Anda di halaman 1dari 67

INTERNALISASI NILAI-NILAI KEMUHAMMADIYAHAN

DALAM MENINGKATKAN SPIRITUALITAS SISWA


DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO

Proposal Skripsi

Oleh:
Memo Valentino Hutagaol
NIM: 19112229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi oleh Memo Valentino Hutagaol, mahasiswa Program Studi S1-
Pendidikan Agama Islam, dengan judul proposal skripsi “Internalisasi Nilai-Nilai
Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Muhammadiyah 2 Ponorogo ”
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Ponorogo, 20 Januari 2023
Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I Dr. Aldo Redho Syam, M.Pd.I.


NIDN. 2122028801 NIDN. 0713018806

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam,

Dr. Aldo Redho Syam, M.Pd.I.


NIDN. 0713018806

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
A. Konteks Penelitian....................................................................4
A. Fokus Penelitian........................................................................8
B. Tujuan Penelitian......................................................................9
C. Manfaat Penelitian....................................................................9
D. Definisi Istilah...........................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................14
A. Hasil Penelitian Terdahulu........................................................14
B. Konsep Internalisasi..................................................................20
C. Konsep Kemuhammadiyahan...................................................22
D. Kerangka Konseptual Penelitian...............................................28
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................29
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian...............................................29
B. Kehadiran peneliti di lapangan..................................................30
C. Lokasi Penelitian.......................................................................30
D. Data dan Sumber Data..............................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................31
F. Teknik Analisis Data.................................................................32
G. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................34
Gambar 3.1 Triangulasi Teknik....................................................................34
Gambar 3.2 Triangulasi Sumber...................................................................35
H. Tahap – Tahap Penelitian..........................................................35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus dimiliki Oleh

setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini tanpa terkecuali, dengan beragam

pendidikan yang ada sehingga masing-masing negara pun memiliki program

dan kurikulum yang berbeda-beda dengan tujuan untuk membentuk dan

mengkaderisasikan serta mempersiapkan generasi muda yang berpendidikan

tinggi supaya bisa bersaing di era moderen ini, Apabila Negara Indonesia

ingin berkiprah atau bersaing di dunia global maka harus melakukan penataan

sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek intelektual, emosional, spiritual,

kreativitas, moral dan tanggung jawab, di Indonesia saat ini tengah

memperbaiki generasi muda dengan mengadakan program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) yang diikuti seluruh lembaga pendidikan

khusunya pendidikan dibangku sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah

pertama, maupun Sekolah Mengah Atas dengan adanya program ini generasi

muda yang ada di Indonesia Memiliki karakter yang mulia seperti yang

tercantum Pada pasal 3 UU Tentang sistem kependidikan Nasional di

Indonesia Nomer 20 tahun 2003 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

4
bertanggung jawab.” (Wiyani 2015: 69).

Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan akhlak. Dalam pandangan organisasi

Muhammadiyah, pendidikan memiliki spectrum yang penting sebagai sarana

dakwah untuk membangun kualitas diri manusia. Al Islam dan

Kemuhammadiyaan sebagai catur darma perguruan tinggi Muhammadiyah

sekaligus sebagai ujung tombak penanaman nilai demi terbentuknya manusia

pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam

IPTEKS sebagai perwujudan tajdid dakwah sesuai dengan amanah yang

tertuang dalam Putusan Muktamar Muhammdiyah ke-46 tentang

Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah merupakan satu hal yang

seharusnya dioptimalkan pada tataran manajemen baik secara sumber

daya manusia (man), anggaran (money), sarana dan prasarana (material),

metode (method) dan alat (machine)untuk mencapai tujuan tersebut pada

setiap lingkungan pendidikan Muhammadiyah khususnya Perguruan Tinggi.

Internalisasi nilai dalam pendidikan dapat diberikan oleh guru terhadap siswa

sebagai sasaran dakwah Muhammadiyah pada Amal usahanya dalam bidang

pendidikan. Internalisasi nilai adalah proses menghayati dan mendalami

nilai dengan tujuan menanamkannya agar menjadi akhlak (character) bagi

mahasiswa. Internalisasi nilai3dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan

yakni: transformasi nilai, transaksi nilai, dan tras-internalsasi. Internalisasi

merupakan sebuah proses memasukkan, membiasakan orang agar berprilaku

sesuai dengan nilai ideal. Internalisasi merupakan penghayatan terhadap suatu

ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran

terhadap kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan

5
perilaku. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral Simon, Howe dan

Kirschenbaum dalam Wahab menawarkan 4 (empat) pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu pendekatan penanaman moral, pendekatan transmisi nilai

bebas, pendekatan teladan, dan pendekatan klarifikasi nilai. Selanjutnya

menurut Mulyasa Internalisasi nilai dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan

yakni (1) Transformasi nilai, memberikan penegtahuan tentang baik dan

buruk dengan komunikasi verbal (2) Transaksi nilai, komunikasi dua arah

antara pendidik dan mahasiswa dengan pemberian contoh dalam aktifitas

sehari-hari dan (3) Tras-internalsasi, penampilan pendidik dihadapan

mahasiswa bukan hanya sosok psikis namun sikap mental dan kepribadiannya.

Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dengan teknik peneladanan, pembinaan

disiplin dan pemotivasian. Metode lain tentang internalisasi ditawarkan

Nihayati yakni dengan beberapa tahapan seperti: peneladanan,

pembiasaan, pembinaan disiplin, pemotivasian. Pendidikan di sekolah tidak

hanya terkait tentang akademik saja, akan tetapi juga harus terjadi

keseimbangan antara pendidikan akademik dengan pendidikan akhlak yang

terbentuk dari nilai-nilai spiritual yang diajarkan oleh Islam. Jika terjadi

keseimbangan antara keduanya, maka pendidikan tidak hanya akan

melahirkan insan yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan, namun juga

mengubah anak menjadi orang yang berkualitas dari aspek keimanan, ilmu

pengetahuan dan juga akhlak. Untuk itu perlu dilakukan kontribusi lain selain

belajar mengajar di dalam kelas secara formal untuk memaksimalkan proses

internalisasi nilai-nilai spiritual.

Kegiatan ekstrakurikuler dan berbagai kegiatan keagamaan yang

6
semuanya bertujuan untuk membentuk karakter moral dan akhlak yang baik

bagi peserta didik. program keagamaan memberikan manfaat bagi peningkatan

kesadaran moral beragama peserta didik. kegiatan keagamaan merupakan

upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai spiritual kepada peserta didik di

luar jam pelajaran. Dengan adanya kegiatan keagamaan akan menuntun

peserta didik untuk menjadi manusia yang spiritual yaitu menusia yang

memiliki iman dan takwa serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai spiritual

dalam kehidupan sehari-hari.( Afidatul Izha, Moh. Murtadho, Adi Sudrajat

2020 : 2).

Salah satu lembaga yang menanamkan nilai-nilai kemuhammadiyahan

dalam membentuk meningkatkan spritualitas siswa ialah SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo dengan maksud agar peserta didik mampu

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan yang bertujuan

untuk memahami Islam yang sebenar-benarnya Islam. Dikarenakan pada

kenyataannya di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo kebanyakan murid bukan

berasal dari kader Muhammadiyah dan cenderung akidah dan akhlaknya

kurang tertata tercermin pada saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran.

Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin menggali tentang bagaimana

internalisasi nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas

siswa di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo.

Hal yang menarik atau permasalahan yang ada di SMP Muhammadiyah

2 Ponorogo yaitu permasalahan kurangnya disiplin dalam hal keagamaan.

Padahal notabennya sekolah Muhammadiyah itu harusnya menekankan dalam

hal keagamaan menjadi suatu prioritas. Kurangnya kedisiplinan dalam hal

7
keagaaman dapat dilihat dari kurangnya antusias siswa dalam hal sholat

berjamaah dhuha ataupun sholat dzuhur. Oleh sebab itu peneliti menganggap

hal itu sebagai sebuah problem yang dapat diteliti dan bisa menjadi solusi

kedepan agar SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo dapat menjadi sekolah yang

lebih baik di masa mendatang.

Dari konteks penelitian yang sudah dijelaskan diatas maka peneliti ingin

sekali mengkaji dari masalah yang peneliti temukan di lapangan untuk

menindak lanjuti hal tersebut peneliti akan mengkaji dan meneliti didalam

skripsi ini dengan judul : “Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan

Dalam Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di Sekolah Menengah Pertama

Muhammadiyah 2 Ponorogo ”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana proses implementasi Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo?

2. Bagaimana hasil dari Proses Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan

dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP Muhammadiyah 2

Ponorogo?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo ?

8
C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan proses implementasi Internalisasi Nilai-Nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo

2. Mendiskripsikan hasil dari Proses Internalisasi Nilai-nilai

Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan spiritualitas siswa di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo

3. Mendiskripsikan Implikasi factor pendukung dan penghambat dari

Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan

spiritualitas siswa di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan

dalam bidang pendidikan khususnya Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi dasar

pijakan untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo.

9
b. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi para guru

untuk terus mengembangkan penguasaan dalam menanamkan nilai-

nilai pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo.

c. Bagi Siswa Penelitian ini dapat membantu melaksanakan proses

belajar Pendidikan Agama Islam dengan efektif dan efisien, sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

E. Definisi Istilah

1. Internalisasi Nilai-nilai

Secara etimologis, internalisasi menunjukan suatu proses. Dalam

kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai defenisi proses.

Sehingga internalisasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses. Menurut

Chabib Thoha, internalisasi nilai merupakan teknik dalam pendidikan nilai

yang sasarannya adalah sampai pada pemilikan nilai yang menyatu dalam

kepribadian peserta didik. (Izzatin, Mafruhah2016:18) . Internalisasi

sebagai; proses panjang yang dilakukan oleh individu dilahirkan sampai ia

meninggal, proses tersebut berupa penyerapan nilai dan norma individu

kepada masyarakat (Sujatmiko, 2014).

2. Kemuhammadiyahan

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang kiprahnya makin

dominan dalam dakwah Islam Nusantara maupun dunia. Kini

orang menggunakan istilah itu dengan sebutan Islam Nusantara,yang

sesugguhnya adalah imitasi dari karya dakwah Muhammadiyah

pada masa awal sejarah perjuangan. Muhammadiyah sejak berdiri

pada 18 Nopember 1912 M/8 Dzulhijjah 1330 Hterus menjelmakan

10
sepak terjangnya dalam menyebarkan Islam yang murni dan modern.

Murni artinya, seluruh gerakan dakwah Islam didasarkan secara

menyeluruh “kaffah”kepada Al-Qur‟an dan Sunnah al-Shahihah. Modern

artinya, gerakan dakwah Muhammadiyah terus menyesuaikan dengan

dinamika dan perkembangan kehidupan manusia namun tetap bersandar

kepada al-Qur‟an dan mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad saw.

Media purifikasi(pemurnian)pemahaman KeIslaman, gerakan pemurnian

Islam telah dilakukan sejak 1 abad yang lalu ketika Kyai Haji Ahmad

Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak di

masyarakat, membina dan membangun masyarakat atas dasar ikhlas,

beribadah, dan berbakti kepada masyarakat. Oleh karena itu, yang

dilakukan Muhammadiyah adalah mendidik seseorang dan ummat

secara lebih luas untuk menjadi muslim“orang Islam” , mu‟min“orang

yang beriman”, dan muhsin“orang yang ikhsan” yang ilmiyah amaliyah

(yang berdasar ilmu dalam berbuat) dan amaliyah yang ilmiyah (yang

berbuat atas dasar ilmu). Selain itu, Muhammadiyah didirikan sebagai

sarana melahirkan intelektual Islam. Cita-cita pendidikan Muhammadiyah

tiada lain adalah menunjukkan jalan gelap kehidupan menuju jalan terang

yaitu cahaya kebenaran Islam. Gerakan pencerahan Islam bagi intelektual

terlebih mereka yang mengenyam pendidikan tinggidi Muhammadiyah

merupakan hal wajib yang harus dilakukan. Tanggung jawab besar

Muhammadiyah adalah melahirkan intelektual yang mampu beramar

ma‟rufdan nahi munkar, sekaligus menjadi penerus gerakan dakwah

Islam diseluruh bangsa dan masyarakat Indonesia.

11
3. Spiritualitas

Spiritualitas menurut Nelson kerap kali dianggap sebagian besar

masyarakat sebagai istilah yang bersinggungan dengan agama dan

pengalaman transendental. Selama beberapa dekade, spiritualitas juga

berada dalam konteks yang dianggap sakral dan transenden. Nelson

menggambarkan bahwa spiritual ini menjadi sesuatu yang tidak dapat

lepas dari agama dan Allah SWT, seperti halnya manusia melakukan

peribadatan maupun melakukan kegiatan yang berbau keagamaan (Arina

dan Yohaniz, 2014:3).

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membagi menjadi beberapa bab yang

terdiri dari sub antara lain:

Bab I Pendahuluan, bab ini Konteks Penelitian, focus Penelitian, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah,Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, bab ini merupakan landasan yang digunakan

dalam penyusunan penelitian yang berkaitan dengan kajian tentang

internalisasi nilai, Kemuhammadiyahan dan Spiritualitas, penelitian relevan,

dan kerangka berfikir.

Bab III Metode Penelitian, bab ini yang berisikan jenis penelitian, setting

penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

keabsahan data, dan teknik analisis data.

Bab IV adalah bab yang membahas tentang Hasil Penelitian dan

Pembahasan yang berisi Deskripsi Wilayah Penelitian, Penyajian Data Hasil

Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian.

12
Bab V merupakan Penutup, bab ini berisikan tentang Kesimpulan Hasil

Penelitian dan Saran-saran Penulisan terhadap Hasil Penelitian.

Daftar Pustaka

Lampiran

13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali banyak informasi dari

beberapa penelitian-penelitian yang ada sebelumnya sebagai bahan

perbandingan, baik mengenai kekurangan maupun kelebihan yang sudah ada.

Selain itu peneliti juga menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi

dalam rangka mendapatkan suatu informasi dari buku-buku maupun skripsi

dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori

yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori

ilmiah.

Tabel 2.1

Kajian Penelitian Terdahulu

N Nama Judul
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
o Peneliti Penelitian

1. Internalisas para pendidik yaitu sama- Sedangkan


Abdul i Nilai- senantiasa sama perbedaan
Halik Nilai Iman berusaha meneliti penelitian
(2019) Dalam memberikan tentang yang akan
Pembentuk pemahaman dan Internalisasi peneliti
an Aqidah bahkan adab dengan lakukan
Peserta memberikan penggunaan terletak pada
Didik Di gambaran yang metode yang subyek dan
Smp Ddi terjadi dalam sama juga obyeknya
Mangkoso kehidupan yaitu metode
Kabupaten sehari-hari agar kualitatif,
Barru peserta didik dan sama
tidak tempat
mengambang penelitian di
pemahamannya sekolah
tentang hari menengah
pembalasan

14
tersebut, pertama
sehingga mereka
tidak salah
persepsi akan
adanya hari
pembalasan.
Implikasi nilai-
nilai iman pada
hari pembalasan
dalam
pembentukan
aqidah peserta
didik di SMP
DDI Mangkoso
dapat
memahami dan
meyakinin
bahwa hari
pembalasan
benar-benar ada.
Semua akan
mengalami atau
melalui hari
pembalasan
tersebut dan
menerima
balasan sesuai
dengan
perbuatan.
Dengan
demikian,
peserta didik
lebih kuat lagi
keimanannya
dan dapat
menjadi anak
yang lebih baik
lagi dari
sebelumnya.

2. Mukri Internalisas Artikel ini yaitu sama- Sedangkan


Pahmi i menunjukkan sama perbedaan
(2019) Pembentuk bahwapelaksana meneliti penelitian
an Karakter an pendidikan tentang yang akan
Dalam karakter pada Internalisasi peneliti
Proses peserta didik dengan lakukan
Pembelajar pada SMP penggunaan terletak pada

15
an Pada Negeri 37 metode yang subyek dan
Smp Negeri Bulukumba sama juga obyeknya
37 dilaksanakan yaitu
Bulukumba dengan kualitatif
mengutamakan
pembentukan 8
karakter, yaitu
bertanggung
jawab, cinta
tanah air, peduli
sosial, toleransi,
disiplin,
mandiri,
demokratis, dan
gemar
membaca.
Pelaksanaan
pendidikan
karakter tersebut
terintegrasi
dengan semua
mata pelajaran,
terutama mata
pelajaran
Pendidikan
Agama Islam
yang
dilaksanakan
dalam bentuk
intrakurikuler
dan
ekstrakurikuler,
baik di dalam
pembelajaran
maupun di luar
pembelajaran.
Strategi yang
ditempuh guru
Pendidikan
Agama Islam
dalam
pembentukan
karakter peserta
didik di SMP
Negeri 37
Bulukumba
dilakukan
melaluipembina

16
an akhlak dan
peningkatan
wawasan
keagamaan
peserta didik

3. Afidatul Internalisas Pendidikan yaitu sama- Sedangkan


Izha i Nilai- Agama Islam, sama perbedaan
(2020) Nilai Fakultas Agama meneliti penelitian
Spiritual Islam tentang yang akan
Dalam Universitas Internalisasi peneliti
Pembentuk Islam Malang adab dengan lakukan
an Internalisasi penggunaan terletak pada
Akhlakul nilai-nilai metode yang subyek dan
Karimah spiritual dalam sama juga obyeknya
Peserta pembentukan yaitu metode
Didik Di akhlakul kualitatif,
Smp Islam karimah peserta dan sama
Ma’arif 02 didik di SMP tempat
Malang Islam Ma’arif penelitian di
02 Malang sekolah
dilakukan menengah
melalui program pertama
program
keagamaan.
Program-
program
keagamaan
tersebut
diantaranya
adalah shalat
zhuhur dan
ashar
berjamaah, salah
sunnah dhuha,
istighasah,
pembacaan
yasin, tahlil dan
shalawat, serta
kegiatan
madrasah
diniyah.
Program-
program
tersebut
dipantau dan
dibimbing
langsung oleh

17
guru yang
kompeten dalam
bidangnya.
Metode yang
digunakan
dalam proses
internalisasi
nilai-nilai
spiritual adalah
metode
keteladanan dan
metode
pembiasaan.
Metode
keteladanan
dilakukan
dengan
memberikan
contoh langsung
kepada siswa
dengan
memberikan
arahan dan
bimbingan yang
sesuai dengan
program-
program
keagamaan
tersebut.
Sedangkan
metode
pembiasaan
dilakukan
dengan kegiatan
keagamaan yang
pelaksanaannya
secara terus-
menerus dan
rutin dilakukan.

4. Toni Internalisas Penelitian ini yaitu sama- Sedangkan


Ardi i Nilai- bertujuan untuk sama perbedaan
Rafsanja Nilai menganalisis meneliti penelitian
ni, Keislaman dan tentang yang akan
Muham Terhadap mendeskripsika Internalisasi peneliti
mad Perkemban n internalisasi dengan lakukan
Abdul gan Anak nilai-nilai penggunaan terletak pada

18
Rozaq Di Sekolah pendidikan metode yang subyek dan
(2019) Dasar agama Islam sama juga obyeknya
Muhamma terhadap yaitu metode
diyah perkembangan kualitatif,
Kriyan anak di SD dan sama
Jepara Muhammadiyah tempat
Kriyan Jepara. penelitian di
Penelitian ini sekolah
adalah Muhammadi
penelitian yah
kualitatif,
dengan
mengambil latar
SD
Muhammadiyah
Kriyan Jepara.
Metode
pengumpulan
datanya adalah
indept
interviews,
observasi
partisipan dan
dokumentasi.
Analisis data
dilakukan
dengan teknik
analisis data
diskriptif yang
mencakup tiga
kegiatan
bersamaan,
reduksi data,
penyajian data,
dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian
ini adalah 1)
Internalisasi
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam
dengan
penanaman
teori/ ilmu yang
dikuatkan
dengan firman
Allah SWT dan

19
hadis Nabi
Muhammad
SAW; 2)
Internalisasi
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam
dilakukan
dengan kisah-
kisah teladan
dan hikmah
kehidupan; 3)
Internalisasi
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam
dilakukan
dengan
pembelajaran
materi agama
dan umum yang
saling
terkoneksi
melalui
sinergitas
kurikulum
pendidikan
nasional dan
Kemuhammadiy
ahan; 4)
Internalisasi
nilai-nilai
pendidikan
agama Islam
dilakukan
melalui program
pembiasaan
intelektualitas,
spiritualitas dan
humanitas.

5. Netti Internalisas Proses yaitu sama- Sedangkan


Helvia i Nilai- internalisasi sama perbedaan
(2017) Nilai nilai-nilai agama meneliti penelitian
Agama melalui tentang yang akan
Melalui penciptaan Internalisasi peneliti
Penciptaan suasana religius adab dengan lakukan

20
Suasana di SMA IT Al- penggunaan terletak pada
Religius Di Husnayain metode yang subyek dan
Sma Islam Panyabungan sama juga obyeknya
Terpadu digunakan yaitu metode
Al- beberapa kualitatif,
Husnayain strategi, yaitu
Panyabung memadukan
an secara integratif
Kabupaten nilai dan ajaran
Mandailing Islam dalam
Natal bangunan
kurikulum, di
samping
kurikulum yang
diterbitkan oleh
Dinas
Pendidikan,
Sekolah Islam
Terpadu
memiliki
kurikulum
khusus dengan
mata pelajaran
tambahan,
pimpinan dan
para guru
memberikan
contoh
(teladan),
membiasakan
hal-hal yang
baik,
menegakkan
disiplin,
memberikan
motivasi dan
dorongan,
memberikan
hadiah terutama
secara
psikologis,
menghukum
(dalam rangka
kedisiplinan),
membuat
simbol-simbol
agama. 2) Hasil
internalisasi

21
nilai-nilai agama
Islam melalui
penciptaan
suasana religius
di SMA IT Al-
Husnayain
Panyabungan
Kabupaten
Mandailing
Natal adalah
siswa
melakukan
puasa sunnah
dan rutinitas
membaca
Alquran, siswa
sudah terbiasa
menjalankan
nilai-nilai
kejujuran,
kesabaran,
kesungguhan,
tanggungjawab,
kerjasama,
kepedulian,
musyawarah,
dan toleransi,
dan siswa sudah
terbiasa
menjalankan
budaya religius
di sekolah,
mengindahkan
tata tertib
sekolah, sopan
santun berbicara
sesuai dengan
norma Islam.

6 Hardian Upaya Upaya yaitu sama- Sedangkan


. syah Meningkat Meningkatkan sama perbedaan
(2020) kan Kecerdasan meneliti penelitian
Kecerdasa Spiritual dalam tentang yang akan
n Spiritual Membangun Spiritualitas peneliti
dalam Nilai-nilai dengan lakukan
Membang kejujuran pada penggunaan terletak pada
un Nilai- peserta didik metode subyek dan
Nilai SMP yang sama obyeknya

22
Kejujuran Muhammadiya juga yaitu
pada h Lakea. kualitatif
Peserta Untuk
Didik menjawab
SMP permasalahan
Muhamma tersebut,
diyah penelitian ini
Lakea menggunakan
metode
kualitatif
dengan teknik
pengumpulan
data melalui
observasi,
wawancara
dan
dokumentasi,
serta
menggunakan
teknik analisis
data melalui
reduksi data,
penyajian data,
verifikasi data
dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian
skripsi ini
menunjukkan
bahwa: upaya
meningkatkan
kecerdasan
spiritual dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran pada
peserta didik
SMP
Muhammadiya
h Lakea, yaitu:
(a) pihak
sekolah
melakukan
perencanaan
program
peningkatan
kecerdasan
spiritual siswa

23
dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran (b)
melaksanakan
program
peningkatan
kecerdasan
spiritual siswa
dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran ke
dalam proses
pembelajaran
(c)
melaksanakan
program
peningkatan
kecerdasan
spiritual siswa
dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran pada
kegiatan
ektrakurikuler
dan (d)
mengevaluasi
program
peningkatan
kecerdasan
spiritual siswa
dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran
dalam roses
pembelajaran
maupun
kegiatan
ekstrakurikuler.
Adapun
Implikasi
upaya
meningkatkan
kecerdasan
spiritual dalam

24
membangun
nilai-nilai
kejujuran pada
peserta didik
SMP
Muhammadiya
h Lakea, yaitu:
(a) program
peningkatan
kecerdasan
spiritual siswa
dalam
membangun
nilai-nilai
kejujuran
menjadi
program
unggulan di
SMP
Muhammadiya
h Lakea (b)
membuat
suasana
pendidikan
menjadi lebih
religius (3)
siswa giat
mengikuti
program
ektrakurikuler
keagamaan
(4) siswa
mulai
membudayaka
n nilai-nilai
kejujuran (5)
siswa aktif
dalam
penyelenggaraa
n ibadah shalat
dan kultum

25
7. Muh. Internalisas Kesimpulan dari yaitu sama- Sedangkan
Amirudd i Nilai- tesis ini adalah sama perbedaan
in Nilai sejalan dengan meneliti penelitian
(2021) Spiritual teori tentang yang akan
Islam pembentukan Spiritualitas peneliti
Dalam kepribadian dengan lakukan
penggunaan terletak pada
Pembentuk konvergensi,
metode subyek dan
an Wiliam Stern
yang sama obyeknya
Kepribadia yang juga yaitu
n Peserta menyatakan kualitatif
Didik Di bahwa
Sekolah pembentukan
Dasar Islam kepribadian
Terpadu peserta didik
Ar Rahman dipengaruhi
Petukangan faktor intenal
Utara dan eksternal,
Jakarta sejalan dengan
Selatan pendapat wiliam
Stern, maka
pembentukan
kepribadian
peserta didik
dilakukan
melalaui
pembiasaan dan
keteladan dalam
diri guru, kepala
sekolah,
karywan dan
semua
stakeholder
dilingkungan
sekolah dengan
demikin akan
terbentuk
kepribadian
dalam jiwa
peserta didik
dengan
berlandaskan
nilai-nilai
spiritual Islam
yang kemudian
hari menjadi

26
panutan dan
teladan
dilingkungan
sekitar.

27
8. Ma’mun Implementa implementasi yaitu sama-
Zahrudin si Budaya budaya religius sama
(2021) Religius dalam meneliti
dalam meningkatkan tentang
Upaya kecerdasan Spiritualitas
Meningkat spiritual peserta dengan
kan di sekolah. penggunaan
Kecerdasan Penelitian ini metode yang
Spiritual sama juga
menggunakan
Peserta yaitu
Didik metode kualitatif
deskriptif
kualitatif
dengan sasaran
yang diteliti
siswa MI
Terpadu Ad-
Dimyati
Bandung.
Adapun teknik
pengumpulan
data yang
digunakan
adalah
wawancara,
observasi, dan
dokumentasi..
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
implementasi
budaya religius
dalam
meningkatkan
kecerdasan
spiritual peserta
didik melalui
kegiatan
senyum, sapa,
dan salam (3S),
tausiah,
pembacaan
surah-surah
pendek dan
asmaul husna,
shalat dzuhur

28
berjamaah,
shalat dhuha,
istighasah, dan
infak gerak dua
bumi telah
memenuhi
kriteria
peningkatan
kecerdasan
spiritual peserta
didik. Karena
sebagai
lembaga
pendidikan
Islam, sekolah
tersebut tidak
hanya
mementingkan
aspek kognitif
saja, melainkan
juga
pembiasaan
yang baik dan
konsep spiritual
yang dapat
diaplikasikan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Penelitian ini
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
penulis
khususnya dan
umumnya bagi
pembaca.
Sedangkan bagi
sekolah
implementasi
budaya religius
dalam upaya
meningkatkan
kecerdasan

29
spiritual peserta
didik
hendaknya
melibatkan
peran serta
keluarga dan
masyarakat
sehingga
peningkatan
kecerdasan
spiritual peserta
didik semakin
optimal

B. Konsep Internalisasi

1. Teori Internalisasi

Secara etimologis, internalisasi menunjukan suatu proses. Dalam

kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai defenisi proses.

Sehingga internalisasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses.

Proses internalisasi memiliki tiga tahap yang mewakili proses

terjadinya internalisasi (Kunaepi, 2012:59), yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Transformasi Nilai Tahap yang dilakukan oleh pendidik dalam

menyampaikan nilai-nilai baik maupun kurang baik pada ranah

kognitif. Tahap ini terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan

peserta didik yang bersifat memberikan pengetahuan.

b. Tahap Transaksi Nilai Tahapan pendidikan dengan melakukan

komunikasi dua arah, atau komunikasi antara peserta didik dengan

pendidik yang bersifat komunikasi timbal balik. Tahapan ini

30
memberikan pengaruh melalui nilai untuk menentukan nilai sesuai

yang telah dijalankan oleh peserta didik tersebut.

c. Tahap Transinternalisasi Tahap ini dilakukan lebih mendalam dengan

menggunakan komunikasi verbal beserta sikap mental dan

kepribadian.. Dalam tahapan ini peserta didik akan memperhatikan dan

memliki kecenderungan meniru sikap dan perilaku yang dilakukan

pendidik. Oleh sebab itu, pendidik diharapkan dapat lebih

memperhatikan sikap dan perilakunya agar tidak bertentangan dengan

pemberian nilai yang diberikan. Adapun tahapan tersebut dihubungkan

dengan perkembangan manusia, proses internalisasi dilaksanakan

sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi yang

dihubungkan dengan nilai karakter religius diartikan sebagai suatu

proses memasukkan nilai-nilai karakter religius secara utuh, dan

dilanjutkan dengan kesadaran diri mengenai pentingnya sifat religius

pada diri seseorang sehingga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-

hari.

2. Konseptual Model Internalisasi Nilai

Internalisasi Nilai Kerangka konseptual model sangat dibutuhkan

dalam internalisasi nilai. Dalam hal ini Aan Hasanah (2013) menawarkan

kerangka konseptual model yang berintikan empat basic teaching model.

Keempat basic teaching model itu ialah (1) tujuan, (2) program, (3) proses,

dan (4) evaluasi. Penanaman nilai dimulai dengan: Pertama, menentapkan

tujuan yang akan mengarahkan seluruh program dan proses pada satu arah

yang jelas. Tujuan merupakan kristalisasi nilai-nilai yang berfungsi

31
mengarahkan, sekaligus memberi makna pada program dan proses

berikutnya. Kedua, program yang hendak dijalankan mesti mengarah pada

tujuan yang hendak dicapai.

Program merupakan rancangan yang terencana dan terukur yang sudah

ditentukan. Program akan menentukan kualitas ketercapaian pendidikan.

Ketiga, Proses yang akan mengimplementasikan program. Proses adalah

suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja program yang telah

dirancang untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Keempat, Evaluasi

untuk mengukur berhasil tidaknya model yang dijalankan. Evaluasi sangat

penting dalam proses pendidikan, karena tujuan evaluasi pendidikan bukan

hanya untuk mengukur keberhasilan program pendidikan, tetapi juga

sebagai langkah korektif untuk lebih baik.

C. Konsep Kemuhammadiyahan

1. Definisi Kemuhammadiyahan

Pembelajaran Kemuhammadiyahan Sebelum membahas mengenai

definisi pembelajaran Kemuhammadiyahan, terlebih dahulu akan dibahas

mengenai definisi dari Muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah

berasal dari bahasa Arab “Muhammad”, yaitu nama Nabi dan Rasul Allah

yang terakhir, kemudian mendapat tambahan “yah” nisbiyah, yang artinya

menjeniskan. Sedangkan secara istilah Muhammadiyah adalah sebuah

gerakan Islam berupa dakwah Amar Makruf Nahi Munkar. Mengacu

kepada definisi Muhammadiyah secara bahasa dan istilah dapat ditarik

kesimpulan bahwa Muhammadiyah berarti “umat Muhammad SAW” atau

“pengikut Muhammad SAW”, yaitu semua orang Islam yang mengakui

32
dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan pesuruh

Allah yang terakhir yang akan menegakkan dakwah amar makruf nahi

mungkar. Dengan demikian siapapun yang mengaku beragama Islam

sesungguhnya orang Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh

adanya perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis, dan

sebagainya.

Pembelajaran Kemuhammadiyah mempunyai dua makna, yaitu makna

secara bahasa dan makna secara istilah. Secara bahasa, pem belajaran

Kemuhammadiyahan adalah pelajaran tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan pengikut Nabi Muhammad SAW. Sedangkan

menurut istilah pembelajaran Kemuhammadiyahan didefinisikan dengan

ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan

persyarikatan Muhammadiyah. Mengacu kepada definisi pembelajaran

Kemuhammadiyahan secara bahasa dan istilah dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran Kemuhammadiyahan adalah pembelajaran yang

wajib di perguruan Muhammadiyah, dengan maksud untuk memberikan

pengetahuan kepada peserta didik tentang organisasi Muhammadiyah dan

gerakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (AMNM) sesuai dengan AlQur’an

dan As- Sunnah.

D. Nilai-nilai Spiritual

1. Telaah Tentang Spiritualitas dan Religiusitas

33
Sebelum membahas tentang jenis nilai spiritual maka perlu dijelaskan

tentang perdebatan hangat mengenai perbedaan antara spiritual dan

religiusitas. Membahas kata “spiritual” merupakan sesuatu yang sulit

untuk menemukan definisi yang tepat. Itu merupakan kategori

pembahasan yang bersifat abstrak. Kata ini juga akan menjadi sesuatu

yang rumit tatkala dihubung-hubungkan atau dipisahkan dengan suatu kata

yang hampir mirip dalam substansi makna dan kegunaan seperti kata

religius, moral, jiwa, rohani, transendental dan lain sebagainya. Kata ini

akan menjadi lebih rumit ketika dihubungkan dengan istilah tasawwuf atau

sufisme. Dari sekian kata tesebut bisa jadi saling tumpah tindih antara satu

dengan yang lain atau bahkan memiliki kesamaan baik dalam arti atau

fungsi kata tersebut. Untuk itu perlu dipaparkan mengenai pengertian kata

“spiritual” menurut beberapa pakar.

Banyak pakar yang mendefinisikan tentang akar kata “spiritual”

berasal dari bahasa latin yaitu spiritus atau spirrare yang berarti breath

(nafas) dan inspiration (inspirasi). Kata tersebut dikatakan juga berasal

dari bahasa Yunani dari akar kata pneuma yang berarti air atau angin.

Kemudian dari sini kata spiritual bisa berarti; breath, wind, dan spirit

(Stephen Bigger,2015). Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan

bahwa spiritual merupakan inti dari ritual keagamaan yang mendasari

seseorang untuk mengamalkan inti agama tersebut yang berhubungan

langsung dengan Tuhannya ataupun dengan makhluk-Nya. Dari sini

kemudian banyak pakar yang ingin memisahkan antara religiusitas dan

spiritualitas. Padahal kata ini sangat erat kaitannya antara satu dengan

34
yang lain, sebagai contoh seseorang yang dikatakan religius berarti ia

seorang yang spiritualis, dan begitu juga sebaliknya yaitu seorang yang

spiritualis maka sesungguhnya ia religius. Menurut Patrick G. Love ada

perbedaan antara spiritual dan religius yaitu faktanya dalam kehidupan

masayarakat dapat kita jumpai orang-orang yang melakukan ibadah yang

tekun dan rajin dalam melaksanakan ibadah formal seperti pergi ke

Masjid, gereja, vihara, kuil dan tempat suci lainnya, akan tetapi ketika

mereka hidup bermasyarakat perilakunya tidak mencerminkan sebagai

manusia yang memiliki kepribadian utuh yaitu menyimpang dari norma

yang berlaku seperti mencuri, membunuh dan lain sebagainya. Hampir

serupa dengan pendapat di atas, menurut Stephen Bigger kata spiritual

tidak bisa direduksi ke dalam pengertian “saleh” atau “religius”. Karena

menurutnya, seseorang tidak bisa dikatakan spiritual karena ia

melaksanakan ritual agama tertentu, sebab seorang yang religius masih

bisa menjadi kejam, tidak beretika, rakus, dan tidak bermoral. Dengan

demikian seorang religius tidak bisa menghilangkan karakteristik tidak

baik. Akan tetapi bisa saja seorang yang religius bisa menjadi seseorang

yang baik yang fanatik. Sedangkan spiritual secara umum diartikan

sebagai sesuatu yang berbeda dengan pengertian tersebut. Oleh sebab itu,

seseorang tidak akan menjadi spiritualis jika ia tidak berperasaan, dengan

kata lain dikatakan spiritual apabila ia menjadi seseorang yang baik.

Melihat pernyataan Bigger di atas maka sangat tampak perbedaan spiritual

dan religius yaitu seorang yang religius belum tentu memiliki spiritual

karena bisa saja seorang yang religius bisa berbuat kejam, zalim, rakus dan

35
tidak bermoral. Maka seorang yang beragama dan menjalankan titah

agama dengan baik masih belum menjamin bahwa dirinya menjadi

seseorang yang baik, tetapi seorang yang memiliki spiritual yang tinggi

pasti akan berprilaku baik. Perbedaan mengenai spiritual dan religius juga

dipaparkan oleh Tenzin Gyatso bahwa menurutnya ada perbedaan yang

mendasar antara religusitas dan spiritualitas. Agama memiliki konsen pada

keyakinan tentang claim memberikan keselamatan dengan berbagai aspek

yang berbentuk realita yang bersifat metafisika dan supranatural termasuk

di dalamnya tentang surga. Dimana di dalamnya termuat ajaran agama

atau dogma, ritual, ibadah dan lain sebagainya. Sedangkan spiritualitas

memiliki kensen terhadap kualitas spirit kemanusiaan, seperti cinta, kasih

sayang, sabar, pemaaf, toleran, kebahagiaan, sikap bertanggung jawab,

sikap damai yang dapat memberikan kebahagian kepada semua termasuk

pada pribadinya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa bisa saja agama

merupakan sesuatu yang mungkin bisa dilakukan tanpa spiritualitas dan

apa yang tidak bisa kita lakukan dengan agama adalah spiritualitas yang

mendasar.

Menurut kaca mata Islam relasi antara agama dan spiritual sangat erat

kaitanya, bisa kita lihat dalam fikih dan tasawwuf atau sesuai dengan

konsep Islam yaitu shari’ah, tariqah dan haqiqah yang saling berhubungan

satu dengan lain dan tidak bisa dipisahkan. Ada metafora yang

berkembang dikalangan kita dalam menyikapi hal tersebut seperti buah

kemiri yang berarti kulitnya adalah shari’ah, isinya adalah tariqah dan

36
minyak yang terkandung di dalamnya adalah haqiqah. Dalam antropolagi

Islam ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam diri manusia yaitu:

a. Upaya dan perjuangan (psiko-spiritual) untuk pengenalan diri dan

disiplin.

b. Kebutuhan manusia yang bersifat universal akan bimbingan dalam

berbagai bentuknya.

c. Hubungan personal dengan Tuhannya, dan

d. Hubungan manusia dengan dimensi sosial dan lingkungannya.

Spiritual yang bersifat horizontal adalah bagaimana manusia butuh

akan Tuhannya. Hal ini menjadi fitrah tersendiri bagi manusia. Akan tetapi

jika manusia menisbatkan fitrahnya itu berarti ia memarjinalkan potensi

spiritualnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ruum ayat 30:

‫اس‬َ َّ‫ت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى فَطَ َر ٱلن‬ َ ‫ط َر‬ْ ‫ين َحنِيفًا ۚ ِف‬ bِ ‫ك لِل ِّد‬ َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
‫ين ْٱلقَيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن َأ ْكثَ َر‬
ُ ‫ك ٱل ِّد‬َ ِ‫ق ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذل‬
ِ ‫يل لِ َخ ْل‬
َ ‫َعلَ ْيهَا ۚ اَل تَ ْب ِد‬
َ ‫اس اَل يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ِ َّ‫ٱلن‬
Referensi : https://tafsirweb.com/7394-surat-ar-rum-ayat-30.html
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. ArRuum, 30).
(Mushaf Al-Madinah,2013,Dar Syafi’i)

Dengan demikian spiritualitas dan religiusitas walupun ada

perbedaan menurut para ahli barat akan tetapi ada hubungan yang erat

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain menurut pakar Islam.

Dalam hal ini penulis mencoba untuk menggunakan pendapat dari pakar

Islam tersebut dengan maksud melalui kegiatan keagamaan maka dapat

37
menanamkan nilai spiritual kepada siswa sehingga nantinya akan manjadi

karakter yang dimiliki oleh siswa tersebut.

E. Kerangka Konseptual Penelitian

Perlu peneliti uraikan dalam kerangka berfikir ini, bahwa dalam

penelitian yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan Dalam

Meningkatkan Spiritualitas Siswa Di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo ini,

peneliti mengarah kepada penginternalisasian nilai-nilai kemuhammadiyahan

yan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkat

spiritualitas siswa. Berpijak dari ulasan diatas maka nantinya siswa diharapkan

mempunyai nilai-nilai religi dan spiritualitas yang lebih baik di kehidupan

sehari-hari.

Kondisi awal siswa dengan Internalisasi nilai-nilai


berbagai problem kemuhammadiyahan

Persiapan, proses, evaluasi,


faktor pendukung dan Pelaksanaan
penghambat program/pembelajaran

Hasil yang dicapai dari internalisasi


nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam
meningkatkan spiritualitas siswa

38
Gambar 2.1
Kerangka konseptual penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian field reseach atau penelitian

lapangan, yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dilapangan,

seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi

kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan formal maupun non formal. Jenis

penelitian lapangan antara lain penelitian kualitatif, penelitian studi kasus,

penelitian kuantitatif, eksperimen, penelitian tindakan kelas, penelitian histori

dan penelitian kebijakan. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan

39
kualitatif. Penelitian kualitatif yakni penelitian yang sering disebut metode

naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(Sugiyono 2012: 15). Data ini dikumpulkan dengan sumber data langsung.

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan data secara menyeluruh dan utuh

mengenai Internalisasi Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan

Spiritualitas Siswa Di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo.

B. Kehadiran peneliti di lapangan

Pada penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangatlah penting dan

diharapkan secara maksimal. Peneliti merupakan kunci utama sebagai alat

pengumpul data. Maka dari itu peneliti harus terlibat langsung ke orang-orang

yang yang akan diteliti dengan menggunakan teknik wawancara.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo

merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di Kota Ponorogo.

SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo ini beralamat di 4FMC+P3F, Jl. M.

Thamrin, Bangunsari, Kec. Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

63419.

D. Data dan Sumber Data

Peneitian ini terdapat dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer

40
Sumber data primer merupakan sumber data valid yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara siapapun. Sumber

data ini diperoleh langsung dari Guru-guru dan Kepala sekolah SMP

Muhammadiyah 2 Ponorogo.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk

mendukung data-data primer yaitu dapat melalui studi kepustakaan,

dokumentasi, buku-buku, majalah, koran, arsip tertulis yang berhubungan

dengan obyek yang akan diteliti pada penelitian ini. Sumber sekunder

merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono 2012:

15).

Sumber data sekunder ini akan mempermudah peneliti dalam

mengumpulkan dan menganalisis hasil penelitian yang menjadi penguat

data primer sehingga penelitian yang diambil menghasilkan data dengan

validitas yang sangat tinggi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya dalam mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sitemastis dan dipermudah olehnya. (Sudaryono

2016:76).

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

secara langsung, sengaja, tersusun, mengenai fenomena yang sesuai

41
dengan penelitian untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam observasi

ini peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan pembalajaran yang ada

di SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo. Sehingga pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti menghasilkan data yang valid dan lebih akurat.

2. Wawancara (Interview)

Dalam buku Djam‟an Satori, menurut Sudjana wawancara adalah

proses pengambilan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak

penyanya dengan pihak yang ditanya atau penjawab. Wawancara dapat

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau dengan tanya

jawab secara langsung.

Menurut Patton, dalam proses wawancara dengan menggunakan

pedoman umum wawancara, interviuw dilengkapi dengan pedoman

wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus

diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak

terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman wawancara digunakan

untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terbuka. Wawancara terbuka yaitu wawancara yang para subjeknya tahu

bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan

tujuan wawancara itu.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan kejadian ataupun peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen penelitian dapat berupa tulisan maupun gambar-gambar

dari seseorang. Dokumentasi merupakan berkas pelengkap wawancara dan

42
observasi. Dokumen yang peneliti tunjukkan adalah segala yang

berhubungan dengan kelembagaan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

didasarkan oleh data. Analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian

data. Data yang terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar

peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya

(Afifudin dan Beni Ahmad Saebani 2012:145).

1. Pengumpulan Data

Merupakan proses yang berlangsung sepanjang penelitian, dengan

menggunakan seperangkat instrumen yang telah disiapkan, guna

memperoleh informasi data melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi.

2. Reduksi Data

Merupakan menunjukkan proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan dan mentransformasikan data

mentah yang muncul dalam penulisan catatan lapangan. Reduksi data

bukan merupakan sesuatu yang terpisah dari analisis.

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang tajam, ringkas, terfokus,

membuang data yang tidak penting dan mengorganisasikan data sebagai

cara untuk menggambarkan dan memferivikasi kesimpulan akhir (Emzir

43
2012:29).

3. Display Data

Merupakan usaha merangkai informasi yang terorganisir dalam upaya

menggambarkan kesimpulan dan mengambil tindakan. Biasanya bentuk

display atau penampilan data kualitatif menggunakan teks narasi.

Sebagaimana reduksi data, kreasi penggunaan display juga bukan

merupakan suatu yang terpisah dari analisis, akan tetapi bagian dari

analisis (Emzir 2012:131)

4. Verifikasi dan Menarik Kesimpulan

Merupakan aktivitas analisis, dimana pada awal pengumpulan data,

seorang analisis mulai memutuskan apakah sesuatu bermakna, atau

tidak mempunyai peraturan, pola, penjelasan, kemungkinan konfigurasi,

hubungan sebab akibat, dan proposisi (Emzir 2012:133).

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian ini,

analisis keabsahan data dilakukan dalam beberapa langkah yaitu:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data, seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi, atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda

(Afifuddin dan Beni Saebani:143).

44
2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk

sumber data yang sama secara bersamaan (Afifuddin dan Beni

Saebani:144)

Observasi

Wawancara Sumber Data Sama

Dokumentasi

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik

3. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,2012).

Sumber A

Wawancara
Sumber B

Sumber C

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber

H. Tahap – Tahap Penelitian

1. Tahap Pralapangan

45
Menurut Moleong (2014: 127-136) terdapat enam tahap kegiatan yang

harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu

pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan.

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode

dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi

rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh

ketepatan rancangan penelitian serta pemahaman dalam penyusunan

teori.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang

dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja, walaupun masih tentatif

sifatnya. Hipotesis kerja itu baru akan dirumuskan secara tetap setelah

dikonfirmasikan dengan data yang muncul ketika peneliti sudah

memasuki latar penelitian.

Setiap situasi merupakan laboratorium di dalam lapangan

penelitian kualitatif Beberapa aspek kehidupan sosial dapat diteliti

karena hal itu menjadi lebih jelas (Hughes dalam Bogdan, 1972: 12).

Namun, satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti seperti yang

diingatkan, oleh Bogdan (1972: 12) dan yang perlu dipahami dan

disadari oleh peneliti ialah barangkali baik apabila tidak secara teguh

berpegang pada acuan teori, tetapi biarlah hal itu dikembangkan pada

pengumpulan data.

c. Mengurus Perizinan

46
Pertama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang

berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Yang

berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah kepala

pemerintahan setempat di mana penelitian dilakukan, seperti gubernur,

bupati, camat sampai kepada RW/RT. Mereka memiliki kewenangan

secara formal. Disamping itu, masih ada jalur informal yang perlu

diperhatikan dan peneliti jangan mengabaikannya untuk memperoleh

izin, yaitu mereka yang memegang kunci kehidupan komunitas, seperti

kepala adat.

Selain, itu peneliti juga perlu memperhatikan tentang syarat lain

yang diperlukan, seperti: (1) surat tugas, (2) surat izin instansi di

atasnya, (3) identitas diri, (4) perlengkapan penelitian.

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahap ini merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal

tertentu telah menilai keadaan lapangan. penjajakan dan penilaian

lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca

kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang situasi dan

kondisi daerah tempat penelitian dilakukan. Sebaiknya, sebelum

menjajaki lapangan, peneliti sudah mempunyai gambaran umum

tentang geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat, istiadat,

konteks kebudayaan, kebiasaan- kebiasaan, agama, pendidikan, mata

pencaharian.

Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal

segala unsur lingkunga sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti

47
telah mengenalnya, tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti

menyiapkan diri, mental maupun fisik, serta menyiapkan

perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan juga dilakukan

untuk menilai keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, apakah sesuai

dengan masalah, hipotesis kerja teori substantif seperti yang

digambarkan dan dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.

Kirk & Miller (1986: 59-70) merumuskan segi-segi yang perlu

diketahui pada tahap invensi ke dalam tiga aspek. Pemahaman atas

petunjuk dan cara hidup Upaya ini berawal dari usaha memahami

jaringan sistem sosial dan berakhir pada kebudayaan yang dipelajari.

Hal itu mengharuskan peneliti mengadakan kontak dengan anggota-

anggota masyarakat, terutama tokoh yang dapat berperan sebagai

perantara dalam memahami cara hidup masyarakat setempat.

a. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar

penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim

penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim,

ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang

nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi

latar penelitian tersebut. Persyaratan dalam memilih dan

menentukan seorang informan ia harus jujur, taat pada janji, patuh

pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu

48
kelompok yang bertikai dalam latar penelitian, dan mempunyai

pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi.

Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar

secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri

dalam konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum

mengalami latihan etnografi, Lincoln dan Guba (1985: 258). Di

samping itu, pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam

waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi

sebagai sampling internal karena informan dimanfaatkan untuk

berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian

yang ditemukan dari subjek lainnya (Bogdan dan Biklen, 1982: 65).

b. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti hendaknya menyiapkan segala macam perlengkapan

penelitian yang diperlukan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti

memerlukan izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah

yang menjadi latar penelitian, pengaturan perjalanan terutama jika

lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula dipersiapkan kotak

kesehatan. Alat tulis seperti pensil atau bolpoint, kertas, buku

catatan, map, klip, kartu, karet dan lain-lain jangan dilupakan pula.

Jika tersedia, juga alat perekam seperti tape recorder video-cassete

recorder, dan kamera foto. Persiapan penelitian lainnya yang perlu

pula dipersiapkan ialah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan

yang dijabarkan secara rinci. Yang lebih penting lagi ialah

rancangan biaya karena tanpa biaya penelitian tidak akan dapat

49
terlaksana. Pada tahap analisis data diperlukan perlengkapan berupa

alat-alat seperti komputer, kartu untuk kategorisasi, kertas manila,

map, folder, kertas folio ganda, dan kertas bergaris.

c. Persoalan Etika Penelitian

Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai

alat atau sebagai instrumen yang mengumpulkan data. Hal itu

dilakukan dalam pengamatan berperanserta, wawancara mendalam,

pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya. Peneliti akan

berhubungan dengan orang-orang, baik secara perseorangan

maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul hidup, dan

merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam

suatu latar penelitian.

Orang yang hidup dalam masyarakat tentu ada sejumlah

peraturan, norma agama, nilai sosial, hak dan pribadi, adat,

kebiasaan, tabu, dan semacamnya.

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati,

tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan

pribadi tersebut. Peneliti sebaiknya mengikuti budaya atau nilai-

nilai yang dianut masyarakat tempat penelitian dilakukan. Jika

tidak, maka terjadilah benturan nilai, konflik, frustrasi, dan

semacamnya. Hal ini akan berakibat besar pada kemurnian

pengumpulan data.

Dalam menghadapi persoalan etika tersebut, peneliti hendaknya

mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologis maupun mental.

50
Secara fisik sebaiknya peneliti memahami peraturan norma nilai

sosial masyarakat melalui (a) kepustakaan, (b) orang, kenalan,

teman yang berasal dari latar belakang tersebut, dan (c) orientasi

latar penelitian. Seluruh peraturan norma, nilai masyarakat,

kebiasaan kebudayaan, dan semacamnya agar dicatat dalam satu

buku catatan khusus yang dapat dinamakan buku tentang Etika

Masyarakat/Lembaga/Organisasi.Selain persiapan fisik, persiapan

mental pun perlu dilatih sebelumnya. Hendaknya diusahakan agar

peneliti tahu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap

hal-hal yang pertama kali dilihatnya sebagai sesuatu yang aneh dan

tidak masuk akal, dan sebagainya. Peneliti hendaknya jangan

memberikan reaksi yang mencolok dan yang tidak mengenakkan

bagi orang-orang yang diperhatikan. Peneliti hendaknya

menanamkan kesadaran dalam dirinya bahwa pada latar

penelitiannya terdapat banyak segi nilai, kebiasaan, adat,

kebudayaan yang berbeda dengan latar belakang nya dan dia

bersedia menerimanya. Bahkan merasakan hal-hal demikian

sebagai khazanah kekayaan yang justru akan dikumpulkannya

sebagai informasi. Oleh karena itu, peneliti hendaknya

menerimanya dengan jujur, dengan tangan terbuka dan dengan

penuh pengertian. Persiapan psikologis, dan mental demikian akan

banyak membantunya dalam pekerjaannya mengumpulkan data.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti mengumulkan data-data yang diperlukan dalam

51
penelitian dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Uraian

tentang tahap pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut.

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Memahami latar penelitian dan persiapan diri dalam tahap

pekerjaan lapangan masih diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu:

a) pembatasan latar dan peneliti, b) penampilan, c) pengenalan

hubungan peneliti di lapangan, dan d) jumlah waktu studi (Moleong,

2014: 137).

b. Pembatasan latar dan peneliti

Peneliti harus memahami latar penelitian untuk bisa masuk ke

tahap pekerjaan lapangan. Selain itu, peneliti harus mempersiapkan

fisik dan mental, serta etika sebelum memasuki tahap ini. Dalam

pembatasan latar, peneliti harus memahami latar terbuka dan latar

tertutup, serta memahami posisi peneliti sebagai peneliti yang dikenal

atau tidak (Moleong, 2014: 137).

Menurut Lofland dan Lofland (1984: 21-24), latar terbuka pada

lapangan penelitian dapat berupa tempat pidato, orang yang berkumpul

di taman, toko, bioskop, dan ruang tunggu rumah sakit, di mana

peneliti hanya menggunakan teknik pengamatan dan bukan

wawancara.

Peneliti harus memperhitungkan latar terbuka untuk pengumpulan

data agar efektif. Pada latar terbuka, hubungan peneliti dengan subjek

tidak terlalu dekat. Sedangkan, pada latar tertutup hubungan peneliti

dengan subjek cukup dekat, karena peneliti akan mengumpulkan data

52
dengan teliti dan wawancara secara mendalam. Oleh sebab itu, peran

peneliti dalam latar tertutup sangat diperlukan, karena peneliti harus

benar-benar mendapatkan data dari subjek secara langsung.

c. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan

Jika peneliti menggunakan observasi partisipatif, maka peneliti

harus menjalin hubungan yang dekat dengan subjek penelitian,

sehingga keduanya dapat bekerja sama dan saling memberikan

informasi. Peneliti harus bersikap netral saat berada di tengah-tengah

subjek penelitian. Peneliti juga diharapkan jangan sampai mengubah

situasi pada latar penelitian. Peneliti harus aktif mengumpulkan

informasi, tetapi tidak boleh ikut campur dalam peristiwa yang terjadi

di dalam latar penelitian. Peneliti juga tidak boleh menampakkan dan

memperlihatkan diri sebagai seseorang yang sangat berilmu, pandai,

dan lain sebagainya (Moleong, 2014: 139).

Jika peneliti sudah lama berada di lapangan, biasanya subjek penelitian

ingin mengenal lebih dalam sosok peneliti yang ada di lingkungannya.

Saat tersebut merupakan saat yang penting bagi peneliti untuk bisa

saling bertukar informasi dengan subjek penelitian mengenai pribadi

mereka. Saat hal tersebut dapat terjadi, maka kemungkinan akan

tercipta kepercayaan dan tidak ada kecurigaan. Namun, peneliti harus

tetap selektif untuk memilih informasi yang diperlukan dan

menghindari sesuatu yang dapat mempengaruhi data. Peneliti memiliki

tugas untuk mengumpulkan data yang relevan sebanyak mungkin dari

sudut pandang subjek penelitian, tanpa mempengaruhi mereka. Di lain

53
pihak, peneliti juga menganggap pengumpulan data, baik dari

tingakatan atas, bawah, kaya, maupun miskin. (Moleong, 2014: 139)

d. Jumlah waktu studi

Peneliti harus memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian.

Jika peneliti tidak memperhatikan waktu, kemungkinan peneliti akan

terlalu asyik dan masuk terlalu dalam ke kehidupan subjek penelitian,

sehingga waktu yang sudah direncanakan menjadi berantakan. Peneliti

harus mengingat bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan,

seperti menata, mengorganisasi, dan menganalisis data yang

dikumpulkan. Peneliti yang harus menentukan sendiri pembagian

waktu, agar waktu yang digunakan di lapangan dapat digunakan secara

efektif dan efisien. Peneliti harus tetap berpegang pada tujuan,

masalah, dan pembagian waktu yang telah disusun. Jika penelitian

yang dilakukan peneliti semakin panjang, maka tanggungan yang harus

dihadapi oleh peneliti adalah penambahan biaya (Moleong, 2014: 139-

140).

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti melakukan analisis data

yang telah diperoleh, baik dari informan maupun dokumen-dokumen pada

tahap sebelumnya. Tahap ini diperlukan sebelum peneliti menulis laporan

penelitian.

a. Pengertian Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh melalui berbagai sumber

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-

54
macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Dengn pengamatan yang dilakukan secara terus menerus, maka data

yang diperolpeh memiliki variasi yang sangat tinggi. Data yang

diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif, meskipun tidak

menolak data kuantitatif sehingga teknik analisis data yang akan

digunakan belum ada polanya yang jelas.

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganiskan data,

memilah-memilahnya menjadi stuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan memukan pola,menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif menurut Seiddel

(Moleong, 2014: 248), prosesnya berjalan sebagai berikut.

1) Mencatat yang mengasilkan catatan lapamgan, dengan hal itu

diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,

2) Mengumpulkan, memilah-memilih, mengklasifikasi,

mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,

3) Berpikir, dengan jalam membuat agar kategoriu data itu

mrmpunyai makna,mencari dan mengemukkan pola dan

hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data

analysis is the process of systematically searching an arranging the

interview transcripts, fieldnotes, and other mterials that you

accumulate to increase your own understanding of them and to enable

55
you to present what you have discovered to others”, analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan tentunya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data , menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan (Silalahi, 2010:

244).

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu sutau analisis

berdasarkan pada data yang diperoleh yang selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data

tesebut, selanjutnya dicarikan lagi data secara berulang-ulang sehingga

selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau

ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Bila berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang

dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesisnya diterima, maka

hipotesis tersebut berkembang menjadi teori (Silalahi, 2010: 244).

Susan Stainback, mengemukakan bahwa “Data analysis is critical to

the qualitative research process. It is to recognition, study, and

understanding of interrelationship and concept in your data that

hypotheses and assertions can be developed and evaluated”, yang

berarti bahwa analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses

penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan

56
dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematisdata yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan membuat sebuah kesimpulan

(Silalahi, 2010: 244).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar foto, dan sebagianya. Data tersebut banyak

sekali, sekitar segudang. Setelah dibaca,dipelajari, dan ditelaah,

langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan

dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha

membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan

yang perlu dijaga sehingga tetap terjaga di dalamnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.

Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah

berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambal melakukan koding.

Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan

keabsahan data.setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap

penafsiran data dalam mengolah hasil sementra menjadi toeri

substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu, Moleong

(2014: 147).

57
b. Analisis Data

Peneitian kualitatif ini menggunakan langkah-langkah penelitian

naturalistik, oleh karena itu analisis data dilakukan langsung di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Ada empat tahap

analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data yaitu : a)

analisis domein, b) analisis taksonomi, c) analisis komponen, dan d)

analisis tema, (Sugiyono, 2015: 256-266).

1) Analisis Domain

Setelah peneliti memasuki obyek penelitian yang berupa situasi

sosial yang terdiri atas, place, actor dan activity (PAA),

selanjutnya melaksanakan observasi partisipan, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis domain. Analisis domain

dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh

tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data

diperoleh dari grand tour dan minitour question. Hasilnya berupa

gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya

belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang

diperboleh belum mendalam, masih di permukaan, namun sudah

menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang

diteliti.

Untuk menemukan domain dari konteks sosial/obyek yang

diteliti. Spradley menyarankan untuk melakukan analisis hubungan

sematik antar kategori , yang meliputi Sembilan tipe.Tipe

hubungan ini bersifat universal, yang dapat digunakan untuk

58
berbagai jenis situasi sosial. Ke sembilan hubungan semantik

tersebut, adalah : strict inclusion (jenis), spatial (ruang), cause

effect (sebab akibat),rationale (rasional), location for action (lokasi

untuk melakukan sesuatu), function (fungsi), means-end (cara

mencapai tujuan), sequence (urutan), dan attribution (atribut).

2) Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data

yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan menjadi

cover term oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan

mendalam melalui analisis taksonomi ini. Hasil analisis taksonomi

dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak (box diagram),

diagram garis dan simpul (lines and node diagram) dan out line.

3) Analisis Komponensial

Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan

dalam domain bukalah keserupaan dalam domain, tetapi justru

yang memiliki perbedaan atau yang kontrak. Data ini dicari melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan

teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut,

sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen

akan dapat ditemukan. Sebagain contoh, dalam analisis taksonomi

telah ditemukan berbagai jenjang dan jenis pendidikan.

Berdasarkan jenjang dan jenis pendidikan tersebut, selanjutnya

dicari elemen yang spesifik dan kontras pada tujuan sekolah,

kurikulum, peserta didik, tenaga kependidikan dan sistem

59
manajemennya.

4) Analisis Tema

Analisis tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya

merupakan upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan

lintas domain yang ada. Dengan ditemukan benag merah dari hasil

analisis domain, taksonomi, dan komponen sial tersebut, maka

selanjutnya akan dapat tersusun suatu “konstruksi bangunan” situasi

sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-

remang, dan setelah dilanjutkan penelitian, maka menjadi lebih

terang dan jelas.

c. Proses Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai

di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan

data daripada setelah pengumpulan data (Sugiyono, 2015: 245).

1) Analisis sebelum lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data

sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian,

namun fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan. Jika fokus penelitian

yang dirumuskan pada proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti

akan merubah fokusnya, (Sugiyono, 2015: 245).

60
2) Analisis data di lapangan model Miles dan Huberman (1992: 20-22)

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu.

Miles dan Huberman (1984) mengungkapkan bahwa aktivitas analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya

sudah jenuh. Kegiatan dalam analisis data adalah reduksi data, display

data dan kesimpulan atau verifikasi.

Gambar komponen dalam analisis data (interactive model)

1. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan

polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya. Reduksi data dapat dibantu menggunakan peralatan

61
elektronik seperti komputer mini dengan cara memberikan kode-kode

pada aspek tertentu.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan

yang akan dicapai. Tujuan utama dari peneili kualitatif adalah pada

temuan. Oleh karena itu, kalua peneliti dalam melakukan penelitian,

menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal,

belum memiliki pola, justru hal itulah yang harus dijadikan perhatian

peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluesan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi

peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan dengan teman atau ahli. Melalui diskusi tersebut

wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-

data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang

signifikan.

Contohnya dalam mereduksi catatan lapangan yang kompleks,

rumit dan belum bermakna. Catatan lapangan berupa huruf besar,

huruf kecil, angka, dan symbol-simbol yang masih berantakan yang

tidak dapat dipahami. Dengan reduksi data, maka peneliti merangkum,

mengambil data yang pokok dan penting, membuat kategorisasi

berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak

penting yang diilustrasikan dalam bentuk symbol-simbol seperti %, #.

@ dan sebagainya dibuang karena dianggap tidak penting bagi

peneliti.

62
2. Data display (penyajian data)

Setelah data berhasil direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif proses penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, huubungan antar

kategori, flowcharti, dan sebagainya. Tetapi yang paling sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

Dengan melakukan display data, maka akan memudahkan peneliti

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerjaselanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Disarankan dalam

melakukan display data, selain menggunakan teks naratif juga dapat

menggunakan grafik, matrik, jejaring kerja dan chart.

Setelah peneiliti berhasil mereduksi data ke dalam huruf besar,

huruf kecil dan ngka, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil dan angka

disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami. Setelah

itu dilakukan analisis secara mendalam apakah ada hubungan

interaktif antara ketiga hal tersebut.

Dalam praktiknya tidak semudah seperti apa yang dipaparkan

dalam contoh, karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis.

Oleh karena itu, apa yang ditemukan saat memasuki lapangan dan

setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami sebuah

perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa

yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih

bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.bila setelah lama

63
memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu

didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka

hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang

grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif

berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan dan selanjutnya

diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama

penelitian, maka pola tersebut sudah mennjadi pola baku yang tidak

lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan

akhir penelitian.

3) Conclusion Drawing/ verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalaoh penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

64
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang sebeumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-

remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal.

65
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin & Ahmad Saebani, Beni. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Pustaka Setia.
Amin, Makinun. 2015. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui
Budaya Religius Sekolah Di Sma Gondangwetan Kab. Pasuruan. Skripsi.
Malang: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. UIN Maulana Malik Ibrahm.
Anggito, Algito. dan Setiawan, johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Jawa Barat: CV Jejak.
Bogdan, R. (1972). Participant Observation in Organizational Settings. Syracuse,
New York: Syracuse University Press.
Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: An.
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Daryanto & Suryatri, Darmiatun. 2013. Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali
Perss.
Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, FTT IAIN
Bengkulu, 2015, Pedoman Penulisan Skripsi.
Gunawan, Hari. 2017. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Hasanah, A. (2013). Pendidikan karakter berperspektif Islam. Bandung: Insan
Komunika.
Kirk, J. & Miller, M. L. (1986). Reliability and Validity in Qualitative Research.
Beverly Hills: Sage Publication.
Kirk, J., Miller, M. L., & Miller, M. L. (1986). Reliability and validity in
qualitative research. Sage.
Kunaepi, A. (2011). Membangun Pendidikan Tanpa Kekerasan Melalui
Internalisasi PAI dan Budaya Religius. El-Tarbawi, 4(1), 5-18.
Lincoln, Y. S. & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Publications. Lofland, J. & Lofland, L. H. (1984). Analyzing Social
Settings: A Guide to Qualitative Observation and Analysis. Belmot, Cal.:
Wadsworth Publishing Company.
Mafruhah, Izzatin 2016. Internalisasi Nilai Religius Pada Pembelajaran PAI Dan
Dampaknya Terhadap Sikap Sosial Siswa Disekolah Menengah Atas.
Tesis Pendidikan Agama Islam. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Miles, M. B. & Huberman, M. (1992). Qualitative Data Analysisis. Terjemahan
Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Rozi, Fathur. 2019. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Melalui
Ekstrakurikuler Keagamaan Untuk Menumbuhkan Karakter Islami Di Smk
Negeri 51 Jakarta. Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods), Bandung:

66
Alfabeta.
Suhardoyo, Suhardi. 2017. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik Studi Kasus
Di Mts Sunan Kalijogo Malang, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahm.

67

Anda mungkin juga menyukai