Anda di halaman 1dari 13

MODUL MATA KULIAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

POLTEKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI
Sukmawati A. Damiti, S. Farm., M. farm.klin. Apt

Dr. Nang Randu Utama, SPd., MA

Ns. Rikiy, S.Kep., MPH

Okto Riristina Gultom, M.Si

TIM PENYUSUN
Nia
Olivia julianti
Indah oktaviani
Yopi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga modul dengan judul Pengantar Ilmu Pendidikan Budaya Anti Korupsi ini dapat
diselesaikan. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar bagi para mahasiswa dalam
mempelajari Budaya Anti Korupsi.
Tindak pidana korupsi adalah kejahatan yang dikatogorikan sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crimes) yang tidak hanya menimbulkan bencana bagi perkonomian nasional,
tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat.
Hal ini tentu saja menimbulkan kesulitan bagi aparat penegak hukum dalam mengungkap tindak
pidana korupsi. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi, sebagai langkah awal dalam
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi seringkali terhambat dengan adanya konflik
yurisdiksi antar negara.
Modul ini disusun dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang Pendidikan Budaya Anti Korupsi, mulai dari sejarah, kedudukan, hakikat, hingga
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Modul ini juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas
pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa untuk lebih memahami materi yang
disajikan.Penyusunan modul ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
dalam penyusunan modul ini.Penyusun menyadari bahwa modul ini masih memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk penyempurnaan modul ini di masa mendatang. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa dalam mempelajari Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

Palangka Raya, ................... 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI.......................1

A. PBAK di Perguruan Tinggi....................................................................................1


B. Peran Pendidik dalam Pengajaran PBAK................................................................
C. Gerakan Anti Korupsi..............................................................................................
D. Peran Mahasiswa di Kampus ..................................................................................
E. Peran Mahasiswa dalam Keluarga ..........................................................................
F. Peran Mahasiswa dalam Masyarakat Sekitar..........................................................
G. Peran Mahasiswa dalam Tingkat Nasional/Internasional........................................

BAB 2 ...............................................................................................................................6

A. ...............................................................................................................................6
B. ...............................................................................................................................7
C. ...............................................................................................................................9

BAB 3..............................................................................................................................11

A. .............................................................................................................................11

BAB 4 .............................................................................................................................17

A. .............................................................................................................................17
B. .............................................................................................................................20
C. .............................................................................................................................23
BAB
PERAN MAHASISWA DALAM
GERAKAN ANTI KORUPSI

1
A. PBAK di Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi Hanya sedikit orang yang memahami apa
itu pendidikan antikorupsi. Untuk itu, uraian berikut menjelaskan apa itu pendidikan
antikorupsi dan untuk apa. Secara umum pendidikan antikorupsi diartikan sebagai
pendidikan berbudaya yang benar yang bertujuan untuk memperkenalkan cara berpikir baru
dan nilai-nilai baru kepada peserta didik. Cara berpikir baru dan nilai-nilai baru penting
untuk disosialisasikan atau ditanamkan kepada mahasiswa karena gejala korupsi di
masyarakat sudah terpancar dari sana dan ada kekhawatiran generasi muda akan melihat
korupsi sebagai hal yang wajar.
Pendidikan antikorupsi juga dapat dipahami sebagai upaya sadar dan sistematis yang
ditanamkan kepada peserta didik berupa pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan agar mereka siap dan memiliki kemampuan untuk mencegah atau
menghilangkan peluang berkembangnya korupsi. Tujuan utamanya bukan hanya untuk
menyingkirkan oportunis, tetapi juga untuk membuat siswa lebih tahan terhadap pengaruh
yang mengarah pada perilaku buruk.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam peraturan perundang-undangannya
menjelaskan bahwa salah satu kewenangannya adalah sejauh mana upaya penegakan hukum
dan pencegahannya, antara lain kewenangan fungsi utamanya. Pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada
tanggal 30 Juli 2012 mengeluarkan Surat Edaran No. 1016/E/T/2012 kepada seluruh
Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis Wilayah I sd Wilayah XII),
disertai surat edaran tentang penyelenggaraan pendidikan antikorupsi di perguruan tinggi.
Dasar dikeluarkannya surat edaran ini berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun
2011 tentang Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 Tahun 2012-
2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Strategi Nasional PPK), dan untuk
pelaksanaannya , telah disusun Aksi. Tahunan Pemberantasan Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (PPK) yang selanjutnya diterbitkan dalam Inpres No. Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014, di mana dalam dokumen yang dilampirkan pada
Inpres bagian V (kelima), Anti - Dijelaskan Strategi Pendidikan dan Kebudayaan Korupsi
yang memuat 22 rencana aksi, dan salah satunya melibatkan perguruan tinggi negeri dan
swasta dalam proses pelaksanaannya. Tujuan dari pendidikan anti korupsi adalah: (1)
Membentuk pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai bentuk korupsi dan aspek-
aspeknya, (2) Mengubah persepsi dan sikap terhadap korupsi, dan Sanskara Pendidikan dan
Pengajaran (SPP) (3) Membentuk keterampilan dan kemampuan baru yang diperlukan untuk
memerangi korupsi. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa pendidikan
antikorupsi melibatkan tiga bidang penting: kognitif, afektif dan psikomotorik. Pertama,
aspek kognitif menekankan pada kemampuan mengingat dan mereproduksi informasi yang
dipelajari, yang dapat berupa kombinasi kreatif atau sintesis ide dan materi baru.
Kedua, ranah emosional menekankan pada aspek perasaan, sikap, penghayatan, nilai,
atau derajat penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Ketiga, bidang psikomotor
menekankan pada tujuan melatih keterampilan dan kompetensi. Untuk membekali peserta
didik dengan kebiasaan perilaku antikorupsi dan kemudian melaksanakan pendidikan
antikorupsi, maka ketiga bidang di atas harus dikaitkan atau diintegrasikan ke dalam tujuan
program, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian, orientasi pendidikan
antikorupsi menjadi jelas berdasarkan kriteria yang terukur.
B. Peran Pendidik dalam Pengajaran PBAK
Pendidik berperan penting dalam tercapainya tujuan dan pembelajaran PBAKdi dalam
kelas serta di luar kelas. Beberapa hal yang patut diperhatikan paradosen atau pengajar
PBAK adalah sebagai berikut.Kurikulum PBAK adalah sesuatu yang baru dalam konteks
dunia1.pendidikan Indonesia, bahkan konsep secara tertulis baru diterbitkanDirektorat
Pendidikan inggi pada tahun 2012 sehingga para dosen perlu memahami secara
mendalam materi PBAK dan juga mencermatiberbagai kasus korupsi di lingkungan
pendidikan yang dapat dijadikancontoh pada saat pembahasan pembelajaran. 2. Pengajar
PBAK perlu menunjukkan contoh sikap antikorupsi dalamkehidupan sehari-hari sehingga
tidak bertentangan dengan pembelajaranPBAK yang diampu. 3. Pengajar PBAK perlu
mendorong implementasi pendidikan, penelitian,dan pengabdian pada masyarakat secara
berintegritas sebagai refleksipositif dari ri Dharma Perguruan inggi. 4. Pengajar PBAK
perlu mendorong mahasiswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan antikorupsi
kepada masyarakat lebih luas, terutamapemantauan pelayanan public sebagai tugas terkait
PBAK.
Menyelisik Peran Mahasiswa
Sejak dulu telah terbukti peran mahasiswa sebagai motor penggerak dalamperistiwa-
peristiwa besar, bermula dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,Sumpah Pemuda tahun
1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945,lahirnya Orde Baru tahun 1966, hingga
Orde Reformasi tahun 1998. Hal inimenjadi bukti keampuhan gerakan mahasiswa sebagai
agen perubahan.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karak-teristik yang
dimiliki, yaitu intelektualitas yang tinggi, jiwa muda yang penuhsemangat, dan idealisme
yang murni.Selain itu, peran ini sangat terkait dengan ri Dharma Perguruan inggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdiankepada masyarakat.Demikian pula dalam
memandang persoalan bangsa ini,terutama terkait korupsi, mahasiswa patut menjadi garda
terdepan gerakanantikorupsi.Mahasiswa dapat berperan nyata melalui edukasi dan
kampanye, yangmerupakan salah satu strategi pemberantasan korupsi yang sifatnya
represif(KPK, t.t.). Melalui program edukasi dan kampanye dapat dibangun perilakudan
budaya antikorupsi antarsesama mahasiswa atau jenjang lebih rendahlagi, yaitu taman
kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah.Program edukasi dilakukan melalui
banyak kegiatan, seperti pembuatanbahan ajar pendidikan dan budaya antikorupsi, materi
pendidikan dan budayaantikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, dan
pembentukanpusat studi antikorupsi di kampus.Program kampanye dapat dilakukanmelalui
media cetak, media elektronik, media daring (online), perlombaan/sayembara, termasuk
modifikasi program kuliah kerja nyata (KKN).

C. Gerakan Anti Korupsi


Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahuntahun awal setelah kemerdekaan . Dimulai dari Tim
Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967 sampai dengan pendirian KPK pada tahun 2003.
Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan
sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi -
melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan - dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Upaya pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa melibatkan peran serta
masyarakat. Dengan demikian dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga) unsur
utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta masyarakat. Salah satu upaya
pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan Anti-korupsi di
masyarakat.
Korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan
dan kewenangan. Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu
manusia, misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Kesempatan lebih
terkait dengan sistem yang ada. Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung
memperkuat kesempatan yang tersedia.
Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi tidak diikuti oleh kewenangan,
maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian, korupsi tidak akan terjadi jika ketiga
faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu. Upaya
memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya
meminimalkan ketiga faktor tersebut.
D. Peran Mahasiswa di Keluarga
Penanaman nilai-nilai atau internalisasi karakter antikorupsi di dalam diri mahasiswa
dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam keluarga dapat terlihat ketaatan tiap-tiap
anggota keluarga dalam menjalankan hak dan kewajibannya secara penuh tanggung jawab.
Keluarga dalam hal ini harus mendukung dan memfasilitasi sistem yang sudah ada sehingga
individu tidak terbiasa untuk melakukan pelanggaran. Sebaliknya, seringnya anggota
keluarga melakukan pelanggaran peraturan yang ada dalam keluarga, bahkan sampai
mengambil hak anggota keluarga yang lain, kondisi ini dapat menjadi jalan tumbuhnya
perilaku korup di dalam keluarga. Kegiatan sehari-hari anggota keluarga yang dapat diamati
oleh mahasiswa, contohnya ;
 menghargai kejujuran dalam kehidupan;
 penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk dalam aktivitas ibadah;
 pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri;
 berani mempertanggung jawabkan perilakunya;
 mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan;
 berani mengatakan yang benar dan jujur. Sebuah daftar cek dapat dibuat untuk
mengidentifikasi tumbuhnya integritas di dalam keluarga.
 Apakah orangtua memberikan teladan dalam bersikap? Contoh kecil ketika seorang
ayah melarang anaknya untuk merokok, tetapi sang ayah sehari-hari malah
menunjukkan aktivitas merokok.
 Pada saat menggunakan kendaraan bermotor, apakah anggota keluarga selalu mematuhi
peraturan lalu lintas, termasuk mematuhi marka jalan dan tidak merugikan pengguna
jalan lainnya.
 Apakah kepala keluarga atau anggota keluarga lain terbuka dalam soal penghasilannya
yang diberikan untuk keluarga?
 Apakah keluarga menerapkan pola hidup sederhana atau tidak konsumtif secara
berlebihan dan disesuaikan dengan penghasilan?
 Apakah keluarga terbiasa melakukan kegiatan yang melanggar hukum?
 Apakah keluarga menjunjung tinggi kejujuran dalam berkomunikasi, terutama bersedia
mengakui kesalahan diri sendiri dan tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain?
E. Peran Mahasiswa di Kampus
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa mempunyai
peranan yang sangat penting. Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun
1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945, Lahirnya Orde Baru tahun 1966,
Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwaperistiwa besar
tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan idealisme yang mereka miliki.
Mahasiswa memiliki karakteristik: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang
murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini.
Mahasiswa didukung oleh modal dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi dalam lingkungan kampus.
Keterlibatan mahasiswa dalam Gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke
dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas
mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegahagar
dirinya sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkanuntuk konteks
komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi
kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan. Kegiatan kampanye,
sosialisasi, seminar,pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan
budaya anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek misalnya, dapat
dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja keras, kejujuran, tanggung
jawab, dan kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.
F. Peran Mahasiswa di Masyarakat Sekitar
Mahasiswa dapat melakukan gerakan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi
di masyarakat sekitar. Mahasiswa dapat berperan sebagai pengamat di lingkungannya,
mahasiswa juga bisa berkontribusi dalam strategi perbaikan sistem yaitu memantau,
melakukan kajian dan penelitian terhadap layanan publik, seperti berikut.
a. Bagaimana proses pelayanan pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan? Pastikan
Anda mencatat lama waktu pelayanan, biaya pelayanan, dan kemudahan pelayanan.
b. Bagaimana dengan kondisi fasilitas umum seperti angkutan kota?
Apakah semua fungsi kendaraan berjalan dengan baik?
Apakah sopir mematuhi aturan lalu lintas?
c. Bagaimana dengan pelayanan publik untuk masyarakat miskin, contohnya kesehatan?
Apakah masyarakat miskin mendapatkan pelayanan yang layak dan ramah. Apakah
mereka dikenakan biaya atau digratiskan?
d. Bagaimana dengan transparansi dan akses publik untuk mengetahui penggunaan dana
di pemerintahan, contohnya di pemerintahan kabupaten atau pemerintahan kota?

G. Peran Mahasiswa di Tingkat Lokal Dan Nasional


Di Tingkat Lokal dan Nasional Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi
bertujuan mencegah terjadinya perilaku korup dan berkembangnya budaya korupsi di tengah
masyarakat. Dalam gerakan antikorupsi ini mahasiswa dapat menjadi pemimpin (leader),
baik di tingkat lokal maupun nasional serta memiliki kesempatan untuk memberikan
rekomendasi kepada pemerintah. 11 Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dimulai dari
lingkungan kampus yaitu dengan menyosialisasikan nilai-nilai antikorupsi, kemudian
menyosialisasikan ke luar lingkungan kampus atau perguruan tinggi lainnya dengan
dukungan BEM.
Mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi internet dan media sosial dengan mengadakan
situs opini antikorupsi atau menciptakan komunitas-komunitas antikorupsi di dunia maya.
Contoh lain khusus Poltekkes, disisipkannya materi tentang gerakan antikorupsi pada
kegiatan latihan dasar kepemimpinan di BEM Politenik Kesehatan Kemenkes, pembuatan
poster dan spanduk antikorupsi, serta mengadakan gerakan jujur dalam ujian. Hal yang
penting adalah dimilikinya integritas oleh mahasiswa. Integritas adalah salah satu pilar
penting sebagai pembentuk karakter antikorupsi. Secara harfiah, integritas bisa diartikan
sebagai selarasnya antara ucapan dan perbuatan. Jika ucapan mengatakan antikorupsi,
perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula
diartikan sebagai kejujuran (KPK, t.t.). Bagaimana cara agar integritas dapat ditanamkan? a.
Mendalami dan menerapkan nilai-nilai agama dan etika Menerapkan nilai-nilai agama dan
etika menjadi filter bagi setiap individu. Manusia menyadari ada kehidupan setelah
kematian, dan setiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang
dilakukan. Perbuatan korupsi adalah dosa, harta hasil korupsi adalah barang haram, yang
akan membawa akibat yang tidak baik bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Akibat
tersebut bisa langsung terasa di dunia, atau mungkin nanti berupa siksa di neraka.
Kesadaran akan hal ini, membuat setiap orang lebih berhatihati, dan tidak terjebak ke
dalam perilaku korupsi. b. Belajar dari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi Banyak
tokoh bangsa yang memiliki integritas, seperti Muhammad Natsir, Mohammad Hatta,
Jenderal Sudirman, dan Hoegoeng. Mahasiswa perlu membaca kisah atau biografi tokoh
tersebut untuk menjadi pelajaran dan contoh keteladanan. c. Berlatih dari hal-hal yang kecil
Jangan berbicara tentang korupsi jika masih suka melanggar aturan lalu lintas, membuang
sampah sembarangan, menyontek, melanggar hal-hal lain yang dianggap “sepele”.
Bagaimana mungkin bisa memberantas korupsi yang demikian masif jika kita tidak bisa
mengatasi keinginan untuk melakukan 12 pelanggaran “kecil”? Integritas harus ditanamkan
secara bertahap, mulai dari yang kecil dan terdekat dengan diri kita. d. Mengajak orang lain
untuk melakukan hal yang sama Gerakan berintegritas harus menjadi gerakan massal dan
menyebar. Integritas parsial tidak akan membantu banyak perubahan. Masyarakat harus
memiliki budaya malu jika mereka mengabaikan integritas. Karena itu, mahasiswa dapat
mengajak lingkungan terkecilnya yaitu keluarga untuk menjunjung tinggi integritas. e.
Melakukannya mulai dari sekarang Lakukan mulai dari sekarang juga, dan tidak ditunda.
Mulai dari yang kita bisa. Korupsi sudah menggurita dari masa ke masa maka apabila
dibiarkan berlarut-larut dan berurat akar dapatlah kita bayangkan bagaimana masa depan
Indonesia kelak. Anda sebagai mahasiswa akan merasakannya, begitu pula adik-adik dan
anak-anak Anak kelak akan menjadi generasi yang sudah tidak bisa menikmati apa-apa lagi
dari Bumi Pertiwi tercinta ini. Mengapa? Karena semua kekayaan Indonesia sudah dijarah
oleh para koruptor dan ditempatkan di negara-negara lain. Hal inilah yang harus kita cegah
bersama sekarang juga.

Anda mungkin juga menyukai