Disusun oleh:
Nama kelompok 1 : 1. NUR SAIDAH SIREGAR (3182131004)
2. RYAN PASBON PASARIBU (3183331026)
3. SARI SITUMEANG (3181131002)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini mata kuliah Organisasi dan Kebijakan Pendidikan
kami mengucapkan berterima kasih kepada ibu Dosen Pengampu karena sudah memberikan
bimbingannya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, kamiminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Akhir kata kamiucapkan terima kasih, semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..................................................................................................................................................La
tar Belakang............................................................................................................................1
1.2..................................................................................................................................................Ru
musan Masalah........................................................................................................................2
1.3..................................................................................................................................................Tu
juan Penelitian.........................................................................................................................3
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas jika prestasi sekolah
menunjukkan pencapaian yang tinggi.
Wahjosumidjo memaparkan budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil
pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dengan nilai-
nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada disekolah. Budaya sekolah atau
iklim sekolah yang kondusif akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses
belajar mengajar yang efektif. Moerdiyono mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan
dari nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga suatu
masyarakat.
Sebagai suatu organisasi, sekolah mempunyai budaya yang berbeda-beda sesuai dengan
sejarah pembentukan budayanya masing-masing. Budaya sekolah makin mendapat perhatian
dalam kajian organisasi serta manajemen pendidikan untuk menunjukkan keunikan sosial dari
suatu organisasi termasuk sekolah, dan setiap pendidik mengetahui bahwa setiap sekolah pada
dasarnya bersifat unik, dan berbeda satu dengan yang lainnya Pemahaman budaya dapat
memberi pemahaman akan realitas sehari-hari serta struktur dalam (tersembunyi) dari dinamika
yang terjadi pada suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan mendapat
dorongan pada upaya perbaikan sekolah melalui keterkaitan yang bermakna antara reformasi
pendidikan dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong budaya agar dapat
menerima perubahan.
2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran budaya sekolah di SMAN 5 Medan
2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan mutu di sekolah SMAN 5 Medan
3. Untuk mengetahui hubungan antara budaya sekolah dengan peningkatan kinerja
guru di sekolah SMAN 5 Medan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
kehidupan,yaituterpendamdalam asumsi dasar, termuat dalam nilai dan keyakinan, dan
terpateri dalam tindakan tidak setengah-setengah, bekerja lebih efisien, energik, bersemangat,
dan terus berkembang. Oleh karena itu, budaya sekolah yang sehat harus terus-menerus
dikembangkan dan diwariskan dari siswa ke siswa berikutnya, dari kelompok satu ke kelompok
berikutnya. Budaya yang kokoh memiliki kekuatan untuk mengadakan suatu perubahan
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu, kinerja sekolah, dan mutu kehidupan
yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamik/aktif, positif, dan profesional. Budaya sekolah
yang sehat memberikan peluang dan warga sekolah berfungsi secara optimal, bekerja secara
efisien, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang.
Lickona (1991:325) mengutarakan enam elemen budaya sekolah yang baik, seperti berikut.
a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral dan akademik
b. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara menyeluruh
c. Masyarakat sekolah memiliki rasa persaudaraan
d. Organisasi murid menerapkan kepemimpinan demokratis dan menumbuhkan rasa
tanggung jawab murid-murid untuk menjadikan sekolah mereka menjadi sekolah yang
terbaik
e. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong
f. Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan waktu tertentu untuk
mengatasi masalah-masalah moral
Lapisan budaya sekolah yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
yang ada di sekolah. Hal ini menjadi ciri utama suatu sekolah. Sebagian berupa norma-norma
perilaku yang diinginkan sekolah, seperti ungkapan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak
dalam, dan berbagai penggambaran nilai dan keyakinan lainnya.
Lapisan budaya sekolah yang paling dalam adalah asumsi-asumsi, yatu simbol-simbol,
nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan yang tidak dapat dikenali, tetapi terus-menerus berdampak
terhadap perilaku warga sekolah.
Membangun budaya sekolah baru yang sesuai dengan perbaikan mutu diperlukan beberapa
5
syarat. Syarat-syarat tersebut harus diketahui oleh kepala sekolah, seperti berikut;
Pertama, mengetahui dan memahami secara realistik budaya yang ada yang mendukung
perbaikan mutu, ataukah menjadi racun perbaikan mutu. Kedua, membangun budaya baru
melalui:
1) Memotong nilai budaya lama lewat menghentikan praktek-prakteknya.
2) Memperkenalkan praktek baru dan mengkaitkannya dengan elemen budaya lama
yang masih relevan.
3) Memperkenalkan praktek baru dan landasan nilai-nilai yang akan dikembangkan.
4) Mengkaitkan praktek-praktek baru dengan hasil-hasil yang nyata, dan
5) Banyak membicarakan kaitan praktek baru dengan nilai-nilai yang diinginkan.
Kedua, pengembangan kerja tim dan kepemimpinan terhadap tim. Ketiga,
membiasakan kesederhanaan internal sekolah, jangan bermewah, gengsi, dan boros. Keempat,
kembangkan jenjang sependek mungkin. Ingat, birokrasi menghambat berkembangnya
kepempimpinan,beradaptasinya organisasi, dan perilaku menghadapi perubahan cepat.
Birokrasi menghambat keberdayaan dan kreativitas.
Segenap warga sekolah perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur budaya yang bersifat
positif, negatif, dan ada yang netral dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah. Contoh, bila
visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu, moral, dan multi-budaya, sekolah harus dapat
mengenali aspek-aspek budaya yang cocok dan menguntungkan. Selain itu, juga aspek- aspek
yang cenderung melemahkan dan merugikan, serta aspek-aspek lain yang cenderung netral, tidak
terkait dengan visi dan misi sekolah. Berikut beberapa contoh fenomena yang mudah dikenali
dan diyakini mencerminkan berbagai aspek budaya, yang masing-masing dalam kaitannya
dengan “kualitas, moralitas dan multi-budaya”.
*budaya positif
6
i. Trust (saling percaya)
*budaya negatif
c. Adanya friksi atau mengarah pada perpecahan, terbentuknya kelompok yang saling
menjatuhkan.
5. Kinerja Guru
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan
terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan jabatannya. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama yaitu
mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya, seperti yang diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, khususnya pada penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
8
b. Wawancara
Pengambilan data melalui lisan dengan sumber data yang dilakukan dengan tatap
muka.Wawancara dilakukan dengan Guru Geografi di Sekolah SMA N 5 Medan.
c. Dokumentasi
Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang berkaitan dengan tugas
penelitian khususnya aktivitas penduduk. Dan segala macam kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini seluruhnya ditampilkan dalam dokumentasi berupa foto yang dapat
memberikan data dan informasi yang konkret di lapangan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budaya sekolah yang merupakan ciri, karakter, dan identitas khas sekolah dan suatu
sistem nilai sekolah yang terdiri dari sejumlah norma-norma, nilai-nilai, sikap dan kebiasaan
dapat menjadi media yang memadai bagi peningkatan kinerja guru. Hal tersebut dikarenakan
unsur-unsur yang terdapat dalam budaya sekolah seperti ketertiban, kedisiplinan, dan
kepatuhan terhadap norma, nilai-nilai, peraturan yang berlaku dan iklim sekolah, dapat
membentuk sikap dan perilaku warga sekolah termasuk di dalamnya dapat mendukung dan
memaksimalkan kinerja guru. Sebab budaya sekolah yang sebagai sistem akan saling terkait
dan saling mempengaruhi antarkomponen yang berada didalamnya.
Peningkatan kinerja guru ditampakkan melalui perilaku mereka sesuai dengan
peraturan yang berlaku seperti sikap mengajar yang tidak hanya memposisikan diri sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai, norma-norma,
mencontohkan budi pekerti luhur dan akhlak mulia dalam cara berkomunikasi yang
menggunakan pendekatan pribadi, serta dalam hal berpenampilan yang mencerminkan kualitas
pelayanan.
10
Hasil penelitian tentang nilai-nilai dominan yang ada di sekolah dengan indikator
nilai-nilai inti sekolah, menunjukkan bahwa nilai-nilai inti memiliki peran dalam peningkatan
kinerja guru. Nilai-nilai inti menjadi prinsip yang memandu seluruh tindakan dan perilaku
warga sekolah. Nilai-nilai inti memberi kontribusi yang penting bagi gerak langkah sekolah
khususnya dalam menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan kinerja para guru. Hal ini
didukung pula dengan kebijakan sekolah yang menganut nilai inti secara kuat, mengaturnya
dengan baik, memformulasikannya secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan
sekolah dan membuat pengaruhnya dirasakan secara meluas oleh masyarakat sekolah.
Peningkatan kinerja guru dapat dilihat dari adanya sikap kesediaan dalam mengembangkan
kompetensi diri lewat peta tanggungjawab, sikap loyal terhadap lembaga dan menjunjung
tinggi etos kerja.
Seperti yang dijelaskan oleh responden dalam penelitian ini, beberapa kegiatan yang
dilakukan guru dalam mengamalkan nilai-nilai etos kerja dan loyal terhadap lembaga yang
merupakan kegiatan yang harus dikerjakan yaitu a) Mengatur kehadiran peserta didik dengan
penuh tanggung jawab, b) Membaca, mengevaluasi, dan mengembalikan hasil kerja peserta
didik, c) Mengembangkan peraturan dan memantau prosedur kegiatan kelompok, termasuk
diskusi, d) Bekerja tepat waktu baik diawal maupun diakhir pembelajaran, e) Tetap memantau
dan memberi tugas kepada peserta didik meskipun guru tidak datang melalui guru pengganti, f)
Wali kelas mengadakan pertemuan dengan orang tua dan peserta didik terutama peserta didik
yang memiliki masalah di sekolah seperti masalah pembayaran SPP, keterlambatan,
pengumpulan tugas, kelengkapan atribut sekolah, dan sebagainya, g) memotivasi belajar
peserta didiknya , h) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran dan media pembelajaran, serta
i)Melaksanakan administrasi guru, serta j) Menasehati dan menanamkan norma-norma kepada
peserta didik.
Hasil penelitian tentang peraturan sekolah dengan indikator peraturan, reward dan
punishment/hukuman, menunjukkan bahwa peraturan sekolah berperan dalam peningkatan
kinerja guru.Peraturan sekolah efektif dalam upaya peningkatan kinerja guru. Hal tersebut
nampak dalam perilaku para guru di SMA Negeri 5 Medan yang menunjukkan ketertiban
dalam peraturan khususnya dalam disiplin kerja. Ini menunjukkan adanya budaya kerja yang
baik yang mendukung tanggungjawab dan kedisiplinan para guru dalam hal lainnya seperti
kedisiplinan pelaksanaan pembelajaran, dimana 15 menit sebelum pembelajaran dimulai bel
11
sekolah berbunyi menandakan kegiatan literasi maupun kegiatan kerohanian dimulai,
setelahnya guru dan siswa akan memulai pembelajaran. Contoh lainnya yaitu, pemberian
punishment semakin memperjelas dan menguatkan berlakunya peraturan-peraturan tersebut.
Dimana apabila peserta didik mengenakan atribut sekolah yang tidak sesuai peraturan seperti
sepatunya berwarna, tidak memakai bed nama, dan sebagainya, maka guru akan memberi
hukuman dengan menahan sepatu atau memulangkan siswa yang tidak lengkap simbol-simbol
seragamnya. Untuk hari berikutnya, siswa yang bermasalah itu tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama lagi.
Hasil penelitian tentang iklim sekolah dengan indikator lingkungan fisik dan
lingkungan sosial, menunjukkan bahwa iklim sekolah berperan dalam peningkatan kinerja
guru. Iklim sekolah memberi pengaruh, karakter, spirit, etos, dan suasana batin sehingga
memberi dampak terhadap perilaku warga sekolah. Lingkungan fisik SMA Negeri 5 Medan
yang bersih, rapi, tertata serta lingkungan sosial yang diwarnai semangat kekeluargaan,
mendukung adanya peningkatan kinerja guru. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti
dimana sekolah menggalakkan protokol kesehatan melalui peraturan 3 M, 5 M, dan
memfasilitasi setiap kelas dengan hand sanitizerpada masa pandemi covid-19 sehingga proses
pembelajaran yang berlangsung lancar dan bersih karena para guru menegaskan peraturan yang
sudah ditegaskan kembali melalui spanduk.
Gambar 1. Spanduk 3 M
12
Gambar 2. Spanduk 5 M
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Budaya sekolah yang dilihat melalui keteraturan perilaku di sekolah, norma-norma, nilai-
nilai, peraturan sekolah dan iklim yang diberlakukan sekolah, sangat berperan dalam
peningkatan kinerja guru. Peningkatan kinerja tersebut nampak dalam perilaku guru yang
menunjukkan sikap sebagai pengajar dimana para guru mengelola pembelajaran, menggunakan
sumber belajar secara maksimal, dan sebagai pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, norma,
dan budi pekerti luhur serta akhlak kepada siswa melalui keteladanan sikap, budaya kerja yang
baik yang ditunjukkan dengan sikap kedisiplinan kerja, pendekatan secara pribadi kepada
siswa, cara berkomunikasi yang membahasakan keramahan, penampilan yang mencerminkan
kualitas pelayanan, serta menjunjung tinggi etos kerja.
5.2 Saran
Seluruh masyarakat sekolah seharusnya semakin mengenal, memahami, dan
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya sekolah. Pemahaman yang
sama akan maksud dan tujuan pemberlakuan peraturan, nilai-nilai inti sekolah, dan iklim
sekolah akan memberi kontribusi dalam memudahkan tercapainya visi dan misi sekolah serta
bagi implementasi budaya sekolah serta menjadi pendorong dalampeningkatan kinerja guru.
14
DAFTAR PUSTAKA
15