Dosen Pengampu:
Drs. Moh. Irfan Burhani, M. Psi
Disusun Oleh:
Kelas: H Semester 5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2021
DAFTAR ISI
ii
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................................. 28
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI
METODE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN AKIDAH
AKHLAK SISWA KELAS VIII-C MTsN 5 KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RASAIL Media Group,
2011), hlm. 29
1
Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia selalu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan manusia yang
berkualitas dilihat dari segi pendidikan telah terkandung secara jelas dalam tujuan
Pendidikan Nasional.Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.2
Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakannya sistem Pendidikan sebagaimana disebutkan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peseta didikagar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi wara negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Pendidikan itu sendiri adalah proses bimbingan manusia secara jasmaniah dan rohaniah.
Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik bekaitan
dengan kecerdasan intelegensi, emosi, dan kecerdasan spiritual. Anak didik dilatih
jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau keahlian profesional untuk bekal
kehidupan di masyarakat. Di sisi lain, keterampilan yang dimiliki harus semakimal
mungkin memberikan manfaat pada masyarakat, terutama untuk diri dan keluarga, dan
untuk mencapai tujuan hidupdi dunia dan di akhirat.
Berdasarkan Undang-Undang pendidikan tersebut, harus dilakukan kegiatan pembelajaran
yang tujuanya untuk meningkatkan potensi dan mutu siswa. Seorang guru dituntut untuk
memiliki kemampuan mengelola, proses agar mencapai hasil yang maksimal, kemampuan
untuk menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan siswa atau antara
siswa dan guru yang mencakup segi kognitif, efektif dan psikomotorik. Sementara itu
motivasi dan belajar saling mempengaruhi.
2
Nenta Dumalia Siregar, Edy Surya, Penggunaan Mathmagic dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,
Semarang State University, Unnes Journals, 2017, p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218, hlm. 52
3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan itu berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Omar Hamalik mengutip apa yang
disebutkan oleh Mc Donald “Motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions” (Motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan
reaksi untuk mendapatkan tujuan). Motivasi siswa untuk belajar merupakan kecenderungan
siswa untuk menemukan kegiatan akademik yang berarti dan berharga, serta mencoba
untuk memperoleh manfaat akademik tambahan.
Berdasarkan asalnya ada dua jenis motivasi yang dapat dikaitkan dengan kegiatan belajar
yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk
melakukan sesuatu dengan tujuan memperoleh sesuatu yang lain (sebagai alat
mencapai tujuan akhir). Motivasi ekstrinsik biasanya sering dipengaruhi oleh
insentif eksternal seperti hadiah dan hukuman. Motivasi intrinsik adalah keterlibatan
motivasi internal dari individu untuk melakukan sesuatu yang berasal dari keinginannya
sendiri.4
Dalam ranah pendidikan formal, siswa diajarkan berbagai mata pelajaran, seperti Pelajaran
Akidah Akhlak, Pelajaran Qur'an Hadits, Pelajaran Sejarah, Bahasa Indonesia, dan
sebagainya. Materi-materi ini menuntut siswa untuk dapat memahami ilmu yang dijabarkan
dalam buku dengan kurun beberapa waktu. Mengenai Pelajaran Akidah Akhlak, merupakan
hal pertama dan utama yang harus diajarkan guru kepada siswa. Meskipun peran orang tua
yang sangat berpengaruh terhadap anak, akan tetapi di jenjang sekolahlah mereka dapat
mengolah ilmu dengan baik dan sebagai pendukung peran dari orang tua.
Pelajaran Akidah Akhlak sudah mulai diajarkan kelas 1 Sekolah Dasar dengan dibekalinya
buku siswa, akan tetapi manusia mulai lahir sudah digelutkan dengan Akidah Akhlak yang
kini dibiasakan karena doktrin agama. Mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan bagian
dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mata pelajaran Akidah Akhlak pada jenjang
pendidikan sekolah menengah pertama membahas tentang ajaran agama islam mulai sifat-
4
Sholichin, Muchlis, Psikologi Belajar, (Surabaya: Pena Salsabila, 2011), hlm 62
3
sifat Allah, hubungan manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan makhluk lain,
dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Tujuan diajarkanya mata pelajaran Akidah
Akhlak adalah sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal,
memahami, menghayati, dan mengimani Allah SWT serta merealisasikannya dalam
perilaku akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan.5
Berbicara mengenai Akidah Akhlak sendiri, Akidah berarti kepercayaan dasar atau
keyakinan pokok. Dalam bahasa Arab, aqidah adalah kata yang berasal dari al-'aqdu yang
berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat
dengan kuat. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan
perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.
Sedangkan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dari
definisi ini maka dapat dikatakan bahwa akhlak dapat berupa kejelekan atau tercela dan
berupa kebaikan. Hal ini sering dikatakan akhlak terpuji dan tercela.
Pelajaran Akidah Akhlak ditekankan pada mata pelajaran di sekolah, pasalnya dalam
kehidupan dewasa ini banyak anak yang kurang mengerti mengenai tata krama, dan mereka
cenderung melakukan tindakan sesuai dengan keinginan hatinya. Dalam pelajaran Akidah
Akhlak guru mengajarkan berbagai perilaku yang baik dan perilaku yang kurang baik,
harapanya agar peserta didik dapat membedakan perilaku mana yang baik dan harus
dilakukan dan juga perilaku buruk yang harus ditinggalkan.
Akan tetapi, kebanyakan anak sekarang kurang bisa mempraktekkan pelajaran yang
diajarkan di sekolah, salah satunya disebabkan karena kurangnya motivasi belajar siswa,
sehingga peserta didik hanya masuk kelas untuk menggugurkan kewajiban tanpa
memperhatikan dengan baik.
5
Nurhayati, Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam, Stai Ptiq Banda Aceh, Jurnal
Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (Juli – Desember 2014), hlm. 297
4
Penyebab dari kurangnya motivasi belajar siswa diantaranya guru tidak memberikan
motivasi terhadap siswa, siswa kurang tertarik terhadap metode belajar guru, siswa tidak
menyukai pelajaran yang diajarkan guru, memikirkan suatu hal di luar pelajaran, seperti
bermain gim. Informasi ini diperoleh dari Guru BK juga diperkuat oleh guru wali kelas,
beliau menambahkan bahwa siswa tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga banyak siswa mendapatkan nilai ujian sangat rendah. Banyak siswa
yang tidur ketika pelajaran, beberapa siswa ada yang berbicara sendiri dengan temanya
ketika dijelaskan guru, dan ada sebagian dari mereka memperhatikan tetapi tidak baik.6
Semua ini membuat guru wali kelas merasa kecewa atas prestasi yang didapat oleh peserta
didiknya. Semua itu dapat dikatakan bahwa rendahnya motivasi siswa dalam belajar
disebabkan beberapa faktor, diantaranya suasana ramai di kelas, dan lingkungan dan situasi
belajar yang kurang kondusif, dan masalah yang dialami siswa diluar kelas. Seperti yang
dialami oleh siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Kediri Kelas VIII C, motivasi belajar
mereka dalam pelajaran Akidah Akhlak masih rendah. Dari data 40 siswa terdapat 15 siswa
memiliki motivasi belajar yang baik, 12 siswa kurang memiliki motivasi belajar, dan 13
siswa terkadang memiliki motivasi belajar baik terkadang kurang baik.7
Hal seperti di atas membuat resah guru-guru, maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua, dalam rangka membekali mereka
dengan ilmu pengetahuan agama Islam. Hal ini harus dilakukan sebab anak adalah bagian
dari kehidupan keluarga, buah hubungan cinta kasih sayang antara suami istri. Anak
merupakan amanat Allah SWT agar dibimbing dan dididik supaya menjadi anak sholih.
Dalam motivasi belajar terkadang ada cita-cita atau aspirasi siswa, ini diharapkan siswa
mendapat motivasi belajar sehingga mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam
belajar. Di samping itu, keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa
tersebut semangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik, sebaliknya
siswa yang sedang sakit ia tidak mempunyai gairah dalam belajar.8
6
Muhammad C. Moslem, Mumu Komaro, Yayat, Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Motivasi
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Aircraft Drawing Di SMK, Journal of Mechanical Engineering
Education, Vol. 4, No. 2, Desember 2019, hlm 67
7
Shofi, Guru BK MTsN 5 Kediri
8
N Atmaja, P, Evaluasi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), hlm. 46
5
Istilah motivasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan situasi. Masalah yang di
hadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi belajar secara efektif.
Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motivasi yang baru harus tumbuh dari
keadaan anak sendiri, yaitu dari motivasi-motivasi yang dimiliki, dorongan–dorongan
dasarnya, sikap-sikapnya, minatnya penghargaanya, cita-citanya, tingkah lakunya, hasil
belajarnya, dan sebagainya. Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan siswa kepada
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat berprestasi.
Dalam proses belajar, terutama dalam mata pelajaran Akidah Akhlak motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhanya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain
belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan
kebutuhanya. Oleh karena itu apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan
minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri.9
Dari pemaparan masalah pada peserta didik di atas maka untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII C MTsN 5 Kediri diperlukan
upaya untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
Upaya yang harus digunakan dalam pembelajaran ini adalah menggunakan metode belajar
role palaying, atau disebut dengan bermain peran. Metode ini mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa. Peran dapat diartikan sebagai suatu tindakan, perilaku, perasaan,
dan ucapan yang dilakukan oleh suatu individu terhadap individu yang lain, hal ini menurut
Atmaja. Sedangkan menurut Aziz, bermain peran yaitu berakting sesuai dengan sifat yang
sudah ditunjukkan, atau yang sudah tentukan terlebih dahulu dengan tujuan-tujuan tertentu,
seperti melestarikan budaya, menghidupkan kembali suasana historis atau menggambarkan
kehidupan yang akan datang.
Menurut Huda, role playing atau bermain peran adalah model pembelajaran sebagai bagian
dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-
9
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 14
6
peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
bermain peran (role playing) adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
dengan memberikan suatu topik/masalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan
memainkan peran dalam hal ini terkait dengan pembelajaran.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode bermain peran (role playing) menurut
Huda antara lain adalah agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain,
dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab, dapat belajar bagaimana mengambil
keputusan dalam situasi kelompok secara spontan dan merangsang kelas untuk berpikir dan
memecahkan masalah. 10 Ketika belajar itu dirasa menyenangkan dan sesuai dengan
keinginannya maka motivasi belajar siswa akan meningkat
Metode Role Playing (bermain peran) merupakan sebuah model pengajaran yang berasal
dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing
siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan
membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok. Dalam dimensi sosial,
model ini memudahkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis kondisi sosial,
khususnya masalah kemanusiaan. Esensi Role Playing adalah keterlibatan partisipan dan
peneliti dalam situasi permasalahan dan adanya keinginan untuk memunculkan
resolusi damai serta memahami apa yang dihasilkan dari keterlibatan masing-masing
pelaku peran.11
Role Palying berfungsi untuk: 1) Mengekspolarasi perasaan siswa, 2) Mentransfer dan
mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai,dan persepsi siswa, 3) Mengembangkan
keterampilanpl pemecahan masalah dan tingkah laku, dan 4) Mengeksplorasi materi
pelajaran dengan cara yang berbeda. Metode Role Playing dapat membantu peserta didik
untuk dapat belaku, berfikir dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, menggambarkan
situasi hubungan antarmanusia secara realistik, dapat menghubungkan sejarah kehidupan
untuk anak didik, mengembangkan daya imajinasi serta menumbuhkan perasaan dan emosi
10
A Aziz, Metode dan Model-Model Mengajar IPS, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 65
11
Muhammad Baihaki, Efektivitas Teknik Role Playing Untuk Meningkatkanmotivasi Belajar Siswa, Edu
Consilium: Jurnal BK Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2 September, 2020, hlm. 82 -97
7
dalam belajar, memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah
kontroversial dengan cara realistis, dan berguna untuk mengubah sikap.12
Dengan kata lain, metode ini berupaya membantu individu terlibat dalam proses kelompok
sosial melalui permainan peran. Para siswa mencoba mengeksplorasi masalah-masalah
hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Kemudian hasilnya
didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran
diharapkan dapat membantu siswa untuk menghayati tokoh yang dikehendaki.
Keberhasilan siswa dalam menghayati peran akan menemukan proses pemahaman,
pengharagaan, dan identifikasi diri terhadap nilai-nilai.13
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan di atas, maka peneliti tertarik ingin
menguraikan lebih dalam tentang “Motivasi belajar siswa menggunakan metode role
playing pada mata pelajaran akidah akhlak Kelas VIII C di MTsN 5 Kediri Tahun ajaran
2020/2021”. Untuk memperoleh informasi tentang hal itu, maka dikuatkan oleh data-data
pendukung, peneliti juga melakukan penelitian langsung di kelas serta melakukan
wawancara dengan guru serta pengisian angket oleh siswa.
12
Endah Sulistyorini, Firosalia Kristin, Penerapan Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
Belajar Ips Kelas V, Jurnal Pendidikan Dasar, Mei 2017, Volume 8, Edisi 1, hlm 47
13
Huda,Miftahul, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar Ofset, 2015),
hlm. 34
8
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan baik dalam
melakukan penelitian tindakan dalam kelas, khususnya dalam menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karaktersiktik siswa Madrasah
Tsanawiyah/Sederajat sehingga motivasi belajar mereka dapat meningkat secara
optimal.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan unutk menambah wawasan mengenai penyebab
kurangnya motivasi belajar siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan
dapat menjadikan wawasan mengenai kelebihan metode role playing dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa Madrasah Tsanawiyah/Sederajat.
2. Secara Teoritis
a. Bagi Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala
sekolah untuk menetapkan suatu kebijakan yang tepat. Dan dengan adanya
penelitian ini merupakan salah satu upaya madrasah untuk menciptakan lulusan
yang berkualitas dengan mimiliki motivasi belajar yang tinggi sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang efektif., inovatif, efisien sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar para siswa.
c. Bagi Waka Kurikulum
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola pendidikan pada umumnya dan
pendidikan Islam pada khusunya, ditingkat sekolah dasar maupun sekolah lanjutan.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan baha rujukan bagi peneliti yang akan datang,
memberikan modal dalam mengajar bagi para cara pendidik, dan sebagai
pengetahuan mengenai metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa.
9
1.5 Hipotesis Tindakan
Apabila kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan
menggunakan metode role playing maka motivasi belajar siswa akan meningkat sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
16
Saifuddin Azwar, Motivasi dalam Belajar, hlm. 1
17
Nur Liani, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 3
12
dilakukan agar peserta didik memiliki semangat, dorongan, keinginan yang
membara dalam belajar.
Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi motivasi yang muncul dari akibatnya adanya dorongan dari dalam diri
individu itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan adanya rangsangan dari diri seseorang
akibat dari kebutuhan kegiatnnya tersebut. 18 Contoh motivasi intrinsic yaitu,
seseorang yang memiliki kesukaan membaca, sehingga ia selalu mencari buku
bacaan secara mandiri tanpa ada perintah dari orang lain. 19 Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motif atau dorongan yang muncul dari luar diri seseorang akibat
rangsangan dan juga pola pikir dari lingkungannya atau pihak luar.
18
Uno, Teori Motivasi dan Pengukkurannya, hlm. 4
19
Muhammad, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 89
13
ide, membat gambar visual, mengidentifikasikan penerapanya, dan menarik
kesimpulan.
b) Ekspetasi dan Nilai
Seseorang harus memiliki ekspetasi dan nilai tinggi untuk sukses (ekspetasi
karir). Ekspetasi karir adalah harapan seseorang untuk sukses pada bidang karir
yang didasarkan kepada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian
yang dimiliki berdasar dari apa yang dipelajari. Siwa dapat melihat peluang
kesuksesan dengan mendasarkan pada sejarah kegagalan dan kesuksesan belajar
di masa lalu, adanya dukungan yang kuat, dan sumber daya yang energik, dapat
dilihat dari usaha yang dilakukan, dan kualitas pengajaran.
Sedangkan yang dimaksud nilai yaitu keyakinan siswa dalam belajar bahwa ia
akan mendapatkan manfaat dari belajarnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Empat yang memengaruhi tinggi rendahnya nilai yang dimiliki siswa,
yaitu arti, penting, manfaat, dan minat. Suatu kegiatan dapat memiliki nilai jika
kegiatan tersebut diasosiasikan dengan kualitas dari seseroang yang diharapkan,
maka dapat dikatakan bahwa kegiatan itu dianggap penting. Dapat dicontohkan
ada seorang siswa yang ingin pandai karena ia beranggapan bahwa orang yang
berprestasi dan pintar akan memiliki masa depan yang baik dan mencapai
kesuksesan. Maka dengan itu ia menganggap bahwa belajar itu lebih penting
sehingga dapat dikatakan bahwa belajar memiliki nilai yang tinggi. Kegiatan
memilki nilai tinggi apabila kegiatan itu dapat mengantar kepada impian yang
diharapkan. Hal ini juga dapat diartikan bahwa memiliki kegunaan atau manfaat.
c) Tujuan
Secara psikologis tujuan belajar terdapat beberapa jenis. Pertama, tujuan
prestasi. Motivasi prestasi merupakan sifat general yang selalu ditampilkan
siswa dalam berbagai bidang. Motivasi prestasi memiliki bentuk yang beda bagi
setiap siswa, hal ini dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Diantara tujuan itu, yaitu tujuan penguasaan; keinginan dalam mendapatkan
pengetahuan tambahan dalam menguasai keterampilan, tujuan performa;
keinginan dalam menampilkan diri menjadi orang yang memiliki kompeten
14
ketika dipandang orang lain. Pada tujuan performa terkadang menjadi
perbandingan, kadang sisa membandingkan prestasi diri sendiri dengan prestasi
temanya atau orang lain.
Kedua, tujuan penghindaran kerja. Banyak siswa yang ingin menghindari hasil
kerja yang buruk ketika di kelas. Ada juga yang berusaha menghindari tugas
kelas atau berusaha untuk tidak mengerjakan tugas. Hal ini berarti kemungkinan
siswa untuk menghindari pekerjaan itu banyak. Begitu juga strategi yang ia
lakukan untuk menghindari pekerjaan itu semakin banyak. Sebab mereka
melakukan penghindaran pekerja yaitu kemampuan yang endah dan
kemungkinan ia tidak kurang mengerti menganai manfaat dari proses belajarnya.
Siswa yang melakukan penghindaran kerja ini juga dapat dikatakan bagian yang
tidak memiliki motivasi intrinsic maupun motivasi ekstrinsik dalam mencapai
tujuan belajarnya.
Ketiga yaitu, tujuan social. Antara setiap siswa dengan yang lainnya memiliki
perbedaan dalam masalah tujuan social. Sebelumnya dapat dikatakan bahwa
siswa bisa mendapatkan tujuan social dari adanya interaksi dengan
lingkunganya, terutama dengan temannya. Ada beberapa hal yang dijadikan
priotitas atau tujuan social siswa yaitu, membentuk hubungan social yang akrab
dan ramah, memperoleh pengakuan dari orang lain, mencari popularitas dan
mencari eksistensi dianntara teman-temanya yang menjadi kelompok saling
mendukung dan membantu satu sama lain. Siswa yang ingin mendapat perhatian
yang lebih dari guru serta ingin mendapat pengakuan ia cenderung berusaha
untuk mendapatkan nilai yang baik, dan berusaha mengejar tujuan performa.
2) Faktor Ekstrinsik
a) Keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama yang mengajarkan
pendidikan bagi siswa baik pendidikan sekolah maupun masyarakat. Factor
social dan fisik dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor social
diantaranya: keutuhan keluarga, iklim belajar, iklim psikologis, dan hubungan
antar anggota. Sedangkan factor fisik diantaranya: keadaan rumah, sarana dan
prasarana dalam belajar, suasana rumah dan suasana lingkungan sekitar.
15
Pada factor social, keutuhan keluarga sangat membantu motivasi belajar dan
perkembangan jiwa siswa. Ketika ia berasal dari keluarga yang tidak harmonis
maka akan sedikit terganggu dengan motivasinya karena terdapat kesenjangan
pelaksanaan tugas keluarga, dan berakibat siswa kurang konsentrasi dalam
belajar.
Iklim psikologis yaitu perasaan afektif dalam keluarga. Iklim psikologis yang
baik diiringi dengan keterbukaan, rasa sayang, saling percaya, akrab, saling
memiliki. Iklim psikologis yang baik dan sehat akan memberikan dampak
kepada siswa sehingga mereka bisa belajar dengan lancar karena mendapat
dorongan dari keadaan yang bias memberikan rasa nyaman, ketenangan,
percaya diri, dan motivasi belajar.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang dibiasakan terhadap siswa
untuk melakukan proses belajar mengajar dengan nilai-nilai yang dibiasakan
seperti tata tertib dalam belajar mengajar, sehingga terdapat kesan yang bisa
menimbulkan gejolak pada hati seseorang. Lingkungan sekolah meliputi
lingkungan fisik, lingkungan social, lingkungan akademis. Lingkungan fisik itu
sendiri diantaranya: lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, media belajar,
dan sumber belajar.20
Seperti yang diungkapkan Ari dan Sri, dari factor motivasi yang sudah
dijelaskan diatas, ternyata motivasi sendiri dapat digerkakan bagi siswa seperti
pada motivasi ekstrinsik seperti pemberian materi oelh guru yang disusun secara
kreatif, adanya dukungan dari orang tua, dan untuk motivasi intrinsic sendiri
dapat dibentuk dari adanya dorongan belajar dari siswa. Menurut Sadirman
siswa yang memiliki motivasi belajar dapat terlihat dari semangat dan rajinnya
dalam mengerjakan tugas, gigih saat menghadapi kesulitan menunjukkan minat
20
Putri Aulia Enan Dina, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas
VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu, UIN Malik Ibrahim Malang, 2020, hlm. 19
16
terhadap berbagai macam persoalan, tidak jenuh terhadap tugas yang sama,
mampu bertahan pada argumennya terhadap suatu hal yang diyakininya.21
21
Dyah Lukita, Niko Sudibjo, Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar Siswa Di Era Pandemi
COVID-19, (Akademika: Jurnal Teknologi Pendidikan, 2021), Vol. 10 No. 1, hlm.
17
memiliki dorongan untuk selalu berusaha dalam meningkatkan belajarnya sehingga
memunkingkan perkembangan yang baik pada dirinya ketika belajar.
Terkadang motivasi siswa dapat menurun karena adanya hukuman, tetapi jika
hukuman itu diberikan kepada waktu yang tepat maka dapat menjadi salah satu
factor yang dapat memengaruhi peningkatan motivasi belajar siswa. Dapat
dicontohkan guru melaksanakan pembelajaran akan tetapi pada saat itu siswa tidak
termotivasi dalam belajar sehingga ketika pemberian tugas banyak yang tidak
mengerjakan, dalam hal ini guru dapat mengambil kesepakatan terlebih dahulu
dengan siswa, konsekuensi apa yang akan didapatkan apabila nanti ada tugas tidak
dikerjakan, guru bias membuat keputusan dengan mengadakanya hukuman agar
siswa yang melanggar menghafal surat atau semacamnya. Tentunya hukuman itu
mengarah kepada teguran dan ada nilai positif bagi siswa.
Peningkatan motivasi belajar juga dapat dilakukan dengan memberikan hadiah
kepada siswa yang mendapat milai tinggi, jadi bukan hanya pujian saja, bisa juga
hadiah yang kecil tetapi bisa menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Ketika terjadinya motivasi belajar siswa yang kendor, bisa juga guru untuk menjadi
teman curhat, sehingga siswa dapat mengungkapkan masalah atau hambatan yang
terjadi dan dialaminya. Guru juga dapat memberikan dukungan dengan memberikan
motivasi agar siswa bias percaya diri dalam menghadapi masalahnya, dan
merangsang siswa untuk tegar dan memiliki semangat untuk meraih impian di masa
depan.22
Upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa juga dapat dilakukan dengan
mengadakan kegiatan belajar kelompok. Kegiatan ini merupakan kegiatan belajar
yang dilakukan secara bersama-sama sehingga siswa akan mudah dalam melakukan
aktifitas belajar. Karena dalam belajar kelompok terkadang juga ada kegiatan yang
harus mengikutsertakan narasumber sehingga siswa dapat mengerti tindakan yang
salah dan benar dan siswa akan semangat dalam membenahi belajarnya. Hal ini
22
Clarysya Cahya Firdaus, Bunga Gemilang Mauludyana, Karunia Nurullita Purwanti, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar Di SD Negeri Curug Kulon 2 Kabupaten Tangerang, (Pensa: Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Sosial, Universitas Muhammadiyah Tangerang, 2020), Vol. 2 No. 1, hlm. 48
18
seperti yang dikatakan oleh Prayitno, layanan bimbingan kelompok dimaksudkan
untuk memungkinkan siswa secara bersam-sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari sebagai individu,
masyrakat, pelajar, dan keluarga. Bahan tersebut selanjutnya dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan.23
23
Alin Kurtisa Ajar, Hardi Prasetiawan, Sri Sudaryanti, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Daring
dengan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XI TSM SMK Murni 1 Surakarta Tahun Ajaran 2020/2021,
Prosiding Pendidikan Profesi Guru, Fakultas Keguruan dan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad
Dahlan, 2021, hlm. 292
24
Wati Karmila, Asep Muslim Nurdin, Dampak Motivasi Belajar Siswa SD Pada Masa Pandemi Covid-19
Terhadap Hasil Belajar, 2021, hlm. 100
25
Maryam Muhammad, Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran, Lantanida Journal, Vol/ 4 No. 2, 2016, hlm.
94
19
diterima dengan mudah guna mencapai tujuan yang diharapkan. 26 Sedangakan
metode pembelajaran sendiri memiliki pengertian sebagai cara-cara atau teknik
yang disajikan mengenai bahan ajar yang digunakan oleh guru ketika
pembelajaran.27
Bermain peran sendiri juga memiliki pengertian suatu bentuk pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk melakukan peran sesuai yang dimainkan. Metode
bermain peran ini disebut dengan role playing. Role playing adalah suatu usaha
yang digunakan untuk memecahkan masalah melalui peragaan, langkah-langkah
identifikasi masalah, analisis, pemeran, dan diskusi. Sehingga dalam pelaksanaanya,
ada sebagian peserta didik yang menjadi pemeran dan sebagian dari peserta didik
yang lain sebagai pengamat. Pemeran dari peraga itu juga harus mampu menghayati
peran yang dimainkannya. Dari peran itu, siswa akan berinteraksi dengan menjadi
tokoh dari yang diperagakan.28
Role playing menurut Kokom Komalasari adalah metode yang mengfusikan
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa.29 Role playing juga dapat difungksikan sebagai simulasi yang
digunakan dalam pendidikan social dan hubungan antar manusia secara umum.
Karena pada metode ini diharapkan siswa dapat menangkap penyampaian ilmu dari
tokoh yang diperankannya dan dari apa yang diamati. Diharapkan pembahasan yang
sudah dilakukan dengan metode ini dapat ditanamkan di dalam pikiran dan hati.
Metode role playing membuat siswa lebih tertarik karena mereka terlibat dalam
peran itu, dan penguasaan konsep bukan berarti hanya dilakukan dengan ceramah
saja bahkan juga menyatukan pengetahuan kepada perilaku melalui pengelompokan
berbagai masalah yang dikeluarkan dari jalan yang ada dan menemukan solusi yang
kreatif. Melalui metode role playing siswa harus berpikir bersama mengenai
pemecahan dari masalah yang ada, sehingga ia mencapai suatu kesepakatan dari
keputusan yang sudah dibuat.
Metode role playing didasarkan dari 3 hal, yaitu dibuat berdasarkan pendapat bahwa
ada kemungkinan dalam mencipatkan analogi otentik ke dalam keadaan belajar
26
Pusat Bahasa Dapartemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hlm. 952
27
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teachiing, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), hlm. 52
28
Hasan Basri, Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahsa
Indonesia Siswa Kelas V SDN 032 Kuala Kecamatan Tambang, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau, Vol. 1 No. 1 Juli 2017, hlm. 44
29
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 80
20
mengenai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, metode role playing
dapat mendorong siswa dalam mengeluarkan perasaanya dan bisa merelakan.
Ketiga, bahwa proses psikologis mencakup sikap, nilai, dan keyakinan dalam
mengarahkan kesadaran dari adanya keterlibatan secara tidak sengaja yang disertai
dengan analisis.30
Ada beberapa pengalaman yang diperoleh siswa dari pelaksanaan metode ini,
diantaranya kemampuan bekerja sama, mengintepretasikan suatu kejadian, dan
komunikatif. Dengan bermain peran ini siswa dapat mengeksplor pemikiranya,
hubungan antar sesama dan juga menggerakkan tokoh yang dimainkannya sehingga
mereka dapat berbagi perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan macam-macam strategi
dalam memecahkan masalah.31
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bermain termasuk bagian besar dalam
kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengetahui dan mengenal lingkungannya
dengan keterampilan fisik dan social yang dimilikinya untuk mengatasi masalah
yang terjadi saat itu. Bermain dilakukan oleh anak-anak dalam keadaan yang
mendadak atau tiba-tiba tanpa ada perintah dan dilakukan dengan hati yang senang
gembira. Dari bermain ini anak dapat menilai kelebihan yang dimiliki sehingga
dapat mendorong pembentukan konsep diri yang telah dimiliki, membantu
mengelola emosi, mempunyai rasa empati yang tinggi, dapat mengontrol diri
dengan baik, dan menimbulkan rasa tanggung jawab atas perrbuatan yang dilakukan.
Metode role playing adalah metode pembelajaran yang dapat membantu siswa
menemukan jati dirinya dan mengenal pribadinya sendiri serrta mengenal
lingkungannya dengan memecahkan masalah-masalah yang ada. Metode role
playing juga termasuk metode pembelajaran yang menyenangkan dengan
melibatkan langsung peserta didik sebagi pemeren dan pengamat sehingga dapat
membantu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
30
Khirul Huda, Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Melalui Metode Role Playing, (Jawa
Tengah Didaktikum: Jurnal PTK, 2015), Vol 16 No. 3, hlm. 28
31
Syaiful Bahri Djamarah, Pendidik Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2005), hlm. 238
21
1) Buku paket atau buku LKS akidah akhlak kelas VIII semester genap Kurikulum
2013
2) Al-qur’an, yang akan dijadikan rujukan dalam membahas dalil-dalil dalam
mempelajari akhlak terpuji
3) Buku hadits-hadits Bukhori, yang dijadikan rujukan dalam membahas hadits-
hadits yang berkaitan dengan akhlak terpuji
4) Hp/laptop, benda elektronik ini akan dimanfaatkan untuk memutar video dan
juga mengakses soal atau contoh-contoh penerapan perilaku terpuji
5) LCD/layar proyektor, untuk menampilkan video yang berkaitan dengan akhlak
terpuji
6) Internet, selain benda elektronik, internet juga sangat dibutuhkan karean tanpa
internet kita tidak dapat mengakses materi yang dibutuhkan
7) Sterofoam/gabus, yang nantinya dijadikan alat peraga dalam melaksanakan
metode role playing
8) Spidol, untuk menulis nama-nama kelompok dan peran dari setiap tokoh
9) Kertas HVS/Bufalo, yang digunakan unutk alas menulis kelompok dan bisa
digunakan pelengkap dari peraga.
22
7) Setelah scenario dijalankan siswa diberikan kertas untuk membahas apa yang
sudah diperagakan dengan kelompoknya
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi secara bergiliran
9) Guru memberikan kesimpulkan secara umum dan memberikan evaluasi
Sedanglan menurut Mulyono, ada sembilan langkah dalam melaksanakan metode
role playing, diantaranya:
1) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Dalam hal ini yang
dimaksut adalah mengantar siswa untuk memahami permainan yang akan
dijalankan. Masalah di poin ini mulai dijelaskan, dan masalah itu dapat diambil
dari keadaan sekitar atau lingkungan.
2) Setelah itu guru memilih peran dan karakter bersama murid, dan juga disini
murid bersama guru harus mendeskripsikan berbagai watak dan tokoh.
3) Menyusun tahap-tahap dalam peran. Pemeran menyususn garis besar dari
karakter yang akan dimainkan. Tidak diperlukan dialog khusus karena peserta
didik diharapkan untuk berbicara spontan
4) Menyiapkan pengamat. Lebih baiknya jika pengamat juga terlibat dalam peran
tersebut sehingga siswa mudah memahaminya.
5) Tahap pemeran. Peserta didik atau murid melakukan adegan yang
diperankannya.
6) Diskusi dan evaluasi pembelajaran. Dalam evaluasi ini pemeran dan pengamat
menyampaikan mengenai hal yang sudah diperankan.
7) Pemeranan ulang. Pemeran ini dilakukan setelah adanya evaluasi dan diskusi
mengenai pemeranan. Mungkin dikemas lebih menarik lagi dari kekurangan
yang ada sebelumnya.
8) Diskusi dan evaluasi tahap kedua. Pemecahan masalah setelah dilakukannya
pemeranan ulang, sehingga disini analisis dapat berjalan lebih lancar dan
pemecahan masalah lebih jelas.
9) Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. Mereka bisa bercermin dari
orang lain untuk memahaminya dirinya.
23
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam menggunakan metode
role playing ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu;
1) Pemanasan
Meperkenalkan jenis permainan yang akan dimainkan oleh siswa. Guru
menjelaskan mengenai watak dan cerita yang akan dibawakan sampai semua
siswa paham. Guru mengenalkan siswa kepaaada permasalahan dan cara
menghadapinya.
2) Memilih Pemain
Memilih pemain dapat dilakukan oleh guru, dengan menunjuk langsung atau
dengan membuat kelompok pemain
3) Menata Panggung
Guru dan siswa berdiskusi apa yang akan diperankan, dimana hal ini dimainkan,
apa saja keperluan yang dibutuhkan untuk pemeran watak. Tidak harus mewah,
pentaan panggung bisa dilakukan secara sederhana dengan membahas scenario,
bagaimana prosesnya dan pelaksaaan sampai selesai, tetunya hanya
mematangkan permasalahan dan alur permainan.
4) Guru Menunjuk Beberapa Peserta Didik Menjadi Pengamat
Mengenai pengamat lebih baik lagi apabila pengamat juga ikut terlibat dalam
peran itu.
5) Permainan Role Playing
Permainan dilaksanakan secara spontan, tanpa ada dialog pasti. Sehingga
kemungkinan ada kebingungan dan ada siswa yang memerankan peran
temannya. Dan jika keadaan rancu guru bisa menghentikan.
6) Guru dan Peserta Didik Mendiskusikan Permainan
Guru dan siswa melakukan evaluasi atas permainan yang sudah dilaksanakan.
Saling menerima usul satu sama lain.
7) Pembahasan Diskusi dan Evaluasi
Pada tahap ini guru lebih mengarahkan kepada realita.
8) Guru dan Siswa Diajak Berbagi Pengalaman
24
Guru dan Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainan yang telah
diperankan.32
32
Hamzah B. Uno, Model pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 26-28
33
Oemar Hamalik, Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), hlm. 199
34
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Agama Islam, hlm. 101
25
6) Menyediakan sarana dalam mengekspresikan perasaan yang ada dibalik
keinginan.35
35
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008),
hlm. 84
36
Aswaja Zain Djamarah, Syafari Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006), hlm. 89-
90
26
Dalam metode pembelajaran semua pasti ada kekurangannya, namun semua dapat
diminimalisir dengan adanya rancangan perencanaan pembelajaran yang terstruktur
dan tepat.37
37
Djumingin, Sulastriningsih, Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif Bahasa dan Sastra,
(Makasar: Badan Penerbit, 2011), hlm. 175
38
Ari Yanto, Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS, Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 1 No. 1, 2015, ISSN: 2442-2470, hlm. 56
39
Dja’far Siddik, Ali Imran Sinaga, Zakaria, Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Motivasi Dan Hasil
Belajar Fiqih di MTS Pondok Pesantren Modern Barusssalam Kabupaten Langkat, At-Tazakki, Sumatra Utara,
Vol. 1 No. 1, 2017, hlm.130
27
3) Metode role playing mampu mengubah suasana berlajar mencari
menyenangkan.40
4) Peningkatan motivasi siswa dapat terlihat dari setelah adanya pelaksaaan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode role playing.41
a. Kajian Buku
Berdasarkan teori dari buku yang dikemukakan oleh Achmad Badaruddin yang
berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Klasikal dan buku
Interaksi dan Motivasi Belajar Siswa yang ditulis oleh Sardiman A, M, bahwa
motivasi sangat berperan penting dalam pertumbuhan remaja, apalagi dalam
masalah pembelajaran. Karena pada masa ini remaja mudah terpengaruh dengan
keadaan sekitar, sehingga mereka akan lebih mudah terpancing dengan lingkunya
yang negative. Maka untuk memudahkan siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar dengan menggunakan metode role playing.42
b. Kajian Jurnal
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi Anita Alfiani dan juga jurnal
yang dituliskan oleh Munawaroh menyatakan bahwa hubungan metode Role
Playing dengan Motivasi Belajar siswa adalah meningkatkan motivasi belajar siswa
dapat dilakukan dengan pembelajaran yang melibatkan interaksi siswa dengan
sesama dan lingkungannya dengan melakukan peran. Karena dengan metode seperti
ini maka siswa dapat dengan mudah menangkap pelajaran yang disampaikan
40
Ony Dina Maharani, Rahayu, Chumi Zahroul, Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pembelajaran IPS Materi Pokok Masalah Sosial di SDN Pangkemiri
II Sidoarjo Tahun Pelajaran 2012/2013, Artikel Hsail Penelitian Mahasiswa, Jember, 2013, hlm. 1
41
Ninig Indrastuti, Metode Simulasi Role Playing Untuk Mneingkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Negeri 2 Gondang Kelas V Semester I Kecamatan
Kobonarum Kabupaten Klaten Tahun 2012/2013, Surakarta, 2013
42
Achmad Badaruddin, Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Klasikal, hlm. 8
28
dengan keterlibatan mereka pada peran itu dan dapat menemukan solusi dalam
menyelesaikan masalah dari contoh yang ada. Dan salah satu cara yang digunakan
untuk membangkitkan motivasi belajar ini dengan menggunakan metode Role
Playing.43
Dalam jurnal lain yang telah dikemukakan oleh Azvionola Karmila, Sri Awan, dan
Venny Oktaviany juga menyebutkan bahwa metode role playing merupakan metode
belajar yang mampu membawa siswa kepada suasana yang menyenangkan dan
gembira, sehingga dengan metode ini siswa tidak merasa tertekan dan motivasi
belajar mereka menjadi bertambah dengan suasana yang ada.44
c. Dinamika Psikologis
Setelah adanya pemaparan mengenai motivasi belajar dan juga metode role playing
di atas, maka dapat diketahui bahwa motivasi belajar sangat berperan penting pada
pertumbuhan remaja, apalagi pada masa MTS karena pada masa ini mereka sedang
berproses untuk sedikit meninggalkan masa-masa bermainnya demi menuju
kehidupan yang lebih dewasa dari sebelumnya. Pada masa ini siswa membutuhkan
dorongan dari luar, seperti guru, teman dan orang tua. Sehingga niat dan minat yang
lahir dari dalam dirinya perlu dipupuk untuk mematangkan semua itu. Dan bagi
guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, maka guru
dapat menerapkan metode role playing, yaitu metode pembelajaran dengan bermain
peran.
Sehingga dalam hal ini dengan model bermain, siswa tetap mampu belajar dan
mudah memahami pelajaran tersebut, karena pada metode ini siswa harus terlibat
langsung baik sebagai pemeran ataupun pengamat. Dan siswa dihadapkan dengan
suasana yang gembira serta menyenangkan ketika menggunakan metode ini begitu
43
Dwi Anita Alfiani, Penerapan Metode Role Playing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Play
Group, 2017
44
Azvonola Karmila P. Y, Sri Awan Sari, Venny Oktaviany, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
dengan menggunakan Metode Role Playing, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara II,
2016
29
juga diberikan contoh-contoh masalah yang nyata. Siswa diberikan kesempatan
untuk menyelesaikan masalah itu dengan kemampuannya dan kemampuan
kelompok. Sehingga dapat dikatakan metode ini mampu memberikan suasana yang
positif bagi siswa dalam belajar, dan dengan metode ini motivasi siswa dapat
ditingkatkan.
Berdasarkan rumusan deskripsi teori dan kajian pustaka diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode Role
Playing dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII C MTsN 5 Kediri semester genap tahun pelajaran 2021/2022”.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik dari kelas VIII C MTsN 5 Kediri
Tahun Pelajaran 2021/2021 yang berjumlah 40 peserta didik dalam satu kelas.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan metode role playing
yang ditujukan untuk meningkatakan motivasi belajar siswa utamanya dalam mata
pelajaran akidah akhalak kelas VIII C di MTsN 5 Kediri dengan standart
kompetensi “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta
menghargai dan menghayati akhlak terpuji kepada sesama”.
35
3) Guru menggali pengetahuan awal kemampuan peserta didik terhadap
materi yang akan dibahas
4) Guru menjelaskan tentang akhlak terpuji
5) Guru meminta peserta didik untuk menyebutkan perilaku akhlak terpuji
6) Guru meminta peserta didik untuk mendengarkan cerita tentang akhlak
terpuji dengan bantuan media laptop, audio, dan teks ceritayang berjudul
“Kebaikan Kabayan”. Tujuan diberikannya teks cerita, selain untuk
membantu memperjelas peserta didik dalam kegiatan mendengarkan
cerita, juga dapat lebih mempermudah dalam pemahaman tentang
mengidentifikasi perilaku terpuji
7) Guru melakukan brainstroming kepada peserta didik tentang cerita yang
berjudul “Kebaikan Kabayan”
8) Guru membagi peserta didik menjadi lima kelompok kerja untuk
mengidentifikasi unsur cerita anak yang merupakan kelompok
9) Guru membagi topik akhlak terpuji di setiap kelompok
10) Guru menugaskan peserta didik di setiap kelompok mengirimkan tim ahli
untuk berdiskusi tentang perilaku terpuji dari materi mendengarkan cerita
berjudul “Kebaikan Kabayan” dalam kelompok ahli
11) Guru menugaskan peserta didik setiap tim ahli kembali ke kelompok
untuk memberikan hasil diskusi dari kelompok ahli dan mendiskusikan
kembali dalam kelompok asal
12) Guru menugaskan kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi kepada
kelompok lain dalam diskusi kelas dan guru mencatat di papan tulis dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
13) Dari data-data di papan tulis, guru meminta peserta didik membuat
kesimpulan dan guru membandingkan sesuai konsep yang disediakan
14) Guru memberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami
15) Guru meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan,
menyimpulkan tentang materi mendengarkan cerita anak
36
16) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
dengan memberikan tugas
17) Guru bersama peserta didik menutup pelajaran dengan membaca
hamdalah.
c) Observasi dan Evaluasi
Peneliti mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan model
pembelajaran, mendiskusikan tentang tindakan II yang telah dilakukan
mencatat kelemahan baik ketidaksesuaian antar skenario dan respon dari
peserta didik yang mungkin tidak diharapkan.
d) Refleksi
1) Meneliti hasil pengamatan sikap, hasil kinerja, hasil diskusi kelompok
peserta didik terhadap pertanyaan/kuis yang diberikan yang terdapat pada
lembar observasi dan lembar penilaian
2) Menganalisis hasil pengamatan sikap, hasil kerja, dan hasil diskusi
kelompok peserta didik untuk membuat simpulan sementara terhadap
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
3) Mendiskusikan hasil analisis untuk perbandingan dalam kegiatan pra-
siklus/pra-tindakan, siklus I, dan siklus II. Juga dapat digunakan sebagai
acuan dalam tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian
dalam siklus III jika diperlukan.
37
namun dia kurang percaya diri dalam belajar sehingga kurang mandiri saat berdiskusi,
sehingga skor motivasi belajarnya rendah.
Peserta didik adalah sentral kegiatan dan pihak yang mempunyai tujuan, dengan
menyediakan metode pembelajaran role playing dalam proses pembelajaran dapat
mengkondisikan suasana kelas lebih hidup. Dengan demikian, diharapkan akan muncul
generasi baru yang disamping memiliki hasil akademik yang cemerlang juga memiliki
kesetiakawanan dan solidaritas sosial yang kuat.45
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, terdapat 40 siswa di kelas VIII-C yang akan
dijadikan sampel oleh peneliti. Adapun data dari siswa mengenai keterangan disajikan
di dalam tabel berikut:
Data Sampel Motivasi Belajar Siswa
No. Nama Pra-Siklus Siklus Siklus Keterangan
I II
1 Adinda Motivasi belajar kurang baik
2 Dewi Motivasi belajar kurang baik
3 Fahat Motivasi belajar kurang baik
4 Budi Motivasi belajar kurang baik
5 Vino Motivasi belajar kurang baik
6 Aulya Motivasi belajar kurang baik
7 Viola Motivasi belajar kurang baik
8 Laila Motivasi belajar kurang baik
9 Agus Motivasi belajar kurang baik
10 Yuli Motivasi belajar kurang baik
11 Hanik Motivasi belajar kurang baik
12 Tanti Motivasi belajar kurang baik
45
Maskanah, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi Cerita Anak Dengan Metode Jigsaw Di Kelas Vi Mi Nu 14 Pekauman Kendal Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2015/2016, Semarang, 2015, hlm. 35
38
13 Putri Motivasi belajar tinggi
14 Desta Motivasi belajar tinggi
15. Evi Motivasi belajar tinggi
16 Hendri Motivasi belajar tinggi
17 Deva Motivasi belajar tinggi
18 Reva Motivasi belajar tinggi
19 Dwi Motivasi belajar tinggi
20 Ani Motivasi belajar tinggi
21 Eri Motivasi belajar tinggi
22 Kati Motivasi belajar tinggi
23 Sulemi Motivasi belajar tinggi
24 Sakur Motivasi belajar tinggi
25 Handi Motivasi belajar tinggi
26 Aris Motivasi belajar tinggi
27 Abdil Motivasi belajar tinggi
28 Binti Motivasi belajar tidak stabil
29 Naning Motivasi belajar tidak stabil
30 Amin Motivasi belajar tidak stabil
31 Yati Motivasi belajar tidak stabil
32 Farhan Motivasi belajar tidak stabil
33 Dini Motivasi belajar tidak stabil
34 Nanang Motivasi belajar tidak stabil
35 Umi Motivasi belajar tidak stabil
36 Yaka Motivasi belajar tidak stabil
37 Brina Motivasi belajar tidak stabil
38 Zidan Motivasi belajar tidak stabil
39 Rico Motivasi belajar tidak stabil
40 Aby Motivasi belajar tidak stabil
Tabel sampel peningkatan motivasi belajar siswa 3.2
39
Data di atas akan dijadikan rujukan oleh peniliti dalam menentukan keberhasilan dari
penggunaan metode role playing sebagai solusi dari rendahnya motivasi belajar siswa.
Dari data itu peneliti akan melakukan siklus pertama sesuai dengan langkah-langkah
yang sudah dipaparkan pada poin sebelumnya. Setelah kegiatan siklus pertama maka
peneliti akan membandingkan motivasi belajar siswa dengan pra siklus. Tentunya
dalam siklus pertama ini peneliti akan mengalami kekurangan dalam melaksanakan
metode role playing. Dengan adanya kekurangan ini, peneliti akan memperbaiki pada
proses siklus ke-dua. Selesai dari siklus kedua ini maka akan dibandingkan dengan pra
siklus, dan siklus pertama. Adapun dalam menganalisis dan membandingkan data
tersebut peneliti menggunakan ketentuan:
1) Kriteria hasil refleksi motivasi belajar siswa akan dinalisis berdasarkan kriteria
ketuntuasan angket individual dan klasikal siswa.
2) Ketuntasan motivasi belajar individual untuk mata pelajaran Akidah Akhlak
ditetapkan dari hasil pengamatan kegiatan siswa. Siswa yang memenuhi kriteria
angket minimal 5 poin dari pernyataan yang sudah disuguhkan maka dapat
dikatakan berhasil.
3) Ketuntasan motivasi belajar klasikal dapat dikatakan berhasil apabila lebih dari 85%
siswa kelas VIII-C pada mata pelajaran akidah akhlak memiliki motivasi belajar
yang tinggi.
Mengenai data siklus pertama dan siklus ke-dua beserta keterangannya pada tabel diatas
akan diisi setelah peneliti melakukan penelitian sesuai siklus yang dilaksanakan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Aswaja Djamarah Zain. Bahri Syafari. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rieneka
Cipta
Aziz A. 2008. Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung. Alfabeta
Azwar Saifuddin. Motivasi dalam Belajar
Badaruddin Achmad. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Klasikal
Baihaki Muhammad. 2020. Efektivitas Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa. Edu Consilium. Jurnal BK Pendidikan Islam. Vol. 1 No. 2, September
Basri Hasan. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Bahsa Indonesia Siswa Kelas V SDN 032 Kuala Kecamatan Tambang.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Riau. Vol. 1 No. 1. Juli
Clarysya Firdaus Cahya. 2020. Bunga Gemilang Mauludyana, Karunia Nurullita Purwanti.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Di SD Negeri Curug Kulon 2
Kabupaten Tangerang. Pensa. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial. Universitas
Muhammadiyah Tangerang. Vol. 2 No. 1
Djumingin. Sulastriningsih. 2011. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif
Bahasa dan Sastra. Makasar. Badan Penerbit
Dwi Alfiani Anita. 2017. Penerapan Metode Role Playing dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Anak Usia Play Group
Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang. RASAIL
Media Group
1
Karmila P. Y. Azvonola. Sri Sari Awan. Oktaviany Venny. 2016. Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa dengan menggunakan Metode Role Playing. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara II
Maya Pramesti Wulan. Motivasi. Pengertian Proses dan Arti Penting dalam Organisasi
Muhammad Maryam. 2016. Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran. Lantanida Journal.
Vol/ 4 No. 2
Muhammad Moslem C. Komaro Mumu. Yayat. 2019. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Aircraft Drawing Di SMK.
Journal of Mechanical Engineering Education. Vol. 4, No. 2. Desember
Muhammad. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
N P Atmaja. 2016. Evaluasi Belajar Mengajar. Yogyakarta. Diva Press
Nenta Siregar Dumalia. Surya Edy. 2017. Penggunaan Mathmagic dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa. Semarang State University. Unnes Journal. p-ISSN: 2086-2334;
e-ISSN: 2442-4218
Ni Putu Luh Sudiasih. 2020. Upaya Meningktakan Motivasi Belajar PPKn Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learnning Pada Siswa Kelas X IPA 2 di SMA Negeri 1
Kuta pada Semester Ganjil Tahun Pelajran 2020/2021. Universitas Mataram
Nurhayati. 2014. Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam. Stai Ptiq Banda
Aceh. Jurnal Mudarrisuna. Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember
2
Ony Maharani Dina. Rahayu. Zahroul Chumi. 2013. Penerapan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pembelajaran IPS
Materi Pokok Masalah Sosial di SDN Pangkemiri II Sidoarjo Tahun Pelajaran
2012/2013. Artikel Hsail Penelitian Mahasiswa. Jember
Pusat Bahasa Dapartemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.
Pusat Bahasa
Putri Enan Aulia Dina. 2020. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu. UIN Malik
Ibrahim Malang
Sabri Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar Micro Teachiing. Jakarta. PT. Ciputat Press
Shofi. 2021. Guru BK MTsN 5 Kediri
Sholichin. Muchlis. 2011. Psikologi Belajar. Surabaya. Pena Salsabila
Siddik Dja’far. Ali Sinaga Imran. Zakaria. 2017. Pengaruh Metode Role Playing Terhadap
Motivasi Dan Hasil Belajar Fiqih di MTS Pondok Pesantren Modern Barusssalam
Kabupaten Langkat. At-Tazakki. Sumatra Utara. Vol. 1 No. 1
3
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(RPP)
Kelas/Semester : VIII/2
A. Standar Kompetensi
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
1.4 Menghayati sifar dampak positif husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
2.4 Terbiasa berperilaku husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun dalam kehidupan
seharihari
3.4 Memahami pengertian contoh dampak positif sifat husnuzhon, tawadu’, tasamuh
dan ta’awun dalam fenomena kehidupan
C. Indikator
1. Membiasakan menghayati sifat dampak positif husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan
ta’awun
2. Membiasakan berperilaku husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
3. Menjelaskan pengertian husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
4. Menyebutkan contoh husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
5. Mengidentifikasi contoh husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
D. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
2. Menyebutkan nilai-nilai positif dari husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan ta’awun
dalam fenomena kehidupan
E. Materi Pembelajaran
Memahami penjelasan tentang akhlak terpuji kepada sesame
1. Pengertian husnuzhon
2. Pengertian tawadu’
3. Pengertian tasamuh
4. Pengertian ta’awun
F. Kegiatan Pembelajaran
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Pendahuluan
➢ Guru mrmbuka pelajaran denngan membaca basmalah
dilanjutkan salam dan berdoa bersama dengan khidmat
➢ Guru memulai pembelajaran bersama peserta didik dengan
baik
➢ Guru mengarahkan kesiapan peserta didik dan kehadiran
peserta didik dengan mengisi lembar kehadiran
➢ Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan
dengan materi pembelajaran
➢ Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti
Stimullation Peserta didik diberikan motivasi atau rangsangan untuk
(stimulasi/pem memusatkan perhatian pada topik. Dengan cara:
berian
rangsangan) Melihat (tanpa atau dengan alat)
Menayangkan foto/video tentang pembelajaran akhlak terpuji
kepada sesame
➢ Pengertian akhlak akhlak terpuji husnuzhon, tawadu’,
tasamuh dan ta’awun
Mengamati
➢ Peserta didik diminta mengamati gejala perilaku akhlak
terpuji terhadap sesama yang ditayangkan pada foto/video
Membaca
➢ Peserta didik diminta membaca materi dari buku paket atau
buku-buku penunjang lain/dari internet, materi yang
berhubungan dengan akhlak terpuji terhadap sesama
Menyimak
➢ Peserta didik diminta menyimak penjelasan kegiatan secara
garis besar/global tentang materi pelajaran mengenai
akhlak terpuji terhadap sesama.
Problem Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
Statement mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
(pertanyaan dengan gambar/video yang disajikan dan akan dijawab memalui
atau kegiatan belajar, contohnya:
identifikasi
masalah) Mengajukan pertanyaan, tentang akhlak terpuji
Pengertian akhlak terpuji terhadap sesama yaitu husnuzhon,
ta’awun, tasamuh, tawadu’ yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik) untuk mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat, misalnya:
➢ Apakah yang dimaksud dengan pengertian akhlak terpuji
terhadap sesama yaitu husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan
ta’awun?
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
collection menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
(pengumlan
data) Mengamati obyek/kegiatan
Mengumpulkan informasi
➢ Peserta didik diminta mengumpulkan data yang diperoleh
dari berbagai sumber tentang pengertian akhlak terpuji
terhadap sesama yaitu husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan
ta’awun?
Membaca sumber lain selain buku teks
➢ Peserta didik diminta mengeksplor pengetahuannya dengan
membaca buku referensi tentang pengertian akhlak terpuji
terhadap sesama yaitu husnuzhon, tawadu’, tasamuh dan
ta’awun?
Data Mengolah Informasi
processing Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai akhlak
(Pengolahan terpuji terhadap sesama yaitu husnuzhon, tawadu’, tasamuh
data) dan ta’awun?
Kegiatan Penutup
Peserta didik:
Membuat resume dengan bimbingan guru tentang pont-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan
Mengagendakan pekerjaan rumah
Mengagendakan projek yang harus mempelajari pada pertemuan diluar jam
sekolah atau rumah.
Guru:
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik yang
selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut
peringkat, untuk penilaian projek.
Mengetahui,
Kepala MTsN 5 Kediri Guru Mata Pelajaran
Pilihan jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS
Saya mengerjakan tugas dengan sungguh dan tepat
1
waktu
Mata Pelajaran :
Waktu Pelaksanaan :
Sekolah :
Petunjuk
Beri penilaian dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang sesuai!
Keterangan pilihan jawaban:
1 = sangan baik
2 = baik
3 = cukup
4 = kurang
Butir Keterangan
No Keterangan
Pengamatan 1 2 3 4
Siswa tekun dalam
1 mengerjakan tugas
dari guru.
Siswa ulet dalam
2 mengerjakan soal
yang sulit
Siswa
menunjukkan
3
minatnya selama
proses
pembelajaran.
Siswa lebih senang
untuk mengerjakan
4
soal secara
mandiri.
Siswa tertarik
dengan kegiatan
5
pembelajaran yang
diadakan guru.
Siswa dapat
mempertahankan
6
pendapatnya
selama berdiskusi.
Siswa tidak mudah
untuk melepaskan
7
hal yang
diyakininya.
Siswa senang
mencari dan
8
memecahkan
masalah soal-soal.
Observer,
………………………
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN SISWA PADA PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING
SIKLUS II
Mata Pelajaran :
Waktu Pelaksanaan :
Sekolah :
Petunjuk
Beri penilaian dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang sesuai!
Keterangan pilihan jawaban:
1 = sangan baik
2 = baik
3 = cukup
4 = kurang
Butir Keterangan
No Keterangan
Pengamatan 1 2 3 4
Siswa tekun dalam
1 mengerjakan tugas
dari guru.
Siswa ulet dalam
2 mengerjakan soal
yang sulit
Siswa
menunjukkan
3 minatnya selama
proses
pembelajaran.
Siswa tertarik
dengan kegiatan
5
pembelajaran yang
diadakan guru.
Siswa dapat
mempertahankan
6
pendapatnya
selama berdiskusi.
Siswa tidak mudah
untuk melepaskan
7
hal yang
diyakininya.
Siswa senang
mencari dan
8
memecahkan
masalah soal-soal.
Observer,
…………………………
LAMPIRAN 4. Lembar Observasi Kegiatan Guru
Mata Pelajaran :
Waktu Pelaksanaan :
Sekolah :
Petunjuk
Berilah penilaian dengan menggunakan tanda (√) pada kolom yang sesuai!
Jawaban
No. Aspek yang diamati Keterangan
Ya Tidak
Guru menyampaikan
materi
sesuai dengan langkah-
1
langkah
yang terdapat dalam
RPP
Guru membentuk
2 kelompok berdasarkan
tingkat kemamuan
Guru membentuk
3 kelompok berdasarkan
jenis kelamin.
Guru menyampaikan
4
materi dengan jelas
Guru menyampaikan
5
tugas kelompok secara
jelas
Guru memberi
pengarahan kepada
6 siswa yang mengalami
kesulitan pada saat
diskusi
Guru memberikan
hadiah atau pujian
7 kepada siswa yang
dapat menjawab
pertanyaan
Observer,
…………………………
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN ROLE PLAYING SIKLUS II
Mata Pelajaran :
Waktu Pelaksanaan :
Sekolah :
Petunjuk
Berilah penilaian dengan menggunakan tanda (√) pada kolom yang sesuai!
Jawaban
No. Aspek yang diamati Keterangan
Ya Tidak
Guru menyampaikan
materi
sesuai dengan
1
langkah-langkah
yang terdapat dalam
RPP
Guru membentuk
kelompok
2
berdasarkan tingkat
kemamuan
Guru membentuk
kelompok
3
berdasarkan jenis
kelamin.
Guru menyampaikan
4
materi dengan jelas
Guru menyampaikan
5
tugas kelompok
secara jelas
Guru memberi
pengarahan kepada
6 siswa yang
mengalami kesulitan
pada saat diskusi
Guru menyampaikan
7 aturan turnamen
secara jelas
Guru memberikan
pengarahan kepada
8 siswa yang
mengalami kesulitan
pada saat turnamen
Guru memberikan
hadiah atau pujian
9 kepada siswa yang
dapat menjawab
pertanyaan
Guru memberikan
hadiah atau pujian
10 kepada siswa yang
memperoleh skor
tertinggi
Observer,
…………………………
Keterangan:
1. Ya =1
Tidak = 0
2. Rata-rata = Observer I H1+H2 +Observer II(H1+H2) : 2
3. Kriteria:
1 - 1,76 = Kurang
1,76 – 2,51 = Cukup
2,51 – 3,26 = Baik
3,26 – 4,00 = Sangat Baik