Anda di halaman 1dari 45

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...........................................................................................4
A. Konteks Penelitian.......................................................................................4
B. Fokus Penelitian.........................................................................................11
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................12
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................12
II. TINJUAN PUSTAKA DAN KARANGKA KONSEPTUAL...................14
A. Tinjuan Pustaka..........................................................................................14
1. Penerapan.............................................................................................14
2. Prinsip Pembelajaran...........................................................................15
3. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi)..........................................18
4. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).........................................................29
5. Life Skill...............................................................................................32
B. Kerangka Konseptual.................................................................................34
III. METODE PENELITIAN.........................................................................36
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian................................................................36
B. Lokasi Penelitian........................................................................................37
C. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................37
1. Observasi.............................................................................................37
2. Wawancara..........................................................................................38
3. Dokumentasi........................................................................................39
D. Sumber Data...............................................................................................39
1. Data primer..........................................................................................39
2. Data skunder........................................................................................40
E. Peran Peneliti.............................................................................................40
F. Pengecekan Keabsahan Temuan................................................................40
1. Member Check.....................................................................................40
2. Triangulasi...........................................................................................41
G. Analisis Data..............................................................................................42
1. Reduksi data.........................................................................................42
2. Penyajian data......................................................................................43
3. Penarikan kesimpulan..........................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
I. PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan sebuah keterampilan, pengetahuan, dan kebiasaan

sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, misal bimbingan teman

sepermainan, bimbingan guru dan bahkan bimbingan secara otodidak.

Pendidikan berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya

manusia,sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas

layanan dalam bidang pendidikan tersebut, salah satunya adalah teknologi

informasi dan komunikasi sangat berpegaruh dalam perkembangan pendidikan

sehingga pembelajaran berbasis teknologi informasi sekarang ini merupakan

keharusan (Aminuddin, Nurhikmah, Haling, & Rosihan, 2021).

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak

terputus dari generasi ke generasi dimanapun di dunia ini. Upaya memanusiakan

manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup

dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,

meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu

sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. dengan kata lain,

pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan

sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia.

Tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pada Bab I Pasal 1 Nomor 1


5

Menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia

membutuhkan yang namanya pendidikan agar mampu mengembangkan potensi

dirinya dan bisa diakui oleh masyarakat.

Berdasakan penelitian dilapangan, pendidikan nonformal sangat

dibutuhakan oleh anggota masyarakat yang belum sempat mendapat

kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah terlanjur lewat

umur atau terpaksa putus sekolah, karena suatu hal.Akhirnyan tujuan terpenting

dari pendidikan non formal adalah program-program yang didasarkan kepada

masyarakat harus sejalan dan trintegrasi dengan program-program pembagunan

yang di butuhkan oleh rakyat.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, peran pendidikan non-formal dan

informal (PNFI) sangatlah penting. Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan

mengikuti pendidikan formal sepatutnya sebanyak mungkin dijangkau melalui

PNFI agar mereka mendapat pembekalan yang memadai untuk

kehidupannya.PNFI dapat menjawab kebutuhan pendidikan yang disesuaikan

dengan konteks lokal masyarakat setempat yang tidak dapat dijawab oleh

pendidikan formal. (Depdiknas: 2009).


6

Dilihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti

melakukan penelitian progam pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan

ketela menjadi olahan makanan lokal, merupakan salah satu bagian dari

Pendidikan Non Formal yaitu pada aspek pendidikan kecapan hidup pada

masyarakat Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.

Pendidikan nonformal menurut Sudarsana (2017:43) mengemukakan

bahwa pendidikan nonformal merupakan inventasi penting bagi anak, tugas lain

dari pendidikan nonformal yakni sebagai pendidikan tambahan untuk

keterbatasan materi yang disampaikan dalam pendidikan formal.

Menyadari betapa pentingnya pendidikan nonformal, maka Departemen

Pendidikan Nasional telah menetapkan berbagai kebijakan dan upaya antara lain

terus mengupayakan pemerataan dan perluasan terhadap pendidikan,

peningkatan mutu dan relevensi pendidikan serta mengembangkan manajemen

pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat sejalan dengan era

desentralisasi pendidikan. Undang-Uandang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal

26 ayat 1 menyebutkan Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan sepanjang haya

Berbagai langkah kegiatan untuk memperluas akses dan pemerataan

pendidikan nonformal adalah, Peningkatan sosialisasi dan promosi melalui

berbagai media mengenai pentingnya pendidikan nonformal dalam memberikan

pelayanan pendidikan kepada masyarakat dari usia dini hingga usia lanjut, yang
7

disertai menu-menu program yang dapat menggugah, menarik, dan

membangkitkan semangat untuk belajar dan berperan serta dalam

penyelenggaraan pendidikan nonformal; Mendorong dan memberdayakan

masyarakat melalui berbagai organisasi sosial masyarakat (Orsosmas) dan

lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berorientasi pada kegiatan sosial,

ekonomi, dan budaya serta kelompok masyarakat terdidik, untuk dapat berperan

dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal; Memberikan bantuan

pembiayaan sampai pada kabupaten/kota untuk meningkatkan pemahaman

tentang pentingnya pendidikan nonformal bagi Pemda kabupaten/kota, sehingga

terdorong untuk menyediakan anggaran pendidikan nonformal yang memadai

melalui APBD; Mendorong terbentuknya berbagai organisasi kemasyarakatan di

berbagai tingkatan yang dapat berperan sebagai mitra dalam pengembangan

pendidikan nonformal; Memperluas kerja sama dengan instansi terkait dalam

penyelenggaraan pendidikan nonformal; Penyediaan, pemberian dan penyaluran

block grants yang dilaksanakan secara transparan dan dapat dipertanggung

jawabkan kepada pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan berbagai

program pendidikan nonformal; Menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga

luar negeri yang terkait dengan pengembangan program pendidikan nonformal

(Renstra Depdiknas, 2004-2009).

Program pendidikan nonformal adalah bermacam-macam, pasal 26 ayat 3

menyebutkkan beragam program pendidikan nonformal sebagai berikut:

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,


pendidikan snsk usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pelatihan
8

kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang


ditunjukan untuk mengembangka kemampuan peserta didik.

Sasaran pendidikan nonformal salah satunya adalah orang dewasa yang

pendidikan rendah agar memili kemampuan untuk mengembangkan potensi diri

dengan penekan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup

(life skills), serta pengembangan sikap sikap dan kepribadian professional.

Life Skill (Kecakapan Hidup)adalah kapasitas dan informasi pada

individu untuk mencoba menghadapi masalah kehidupan dan kehidupan secara

proaktif mencari dan menemukan pengaturan sehingga mereka dapat

menaklukkannya dengan kapasitas untuk berkolaborasi dan menyesuaikan diri

dengan orang lain, kemampuan dinamis, dapat mengatasi masalah yang

dihadapi, berpikir secara fundamental , berpikir imajinatif, menyampaikan

dengan baik, kesadaran diri, beremBone dengan teman sebaya, dapat mengatasi

emosi pada dirinya. (Anita Rakhman, 2020).

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu layanan public

dibidang pendidikan nonformal yang ditunjukkan untuk membekali warga

masyarakat dengan kemampuan yang dapat digunakan secara fungsional untuk

memecahkan berbagai persoalan kehidupan sehari hari. Pembinaan kecakapan

hidup dan kursus bagi orang dewasa bertujuan untuk bekerja dan /atau berusaha

secara mandiri. Relevansi pendidikan kecakapan hidup dengan kondisi empiris

masyarakat di Indonesia saat ini cukup besar. Kenyataan empiris menunjukkan

bahwa tingginya jumlah pengangguran dan kemiskinan masyarakat di Indonesia

disebabkan kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia,


9

dimana kualitas tersebut tidak sesuai dengan kemajuan atau perubahan yang

terjadi

di sektor lapangan usaha yang sangat cepat berubah. Pengangguran dan

kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa yang belum

terpecahkan.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023 jumlah

pengangguran di Kabupaten Bone mencapai 11 ribu orang total. Menurut BPS

tingkat pengangguran terbuka atau TPT (Penganggur terbuka, terdiri dari:

Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. Mereka yang tak

punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. Mereka yang tak punya pekerjaan

dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan

pekerjaan) dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peninkatan.Tercatat

tahun 2021, TPT mencapai 8.564 orang dengan jumlah mencapai 2,56 % dan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) capai 58,28%. Sementara pada

tahun 2022 angka pengangguran melejit hingga menembus angka 10.527 atau

mengalami kenaikan hingga 1.963 orang (Data statistik 2022).

Pernyataan di atas menunjukkan lemahnya governance, kebijakan

pemerintah masih berat sebelah, pendidikan formal lebih diutamakan. Hal inilah

yang menyebabkan layanan pendidikan nonformal belum dapat dilaksanakan

secara merata, bermutu, berkeadilan, dan akuntabel. Sementara, kemampuan

masyarakat untuk mengakses layanan pendidikan nonformal dan informal belum

dapat direalisasikan secara optimal sebagai akibat rendahnya partisipasi


10

masyarakat di bidang pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal

dan Informal Depdiknas, 2009: 3)

Pendidikan, khususnya pendidikan nonformal merupakan kata kunci yang

tepat dalam mengurai benang kusut yang terjadi dalam masyarakat. Salah satu

unsur dalam pendidikan nonformal adalah pendidikan kecakapan hidup (life

skill), inti dari pendidikan life skill ini adalah pembelajaran pada peserta didik

dengan mengutamakan aspek keterampilan yang dapat dipakai sebagai

penunjang dan pegangan hidup bagi mereka. Artinya ada relevansi pendidikan

dengan kehidupan nyata yang nantinya akan dijalani oleh peserta didik.

Secara empiris pernyataan di atas, sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Komaria, dkk. (2020: 6) menyatakan bahwa Bangsa yang besar adalah

yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan berintegritas. Oleh

karena itu, paradigma sistem pendidikan yang 6 berkualitas harus berorientasi

pada peningkatan kecakapan hidup masyarakat. Melalui program life skill,

diharapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia akan lebih baik. Pendidikan

keterampilan menjadi kebutuhan, agar masyarakat akan memiliki keterampilan

hidup yang relevan dengan kesempatan kerja. Dengan mengakui sisi

keterampilan hidup kaum muda yang menganggur akan tergugah harga diri dan

rasa percaya diri dengan berusaha meningkatkan perilaku dan minat hidup

mereka.

Mengacu hasil penelitian sebagaimana tersebut di atas, Nampak bahwa

masalah social krusial seperti pengentasan mengangguran, kemiskinana dan


11

perbaikan taraf hidup masyarakat perlu segera ditangani secara serius. Melalui

penyelenggaraan pendidikan life skill diharapkan masalah-malah seperti tersebut

dapat tertangani dengan baik.

Disinilah peran insttitusi Pendidikan NonFormal (PNF) seperti Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) untuk mengajak masyarakat belajar kecakapan

kejuruan/keterampilan serta pertukangan kayu, otomotif, menjahit, border,

sablon, diharapkan problem kemiskinan dan kebodohan yang dihadapi

masyarakat dapat dicarikan solusinya melalui program-program pendidikan

nonformal yang ada dalam institusi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pelayanan pendidikan

kecakapan hidup memiliki peran penting dalam mengatasi persoalan kekinian

masyarakat. Namun demikian, pelayanan pendidikan kecakapan hidup ternyata

tidak terlepas dari berbagai persoalan yang cukup kompleks, yaitu (1) rendahnya

kualitas kompetensi instruktur; (2) rendahnya minat warga belajar pada program

life skills sehingga penyelenggaraan layanan pendidikan kecakapan hidup masih

belum berjalan sebagaimnana yang diharapkan; (3) penyediaan materi, sarana

dan prasana layanan pendidikan kecakapan hidup yang kurang memadai.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dilakukan

penelitian yang berjudul “Penerapan Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa Pada

Program Life Skill di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi fokus


12

penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Lembaga Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone dalam

penyelenggaraan program life skill sebagai salah satu bentuk pembelajaran

masyarakat?

2. Bagaimanakah pemahaman tutor program life skill tentang prinsip-prinsip

pembelajaran orang dewasa di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone?

3. Bagaimanakah penerapan prisip-prinsip pembelajaran orang dewasa pada

program life skill di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian, peneliti merumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Lembaga Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone

khususnya program life skill dalam pembelajaran.

2. Mengungkapkan data berkenaan dengan pemahaman tutor program life skill

mengenai prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.

3. Mengungkapkan data mengenai penerapan prinsip-prinsip pembelajaran

orang dewasa pada program life skill di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten

Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pendalaman kompetensi

profesional bagi pendidik pendidikan luar sekolah yang terkait dengan


13

pengelolaan pembelajaran orang dewasa yang meliputi: perencanaan,

pengorganisasian, metode, dan evaluasi program life skill.

2. Manfaat praktis

Memberi masukan bagi pengelola Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten

Bone dalam pengadaan, perbaikan fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran

orang dewasa pada program life skill. Serta pengembangan sumber daya manusia

(tenaga pendidik) dengan mengadakan program pelatihan dan mengikuti

workshop tentang pembelajaran orang dewasa


14

II. TINJUAN PUSTAKA DAN KARANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjuan Pustaka

1. Penerapan

a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan

adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk

mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh

suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

Menurut (Putri, 2019) Penerapan adalah proses, cara atau perbuatan

sebagai kemampuan meningkatkan bahanbahan yang dipelajari dengan rencana

yang telah disusun secara sistematis, seperti metode, konsep dan teori. Menurut

Wahab (dalam Sa’diyah, 2019) penerapan merupakan sebuah kegiatan yang

memiliki tiga unsur penting dan mutlak dalam menjalankannya. Wahab juga

menyatakan bahwa unsur-unsur penerapan meliputi:

1) Adanya program yang dilaksanakan


15

2) Adanya kelompok target, yaitu siswa yang menjadi sasaran dan diharapkan

mendapat manfaat dari program tersebut.

3) Adanya pelaksana, baik oleh individu maupun kelompok Dari beberapa

informasi di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan perbuatan

yang memiliki maksud dan untuk memenuhi suatu tujuan.

Adapun menurut Lukman Ali (2017: 104), “penerapan adalah

memperaktekkan atau memasangkan”. Penerapan juga diartikan sebagai

pelaksanaan. Menurut Wahab (2018: 45) “penerapan merupakan sebuah kegiatan

yang memiliki tiga unsur penting dan mutlak dalam menjalankannya”. Adapun

unsur- unsur penerapan meliputi :

1) Adanya program yang dilaksanakan

2) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

3) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses

penerapan tersebut.

2. Prinsip Pembelajaran
16

Berbagai teori tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang telah

dikemukakan para ahli yang memiliki persamaan dan perbedaan. Dari prinsip

tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat

digunakan sebagai dasar dalam proses pembelajaran, baik pendidik aupun peserta

didik dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang

dimaksud adalah: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung,

pengulangan, tantangan serta perbedaan individu. Lebih jelasnya di uraikan

sebagai berikut;

1) Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran,

tanpa adanya perhatian maka pelajaran yang diterima dari pendidik adalah sia-

sia. Bahkan dalam kajian teori belajar terungkap bahwa tanpa adanya perhatian

tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada

peserta didik apabila bahan pelajaran itu sesuai kebutuhannya, sehingga

termotivasi untuk mempelajari secara serius. Selain dari perhatian, motivasi juga

mempunyai peranan yang urgen dalam kegiatan belajar. Gage dan Berliner

mendefinisikan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan

aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi

pada mobil. Jadi motivasi merupakan suatu tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang. Dengan demikian motivasi dapat

dibandingkan dengan sebuah mesin dan kemudi pada mobil. Motivasi

mempunyai kaitan yang erat dengan minat, peserta didik yang memiliki minat

terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan


17

timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.

2) Keaktifan

Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.

Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari

peserta didik dan pendidik. Dari segi pesera didik, belajar dialami sebagai suatu

proses, mereka mengalami proses mental dalam menghadapi bahan ajar.

3) Keterlibatan lingkungan/berpengalaman

Dalam diri peserta didik terdapat banyak kemungkinan dan potensi yang

akan berkembang. Potensi yang dimiliki peserta didik berkembang ke arah

tujuan yang baik dan optimal, jika diarahkan dan punya kesempatan untuk

mengalaminya sendiri. Edgar Dale dalam Oemar Hamalik mengemukakan

bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.

Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat yang paling

kongkrit ke yang paling abstrak yang dikenal dengan kerucut pengalaman (cone

of experience).

4) Pengulangan

Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu

tindakan atau perbuatan berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta didik

yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil pembelajarannya. Pemantapan

diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan yang dilakukan

melalui pengulangan– pengulangan.

5) Tantanggan

Apabila pendidik menginginkan peserta didiknya berkembang dan selalu


18

berusaha mencapai tujuan, maka pendidik harus memberikan tantangan dalam

kegiatan pembelajaran. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat

diwujudkan melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih

untuk kegiatan tersebut. Kurt Lewin dengan teori Medan (Field Theory),

mengemukakan bahwa peserta didik dalam situasi belajar berada dalam suatu

medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar peserta didik menghadapi

suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu mendapat hambatan yaitu

mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu

dengan mempelajari bahan ajar tersebut.

6) Perbedaan individual

Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda

antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang sama baik dari aspek fisik

maupun psikis. Dimiyati dan Mudiyono berpendapat bahwa “peserta didik

merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang peserta didik yang

sama persis, tiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan itu

terdapat pula pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Pramana (2020, hlm. 15)

diantaranya yaitu :

1) Menjelaskan beberapa pengertian tentang belajar

2) Menjelaskan tentang prinsip-prinsip belajar

3) Menjelaskan perkembangan tingkah laku manusia

4) Menerapkan pemahaman tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam


19

kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi)

a. Dasar Teori Pendidikan Orang Dewasa

Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang

mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang

dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai

pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis

dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian

untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa

harus memperhatikan karakteristik orang dewasa (Wahono, 2020).

Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman,

pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara

mandiri . Keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif

dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik. Orientasi belajar

berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya

untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi orang dewasa belajar untuk

meningkatkan kehidupannya. Melalui proses belajar orang dewasa akan

mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang

dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup, tidak hanya pada

pencarian ijazah saja. sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat

subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala

pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai.

Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka,


20

hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa.

Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula

mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka

harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa

kepercayaandiri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan

pernah terwujud. Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda,

mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya

suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi

pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda

pendapat(Budiman,J.2018).

Menurut Jihad dan Haris dalam Supenti (2019: 75) menjelaskan

mengenai hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang

cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses

belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu pendekatan pembelajaran yang

digunakan pada pembelajaran orang dewasa memiliki karakteristik khusus yang

berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak. Andragogi merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik khusus orang

dewasa, khususnya dalam proses belajar.

Pembelajaran bagi orang dewasa atau andragogi di era masyarakat 5.0

merupakan suatu pembelajaran yang sangat urgen karena orang dewasa perlu

bersaing secara sehat dengan generasi milenial. Menurut Kartini Kartono, istilah

andragogi terdiri atas dua akar kata yakni kata aner artinya orang dewasa dan
21

agogos artinya memimpin. Andragogi berarti ilmu yang mempelajari mengenai

manusia atau orang dewasa yang ingin mengikuti proses pembelajaran.

Andragogi umunya dimaknai sama dengan pendidikan orang dewasa, dan

digunakan untuk membedakan antara pendidikan orang dewasa dengan

pendidikan anak-anak. andragogi merupakan teknologi pembelajaran untuk

melibatkan peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Teknologi

pembelajaran ini telah banyak mewarnai praktik pendidikan di sekolah

berkenaan dengan penerapan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa

(student centerd instruction). Penggunaan metode Cara Belajar Siswa Aktif,

tutorial dan pembelajaran sebaya, merupakan contoh penerapan andragogi.

Penerapan konsep diri berhasil atau tidaknya diserahkan kembali kepada

diri pribadi yang menjalankannya, karena semua keberhasilan itu tergantung

bagaimana pribadi itu meyakinkan dirinya sendiri. Sesuai dengan pendapat

Hurlock yang menyatakan bahwa konsep diri merupakan pemahaman atau

gambaran seseorang mengenai dirinya yang dapat dilihat dari dua aspek, yaitu

aspek fisik dan aspek psikologis (Dewi, 2021).

Penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan

pembelajaran orang dewasa dilihat dari konsep diri oleh instruktur pelatihan

menjahit dan tata boga di SKB Kabupaten Bone berhasil dalam pelaksanaannya.

Hal ini sesuai dengan temuan peneliti di lapangan, yang mana antara instruktur

dengan warga belajar saling memberikan masukan.

Menurut Majid dalam Syamsudin, Misro bahwa kegiatan pembelajaran


22

bertumpu pada dua proses penting, yakni:

Untuk melakukan perubahan tingkah laku melalui kegiatan


pembelajaran;
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan melalui penyampaian
materi pembelajaran. Andragogi membutuhkan ilmu pengetahuan
dan perubahan tingkah laku melalui proses pembelajaran di era
Masyarakat 5.0 di terimanya dari para Pendidikan yang ahli di
bidangnya.
Pada era masyarakat 5.0 pendidikan menjadi patokan mutlak untuk

menentukan sasaran dan tujuan hidup yang pasti. Karena itu, orang dewasa perlu

menerima bimbingan dan tuntunan dari para pendidik yang ahli di bidangnya

melalui berbagai model pembelajaran yang menjadi pilihan utama, sehingga

mampu menemukan sesuatu secara mandiri demi keberlanjutan hidupnya.

Era masyarakat 5.0 merupakan suatu era bukan semata-mata hanya

mengenal inovasi teknologi melainkan kebutuhan yang diperlukan oleh

masyarakat luas. Manusia sebagai pusat tatanan kehidupan yang

menyeimbangkan kemajuan pendidikan karena pendidikan sangat vital dalam

peningkatan pengetahuan kehidupan manusia. Hal ini menggambarkan bahwa

segala macam hal yang dikembangkan pasti berujung pada peningkatan ilmu

pengetahuan, baik dalam ruang lingkup mikro maupun makro.

b. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa

Adapun prinsip- prinsip pembelajaran orang dewasa menurut Malcolm

Knowles dalam jurnal Ulvi Nirmalasari (2020, hal. 65-72), menyebutkan ada 4

(empat) prinsip pembelajaran orang dewasa, yakni:

1) Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan


23

pembelajaran. Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian hasilnya.

2) Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab

peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.

3) Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan

secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.

4) Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem-centered) dan

membutuhkan dorongan dan motivasi.

Sementara menurut Lunandi dalam jurnal Ulvi Nirmalasari (2020) orang

dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa (Andragogy)

tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa

pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa yang

diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya.

Lunandi yang mendeskripsikan keadaan belajar orang dewasa

berdasarkan sudut pandang psikologis, yaitu:

(1)Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh


orang dewasa itu sendiri; (2) Orang dewasa belajar jika
bermanfaat bagi dirinya; (3) Belajar bagi orang dewasa
kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan; (4)
Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu;
(5) Proses belajar bagi orang dewasa adalah khas; (6) Sumber
bahan belajar terkaya bagi orang dewasa berada pada diri
orang itu sendiri; (7) Belajar adalah proses emosional dan
intelektual sekaligus; dan (8) Belajar adalah hasil kerjasama
antara manusia.
c. Asumsi Belajar Orang Dewasa

Menurut Knowles (dalam Firman, 2021: 11) bahwa ada 34 perbedaan


24

mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh andragogi dengan pedagogi.

Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Konsep

Diri pada seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung kepada orang

lain. Seorang anak sesungguhnya merupakan kepribadian yang tergantung pada

pihak lain, hampir seluruh kehidupannya diatur oleh orang yang sudah dewasa,

baik di rumah, di tempat bermain, di sekolah maupun di temapat ibadah. Ketika

anak beranjak menuju kearah dewasa, mereka menjadi berkurang

ketergantungannya kepada orang lain, dan mulai tumbuh kesadarannya dan

merasa dapat untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Selama proses

perubahan dari ketergantungan kepada orang lain ke arah mampu untuk berdiri

sendiri, secara psikologiis orang tersebut dipandang sudah dewasa. Ia

memandang dirinya sudah mampu untuk sepenuhnyaa mengatur dirinya sendiri.

Oleh karena itu, seorang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya

menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. Mereka akan menolak

apabila diperlakukan seperti anakanak, seperti diberi ceramah apa yang harus

dilakukan dan apa yang tidak boleh. Orang dewasa akan menolak suatu situasi

belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai pribadi

yang mandiri. Di lain pihak apabila orang dewasa dibawa ke dalam situasi

belajar yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, aka mereka

akan melakukan proses belajar tersebut dengan penuh pelibatan dirinya secara

mendalam. Dalam situasi seperti ini, orang dewasa telah mempunyai kemauan

sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.


25

2) Pengalaman

Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda sebagai

akibat latar belakang kehidupan masa mudanya. Makin lama ia hidup, makin

menumpuk pengalaman yang ia punya dan makin berbeda pula pengalamannya

dengan orang lain. Nampaknya pengalaman bagi orang dewasa dan anak-anak

berbeda pula. Bagi anak-anak pengalaman itu adalah sesuatu yang terjadi pada

dirinya. Ini berarti bahwa pengalaman bagi anak-anak merupakan suatu stimulus

yang berasal dari luar dan mempengaruhi dirinya dan bukan merupakan bagian

terpadu dengan dirinya. Tetapi bagi orang dewasa, pengalaman itu adalah dirinya

sendiri. Ia merumuskan siapa dia,dan menciptakan identitas dirinya atas

seperangkat pengalaman yang unik. Perbedaan pengalaman antara orang dewasa

dengan anak-anak menimbulkan konsekuensi dalam belajar. Konsekuensi itu,

pertama bahawa orang dewasa mempunyai kesempatan yang lebih untuk

mengkontribusikan dalam proses belajar orang lain. Hal ini disebabkan karena ia

merupakan sumber belajar yang kaya. Kedua, orang dewasa mempunyai dasar

pengalalman yang lebih kaya yang berkaitan dengan pengalaman baru (belajar

sesuatu yang baru mempunyai kcenderungan mengambil makna dari pengalaman

yang lama). Ketiga, orang dewasa telah mempunyai pola piker dan kebiasaan

yang pasti dan karenanya mereka cenderung kurang terbuka.

3) Kesiapan

Kesiapan untuk belajar Orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk

belajar. Masa ini sebagai akibat dari peranan sosialnya. Robert J. Havighurst

membagi masa dewasa itu atas tiga fase mengidentifikasi 10 peranan sosial
26

dalam masa dewasa. Ketiga fase dewasa.

4) Orientasi

Orientasi kearah kegiatan belajar dalam belajar, anatara orang dewasa

dengan anak-anak berbeda dalam perspektik waktunya. Hal ini akan

menghasilkan perbedaan pula dalam cara memandang terhadap belajar. Bagi

anak-anak, pendidikan dipandang sebagai suatu proses penumpukan

pengetahuan keterampilan, yang nantinya diharapkan akan dapat bermanfaat

dalam kehidupan kelak.

d. Implikasi Asumsi dalam praktik pendidikan orang dewasa

Implikasi asumsi dalam praktik pendidikan orang dewasa adalah sebagai

Implikasi asumsi dalam praktik pendidikan orang dewasa adalah Konsep

diri,Peranan pengalaman belajar, Kesiapan belajar, Orientasi belajar. Didalam

konsep diri ini terdapat beberapa asumsi yaitu :

1) Suasana belajar

Konsep diri ini memberikan implikasi 21 bahwa lingkungan belajar orang

dewasa harus bersifat kondusif. Lingkungan itu hendaknya memberikan

kesenangan orang dewasa untuk belajar, terutama berkenaan dengan penataan

ruang. Begitu pula orang dewasa hendaknya merasa dirinya diterima, dihormati

dan didukung oleh teman ataupun pendidiknya.

2) Diagnosis kebutuhan belajar

Andragogi mementingkan keterlibatan orang dewasa di dalam self-

diagnosiskebutuhan belajar. Model diagnosis kebutuhan yang paling banyak

digunakan yaitu model kompetensi atau analisis jabatan.


27

3) Perencanaan pembelajaran

Unsur di dalam teknologi andragogi adalah keterlibatan orang dewasa di

dalam proses perencanaan belajarnya, dalam hal ini pendidik bertindak sebagai

pelayan atau pemandu prosedural dan narasumber. Kegiatan perencaan ini terdiri

dari penerjemahan kebutuhan yang telah didiagnosis ke dalam tujuan

pembelajaran, merancang dan melaksanakan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan tesebut dan mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan tersebut. Tanggung

jawab kegiatan ini adalah bersama antara pendidik dan orang dewasa.

4) Pelaksanaan pengalaman belajar

Pelaksanaan pengalaman belajar. Praktik andragogi memperlakukan

transaksi belajar-mengajar sebgai tanggung jawab bersama antara orang dewasa

dengan pendidik. Peranan pendidik adalah sebagai teknisi prosedural,

narasumber dan sebagai katalisator. Dengan demikian pendidik tugasnya adalah

membantu 22 orang dewasa untuk melaksanakan belajar.

5) Evaluasi belajar

Andragogi menyarankan adanya proses self-evaluation, diamana

pendidik mencurahkan energinya orang dewasa memperoleh data tentang

kemajuan belajarnya kearah tujuan pembelajaran. Dengan cara ini, kekuatan dan

kelemahan program pembelajaran juga dinilai berkenaan dengan seberapa baik

program itu memperlancar belajar orang dewasa.

Oleh karena itu evaluasi dilaksanakan secara bersamasama antara

pendidik dan orang dewasa. Disamping itu pendidik hendaknya memberikan

kesempatan kepada orang dewasa untuk mediagnosis kembali kebutuhan


28

belajarnya dalam rangka menyusun program pembelajaran tahap berikutnya.

Peranan pengalaman belajar. Terdapat beberapa asumsi dalam peranan belajar,

antara lain :

a) Penekanan pada teknik eksperimental.

Karena orang dewasa memiliki sumber belajar yang kaya, maka

penekana lebih besar ditempatkan pada teknik-teknik untuk mengungkapkan

pengalaman orang dewasa, seperti diskusi kelompok, metode kasus, proses

insiden-kritis, proyek lapangan, proyek tindakan, metode konseling, terapi

kelompok dan pembangunan masyarakat. Degan beberapa teknik tersebut, orang

dewasa dapat berpartisipasi aktif untuk berperan di dalam proses pembelajaran.

b) Penekanan pada penerapan praktis.

Pendidik orang dewasa yang profesional selalu 23 memperhatikan

pengalaman yang diperoleh orang dewasa. Dengan cara ini orang dewasa

akan mampu menerapkan perolehan belajarnya ke dalam kehidupan nyata, dan

terjadi transfer belajar (transfer of learning).

c) Belajar dari pengalaman.

Melalui kegiatan belajar dari pengalaman, orang dewasa dibentuk agar

mampu melibatkan diri secara objektif. Beberapa asumsi dari kesiapan belajar

antara lain : (a) Waktu belajar. Pengorganisasian kurikulum hendaknya

disesuaikan dengan tahap-tahap tugas perkembangan orang dewasa, bukan

sebaliknya sesuai dengan logika materi pembelajaran. (b) Pengelompokan

partisipan. Konsep tugas-tugas perkembangan memberikan pedoman berkenaan

dengan pengelompokan orang dewasa. Pengelompokan itu bisa didasarkan pada


29

homogenitas atau heterogonitas arakteristik orang dewasa, seperti jenis kelamin,

usia, status pekerjaan, status ekonomi.

e. Bentuk Pendidikan Orang Dewasa

Penyelenggaraan kegiatan pendidikan orang dewasa dapat

diklasifikasikan ke dalam dua tingkatan, yaitu:

1) Pendidikan dasar (adult basic education) yang mempelajaripengetahuan dan

keterampilan dasar. Kegiatan pendidikan ini ditujukan bagi masyarakat yang

buta huruf, dan memiliki keterampilan kerja yang sangat sederhana.

Kedudukan pendidikan ini menjadi dasar untuk mengikuti program belajar

yang lebih tinggi.

2) Pendidikan berkelanjutan (continuing education) yang mempelajari

pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai dengan perkembangan

kebutuhan belajar pada diri orang dewasa. Pendidikan berkelanjutan ini

ditujukan pada kegiatan pendidikan, untuk memperbaiki dan meningkatan

kemampuan pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat dijadikan

fasilitas dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja (Unesco, 2000:4).

4. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

Sanggar Kegiatan Belajar merupakan suatu tempat belajar untuk

masyarakat melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah dan berada dibawah Dinas

Pendidikan tingkat kabupaten/kota. Sanggar sebagai salah satu wadah yang

memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat melalui jalur Pendidikan

Luar Sekolah (PLS).


30

Menurut Shomedran (2020: 30) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

merupakan salah satu satuan pendidikan Pendidikan luar sekolah yang

menyediakan layanan pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan mutu

sumber daya manusia. Berbagai progam yang dijalankan seperti pendidikan

kecakakan hidup, pendidikan kesetaraan, pendidikan kepemudaan,

pemberdayaan perempuan ataupun bentuk pendidikan lain yang bisa diakses oleh

masyarakat luas. Dalam Permendikbud Nomor 4 tahun 2016 Tentang Pedoman

Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar Menjadi Satuan Pendidikan Nonformal, di

sebutkan bahwa Sanggar Kegiatan Belajar atau sebutan lainnya disebut SKB

adalah unit pelaksana teknis daerah kabupaten/kota.

Berbeda dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang

merupakan sebuah lembaga pendidikan bentukan masyarakat, yang dikelola dan

dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri, SKB merupakan lembaga pemerintah

di bawah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. SKB secara umum mempunyai

tugas membuat percontohan program pendidikan non formal, mengembangkan

bahan belajar muatan local sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan

kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah. SK Mendikbud RI, Nomor 023/

O/1997 menyebutkan bahwa tugas pokok SKB “Melaksanakan pembuatan

percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program Pendidikan Luar

Sekolah, Pemuda dan Olahraga berdasarkan kebijakan teknis Direktur Jenderal

Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga”. Beberapa program pendidikan

non formal yang umumnya dilaksanakan di SKB antara lain PAUD, program-
31

program kecakapan hidup, serta program-program untuk meningkatkan mutu

tenaga kependidikan non formal.

a. Tugas pokok dan Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar


Tujuan dan komitmen SKB untuk menjadi salah satu satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan non formal dan Pendidikan Masyarakat yang

memberikan pelayanan pendidikan nonformal yang bermutu, setiap SKB

diharapkan dapat menjadi pusat percontohan bagi satuan pendidikan nonformal

lainnya. . Sebagai salah satu unit pelaksana teknis dari Dinas Pendidikan, SKB

mempunyai tugas pokok dan fungsi di antaranya adalah :

1) Pembangkitan dan penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam rangka

terciptanya masyarakat yang gemar belajar;

2) Pembuatan percontohan berbagai program pendidikan nonformal dan

informal;

3) Pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal;

4) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pelaksana pendidikan nonformal

dan informal;

5) Penyediaan sarana dan fasilitas belajar

6) Pengintegrasian dan pensinkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang

pendidikan nonformal dan informal

Terlaksananya tugas pokok dan fungsi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh kinerja dari satuan unit organisasi

pendidikan itu sendiri secara keseluruhan dalam menjalankan program-program

yang telah di canangkan sebelumnya. Secara umum budaya para pegawai Dinas
32

Pendidikan dalam melaksanakan tugasnya atas dasar instruksi atasan atau ada

permintaan masyarakat yang dapat di berikan atas dasar persetujuan atasan dan

peraturan yang berlaku.

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Bone ini memiliki program

life skill antranya yaitu:

1) Tata boga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah life skill memasak

sebagai salah satu Upaya mengetahui tingkat kualitas dan pemahaman peserta

dalam memasak yang akan membantu mereka untuk memulai usaha dibidang

kuliner kabupaten Bone.

2) Menjahit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Upaya mengetahui

seberapa besar peningkatan kualitas menjahit setelah mempelajari life skill di

Sanggar kegiatan Belajar di Kabupaten Bone.

5. Life Skill
a. Pengertian Life Skill (Kecakapan Hidup)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kecakapan ialah kemampuan,

kesanggupan, kepandaian, atau kemahiran mengerjakan sesuatu.1Life Skillialah

berbagai keterampilan ataupun kemampuan agar bisa beradaptasi serta

berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang bisa menghadapi berbagai

tuntutan juga tantangan di hidupnya sehari-hari dengan efektif. Pembelajaran

Life skill disini sangat penting bagi Anak Usia Dini dikarenakan pembelajaran

tersebut proses memaksimalkan pengetahuan, kemahiran saat mengerjakan


33

sesuatu guna mengembangkan potensi dimiliki hingga terdapat perubahan sikap,

tingkah laku menuju hidup yang berkualitas.

Menurut World Health Organization (WHO), life skill atau di sisi lain

kemampuan mendasar adalah kapasitas untuk bertindak dengan cara yang

fleksibel dan positif yang memberdayakan individu untuk berhasil mengatasi

kebutuhan dan kesulitan sehari-hari. Anak-anak harus ditangani sebaik yang

diharapkan karena anak-anak adalah amanat dariTuhan.

Penjelasan pasal 26 ayat 3 UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Pendidikan yang memberikan

kecakapan personal,social, intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja

atau usaha mandiri”.

Menurut Tim Broad-Brased Education, Life skill ataupun kecakapan

hidup sebagai kemampuan yang digerakkan oleh individu untuk mau dan berani

menghadapi persoalan hidup dan kehidupan secara normal tanpa merasa

terkekang, kemudian, pada saat itu, secara proaktif dan imajinatif mencari dan

menemukan pengaturan sehingga akhirnya siap untuk mengalahkannya dengan

sendiri.

Dari ulasan para ahli penulis menyimpulkan bahwa Life Skill

(Kecakapan Hidup) adalah kapasitas dan informasi pada individu untuk mencoba

menghadapi masalah kehidupan dan kehidupan secara proaktif mencari dan

menemukan pengaturan sehingga mereka dapat menaklukkannya dengan

kapasitas untuk berkolaborasi dan menyesuaikan diri dengan orang lain,

kemampuan dinamis, dapat mengatasi masalah yang dihadapi, berpikir secara


34

fundamental , berpikir imajinatif, menyampaikan dengan baik, kesadaran diri,

beremBone dengan teman sebaya, dapat mengatasi emosi pada dirinya.

b. Tujuan life skil

Adapun tujuan life skill yaitu kapasitas dan informasi pada individu

untuk berangkat menghadapi masalah kehidupan dan kehidupan secara proaktif

mencari dan menemukan pengaturan sehingga mereka dapat menaklukkannya

dengan kapasitas untuk terhubung dan menyesuaikan diri dengan orang lain,

kemampuan dinamis, dapat mengurus masalah yang dihadapi , berpikir secara

fundamental, berpikir inovatif, menyampaikan dengan baik.

Menurut Dale S. Beach (Kamil, 2020:10) mengemukakan, “The objective

of training is to achieve a change in the behavior of those trained”. Pelatihan

bertujuan untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih.

Dengan demikian Life Skill atau kecakapan hidup membentuk kepribadian anak

menjadi pribadi yang mandiri, bertanggungjawab, dan tidak mudah menyerah

lewat pelatihan. Pada pelaksanaan program Kecakapan Hidup (Life Skill)

terdapat dua tujuan ialah:

1) Tujuan umum

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill) yang diselenggarakan dengan

jalur pendidikan non formal bertujuan meningkatkan keterampilan, pengetahuan

serta sikap.Sehingga anak memiliki bekal guna meningkatkan kualitas hidupnya.

2) Tujuan khusus

Mempunyai keterampilan, pengetahuan juga sikap yang dibutuhkan saat

memasuki pendidikan berikutnya yang lebih tinggi. Merancang pendidikan juga


35

pembelajaran supayafungsional di kehidupan muridsaat menghadapi

kehidupannya sekarang juga masa mendatang. Memberikesempatan kepada

sekolah guna mengembangkan pembelajaran yang fleksibel. Mengaktualisasikan

potensi murid hingga mereka cakap dalam bekerja dan kehidupan

Menyelenggarakan persekolahan dan penyusunan program yang dapat

menumbuhkan kemampuan, bakat, kemampuan dan kualitas keahlian untuk

memberdayakan efisiensi sebagai tenaga kerja yang solid atau kemandirian

usaha, Menumbuhkan kemampuan murid untuk menghadapi pekerjaannya di

kemudian hari, Melengkapi siswa dengan kemampuan dasar sebagai manusia

bebas, dan Mewujudkan kemampuan murid dengan tujuan agar mereka dapat

mengatasi masalah yang mereka hadapi.

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah melihat pemahaman

prinsip- prinsip androgogi dalam pembelajaran Life Skill. Dalam penelitian ini

akan dipaparkan tentang adanya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan

adanya pengaruh terhadap penerapan prinsip pembelajaran orang dewasa pada

program Life Skill SKB di Kabupaten Bone. Berdasarkan pada analisis diatas,

maka kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1, yaitu:

SKB

Penerapan Prinsip
Pembelajaran Orang
Dewasa
36

Life skill

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Peningkatan
life skill

Gambar 2.1 Karangka Konseptual

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistic

untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena

dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Sugiyono, 2018).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah motode


37

deskriptif kualitatif, Menurut Sugiyono (2018:213) metode penelitian kualitatif

adalah metode peneltitian yang berlandaskan pada filsafat yang digunakan untuk

meneliti pada penelitian sebagai instrument, teknik pengumpulan data dan di

analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna.

Hal ini disesuaikan dengan karakteristik permaslahan yang

hendak diungkap melalui penelitian ini, yaitu mengenai penerapan prinsip

pembelajaran orang dewasa pada program life Skill di Sanggar Kegiatan Belajar

Kabupaten Bone, dengan fokus penelitian pada profil sanggar kegiatan belajar

Kabupaten Bone khususnya program Life Skill dalam membelajarkan

masyarakat, pemahaman mengenai konsep pemebalajaran orang dewasa,

penerepana prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa ini dilihat dari aspek

pengorganisasian, langkah- langkah metode, dan sistem penilaian pada program

Life Skill.

B. Deskripsi Fokos

Fokus penelitian ini adalah Bagaimanakah lembaga Sanggar Kegiatan

Belajar Kabupaten Bone dalam penyelenggaraan program life skill sebagai salah

satu bentuk pembelajaran masyarakat; (2) Bagaimana pemahaman tutor tentang

prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa di Sanggar Kegiatan Belajar

Kabupaten Bone; dan (3) Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip pembelajaran

orang dewasa pada program life skill di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten

Bone.
38

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone, Jl.

Lapawawoi Karaeng Sigeri, Biru, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.. Peneliti

menetapkan lokasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini untuk memproleh

gambaran umum, informasi yang akurat tentang bagaimana permasalahan yang

mungkin dapat dikembangkan dalam penelitian ini.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi

(sugiyono:2020 104-105)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan tekni yang lain. Observasi tidak terbatas pada

orang tetapi juga obyek-obyek alam lain Sugiyini (2015:203). Menurut Hadi

(1986) dalam Sugiyono 922015;203 observasi adalah suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung proses belajar dan berusaha pada program life skill
39

di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone. Metode observasi ini digunakan

peneliti untuk memperoleh data-data penelitian yang berkaitan dengan penerapan

prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa pada program life skill di SKB Bone

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran.

2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2015, hlm. 73) wawancara adalah “…untuk

menemukan permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat, dan ide-idenya, peneliti menyimpulkan bahwa wawancara tak

terstruktur memungkinkan peneliti mengungkap lebih dalam pandangan

informan mengenai masalah tertentu yang menjadi fokus penelitian. Wawancara

dilakukan secara mendalam dengan pengelola Sanggar Kegiatan Belajar,

penyelenggara program life skill, instruktur program life skill, dan warga belajar

program life skill. Pelaksanaan wawancara dilakukan di Sanggar Kegiatan

Belajar Kabupaten Bone, di tempat belajar secara perorangan dan dalam bentuk

diskusi yang diikuti oleh semua subjek penelitian. Substansi/isi wawancara

tentang pemahaman instruktur tentang profil SKB, profil program life skill,

pemahaman instruktur tentang prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa, dan

penerapan prinsip-prinsip pembalajaran orang dewasa pada program life skill di

SKB Bone ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil

pembelajaran.

3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu untuk melengkapi data dari hasil obervasi dan

wawancara (Arikunto, 1996: 146). Dokumentasi dipergunakan dalam


40

mengungkap dokumen Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone dan

penyelenggaraan program life skill di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten

Bone. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengkaji secara langsung dari

dokumen yang ada dan memfotocopy dokumen-dokumen tersebut untuk

selanjutnya disalin dengan format studi dokumentasi. Dalam penelitian ini

dokumen yang diperoleh dari SKB Bone berupa profil SKB meliputi sejarah

SKB Bone, profil personal SKB Bone, program SKB Bone, wilayah kerja SKB

Bone, sasaran program SKB Bone, sarana prasarana, dan proses

penyelenggaraan, profil life skill meliputi tujuan, jenis keterampilan, struktur

personalia, keadaan instruktur, keadaan warga belajar, kurikulum, sistem

evaluasi, hasil yang telah dicapai.

E. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber-sumber yang memudahkan peneliti

memperoleh informasi seputar penelitiannya. Sumber data dapat diperoleh

dari lembaga, situasi, subjek/informan, dokumentasi, atau historis, data dalam

penelitian ibi yaitu data primer dan skunder.

1. Data primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti

terhadap sasaran. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik

wawancara langsung dan observasi non partisipasi yang menyangkut tentang

profil Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bone khususnya program life skill

dalam membelajarkan masyarakat, pemahaman instruktur mengenai prinsip

pembelajaran orang dewasa, dan penerapan prinsip-prinsip pembelajaran orang


41

dewasa oleh instruktur, dilihat dari aspek pengorganisasian, langkah-langkah

metode dan sistem penilaian pada program life skill. Dalam hal ini data primer

diambil dari hasil wawancara kepala SKB, Tutor yang terdiri dari dua orang

yakni satu laki-laki sebagai tutor tata boga dan Perempuan sebagai tutor menjahit

serta seluruh peserta Program Life skill

2. Data skunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh mengenai jumlah dan

karakteristik responden, dan data-data lain yang dirasa berkaitan serta relevan

dengan penelitian ini.

F. Peran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpulan data.

Kehadiran peneliti di lapangan untuk meneliti kualitatif mutlak diperlukan. Peran

peneliti dalam penelitian ini peneliti sebagai pengamat partisipan atau pengamat

penuh. Kahadiran peneliti juga ditahui oleh informan atau lembaga yang diteliti.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh selama

penelitian berlangsung, terdapat beberapa kegiatan yang peneliti lakukan,

kegiatan tersebut meliputi: (Sugiyono, 2008: 125)

1. Member Check

Hasil laporan yang dituangkan dalam bentuk laporan lapangan

diperlihatkan kepada sumber informasi atau responden untuk dibaca

dan diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakannya


42

ketika peneliti mengadakan wawancara.

2. Triangulasi

Untuk mencapai keabsahan data dalam penelitian ini digunakan

teknik triangulasi dengan cara memanfaatkan sumber. Triangulasi

dilakukan dengan cara cross check data, maksudnya adalah data yang

diberikan oleh seorang responden diperiksa lagi kebenarannya kepada

responden lainnya sampai diperoleh informasi tentang data yang

diberikan oleh responden sebelumnya, agar dapat

memverifikasi/mengkonfirmasi informasi. Triangulasi merupakan

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono,

2010: 83). Danzim (dalam Moleong, 2001: 178) membedakan

triangulasi menjadi empat tipe dasar triangulasi, yaitu (1) triangulasi

sumber adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian,

sebagai contoh, mewawancarai orang pada posisi status yang berbeda

atau dengan titik pandang yang berbeda; (2) triangulasi investigator

adalah penggunaan beberapa peneliti atau ilmuwan sosial yang

berbeda; (3) triangulasi teori adalah penggunaan sudut pandang ganda

dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; dan (4) triangulasi

metodologis adalah penggunaan metode ganda untuk mengkaji

masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan, daftar

wawancara terstruktur, dan dokumen. Dalam penelitian ini akan

menggunakan pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber, yang


43

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini

dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara; (2) membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dengan

menggunakan teknik triangulasi, peneliti membandingkan hasil

wawancara yang telah diperoleh dari pengelola, instruktur dan warga

belajar atau membandingkan data hasil wawancara dengan hasil

pengamatan.

H. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam setiap pertemuan langsung dianalisa. Miles

dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010: 91) berpandangan bahwa analisa terdiri

dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian

laporanyang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian

direduksi,dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan

untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya ( melalui

proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan

terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah

data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar

memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik


44

kesimpulan sementara.

2. Penyajian data

Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi

peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian- bagian

tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam

suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data

tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut

kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan

agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-

kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

3. Penarikan kesimpulan

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus


menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama
memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti
berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan
45

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, H., Nurhikmah, Haling, A., & Rosihan. (2021). Pengembangan


Bahan Ajar Digital pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri
12 Makassar. Patria artha tekconological journal, Vol.5.No.1.

Anita Rakhman dan Syah Khalif Alam, “Impelementasi Pembelajaran Jarak


Jauh Dalam Meningkatkan Life Skill Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Tunas
Siliwangi 6, no.2 (2020): 13, diakses pada tanggal 10 januari, 2020,
http://www.ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunassiliwangi/art
icle/view/2063

Ali, H. G. (2014). Prinsip-prinsip Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap


Pendidik dan Peserta didik. Jurnal Al-Ta’dib Tanggung, 6(1), 31– 42.
Ali, L. (2020). Arti Kata Penerapan Menurut Ahli Bab2. 1.

Budiwan, J. (2018). Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy). Jurnal Qalamuna,


10(2), 107–135.

Komariah, HM, 2020. Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia


Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Kelurahan Rapak Dalam
Kecamatan Loa Janan Ilir Samarinda Seberang. Ejournal.untag-smd.
Vol.6, No.1.

Kuntoro, S. A. (2006). Pendidikan Nonformal (Pnf) Bagi Pengembangan Sosial.


Jurnal Ilmiah Visi, 1(2),
14–18.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/article/view/2756

M. Arif Hidayat, Ali Anwar, dan N. H. (2020). Pendidikan Non Formal. Guru
Akuntansi.Co.Id, 1. https://guruakuntansi.co.id/pendidikan-non- formal/

Muis, A. A. (2013). Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran. Istiqra: Jurnal


Pendidikan Dan Pemikiran Islam, I(1), 29–30.
46

Permendikbud.2016. Nomor 4 tahun 2016 Tentang Pedoman Alih Fungsi


Sanggar Kegiatan Belajar Menjadi Satuan Pendidikan Nonformal.
Putri Eka Julia. (2019). Penerapan Model Pembelajaran LEARNING CYCLE
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 05 Bengkulu Selatan. Universitas IAIN Bengkulu.

Restiyani, R. (2021). Penerapan Akad Murabah Pada Bank Muamalat


Indonesia TBK. Penelitian, 4–12.

Shomedran. (2020). Peran sanggar kegiatan belajar (SKB) Sebagai satuan


pendidikan luar sekolah dalam membangun mutu sumber daya manusia.
Jurnal comm-edu, 3, 20-21.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, penerbit


Alfabeta,Bandung

Supenti, Sholih, Faturrohman Nandang. (2019). Penerapan Pendekatan


Pendidikan Orang Dewasa Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Jama’ah Majelis Taklim Roudotul Muktasidin Di Desa Muncangkopong
Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak-Banten. Jurnal Eksistensi
Pendidikan Luar Sekolah. Vol. 4 No 1 Hlm. 71 – 80.

Ulvi Nirmalasari. K dan Suhanadji. (2020). Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip


Pendidikan Orang Dewasa Pada Sekolah Perempuan Desa Kesamben
Kulon Gresik. Jurnal Pendidikan Untuk Semua, IV (02), 58-68.

Wicaksana, A., & Rachman, T. (2018). No Title No Title No Title.


Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 3(1),
10–27.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf

Wahono,Niswatul Imsiyah,Aris Setiawan (2020). Andragogi: Paradigma


Pembelajaran Orang Dewasa Pada Era Literasi Digital.Proceding
Literasi Dalam Pendidikan di Era Digital Untuk Generasi Milenial. Hal
517-527.

Anda mungkin juga menyukai