. Evi Syaefini Shaleha, M.Pd
Dra. Rini Ambarwati, M.Ds
Dian Rahmawati, S.Pd., M.M
i
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya,
maka modul ini dapat diselesaikan.
Indonesia yang terdiri atas wilayah yang sangat luas dengan keragaman dan disparitas
yang sangat tinggi, merupakan laboratorium yang sangat lengkap terkait dengan “korupsi”,
sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan solusi mengatasinya sesuai
dengan karakteristik Indonesia. Salah satu solusi yang menjadi ruh perlawanan terhadap
korupsi, adalah melalui Pendidikan antikorupsi.
Saat ini, sebahagian besar Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten, maupun Kota
telah memiliki regulasi sebagai dasar hukum pelaksanaannya. Tantangan yang dihadapi
pun sangat beragam karena setiap daerah memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini
menumbuhkan semangat untuk mencari model dan alternatif solusi atas permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan Pendidikan antikorupsi yang efektif, menyenangkan,
dan berdampak luas.
Semangat tersebut menjadi warna khusus bagi tim penyusun modul tatakelola sekolah
berintegritas di Jawa Barat untuk menghasilkan modul yang khas dalam rangka menunjang
keberhasilan Pendidikan antikorupsi melalui dukungan manajemen sekolah yang akan
membangun ekosistem Pendidikan yang berintegritas.
Harapan kami, para kepala sekolah akan tercerahkan dan mau belajar secara terus
menerus, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat diteladani oleh seluruh warga
sekolah. Melalui keteladanan Kepala Sekolah generasi bangsa yang dititipkan di sekolah
akan bisa menjadi generasi yang jauh dari perilaku koruptif, sehingga tidak mau melakukan
korupsi dan akhirnya mampu menjadi pemimpin yang berintegritas dengan memiliki sikap
dan perilaku terpuji.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan membantu mereka menjalankan
perannya dengan integritas yang tinggi.
ii
Glossarium
1. Integritas menurut kamus kompetensi perilaku KPK adalah bertindak secara konsisten
antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai nilai yang dianut (nilai-
nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat, atau nilai
moral pribadi) (ACLC KPK)
3. RKJM; Rencana Kerja Jangka Menengah, yaitu dokumen perencanaan yang disusun
oleh Sekolah untuk kurun waktu empat tahun. Penyusunannya harus melibatkan
seluruh komponen Sekolah dan komite Sekolah, dengan memanfaatkan data evaluasi
diri atas pencapaian delapan standar Pendidikan, serta memperhatikan Renstra Dinas
Pendidikan dan Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia;
4. RKT; Rencana Kerja Tahunan, yaitu dokumen rencana kerja sebagai penjabaran dari
sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam RKJM, yang akan dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan tahunan;
5. RKAS; Rencana Kerja Anggaran Sekolah, yaitu Rencana Biaya dan pendanaan
program atau kegiatan untuk satu tahun anggaran baik yang bersifat strategis ataupun
rutin (Dirjen Dikdasmen, 2019)
6. Audit adalah kegiatan evaluasi terhadap suatu organisasi mulai dari sistem, proses,
hingga produknya. Dalam konteks keuangan, audit adalah proses memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif dan sistematis dalam menetapkan tingkat
kesesuaianantara laporan yang ada dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang
selanjutnya akan disampaikan kepada pengguna yang bersangkutan (Mulyadi, 2002)
8. ISO 9001 adalah seri standar internasional untuk Sistem Manajemen Mutu atau Quality
iii
Management System. SMM ISO 9001 yang banyak digunakan di persekolahan adalah
ISO 9001:2015, yaitu menetapkan persyaratan sistem manajemen mutu. Dalam
konteks ini, Sekolah seyogianya memperhatikan image dan kredibilitas; kepuasan
pelanggan; melaksanakan proses terintegrasi; pengambilan keputusan berbasis data;
membangun budaya perbaikan; dan membangun keterlibatan semua warga sekolah.
9. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, , dikelola, dikirim, dan/
atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik
lainnya sesuai dengan Undang undang tentang Keterbukaan Informasi Publik serta
informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
10. Badan publik adalah Lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang Sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari
11. APBN dan /atau APBD, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN dan /atau APBD, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri. Sekolah berdasarkan kriteria tersebut termasuk ke dalam Badan
Publik.
12. PPID; Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, yaitu pejabat yang
bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan / atau
pelayanan informasi di Badan Publik. Jadi di setiap Sekolah harus ditunjuk PPID.
13. Gratifikasi; Sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau
keuntungan.
14. Jabar Masagi; Program yang bertujuan menguatkan fondasi generasi muda di Jawa
Barat dengan nilai-nilai pendidikan karakter
iv
Daftar Isi
Cover
Sub Cover
Kata Pengantar .................................................................. Error! Bookmark not defined.i
Glosarium ........................................................................... iError! Bookmark not defined.
Daftar Isi ............................................................................................................................ vv
Pendahuluan ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
Mengembangkan Strategi Pengelolaan Pengaduan Masyarakat ....................................... 1
A. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 6
B. Kompetensi Dasar .......................................................................................................... 6
C. Materi dan Aktifitas Pembelajaran ................................................................................ 7
Materi 1: Mengembangkan Strategi Pengelolaan Pengaduan Masyarakat ......................... 7
Lembar Kerja 8-1 ................................................................................................................. 16
Lembar Kerja 8-2 ................................................................................................................. 16
D. Penguatan ...................................................................................................................... 17
E. Kesimpulan .................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka
v
Pendahuluan
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) nampaknya masih dianggap sebuah momok yang
menakutkan bagi sebagian orang, terlebih pejabat atau abdi negara. Akibatnya tak jarang
badan publik yang mengabaikan Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Ketebukaan Informasi Publik (KIP). Karena momok yang menakutkan maka sejumlah
badan publik bermain petak umpet dengan masyarakat yang ingin memperoleh informasi
publik. Padahal KIP merupakan keinginan banyak pihak yang menghendaki pemerintah
atau badan publik lebih terbuka dan transparan dalam hal pengelolaan anggaran
(informasi publik). Apalagi memperoleh informasi yang benar itu merupakan hak asasi
manusia yang termaktub dalam Pasal 28-F UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
Menurut Ahmad Rumadi yang mengutip pendapat David Banisar, ada sejumlah faktor
internal dan eksternal mengapa sejumlah negara mengadopsi hukum keterbukaan
informasi :
Meski sudah ada regulasi yang jelas namun lagi-lagi badan publik masih sulit
melaksanakan UU KIP tersebut. Ini butuh waktu dan proses agar seluruh badan publik
sadar sesadar-sadarnya. Memang sangat sulit sekali menyadarkan orang yang selama
bertahun-tahun hidup dengan tradisi ‘tertutup’. Padahal pemerintah pusat terus mewanti-
wanti agar badan pubik terbuka kepada masyarakat. Terlebih lembaga pendidikan harus
terbuka, karena pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan
masyarakat.
Hasil penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW) sangat memprihatinkan. Dalam laman
www.antikorupsi.org, tak ada dana pendidikan yang lolos dari belenggu korupsi. “Ini salah
satu kesimpulan hasil kajian ICW soal korupsi pendidikan selama sepuluh tahun terakhir,”
ungkap Siti Juliantari, peneliti ICW. “Semuanya kena. Alokasi APBN dan APBD seperti
BOS, beasiswa, pembangunan dan rehabilitasi sekolah, gaji dan honor guru, pengadaan
buku, pengadaan sarana prasarana, operasional. Dana-dana ini dikorupsi politisi, rektor,
pejabat kampus, kepala sekolah, pejabat dan rekanan pemerintah,” ujar Tari, panggilan
Siti Juliantari, prihatin.
Hasil pemantauan ICW mengungkap bahwa selama satu dasawarsa terakhir terdapat 296
kasus dugaan korupsi pendidikan. Indikasi kerugian negara sebesar Rp 619 miliar dengan
jumlah tersangka 479 orang. ICW memakai metodologi kuantitatif dalam menghimpun
data kasus korupsi yang ditangani penegak hukum selama 10 tahun terakhir. Data didapat
lewat pemantauan kasus korupsi di media massa dan jaringan masyarakat sipil di seluruh
Indonesia. Dugaan korupsi di lembaga pendidikan menyebutkan, jumlah kasus korupsi
cenderung tetap setiap tahun. Rata-rata 29 kasus dugaan korupsi terjadi setiap tahun,
dengan kerugian negara mencapai Rp 53,5 miliar. Sasaran dana yang diduga dikorupsi
yaitu dana alokasi khusus (DAK). Padahal, DAK ditujukan untuk membangun dan
memperbaiki gedung sekolah serta sarana prasarana (sarpras) lain. Peringkat kedua
2
diduduki dana BOS dan pengadaan infrastruktur sekolah/madrasah. Jumlah korupsi
pengadaan sarpras di perguruan tinggi dan Kemendikbud sedikit. Tapi merugikan negara
paling besar di antara institusi lain. Sedangkan modusnya antara lain: Penggelapan
mencetak skor 106 kasus dengan kerugian negara 248,5 miliar rupiah. Sementara mark up
dilancarkan pada 59 kasus dengan kerugian negara 195,8 miliar rupiah. Pelaku paling
banyak menggunakan penggelapan dan mark up untuk menyelewengkan DAK dan BOS.
Kemudian lembaga yang disorot dalam dugaan korupsi adalah Dinas Pendidikan. Dalam
sepuluh tahun terakhir se Indonesia, Dinas Pendidikan paling sedikit telah melakukan 151
praktik korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp 356,5 miliar. Perguruan tinggi juga
mencatat “prestasi” korupsi dengan kerugian negara yang besar. Perguruan tinggi telah
menyelewengkan uang negara Rp 217,1 miliar dengan 30 praktik korupsi. Sekolah juga
telah melakukan paling sedikit 82 kali korupsi dengan kerugian negara Rp 10,9 miliar.
Hampir semua institusi pendidikan terutama semua jenjang satuan pendidikan melakukan
korupsi. Sedangkan daerah yang paling banyak korupsi pendidikan adalah Provinsi
Banten. Kerugian negara berkat prestasi korupsi dana pendidikan Provinsi Banten
mencapai Rp 209 miliar dengan jumlah kasus kurang dari 10. Jumlah kasus di provinsi lain
memang lebih besar, namun kerugiannya lebih “kecil” dibanding Banten. Jabar dan Jateng
masing-masing 33 kasus, Jatim dan Sumut masing-masing 24 kasus.
Lalu apa solusinya? Staf investigasi ICW Wana Alamsyah di Jakarta mengatakan, ada
empat solusi yang bisa dijalankan untuk menekan angka korupsi:
Kedua, dalam setiap belanja ataupun pengeluaran lain-lainnya, Pemerintah Daerah wajib
menerapkan sistem transaksi non tunai (cashless).
Keempat, dengan cara mendorong wakil rakyat di daerah untuk meningkatkan fungsi dan
3
perannya dalam pengawasan pelaksanaan pendidikan di daerahnya masing-masing, baik
terkait dengan rencana program, maupun monitoring dan evaluasi.
Korupsi terjadi di sekolah karena tidak ada transparansi penggunaan anggaran. Sangat
sulit bagi masyarakat, bahkan orangtua siswa, untuk bisa mengetahui
pertanggungjawaban penggunaan anggaran di sekolah.
Dengan melihat fakta itu, ternyata lagi-lagi faktor transparansi dan keterbukaan informasi
menjadi salah satu elemen penting dalam memberantas korupsi dan menciptakan
pemerintahan yang baik dan bersih. Di lembaga pedidikan juga seperti itu. Seperti yang
diungkapkan Jimmy Ph. Paat, ketertutupan informasi merupakan persoalan krusial yang
masih terjadi di dunia pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran UU 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik sangat diharapkan dapat memecah kebuntuan informasi
yang dialami masyarakat dan pendidik dalam mengakses informasi pendidikan. Dengan
UU KIP tersebut, aparatur birorasi pendidikan tidak boleh semena-mena menyatakan
rahasia terhadap informasi yang berada di bawah kewenangannya.
Memang saat ini lembaga pendidikan mulai dari pusat hingga daerah bahkan satuan
pendidikan mengelola dana yang cukup besar. Contohnya sekolah yang mengelola dana
BOS dan dana iuran dari wali murid. Dana-dana itu memang rawan diselewengkan karena
pengawasan yang minim. Pada tingkat sekolah, terdapat dua lapisan korupsi, berkatan
dengan kepala sekolah dan guru. Korupsi yang dilakukan oleh guru disebabkan karena
faktor kesejahteraan yang minim. Uang yang diambilpun bukan berasal dari sekolah, tapi
dari peserta didik, tergolong dalam petty corruption. Penyebab mereka korupsi karena
kesejahteraan minim. Korupsi yang dilakukan kepala sekolah biasanya menggunakan
dua modus, penganggaran ganda dan penggelapan. Sasarannya adalah APBS dan
biasanya dalam jumlah yang besar. Mudahnya petinggi atau pejabat sekolah melakukan
manipulasi dana APBS disebabkan karena tidak ada yang mampu melakukan kontrol
termasuk guru dan komite sekolah. Untuk itu, mari kita awasi lembaga pendidikan agar
lebih terbuka lagi terhadap semua informasi publik. Samakan persepsi bahwa keberadaan
UU KIP untuk sepenuhnya kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
4
Dengan hadirnya Undang Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, dan Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Sekolah harus mematuhi ketentuan
tersebut, karena menjadi bagian dari Badan Publik Sekolah terikat oleh ketentuan dalam
UU No. 14 Tahun 2008, Bagian Keempat, Kewajiban Badan Publik, pasal 7 ayat (1) sampai
dengan ayat (6) sebagai berikut :
2) Badan publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak
menyesatkan
3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (2), Badan Publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan
mudah,
4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang
diambil untuk memenuhi hak setiap orang atas Informasi Publik.
Sebagai Badan Publik, Sekolah memiliki kewajiban menyampaikan informasi publik secara
berkala. Apa saja Informasi yang harus disediakan Sekolah? Berdasarkan Bab IV Bagian
kesatu tentang Informasi yang Wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, pada
Pasal 9 ayat (2) dinyatakan bahwa Informasi Publik yang wajib diumumkan oleh Badan
Publik secara berkala, meliputi :
5
3) Informasi mengenai laporan keuangan; dan atau
4) Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pada ayat (4)
dinyatakan bahwa kewajiban menyebarluaskan informasi publik, disampaikan
dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah
dipahami.
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui studi literatur, studi kasus dan diskusi dalam aktivitas pembelajaran,
peserta diharapkan memiliki kemampuan dalam pengelolaan pengaduan
masyarakat
B. Kompetensi Dasar
6
C. Materi dan Aktivitas Pembelajaran
1. Dasar Hukum
7
itu, pengelolaan pengaduan harus dikelola dengan baik yaitu antara lain
menyediakan sarana pengaduan, menugaskan pelaksana yang
berkompeten, menangani pengaduan dan menindaklanjuti pengaduan.
b. Pendanaan pendidikan
d. Proses pembelajaran,
f. Pelayananan adminstrasi
8
diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik, yang mengisyaratkan dibentuknya Sistem
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) yang
merupakan integrasi pengelolaan pengaduan pelayanan publik secara
berjenjang pada setiap penyelenggara dalam rangka sistem informasi
pelayanan publik. Dengan adanya SP4N ini diharapkan pengaduan
masyarakat mengenai pelayanan publik dapat ditangani dengan cepat,
transparan, dan akuntabel sesuai dengan kewenangan masing-masing
penyelenggara dan mendorong peningkatan kinerja penyelenggara dan
pelaksana pelayanan publik dalam pengelolaan pengaduan pelayanan
publik.
9
sebagaimana dimaksud Pasal 2, harus disampaikan secara tertulis dan
disertai dengan data-data. Artinya tidak bisa surat kaleng. Surat tanpa
identitas. Yang disertakan dalam laporan tersebut tidak banyak, cukup data
mengenai nama dan alamat pelapor, pimpinan ormas, atau pimpinan LSM
dengan melampirkan foto kopi KTP atau identitas diri lain. Berikutnya,
pelapor membuat tambah keterangan mengenai dugaan pelaku tipikor
dilengkapi dengan bukti-bukti permulaan. Setiap informasi, saran, dan
pendapat dari masyarakat juga harus terlebih dahulu diklarifikasi dengan
gelar perkara oleh penegak hukum. Sebaiknya mekanisme pengaduan
masyarakat dibuat dalam bentuk bagan.
10
tidak dipublikasikan. Sebaiknya SOP dibuat juga dalam bentuk alur atau
infografis https://images.app.goo.gl/RgtiFEEK5aD7qjJ4A (link beberapa
contoh alur SOP pengaduan masyarakat ke sekolah)
11
b. Pembentukan tim pengelola pengaduan masyarakat
http://kominfo.madiunkota.go.id/wp-content/uploads/2018/02/SK-
Walikota-Madiun-Tim-Pengelolaan-Pengaduan.pdf
12
kepatuhan terhadap ketentuan perundangan mengenai keterbukaan
informasi publik. Oleh karena itu, dalam menetapkan strateginya
harus memperhatikan rambu rambu yang ada dalam ketentuan
tersebut, salah satunya keberadaan Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi (PPID) di Sekolah;
13
4) Kepala Sekolah menerbitkan Keputusan tentang penugasan
Wakasek Bidang Humas beserta Tim Humas untuk menjadi PPID
dengan rincian tugas dan tanggungjawabnya secara jelas, sesuai
ketentuan perundangan mengenai keterbukaan informasi public.
https://bappeda.bandaacehkota.go.id/alur-layanan-pengaduan-
masyarakat/ (link contoh alur layanan pengaduan masyarakat)
14
sebagai pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan demikian,
PPID memiliki jaminan dan kepercayaan diri atas akurasi informasi yang
harus disampaikan kepada publik.
15
Lembar Kerja 8-1 :
Petunjuk :
Petunjuk :
16
D. Penguatan
E. Kesimpulan
17
2. Tersosialisasikannya mekanisme pengaduan masyarakat terkait layanan
pendidikan
18