Anda di halaman 1dari 14

MINI RESEARCH

MATA KULIAH BIMBINGAN SKRIPSI

BUDAYA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU DI SD NEGERI 327


SINUNUKAN III

OLEH:
FATIMAH SETIAWATI
NPM. 20141006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

Ringkasan ............................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat ..........................................................................................1

BAB II KERANGKA PIKIRAN .............................................................................2

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................4

BAB IVPEMBAHASAN .........................................................................................5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya sekolah SD Negeri 327

Sinunukan III. Penelitian ini menggunakan metode analitik deskripsi kuantitatif.

Sampel yang digunakan adalah guru SD Negeri 327 Sinunukan III yang mengajar

di kelas 3 b. Analisis menggunakan pengamatan yang dilihat. Hasil penelitian

menunjukkan masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak peduli

terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya masih ada

yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang dengan

temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga motivasi

guru.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar

dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan

dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh

warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah,

saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki

semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang

harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Budaya sekolah dipegang

bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi, dan siswa sebagai dasar

mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di

sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi.

Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran

dan motivasi terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Guru sebagai

ujung tombak di lapangan harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi

siswa khususnya. Kebiasaan guru yang datang tepat waktu dan melaksanakan

tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan

siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan

kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan

sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah

daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan dalam

perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah.


1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Mengetahui budaya sekolah SD Negeri 327 Sinunukan III

1.2.2 Manfaat

Untuk meningkatkan mutu sekolah SD Negeri 327 Sinunukan III


BAB II

KERANGKA PIKIRAN

Sekolah sebagai pranata sosial akan menciptakan budaya-budaya yang berlaku

di sekolah yang lebih dikenal dengan budaya sekolah. Pembentukan,

pengembangan dan pemeliharaan nailai-nilai budaya sekolah amatlah penting.

Budaya sekolah berpengaruh tidak hanya pada kegiatan warga sekolah, tetapi juga

motivasi dan semangatnya. Dalam konsep sekolah, budaya sekolah sering disebut

sebagai sua-sana sekolah, dimaknai sebagai bagaimana warga sekolah berpikir

dan bertindak

Menurut Kisyani laksono suatu budaya sekolah yang kondusif akan

membabawa manfaat: Pertama, secara produktif mampu memberikan bagi

bertumbuhkembangnya: 1) keimanan dan ketak-waan peserta didik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa; 2) kesahajaan dan nasionalisme peserta didik; 3)

semangat kebersamaan, persatuan, dan kerja kelompok peserta didik; 4) semangat

membaca dan mencari referensi; 5) keterampiian peserta didik dalam mengkritisi

data dan memecahkan masalah hidup; 6) kecerdasan emosional peserta didik; 7)

keterampilan komunikasi peserta didik, baik secara lisan maupun tertulis; 8)

kemampuan peserta didik untuk berpikir objektif dan sistematis; 9) keca-kapan

peserta didik dalam bidang tertentu yang terdapat di masyarakat. Kedua, budaya

sekolah yang kondusif, akan tampak atau tecermin dalam struktur organisasi

sekolah, deskripsi tugas sekolah, sistem dan prosedur kerja sekolah, pegawai,

kebijakan dan aturan, tata tertib sekolah, kepemimpinan dan hubungan, acara atau

ritual, dan penampilan fisik sekolah yang juga tumbuh dan berkembang.
Sekolah merupakan lembaga yang bertanggungjawab mendidk peserta didik

yang berkualitas dan merupakan agenda utama dalam perencanaan dan

pelaksanaan pendidikan suatu Negara. Tidak dapat dinafihkan bahwa budaya

sekolah penting dalam perkembangan pendidikan Negara, khususya dalam

memelahirkan sumber daya manusia yang dapat memberikan sumbangan kepada

Negara dan masyarakat. Apabila terdapat budaya sekolah yang longgar dan tidak

mempunyai perencanaan yang sisemik serta kurang memikirkan kemungkinan

yang berlaku pada masa yang akan datang budaya sekolah akan usang. Kualitas

pelayanan yang disediakan oleh sekolah akan bermasalah terhadap guru maupun

peserta didik. Masalah tersebut memberi pengaruh yang nyata terhadap usaha

meningkatkan pencapauan peserta didik daam pendidikan.

Model budaya sekolah sistem sosial dari Weber yang diadaptasi oleh Hoy

dan Miskel (2001) merangkumi input, persekitararan sebagai proses dan output

serta penilaian dan perbaikan. Aspek input merangkumi: 1) pengetua; 2) guru;

3) peserta didik; 4) misi dan visi, materi dan kaedah serta peralatan. Aspek

persekitaran yang merangkumi: proses sistem penstrukturan, sistem budaya,

sistem politik, peserta didik (kognitif, motivasi, dan kemahiran). Aspek

output merangkumi pencapaian peserta didik, kepuasan peserta didik, kualiti

pendidikan, mengurangkan keciciran peserta didik dan mengurangkan

ketidakhadiran peserta didik. Model budaya sekolah dari Cavanagh dan

Ramanoski (2005) aspek-aspeknya meliputi: kepemimpinan transformasional,

penekanan kepada pembelajaran, kolaborasi visi, kolaborasi, penglibatan ibu

bapak, efikasi guru, dan guru penyang yang kesemunya akan membentuk nilai

dan norma di sekolah. Guru merupakan fasilitator atau informasi yang diperlukan
siswa, ia berperan besar membina siswa untuk memiliki sikap mental dan

intelektual yang baik.Oleh karena itu betapa pentingnya pembinaan profesional

Guru secara terarah dan terprogram untuk meningkatkan kemampuan dan gairah

mengajarnya, sehingga penampilan mengajarnya dapat lebih efektif dan efisien.

Namun hal ini tidak terlepas dari motivasi kerja Guru itu sendiri dan bagaimana

kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dijalankan dengan baik. Motivasi kerja

guru pada khususnya merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kualitas mutu sekolah.


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analitik deskripsi kuantitatif. Metode

deskriptif yaitu metode yang menggambarkan fakta dan kejadian pada objek yang

diteliti. Sampel yang digunakan adalah guru SD Negeri 327 Sinunukan III yang

mengajar di kelas 3 b. Analisis menggunakan pengamatan yang dilihat.


BAB IV

PEMBAHASAN

Melalui observasi masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak

peduli terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya

masih ada yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang

dengan temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga

motivasi guru.

Hasil keseluruhan dari observasi adalah

1. Budaya sekolah berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.

2. Motivasi kerja guru berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.

3. Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama sama berpengaruh

positif terhadap mutu pendidikan.

Upaya peningkatan kualitas sekolah harus dimulai dari dari internal sekolah

itu sendiri yaitu harus memperhatikan nilai nilai yang hidup sebagai budaya

sekolah. Budaya sekolah merupakan jiwa (spirit) sebuah sekolah yang

memberikan makna terhadap kegiatan kependidikan sekolah tersebut, jika budaya

sekolah lemah, maka ia tidak kondusif bagi pembentukan sekolah efektif.

Sebaliknya budaya sekolah kuat maka akan menjadi fasilitator bagi peningkatan

sekolah efektif. Jadi untuk meningkatkan budaya sekolah alangkah baiknya

seorang kepala sekolah menerapkan budaya sekolah yang baik yang dapat

dilaksanakan oleh semua warga sekolah dan akan memberi dampak yang positif

bagi pendidikan disekolah tersebut.


Motivasi kerja guru yang tinggi dipengaruhi oleh budaya sekolah, kemampuan

manajerial kepala sekolah, dan iklim sekolah yang baik yang baik. Bekerja tanpa

semangat kerja akan cepat bosan, karena tidak adanya unsur pendorong. Bila tidak

punya semangat kerja maka guru tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika

guru mengajar karena terpaksa saja karena tidak kemauan yang berasal dari dalam

diri guru. Budaya organisasi yang baik berpengaruh terhadap motivasi kerja guru.

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam

organisasi karena budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap motivasi kerja

guru maka sudah menjadi kewajiban organisasi membangun arah dan strategi

yang membentuk budaya yang kuat yang dipatuhi semua guru.

Budaya sekolah yang baik akan mendorong semua warga sekolah untuk

bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh

warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru dan memberikan

kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini

bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Dengan demikian suasana

kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk

bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik

akan secara efektif menghasilkan motivasi kerja yang terbaik pada setiap guru.

Oleh karena itu, budaya sekolah ini perlu dilakukan.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Melalui observasi masih banyak seorang siswa yang memiliki sifat yang tidak

peduli terhadap lingkungan sekolah bahkan untuk berbicara kepada gurunya

masih ada yang berbicara tidak sopan peserta didik tersebut seolah-olah sedang

dengan temannya. Maka dari itu budaya sekolah sangat mempengaruhi dan juga

motivasi guru.

Hasil keseluruhan dari observasi adalah

1. Budaya sekolah berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.

2. Motivasi kerja guru berpengaruh positif terhadap mutu pendidikan.

3. Budaya sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama sama berpengaruh

positif terhadap mutu pendidikan.

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan bahwa:

a) Kepada kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah hendaknya

menciptakan budaya sekolah yang baik dengan mendukung apa yang

diinginkan sekolah dengan warga sekolah sehingga tujuan yang telah

ditetapkan sekolah akan tercapai.

b) Kepada para guru yang merupakan garda terdepan dalam pelaksanaan

pembelajaran hendaknya agar selalu menciptakan budaya organisasi yang

kondusif di lingkungan kerjanya sehingga memungkinkan para guru untuk

meningkatkan mutu kerja yang cemerlang dan akan menyumbang kepada


keberhasilan sekolah dengan cara tetap patuh terhadap budaya organisasi

yang telah ditetapkan di sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Hargreaves, D.H. (1994). The Challenge for The


Comprohensive School . London: Routledge

Johnson, B., & Christensen, L. (2005). Educational


Research: Quantitative, qualitative, and mixed aproaches
(2end edition). Boston, MA: Pearson Education Inc.

Depdiknas. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah; Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat
SMK Dirjen Dikdasmen

Anda mungkin juga menyukai