Anda di halaman 1dari 32

“PENGARUH BUDAYA RELIGIUS DI LINGKUNGAN SEKOLAH

TERHADAP KEDISIPLINAN BERAGAMA SISWA SEKOLAH DASAR


DI KEDIRI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metodologi Riset

Dosen Pengampu :
Nunuk Hariyati, S.Pd., M.Pd. dan Aditya Chandra Setiawan, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Aghna Mahirotul Ilmi 17010714060

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
APRIL 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
1. Manfaat Teoritis ...................................................................... 3
2. Manfaat Praktis ....................................................................... 4
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ........................................ 4
F. Asumsi Penelitian ........................................................................... 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6
A. Kajian Teori ................................................................................... 6
1. Budaya Religius ........................................................................ 6
2. Kedisiplinan Beragama ............................................................. 11
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ........................................................ 14
C. Kerangka Konseptual ...................................................................... 15
D. Hipotesis ......................................................................................... 16
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................ 18
A. Metode Penelitian ............................................................................ 18
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 18
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 18
D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional .............................. 19
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 21
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 23
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 28
Lampiran ................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia ke-empat. Konsep awal revolusi industri pertama kali
diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste. Revolusi Industri
Keempat adalah sebuah kondisi pada abad ke-21, ketika terjadi perubahan
besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurai
sekat-sekat antara dunia fisik, digita, dan biologi. Revolusi industri 4.0 telah
mengubah hidup, pola pikir dan cara kerja manusia. Teknologi menjadi suatu
hal yang pokok dalam kehidupan manusia, semua hal menjadi tanpa batas dan
tidak terbatas lagi. Perkembangan teknologi saat ini banyak mempengaruhi
aspek kehidupan baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan, politik sampai
pada bidang pendidikan.
Dampak revolusi industri pada dunia pendidikan di Indonesia dimulai
dengan adanya teknologi digital, yang mengharuskan setiap elemen dalam
bidang pendidikan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Dengan adanya revolusi industri 4.0 memberikan kelebihan semakin maju
dan berkembangnya sistem pembelajaran, tetapi juga memberi dampak
negatif seperti sekarang ini yaitu mulai menurunnya akhlak/moral generasi
muda, yang semakin kesini semakin buruk. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya pelajar saat ini yang mudah terpengaruh dengan budaya asing,
mudah terhasut dan mudah marah, maraknya pergaulan bebas, serta
banyaknya pelajar tidak lagi menaruh hormat terhadap orang yang lebih tua.
Pendidikan diharapkan bisa memberikan sebuah kontribusi positif dalam
membentuk manusia yang memiliki keseimbangan antara kemampuan
intelektual dan moralitas. Pelaksanaan Pendidikan di sekolah merupakan
bentuk penjelasan dari Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut menyatakan secara jelas
bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

1
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia sebagai tujuan pendidikan nasional perlu adanya penanaman
nilai-nilai agama yang di laksanakan di setiap sekolah dalam pembelajaran.
Mengingat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mayoritas
muslim sekolah harus memiliki inovasi memberikan pembelajaran agama
agar dapat menanamkan nilai-nilai agama di sekolah. Usaha sekolah dalam
menghadapi hal tesrebut adalah dengan menanamkan nilai-nilai religius.
Penciptaan nilai-nilai keberagamaan siswa lebih mudah bagi sekolah-sekolah
berbasis Islam, karena di samping memiliki guru yang berkompetensi dalam
bidang PAI juga didukung oleh religius yang ada di lingkungan
sekolah.Religius diwujudkan melalui pembiasaan, keteladanan, kemitraan dan
internalisasi.
Pembiasaan merupakan proses pembuatan sesuatu atau seseorang menjadi
terbiasa. Seseorang yang mempunyai kebiasaan tertentu akan
melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Guru yang profesional
akan memberikan pengertian dan membangkitkan kesadaran siswa mengenai
pembiasaan yang dilakukan, sehingga siswa dapat melaksanakan segala
kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati.
Keteladanan sebagai aspek dari religius di sekolah mengandung arti bahwa
kebiasaan baik yangdilakukan di sekolah secara konsisten oleh para guru atau
orang dewasa yang ada di sekolah terutama guru PAI. Keteladanan dapat
diartikan pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku,sifat,
cara berfikir, dan sebagainya. Dengan adanya keteladanan, siswa dapat
mudah menerapkan dan mengikuti contoh atau teladan yang ada, sehingga
sikap keberagamaan siswa terbentuk dengan sendirinya.
Kemitraan merupakan kerjasama atau adanya pengertian yang sama
tentang pelaksanaan budaya atau tradisi yang ada di sekolah antara pihak
sekolah dan keluarga siswa, biasanya melalui peraturan-peraturan bersifat
formal. Misalnya orang tua siswa diwajibkan menggunakan jilbab jika masuk
di lingkungan sekolah.Dengan demikian, ada sinergisitas antara pendidikan di
rumah dan di sekolah.

2
Berdasarkan kutipan diatas, Usaha sekolah dalam menghadapi
permasalahan tesrebut adalah dengan menanamkan nilai-nilai religius.
Budaya religius bukan hanya sebatas suasana religius. Budaya religius adalah
sekumpulan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekolah. Perwujudan
budaya tidak hanya muncul begitu saja, tetapi melalui proses pembudayaan.
Dengan adanya budaya rekigius disekolah diharapkan dapat menanamkan
sikap disiplin dalam menerapkan niali-nilai agama. Kedisiplinan beragama
merupakan ketaatan seseorang dalam menjalani dan memeluk agama yang
diyakininya, sehingga aturan agama yang ada dapat mencapai keteraturan
dalam kehidupan sehari-hari, maka adanya budaya religius dalam sekolah
merupakan selah satu kunci dalam pembentukan kedisiplinan beragama pada
peserta didik.
Berdasarka hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengdakan penelitian di
beberapa sekolah islam di Kota Kediri untuk mengetahui pengaruh budaya
religius di sekolah terhadap kedisiplinan beragama peserta didik.
B. Fokus Penelitian
Permasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pelaksanaan Budaya Religius di SD ?
2. Bagaimana kedisiplinan beragama peserta didik SD ?
3. Bagaimana pengaruh penerapan budaya religius dalam kedisiplinan
beragama peserta didik SD ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pelaksanaan Budaya Religius di SD.
2. Mengetahui kedisiplinan beragama peserta didik di SD.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh budaya religius dalam
kedisiplinan beragama peserta didik SD.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapka dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk menambanh wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan

3
mangenai nilai religius untuk membentuk kedisiplinan beragama peserta
didik, serta sebagai bahan tambahan informasi dan referensi dalam
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan
pengalaman penulis, khususnya terkait implementasi budaya religius
dalam membentuk kedisiplinan beragama.
b. Bagi Lembaga
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak sekolah untuk
menciptakan budaya religius yang lebih maksimal lagi, sebagai upaya
membentuk kedisiplinan beragama agar menjadikan siswa memiliki
akhlak yang baik.
c. Bagi Orang Tua
Dapat menambah pengetahuan dalam menanamkan nilai religius
untuk membentuk kedisiplinan beragama pada anaknya saat di rumah.
d. Bagi Pembaca
Dapat memberi gambaran tentang bagaimana implementasi budaya
religius membentuk kedisiplinan beragama pada siswa serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut maka
peneliti perlu membatasi permasalahan dalam penelitian, diantaranya adalah:
1. Budaya religius sekolah dengan menggunakan penerapan nilai-nilai
religius di sekolah berbasis islam, dan kedisiplinan beragama
mengunakan pelaksanaan kegiatan keagaam di dalam aktivitas siswa
sehari-hari.
2. Siswa yang diteliti adalah siswa Skolah Dasar berbasis Islam yang ada di
Kediri.
F. Asumsi Penelitian
1. Para peserta didik di Kota Kediri kebanyakan beragama islam.
2. Sekolah berbsis islam telah menerapkan budaya religius.

4
3. Sekolah berbasis islam telah memiliki sarana prasarane pendukung untuk
melaksanakan nilai-nilai religius.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Budaya Religius
a. Pengertian Budaya
Budaya adalah totalitas pola kehidupan manusia yang lahir dari
pemikiran dan pembiasaan yang mencirikan suatu masyarakat atau
penduduk yang diteruskankan bersama. Budaya merupakan hasil
cipta, karya dan karsa manusia yang lahir atau terwujud setelah
diterima oleh masyarakat atau komunitas tertentu serta dilaksanakan
dalam kehidupan sehari hari dengan penuh kesadaran tanpa
pemaksaan dan ditransmisikan pada generasi selanjutnya secara
bersama.
Banyak pakar yang mendefinisikan budaya, di antaranya ialah
menurut Andreas Eppink menyatakan bahwa budaya mengandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain.
Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Koentjaraningrat juga mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar serta hasil budi pekerti.
Budaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang
menjadi kebiasaan yang sukar untuk diubah. Dalam pemakaian sehari-
hari, orang biasanya menyamakan pengertian budaya dengan tradisi.
Dalam hal ini, tradisi diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan
kebiasaan dari masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari dan
menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.
Budaya dalam suatu organisasi, termasuk lembaga pendidikan
diartikan sebagai berikut:

6
a. Sistem nilai yaitu keyakinan dan tujuan yang dianut bersama yang
dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial membentuk
perilaku dan bertahan lama meskipun sudah terjadi pergantian
anggota.
b. Norma perilaku yaitu cara berperilaku yang sudah lazim
digunakan dalam sebuah organisasi yang bertahan lama karena
semua anggotanya mewariskan perilaku tersebut kepada anggota
baru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa budaya
adalah sebuah pandangan hidup yang berupa nilai-nilai atau norma
maupun kebiasaan yang tercipta dari hasil cipta, karya dan karsa dari
suatu masyarakat atau sekelompok orang yang di dalamnya bisa berisi
pengalaman atau tradisi yang dapat mempengaruhi sikap serta
perilaku seseorang atau masyarakat.
b. Pengertian Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Setiap orang pasti memiliki kepercayaan baik dalam bentuk agama
ataupun non agama. Mengikuti pendapat Nurcholis Madjid, agama itu
bukan hanya kepercayaan kepada yang ghaib dan melaksanakan ritual
ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang
terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridho dari pencipta-Nya.
Dengan kata lain, agama dapat meliputi keseluruhan tingkah laku
manusia dalam hidup ini. Tingkah laku itu akan membentuk keutuhan
manusia berbudi luhur (akhlakul karimah) atas dasar percaya kepada
Tuhan dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian.
Oleh karena itu jelas bahwa nilai religius merupakan nilai
pembentuk karakter yang sangat penting. Artinya manusia berkarakter
adalah manusia yang religius. Banyak pendapat yang mengemukakan
bahwa religius tidak selalu sama dengan agama. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa banyak orang yang beragama namun tidak

7
menjalankan agamanya dengan baik. Mereka dapat disebut beragama
tapi tidak religius.
Muhaimin menyatakan bahwa kata “religius” memang tidak selalu
identik dengan kata agama. Religius adalah penghayatan dan
implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Aspek
religius perlu ditanamkan secara maksimal. Penanaman nilai religius
ini menjadi tanggung jawab orang tua dan juga sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
religius merupakan serangkaian praktik perilaku tertentu yang
dihubungkan dengan kepercayaan yang dianutnya dengan
menjalankan agama secara menyeluruh atas dasar percaya.
c. Pengertian Budaya Religius
Budaya religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yan dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi,
peserta didik, dan masyarakat sekolah. Perwujudan budaya tidak
hanya muncul begitu saja, tetapi melalui proses pembudayaan.
Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud budaya religius
adalah sekumpulan nilai-nilai agama atau nilai religius
(keberagamaan) yang menjadi landasan dalam berperilaku dan sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari. Budaya religius ini dilaksanakan oleh
semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, peserta didik, pertugas keamanan, dan petugas
kebersihan.
Budaya religius sekolah adalah nilai-nilai Islam yang dominan
yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan
sekolah setelah semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem
nilai, kepercayaan, dan norma-norma yang dapat diterima secara
bersama.
Cara membudayakan nilai-nilai religius dapat dilakukan melalui
kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di

8
kelas, dan tradisi serta perilaku warga sekolah secara kontinyu dan
konsisten, sehingga tercipta religious culture tersebut di lingkungan
sekolah.
Asmaun Sahlan menjelaskan bahwa alasan perwujudan budaya
religius di sekolah, antara lain:
1.) Keterbatasan alokasi waktu untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama,
2.) Strategi pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada aspek
kognitif,
3.) Proses pembelajaran yang cenderung kepada transfer of
knowledge, bukan internalisasi nilai,
4.) Pengaruh negatif dari lingkungan dan teknologi informasi.
d. Wujud Budaya Religius di Sekolah
1. Ibadah
Nilai ibadah perlu ditanamkan kepada diri seseorang anak didik,
agar anak didik menyadari pentingnya beribadah, penanaman nilai
ibadah tersebut hendaknya dilakukan sejak dini yaitu ketika anak-
anak.
2. Akhlak dan Kedisiplinan
Ahlak adalah kelakuan yang ada pada diri manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan kedisiplinan itu termanifestasi
dalam kebiasaan manusia ketika melaksanakan ibadah rutin setiap
hari. Semua agama mengajarkan suatu amalan yang dilakukan
sebagai rutinitas penganutnya yang merupakan sarana hubungan
antara manusia dengan penciptan-Nya. Dan itu terjadwal secara
rapi. Apabila manusia melaksanakan ibadah dengan tepat waktu,
maka secara otomatis tertanam nilai kedisiplinan dalam diri orang
tersbut. Kemudian apabila hal itu dilaksanakan secara terus
menerus maka akan menjadi budaya religius.
3. Keteladanan
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan
dan pembelajaran. Dalam menciptakan budaya religius dilembaga

9
pendidikan, keteladanan merupakan faktor utama penggerak
motivasi peserta didik. Keteladanan harus dimiliki oleh guru,
kepala lembaga pendidikan maupun karyawan. Hal tersebut
dimaksudkan supaya penanaman nilai dapat berlangsung secara
integral dan komprehensif.
4. Nilai Amanah dan Ikhlas
Nilai amanah ini harus diinternalisasikan kepada anak didik
melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan pembelajaran,
pembiasaan dan sebagainya. Apabila dilembaga pendidikan nilai
ini sudah terinternalisasikan dengan baik, maka akan membentuk
karakter peserta didik yang jujur dan dapat dipercaya. Selain itu
dilembaga pendidikan tersebut juga akan terbangun budaya
religius, yaitu melekatnya nilai amanah dalam diri peserta didik.
Setiap manusia dalam segala perbuatan diharapkan dapat ikhlas,
karena hal itu akan menjadikan amal tersebut mempunyai arti.
Terlebih lagi dalam pendidikan, pendidikan haruslah dijalankan
dengan ikhlas, karena hanya dengan ikhlas pendidikan yang
dilakukan dan juga segala perbuatan manusia yang mempunyai
arti dihadapan Tuhan Yang Maha Esa (Faturrohman, 2015:60).
e. Proses Pembentukan Budaya Religius di Lembaga Pendidikan
Budaya religius yang ada di sekolah bermula dari penciptaan
suasana religius yang disertai penanaman nilai-nilai religius secara
istiqomah. Penciptaan suasana religius merupakan upaya untuk
mengkondisikan suasana sekolah dengan nilai-nilai dan perilaku
religius (keagamaan). Penciptaan suasana religius dapat diciptakan
dengan mengadakan kegiatan religius di lingkungan sekolah.
Kegiatan- kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya religius
(religious culture) di lingkungan lembaga pendidikan antara lain :
1.) Melakukan kegiatan rutin, yaitu pengembangan kebudayaan
religius secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di
lembaga pendidikan.

10
2.) Menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung
bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan
semacam ini bagi peserta didik benar-benar bisa memberikan
pendidikan tentang caranya belajar beragama.
3.) Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh
guru agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses
pembelajaran, namun dapat pula dilakukan di luar proses
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4.) Menciptakan situasi atau keadaan religius, tujuan menciptakan
situasi keadaan religius adalah untuk mengenalkan kepada peserta
didik tentang pengertian dan tata cara pelaksanaan agama dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu budaya religius di sekolah
dapat diciptakan dengan cara pengadaan peralatan peribadatan,
seperti tempat beribadah.
5.) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas
pendidikan agama dalam ketrampilan dan seni, serta untuk
mendorong peserta didik sekolah mencintai kitab suci, dan
meningkatkan minat peserta didik untuk membaca, menulis serta
mempelajari isi kandungan kitab suci.
6.) Menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas
cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan dan
ketepatan menyampaikan pengetahan dan mempraktekan materi
pendidikan agama.
2. Kedisiplinan Beragama
a. Pengertian Kedisiplinan Beragama
Pengertian disiplin menurut pendapat beberapa ahli ialah sebagai
berikut:
1. Disiplin menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah latihan batin dan
watak dengan maksud segala perbuatannya selalu menaati tata
tertib.

11
2. Disiplin menurut Soegeng Priodarminto merupakan sebuah
kondisi yang terbentuk lewat proses dan berbagai perilaku yang
menunjukkan berbagai nilai kesetiaan, keteraturan, kepatuhan juga
ketertiban.
3. Disiplin menurut Maman Rahman adalah upaya dalam
mengendalikan diri juga sikap mental setiap individu maupun
masyarakat dalam mengembangkan berbagai peraturan serta tata
tertib yang berdasarkan dorongan sarat kesadaran dari dalam hati.
Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan
kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan beragama
yaitu ketaatan seseorang dalam menjalani dan memeluk agama yang
diyakininya, sehingga aturan agama yang ada dapat mencapai
keteraturan dalam kehidupan sehari- hari. Melalui kedisiplinan
beragama tersebut dapat melahirkan sebuah ketaatan agama yaitu
menjalankan perintah dan menjauhi larangan baik hubungannya
dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia.
b. Tujuan Kedisiplinan Beragama
Tujuan kedisiplinan ialah melatih kataatan dan kepatuhan terhadap
suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan
tersebut. Tujuan kedisiplinan juga berarti perkembangan dari
pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh
atau kendali dari luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang
tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh
pada aturan. Adanya kedisiplinan diharapkan anak mendisiplinkan diri
dalam mentaati peraturan yang telah ia dapatkan di sekolah untuk
diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan beragama bertujuan untuk
memberi kenyamanan kepada anak agar melakukan pendidikan agama
yang telah ia terima di sekolah untuk diterapkan tanpa adanya paksaan
dan sudah melekat menjadi kebiasaan.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Beragama
1. Faktor Internal

12
Faktor dari dalam ini berupa kesadaran diri yang
mendorong seseorang untuk menerapkan disiplin pada dirinya.
Disiplin untuk diri sendiri dilakukan dengan tujuan yang
ditumbuhkan melalui peningkatan kemampuan dan kemauan
mengendalikan diri melalui pelaksanaan yang menjadi tujuan dan
kewajiban pribadi pada diri sendiri.
Orang yang dalam dirinya tertanam sikap disiplin akan
melahirkan semangat menghargai waktu, budaya jam karet adalah
musuh besar bagi mereka yang mengagungkan disiplin dalam
belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang
terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.) Lingkungan Keluarga
Faktor keluarga ini sangat penting dalam membentuk sikap
disiplin, karena keluarga merupakan lingkungan yang paling
dekat pada diri seseorang dan tempat pertama kali seseorang
berinteraksi. Di dalam lingkungan keluarga yang orang tuanya
berlatar belakang agama baik maka anak akan mengikuti
kedua orangtuanya, sedangkan jika keluarga tersebut berlatar
belakang agama minim maka anak juga akan mengikuti orang
tuanya.
b.) Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah merupakan
faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku siswa termasuk
kedisiplinannya. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan
siswa lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya
serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah. Sikap,
perbuatan dan perkataan orang disekitarnya akan ditiru oleh
anak.
c.) Lingkungan Masyarakat

13
Masyarakat merupakan lingkungan yang mempengaruhi
perilaku anak setelah anak mendapatkan pendidikan dari
keluarga dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain
sendiri, setelah itu ia berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial. Masyarakat merupakan faktor penting yang
mempengaruhi disiplin anak, terutama pada pergaulan teman
sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi pergaulan
anak-anaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan orang yang
tidak baik.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk memperkuat dasar penelitian ini, diperlukan beberapa penelitian
terdahulu yang relevan sesuai dengan penelitian ini. Adapun beberapa
penelitian sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Selvi Oktapianti (2015) yang
berjudul Pengaruh Budaya Religius Terhadap Pembentukan Karakter
Siswa Di SMK IT Rabbi Radhiyyah Rejang Lebong. Adapun rumusan
masalahnya adalah : a.) Bagaimana kondisi budaya religius di SMKIT
Rabbi Radiyyah Rejang Lebong ? , b.) Bagaimana kondisi pembentukan
karakter peserta didik di SMKIT Rabbi Radiyyah Rejang Lebong?, c.)
Apakah budaya religius berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembentukan karakter peserta didik di SMKIT Rabbi Radiyyah Rejang
Lebong?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya religius adalah baik. Hal ini
dapat ditunjukan dengan hasil penelitian bahwa nilai Thitung 2,94 <
Ttabel = 1,662 dan pembentukkan karakter adalah baik sehingga hipotesis
dugaan diterima. Hal ini ditunjukan dengan hasil Thitung sebesar 1,19 <
Ttabel taraf 5% yaitu 1,662. Serta terdapat pengaruh yang signifikan antara
budaya religius terhadap pembentukkan karakter. Hal ini dapat ditunjukan
dengan koefisien korelasi sebesar 0,6657 yang lebih besar dari rtabel taraf
5% diperoleh 0,207

14
Berdasarkan kajian terdahulu yang dilakukan oleh Selvi Oktapianti
memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sekarang.
Persamaan terletak pada pendekatan penelitian yaitu menggunakan
pendekatan kuantitatif dan persamaan pada variabel X yaitu sama
menggunakan Budaya Religius. Perbedaan pada variabel Y penelitian
terdahulu menggunakan Variabel Y Pembentukkan Karakter dan
penelitian ini menggunakan variabel Y kedisiplinan beragama. Serta
memiliki perbedaan pada tempat penelitian.
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh PRIHATINING TYAS (2018)
berjudul Pengaruh Budaya Religius Terhadap Kecerdasan Emosional
Siswa Kelas XI da MAN Pubalingga. Dengan rumusan masalah sebagai
berikut : “Seberapa besar pengaruh budaya religius terhadap kecerdasan
emosional siswa kelas XI di MAN Purbalingga?”. Hasil penelitian hasil
penelitian diperoleh kesimpulan: (1) Budaya religius terbukti berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kecerdasan emosional siswa, artinya
semakin tinggi budaya religius maka semakin tinggi kecerdasan emosional
siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil korelasi variabel budaya religius
dengan kecerdasan emosional sebesar 0,515. (2) Budaya religius terbukti
mempengaruhi kecerdasan emosional dengan dibuktikkan nilai dari hasil
koefisien determinan (r2/rsquare) sebesar 0,265. Artinya variabel ini dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional sebesar 26,5%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prihatining Tyas memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian sekarang. Persamaan terletak
pada pendekatan penelitian yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif dan
persamaan pada variabel X yaitu sama menggunakan Budaya Religius.
Perbedaan pada variabel Y penelitian terdahulu menggunakan Variabel Y
Kecerdasan Emosional dan penelitian ini menggunakan variabel Y
kedisiplinan beragama. Serta memiliki perbedaan pada tempat penelitian.
C. Kerangka Konseptual
Budaya religius merupakan upaya terwujudnya sekumpulan nilai-nilai
agama yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-
simbol yang dipraktikkan dalam berperilaku yang berlangsung lama dan

15
terus-menerus bahkan sampai muncul kesadaran dalam diri seorang untuk
melakukan nilai religius tersebut. Dapat disimpulkan budaya religius adalah
penciptaan suasana religius, internalisasi nilai dan keteladanan serta
pembiasaan.
Budaya religius sekolah diciptakan melalui kebijakan pimpinan sekolah
kemudian dikembangkan oleh warga sekolah dengan perencanaan yang telah
disepakati. Penerapan nilai-nilai religius disekolah harus memiliki landasan
yang kokoh baik secara normatif religius atau konstitusional, sehingga tidak
ada alasan bagi sekolah untuk mengelak dari upaya tersebut. Budaya religius
ini sangat mempengaruhi image sekolah itu sendiri
Dengan adanya budaya religius sekolah diharapkan dapat menumbuhkan
ketaatan seseorang dalam menjalani dan memeluk agama yang diyakininya,
sehingga aturan agama yang ada dapat mencapai keteraturan dalam
kehidupan sehari- hari. Sedangkan kedisiplinan itu termanifestasi dalam
kebiasaan manusia ketika melaksanakan ibadah rutin setiap hari. Agama
mengajarkan suatu amalan yang dilakukan sebagai rutinitas penganutnya
yang merupakan sarana hubungan antara manusia dengan penciptan-Nya.
Dan itu terjadwal secara rapi, apabila manusia melaksanakan ibadah dengan
tepat waktu, maka secara otomatis tertanam nilai kedisiplinan beragama
dalam diri orang tersbut.

Budaya Religius

1. Nilai-nilai Ibadah
Kedisiplinan
2. Internalisasi Nilai
Beragama
3. Keteladanan

4. Pembiasaan

D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian (Sugiyono, 2015: 84). Berdasarkann kajian teori dan

16
kerangka berpikir, pada penelitian ini diajukan hipotesis penelitian dengan
rumusan bahwa:
Ha : terdapat pengaruh budaya religius sekolah terhadap kedisiplinan
beragama siswa
Ho : tidak terdapat pengaruh budaya religius sekolah terhadap kedisiplinan
beragama siswa.

17
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif yaitu penelitian dilaksanakan langsung dilapangan selanjutnya
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik berdasarkan jumlah atau
banyaknya data yang dipresentasekan dalam bentuk angka-angka untuk
dipahami dan disimpulkan.
Metode penelitian kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa
komponen masalah, variable dan indikator.
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin kita ketahui.
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar berbasis
Islam di Kota Kediri yaitu di SD Islam Al-Huda dan SD Plus Rahmat Kota.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena sekolah tersebut
menerapkan budaya religius, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui
kedisiplinan beragama pada siswa di sekolah SD Islam Al-Huda dan SD Plus
Rahmat yang berada di Kota Kediri.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1) Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V dan VI SD Islam Al-
Huda dan SD Plus Rahmat yang berada di Kota Kediri, adapun jumlah
populasi dari kelas V dan VI sebagai berikut ini :

18
No. Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa
1. SD Islam Al-Huda V 40
2. SD Islam Al-Huda VI 40
3. SD Plus Rahmat V 40
4. SD Plus Rahmat VI 40
2) Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi (sebagai wakil populasi
yang di teliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Menurut(Sugiyono) Sampel adalah bagian besar dari jumlah dan
karakteristk yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan maka peneliti
menggunakan metode sampling simple random sampling. Sampel yang
di ambil merupakan siswa kelas V dan VI SD Islam Al-Huda dan SD
Plus Rahmat Kota Kediri. Maka sampel yang diambil memperoleh data
sebagai berikut.
No. Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa
1. SD Islam Al-Huda V 20
2. SD Islam Al-Huda VI 20
3. SD Plus Rahmat V 20
4. SD Plus Rahmat VI 20

D. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional


1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian ialah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel pada
penelitian ini dikelompokan menjadi 2 variabel, sebagai berikut:
a. Variable Independent
Variabel ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

19
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependent). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
budaya religius (X).
b. Variable Dependent
Variabel ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependent
dalam penelitian ini adalah kedisiplinan beragama (Y).
X ---> Y
Keterangan:
X = Variabel Budaya Religius Sekolah
Y = Variabel Kedisiplinan Beragama
2. Definisi Operasional
a) Budaya Religius Sekolah
Budaya religius sekolah merupakan pembudayaan nilai-nilai
agama Islam dalam totalitas pola kehidupan aktivitas
sekolah/madrasah yang lahir dan ditranmisikan bersama, mulai dari
kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik,
stakeholders dan sebagainya, yang dilandasi oleh keimanan kepada
Tuhan, sehingga pemikiran, perbuatan dan pembiasaan civitas
sekolah/madrasah akan selalu berlandaskan pada
keimanan dan terpancar pada pribadi dan perilaku sehari-hari.
Budaya religius adalah penciptaan suasana religius, internalisasi
nilai dan keteladanan serta pembiasaan. Menjadi indikator
penelitian: Penciptaan suasana religius, internalisasi nilai,
keteladanan, pembiasaan.
b) Kedisiplinan Beragama
Kedisiplinan beragama yaitu ketaatan seseorang dalam
menjalankan dan memeluk agama yang diyakini, sehingga aturan
agama yang ada dapat mencapai keteraturan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapaun sikap kedisiplinan beragama yang meliputi:
1) Disiplin mengaplikasikan pendidikan akidah

20
Akidah adalah dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati
seseorang yang bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh
sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Aplikasi aspek aqidah
dalam agama Islam memiliki sub indikator iman kepada Allah,
iman kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada kitab dan
iman kepada qada dan qadar.
2) Disiplin mengaplikasikan pendidikan akhlak
Akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan
manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri dan makhluk
lain sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Qur’an
dan hadits. Aplikasi aspek akhlak memiliki sub indikator ikhlas,
sabar, mohon pertolongan pada Allah, sikap bersyukur, husnuzon
kepada Allah dan beramal.
3) Disiplin mengaplikasikan pendidikan ibadah
Aplikasi ibadah memiliki sub indikator shalat wajib, shalat sunah,
puasa dan taat pada hukum islam.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument dalam penelitian ini
berupa sistem angket yang berisi butir-butir pernyataan untuk diberi
tanggapan atau dijawab oleh responden. Penyusunan kisi-kisi instrument
sebagai berikut.
 Instrumen Budaya Religius Sekolah
Instrumen budaya religius sekolah disusun berdasarkan pada definisi
operasional. Budaya religius adalah penciptaan suasana religius,
internalisasi nilai dan keteladanan serta pembiasaan. Pada instrument ini
menggunakan skala likert dengan kategorisasi selalu, sering, kadang-
kadang dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi angket variabel budaya
religius :
Indikator Sub Indikator Butir Soal
Penciptaan Budaya a. Lingkungan sekolah 1,2
Religius nyaman dan tentram.

21
b. Lingkungan sekolah 3,4
nyaman dan tentram
c. Saling menghormati 5,6
d. Tersedianya tempat 7,8
beribadah.
Internalisasi Nilai a. PHBI 9
b. Penambahan kegiatan 10
keagamaan
Keteladanan a. Berdoa sebelum dan 11,12
sesudah kegiatan belajar
mengajar
b. Budaya 3 S (Senyum, 13,14,15
Salam, Sapa)
Pembiasaan a. Tolong menolong 16

b. Berprilaku yang 17,18


mencerminkan akhlakul
karimah

 Instrumen Kedisiplinan Beragama


Instrument karakter religius disusun berdasarkan pada definisi operasional,
berdasarkan definisi operasional sikap kedisiplin beragama meliputi
disiplin dalam mengaplikasikan pendidikan akhlak, akidah, dan ibadah.
Pada instrument ini menggunakan skala likert dengan kategorisasi selalu,
sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi angket
variabel kedisiplinan beragama:
Indikator Sub Indikator Butir Soal
Disiplin dalam Beriman kepada 1,2,3,4
mengaplikasikan Allah
pendidikan akidah
Disiplin dalam a. Ikhlas 5
mengaplikasikan b. Sabar 6,7

22
pendidikan akhlak c. Mohon 8,9
pertolongan
kepada Allah
d. Sikap bersyukur 10
e. Husnuzon 11
(berprasangka
baik)
Disiplin dalam Taat melaksanakan 12,13,14,15
mengaplikasikan perintah agama
pendidikan ibadah (sholat dan puasa)

F. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh kemudahan dalam mengumpulkan dan memperoleh
data yang lengkap, maka penulis memerlukan adanya teknik pengumpulan
data diantaranya :
1. Kuesioner (Angket)
Kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
Menurut Margono, angket diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:
a. Angket Berstruktur
Angket ini bersifat tertutup, berisi pertanyaan atau pernyataan yang
disertai sejumlah alternatif jawaban.
b. Angket Tak Berstruktur
Angket ini bersifat terbuka, di mana jawaban responden terhadap setiap
pertanyaan atau pernyataan angket bentuk ini diberikan secara bebas
menurut pendapat sendiri.
c. Angket Kombinasi

23
Angket ini merupakan campuran dari angket terbuka dan terbuka, di
mana responden diberi alternatif jawaban yang harus dipilih dan diberi
kebebasan untuk jawaban lanjutan.60
d. Angket Semi Terbuka
Angket yang memberi kebebasan menjawab, selain dari alternatif
jawaban yang sudah tersedia.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik angket berstruktur
dalam mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Yang di
mana angket berstruktur ini jawabannya mengacu pada skala Likert
yangdapat dilihat pada tabel berikut :
Pernyataan Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
2. Dokumen
Teknik dokumentasi merupakan suatu metode yang dilakukan dengan
carmenyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode
dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data yang terkumpul, maka data akan di analisa, rumus digunakan
peniliti adalah menggunakan rumus Korelasi Product Moment.
1. Metode yang digunakan untuk penelitian ini akan dimulai dengan
mengukur statistika dasar yaitu dimulai dari :
1) Mencari Mean
2) Mencari Standar Deviasi
3) Berdasarkan perhitungan standar deviasi ini maka dapat disusu kriteria
sebagai berikut :

24
M + 1.SD = Sangat Baik
M + 0,5.SD = Baik
M – 0.SD = Cukup Baik
M – 0,1.SD = Kurang Baik
M – 1.SD = Tidak Baik
2. Uji Persyaratan Analisis
a.) Uji Normalitas
Uji normalitas menurut Sugiyono (2006: 210) adalah pengujian
yang dilakukan sebagai syarat analisis korelasi yakni untuk mengetahui
apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov Test. Untuk mengetahui
masing-masing variabel normal atau tidak, maka dilakukan dengan
melihat nilai Asimptotic Signifikansi. Jika nilai Asimptotic Signifikansi
lebih besar (>) atau sama dengan 0,05 (5%) maka distribusi data normal.
Jika nilai Asimptotic Signifikansi kurang dari (<) 0,05 (5%) maka
distribusi data dinyatakan tidak normal.
b.) Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Uji linieritas data
bertujuan untuk menguji apakah garis regresi antara X dan Y membentuk
garis linear atau tidak (Gunawan, 2013).
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing- masing
variabel bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan linier atau
tidak. Dalam uji penelitian ini dengan uji F analisis dengan menggunakan
progam komputer SPSS . Dengan ketentuan melihat nilai signifikansi
deviation from linearity pada tabel anova . Pada uji statistik, nilai
signifikansi deviation from linearity lebih besar (>) dari 0,05 maka
dikatakan hubungan antar variabel X dan variabel Y adalah linear dan
apabila nilai signifikansi deviation from linearity lebih kecil (<) dari 0,05
maka tidak terdapat hubungan yang linier antara variabel X dan Y.
c.) Uji Hipotesi

25
Untuk melihat pengaruh budaya religius sekolah terhadap
kedisiplinan , maka penulis menganalisa data dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment seperti dibawah ini :

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2}{𝑛 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2}

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 = Angka indeks korelasi”r” product moment

N = Jumlah responden

∑ 𝑿𝒀 = Jumlah hasil perkalian skor x dan y

∑ 𝑋 = Jumlah seluruh skor x (Budaya Religius)

∑ 𝑌 = Jumlah seluruh skor y (Pembentukkan Karakter)

Dari perhitungan diatas kemudian di konsultasikan dengan “r”


tabel, jika rxy lebih besar dari pada “r” tabel. maka hipotesis (H0)
ditolak dan (Ha) diterima. Dan jika rxy lebih kecil dari pada table
maka hipotesis (H0) diterima dan hipotesis (Ha) ditolak.
Selanjutnya untuk menjawab pengaruh Budaya religius terhadap
pembentukkan karakter siswa. Nilai rxy yang lebih besar dari “r”
table. kemudian dikonsultasikan dan diinterpretasikan menurut
pedoman sebagai berikut:

Besarnya “r” Interpretasi


product
moment (rxy)
Antara variable X dan Y memang terdapat
0,00-0,20 korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah
atau sangat rendah atau korelasi itu
terabaikan(dianggap tidak ada korelasi
antara variable X dan Y)
0,20-0,40 Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang
lemah
dan rendah
0,40-0,70 Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang
sedang

26
dan cukup

0,70-0,90 Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang


kuat dan
Tinggi
0,90-1,00 Antara variable X dan Y terdapat korelasi yang
kuat dan
sangat tinggi

27
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Budaya Religius Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Yogyakarta : Kalimedia
Herminanto dan Winarno. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Luthfi, Kholida. 2016. "Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam
Keluarga Dan Budaya Religius Sekolah Terhadap Kedisiplinan Beragama Peserta
Didik ". Tesis. UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-
Ruz Media.
Nurdianita, Fonna. 2019. Pengembangan Revolusi Industri 4.0 Dalam
Berbagai Bidang. Jakarta:Guepedia Publisher.
Nurul Hifni. 2019. "Pengaruh Karakter Religius Terhadap Karakter Kerja
Siswa". Skripsi. Fakultas Teknik. UNY, Yogyakarta.
Prihatining, Tyas. 2018. "Pengaruh Budaya Religius Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa". Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. IAIN,
Purwokerto
Sahlan, Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah (Upaya
Mengembangkan PAI dari Teori ke Aksi). Malang: UIN Maliki Press.
Sahlan, Asmaun. 2012. Religiusitas Perguruan Tinggi: Potret
Pengembangan Tradisi Keagamaan di Perguruan Tinggi Islam. Malang: UIN-
Maliki Press.
Selvi Oktapianti. 2019. ''Pengaruh Budaya Religius Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa". Skripsi. Fakultas Tarbiyah. IAIN, Curup.
Shochib. 2010. Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri sebagai Pribadi yang Berkarakter),Jakarta: Rineka
Cipta.
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.

Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:
Grasindo.

28
LAMPIRAN

INSTRUMEN ANGKET

Petunjuk pengisian angket


1. Tulislah terlebih dahulu Nama, Kelas, dan Nomor Absen Pada Tempat yang
telah diselesaikan
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan anda yang
sebenarnya dengan memberi tanda (√) pada bagian jawaban yang telah tersedia
disamping pernyataan dengan alternatif jawaban sebagai berikut :
SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-kadang
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
Idenstitas Responden
Nama :
Kelas :
No Absen :
No Pernyataan Skala Penilain
SL SR KD JR TP
Budaya Religius
1. Saya merasa nyaman di lingkungan
sekolah
2. Saya merasa tentram di lingkungan
sekolah
3. Saya memakai pakaian sesuai peraturan
sekolah
4. Saya berpakaian menurut syar’i Agama
5. Saya menghargai sesama teman di sekolah
6. Saya menghormati guru di sekolah
7. Saya memanfaatkan fasilitas mushollah di
sekolah
8. Saya mengikuti shalat berjama’ah
9. Saya mengikuti kegiatan PHBI (Peringatan
Hari Besar Islam)
10. Saya mengikuti program Baca Tulis Al-
qur’an
11. Saya berdo’a sebelum dan sesudah
mengikuti belajar mengajar
12. Saya mengucapkan salam sebelum dan
sesudah kegiatan belajar mengajar
13. Saya menyapa guru ketika bertemu
14. Saya bersalaman ketika bertemu guru
15. Saya tersenyum saat bertemu guru

29
16. Saya membantu teman yang kesulitan
dalam memahami pelajaran
17. Saya membayar infaq
18. Saya patuh terhadap guru

Keterangan pilihan jawaban :


SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-kadang
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah

No Pernyataan Skala Penilain


SL SR KD JR TP
Kedisiplinan Beragama
1. Percaya bahwa Allah SWT mengetahui
semua yang saya kerjakan
2. Melaksanakan ibadah karena takut kepada
Allah
3. Saya selalu berdo’a kepada Allah dengan
tata caranya dan tanpa paksaan
4. Menyatakan kekaguman saat melihat
kebesaran Allah SWT
5. Menjalankan perintah agama tanpa
paksaan
6. Sabar menghadapi permasalahan yang
belum terselesaikan
7. Sabar menunggu doa yang belum
dikabulkan
8. Berdoa sebelum melakukan kegiatan
9. Meyakini Allah akan mengabulkan doa
saya
10. Bersyukur atas rezeki yang telah
dilimpahkan Allah
11. Mengambil hikmah dibalik musibah
12. Melaksanakan shalat 5 waktu
13. Merasa berdosa ketika meninggalkan
kewajiban shalat
14. Melakukan shalat sunah
15. Menjalankan puasa Ramadhan selama
tidak berhalangan

30

Anda mungkin juga menyukai