Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET

ORGANISASI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

‘PERAN BUDAYA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU SMA


NEGERI 5 MEDAN ‘’

Disusun oleh:
Nama kelompok 1 : 1. NUR SAIDAH SIREGAR (3182131004)
2. RYAN PASBON PASARIBU (3183331026)
3. SARI SITUMEANG (3181131002)

Dosen pengampu : Eni Yuniastuti, S.Pd.,M.Sc.

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini mata kuliah Organisasi dan Kebijakan Pendidikan
kami mengucapkan berterima kasih kepada ibu Dosen Pengampu karena sudah memberikan
bimbingannya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, kamiminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Akhir kata kamiucapkan terima kasih, semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, November 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..................................................................................................................................................La
tar Belakang............................................................................................................................1
1.2..................................................................................................................................................Ru
musan Masalah........................................................................................................................2
1.3..................................................................................................................................................Tu
juan Penelitian.........................................................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI


2.1. Tinjauan Makna Budaya Sekolah..........................................................................................4
2.2. Peran budaya sekolah dalam Membangun Mutu Sekolah.....................................................4
2.3. Karakteristik Budaya Sekolah................................................................................................5
2.4. Budaya Positif dan Negatif....................................................................................................6
2.5. Kinerja Guru..........................................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................................................8
3.2. Populasi dan Sampel..............................................................................................................8
3.3. Teknik Pengambilan Data......................................................................................................8
3.4. Teknik Analisis Data..............................................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan............................................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................................................................14
5.2. Saran.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupan agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran guna dikenal dan diakui di masyarakat. Dengan demikian pendidikan
harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, sekolah memiliki peranan strategis
sebagai institusi penyelenggara kegiatan pendidikan. jalur penyelenggara pendidikan nasional
diatur melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah termasuk pendidikan keluarga. Para orang
tua berharap banyak terhadap peranan sekolah dalam mengembangkan potensi dan kemampuan
anak menjadi manusia berguna. Sekolah juga bermuara pada tujuan utama pendidikan nasional
yaitu (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (2) mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutukan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta
harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi
sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak meliputi struktur
organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, dan program.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam
pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monotoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses
belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses
lainnya.

1
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas jika prestasi sekolah
menunjukkan pencapaian yang tinggi.
Wahjosumidjo memaparkan budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil
pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dengan nilai-
nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada disekolah. Budaya sekolah atau
iklim sekolah yang kondusif akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses
belajar mengajar yang efektif. Moerdiyono mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan
dari nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga suatu
masyarakat.
Sebagai suatu organisasi, sekolah mempunyai budaya yang berbeda-beda sesuai dengan
sejarah pembentukan budayanya masing-masing. Budaya sekolah makin mendapat perhatian
dalam kajian organisasi serta manajemen pendidikan untuk menunjukkan keunikan sosial dari
suatu organisasi termasuk sekolah, dan setiap pendidik mengetahui bahwa setiap sekolah pada
dasarnya bersifat unik, dan berbeda satu dengan yang lainnya Pemahaman budaya dapat
memberi pemahaman akan realitas sehari-hari serta struktur dalam (tersembunyi) dari dinamika
yang terjadi pada suatu organisasi termasuk sekolah. Pemahaman tersebut akan mendapat
dorongan pada upaya perbaikan sekolah melalui keterkaitan yang bermakna antara reformasi
pendidikan dengan budaya sekolah yang ada, serta upaya mendorong budaya agar dapat
menerima perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi budaya sekolah di SMAN 5 Medan?
2. Bagaimana tingkat kecenderungan mutu sekolah di SMAN 5 Medan?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara budaya sekolah dengan mutu sekolah
di SMAN 5 Medan?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran budaya sekolah di SMAN 5 Medan
2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan mutu di sekolah SMAN 5 Medan
3. Untuk mengetahui hubungan antara budaya sekolah dengan peningkatan kinerja
guru di sekolah SMAN 5 Medan

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Makna Budaya Sekolah


Budaya sekolah adalah sistem nilai, kepercayaan, dan norma yang diterima bersama dan
dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dibentuk oleh lingkungan dengan
menciptakan pemahaman yang sama pada sekolah civitas sekolah (Ditjen PMPTK, 2007).
Budaya sekolah dapat diklasifikasi menjadi dua macam. Pertama, budaya sekolah yang
kondusif bagi pengembangan positif. Kedua, budaya sekolah yang menghambat karakter
positif. Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan budaya sekolah berarti upaya
membuat adat kebiasaan positif yang berlaku di sekolah agar mantap dan kondusif.
Budaya sekolah dapat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa. Hasil
penelitian Jareonsttasin (2000) membuktikan bahwa sekolah memang berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi siswa. Suasana sekolah adalah kualitas lingkungan sekolah yang tampak
pada lingkungan internal sekolah (Hakam, 2007). Lingkungan internal sekolah tersebut
meliputi lingkungan fisik, suasana psikologis, dan lingkungan sosio-budaya sekolah, baik yang
tampak pada lingkungan sekolah secara umum maupun lingkungan kelas.
Dalam pengembangan budaya sekolah di sekolah dasar, terdapat enam aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) budaya moral spiritual; (2) budaya bersih-rapi; (3) budaya cinta tanah
air; (4) budaya setia kawan; (5) budaya berlajar; dan (6) budaya mutu (Kemendikbud, 2011: 60).

2.2 Peran Budaya Sekolah dalam Membangun Mutu Sekolah


Sistem persekolahan pada intinya adalah membangun sekolah dengankekuatan utama
sekolah yang bersangkutan. Perbaikan mutu sekolah perlu memahami budaya sekolah sebagai
modal dasarnya. Melalui pemahaman budaya sekolah, berfungsinya sekolah dapat dipahami,
aneka permasalahan dapat diketahui, dan pengalaman-pengalaman dapat direfleksikan. Setiap
sekolah memiliki keunikan berdasarkan pola interaksi komponen sekolah secara internal dan
eksternal.
Budaya sekolah diharapkan dapat memperbaharui mutu sekolah, kinerja sekolah, serta
mutu kehidupan yang bercirikan sehat, dinamik, aktif, positif dan profesional. Budaya yang
kokoh dan kuat memberikan indikasi bahwa sekolah telah memasuki ketiga tingkatan

4
kehidupan,yaituterpendamdalam asumsi dasar, termuat dalam nilai dan keyakinan, dan
terpateri dalam tindakan tidak setengah-setengah, bekerja lebih efisien, energik, bersemangat,
dan terus berkembang. Oleh karena itu, budaya sekolah yang sehat harus terus-menerus
dikembangkan dan diwariskan dari siswa ke siswa berikutnya, dari kelompok satu ke kelompok
berikutnya. Budaya yang kokoh memiliki kekuatan untuk mengadakan suatu perubahan

3. Karakteristik Budaya Sekolah

Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu, kinerja sekolah, dan mutu kehidupan
yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamik/aktif, positif, dan profesional. Budaya sekolah
yang sehat memberikan peluang dan warga sekolah berfungsi secara optimal, bekerja secara
efisien, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang.
Lickona (1991:325) mengutarakan enam elemen budaya sekolah yang baik, seperti berikut.
a. Kepala sekolah memiliki kepemimpinan moral dan akademik
b. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara menyeluruh
c. Masyarakat sekolah memiliki rasa persaudaraan
d. Organisasi murid menerapkan kepemimpinan demokratis dan menumbuhkan rasa
tanggung jawab murid-murid untuk menjadikan sekolah mereka menjadi sekolah yang
terbaik
e. Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong
f. Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan waktu tertentu untuk
mengatasi masalah-masalah moral
Lapisan budaya sekolah yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
yang ada di sekolah. Hal ini menjadi ciri utama suatu sekolah. Sebagian berupa norma-norma
perilaku yang diinginkan sekolah, seperti ungkapan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak
dalam, dan berbagai penggambaran nilai dan keyakinan lainnya.

Lapisan budaya sekolah yang paling dalam adalah asumsi-asumsi, yatu simbol-simbol,
nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan yang tidak dapat dikenali, tetapi terus-menerus berdampak
terhadap perilaku warga sekolah.

Membangun budaya sekolah baru yang sesuai dengan perbaikan mutu diperlukan beberapa

5
syarat. Syarat-syarat tersebut harus diketahui oleh kepala sekolah, seperti berikut;

Pertama, mengetahui dan memahami secara realistik budaya yang ada yang mendukung
perbaikan mutu, ataukah menjadi racun perbaikan mutu. Kedua, membangun budaya baru
melalui:
1) Memotong nilai budaya lama lewat menghentikan praktek-prakteknya.
2) Memperkenalkan praktek baru dan mengkaitkannya dengan elemen budaya lama
yang masih relevan.
3) Memperkenalkan praktek baru dan landasan nilai-nilai yang akan dikembangkan.
4) Mengkaitkan praktek-praktek baru dengan hasil-hasil yang nyata, dan
5) Banyak membicarakan kaitan praktek baru dengan nilai-nilai yang diinginkan.
Kedua, pengembangan kerja tim dan kepemimpinan terhadap tim. Ketiga,
membiasakan kesederhanaan internal sekolah, jangan bermewah, gengsi, dan boros. Keempat,
kembangkan jenjang sependek mungkin. Ingat, birokrasi menghambat berkembangnya
kepempimpinan,beradaptasinya organisasi, dan perilaku menghadapi perubahan cepat.
Birokrasi menghambat keberdayaan dan kreativitas.

4. Budaya Positif dan Negatif

Segenap warga sekolah perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur budaya yang bersifat
positif, negatif, dan ada yang netral dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah. Contoh, bila
visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu, moral, dan multi-budaya, sekolah harus dapat
mengenali aspek-aspek budaya yang cocok dan menguntungkan. Selain itu, juga aspek- aspek
yang cenderung melemahkan dan merugikan, serta aspek-aspek lain yang cenderung netral, tidak
terkait dengan visi dan misi sekolah. Berikut beberapa contoh fenomena yang mudah dikenali
dan diyakini mencerminkan berbagai aspek budaya, yang masing-masing dalam kaitannya
dengan “kualitas, moralitas dan multi-budaya”.
*budaya positif

f. Ambisi untuk meraih prestasi, pemberian penghargaan pada yang berprestasi


g. Hidup semangat menegakkan sportifitas, jujur, mengakui keunggulan pihak
lain
h. Saling menghargai perbedaan

6
i. Trust (saling percaya)

*budaya negatif

a. Banyak jam kosong dan absen dari tugas


b. Terlalu permisif terhadap pelanggaran nilai-nilai moral

c. Adanya friksi atau mengarah pada perpecahan, terbentuknya kelompok yang saling
menjatuhkan.

5. Kinerja Guru
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan
terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan jabatannya. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama yaitu
mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya, seperti yang diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, khususnya pada penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional. 

       Penguasaan dan penerapan kompetensi tersebut sangat menentukan tercapainya kualitas


proses pembelajaran, pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang
relevan yang sesuai dengan fungsi sekolah/madrasah. Untuk itu memastikan apakah guru
melaksanakan tugasnya secara profesional maka perlu dikembangkan sistem penilaian kinerja
guru. 

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah SMA NEGERI 5 Medan Jl. Pelajar No.17, Teladan Tim.,
Kec. Medan Kota, Kota Medan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian diadakan pada hari Senin, 15 November 2021

3.2 Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi penelitian ialah seluruh subjek penelitian yang didalam sekolah dan Guru yang
nantinya dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian Adapun yang menjadi
populasi dari peneilitian ini adalah seluruh aspek yang berada di sekolah SMA N 5 Medan,
Jl. Pelajar No.17, Teladan Tim., Kec. Medan Kota, Kota Medan
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi yang dapat dijadikan
sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian. Jumlah sampel yang diambil kelompok
peneiliti dalam penelitian ini adalah 1 Orang yaitu Guru Geografi SMA N 5 Medan, Ibu Juni
Siska Pitta Kurnia, S.Pd.

3.3 Teknik Pengambilan Data


Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan
data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang melibatkan semua indera (penglihatan,
pendengaran,penciuman, pembau, dan peras). Observasi dilakukan secara langsung dengan
melihat kondisi budaya sekolah serta kinerja Guru di Sekolah SMA N 5 Medan, Jl. Pelajar
No.17, Teladan Tim., Kec. Medan Kota, Kota Medan

8
b. Wawancara
Pengambilan data melalui lisan dengan sumber data yang dilakukan dengan tatap
muka.Wawancara dilakukan dengan Guru Geografi di Sekolah SMA N 5 Medan.
c. Dokumentasi
Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang berkaitan dengan tugas
penelitian khususnya aktivitas penduduk. Dan segala macam kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini seluruhnya ditampilkan dalam dokumentasi berupa foto yang dapat
memberikan data dan informasi yang konkret di lapangan.

3.4 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Data kualitatif
dianalisis dengan cara menyimpulkan semua catatan dari hasil observasi atau melakukan
penyederhanaan hasil pengamatan .

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan masyarakat sekolah dengan indikator


budaya di SMA Negeri 5 Medan berperan dalam peningkatan kinerja guru. Kebiasaan sekolah
yang dibentuk melalui program sekolah baik yang bersifat rutin atau keseharian, terprogram
atau terencana, maupun dalam bentuk ketertiban, berupa kegiatan, religius, dan tradisi dikelola
secara maksimal untuk mendukung terlaksananya keteraturan perilaku warga sekolah.
Keteraturan perilaku dapat diamati melalui budaya bersih, budaya sehat, budaya religius, dan
budaya disiplin yang menjadi perilaku khas guru di SMA Negeri 5 Medan. Hal itu terlihat
dengan adanya perilaku guru yang menunjukkan sikap rapi, bersih, teratur, disiplin,
tanggungjawab dan religius.
4.2 Pembahasan

Budaya sekolah yang merupakan ciri, karakter, dan identitas khas sekolah dan suatu
sistem nilai sekolah yang terdiri dari sejumlah norma-norma, nilai-nilai, sikap dan kebiasaan
dapat menjadi media yang memadai bagi peningkatan kinerja guru. Hal tersebut dikarenakan
unsur-unsur yang terdapat dalam budaya sekolah seperti ketertiban, kedisiplinan, dan
kepatuhan terhadap norma, nilai-nilai, peraturan yang berlaku dan iklim sekolah, dapat
membentuk sikap dan perilaku warga sekolah termasuk di dalamnya dapat mendukung dan
memaksimalkan kinerja guru. Sebab budaya sekolah yang sebagai sistem akan saling terkait
dan saling mempengaruhi antarkomponen yang berada didalamnya.
Peningkatan kinerja guru ditampakkan melalui perilaku mereka sesuai dengan
peraturan yang berlaku seperti sikap mengajar yang tidak hanya memposisikan diri sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai, norma-norma,
mencontohkan budi pekerti luhur dan akhlak mulia dalam cara berkomunikasi yang
menggunakan pendekatan pribadi, serta dalam hal berpenampilan yang mencerminkan kualitas
pelayanan.

10
Hasil penelitian tentang nilai-nilai dominan yang ada di sekolah dengan indikator
nilai-nilai inti sekolah, menunjukkan bahwa nilai-nilai inti memiliki peran dalam peningkatan
kinerja guru. Nilai-nilai inti menjadi prinsip yang memandu seluruh tindakan dan perilaku
warga sekolah. Nilai-nilai inti memberi kontribusi yang penting bagi gerak langkah sekolah
khususnya dalam menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan kinerja para guru. Hal ini
didukung pula dengan kebijakan sekolah yang menganut nilai inti secara kuat, mengaturnya
dengan baik, memformulasikannya secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan
sekolah dan membuat pengaruhnya dirasakan secara meluas oleh masyarakat sekolah.
Peningkatan kinerja guru dapat dilihat dari adanya sikap kesediaan dalam mengembangkan
kompetensi diri lewat peta tanggungjawab, sikap loyal terhadap lembaga dan menjunjung
tinggi etos kerja.
Seperti yang dijelaskan oleh responden dalam penelitian ini, beberapa kegiatan yang
dilakukan guru dalam mengamalkan nilai-nilai etos kerja dan loyal terhadap lembaga yang
merupakan kegiatan yang harus dikerjakan yaitu a) Mengatur kehadiran peserta didik dengan
penuh tanggung jawab, b) Membaca, mengevaluasi, dan mengembalikan hasil kerja peserta
didik, c) Mengembangkan peraturan dan memantau prosedur kegiatan kelompok, termasuk
diskusi, d) Bekerja tepat waktu baik diawal maupun diakhir pembelajaran, e) Tetap memantau
dan memberi tugas kepada peserta didik meskipun guru tidak datang melalui guru pengganti, f)
Wali kelas mengadakan pertemuan dengan orang tua dan peserta didik terutama peserta didik
yang memiliki masalah di sekolah seperti masalah pembayaran SPP, keterlambatan,
pengumpulan tugas, kelengkapan atribut sekolah, dan sebagainya, g) memotivasi belajar
peserta didiknya , h) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran dan media pembelajaran, serta
i)Melaksanakan administrasi guru, serta j) Menasehati dan menanamkan norma-norma kepada
peserta didik.
Hasil penelitian tentang peraturan sekolah dengan indikator peraturan, reward dan
punishment/hukuman, menunjukkan bahwa peraturan sekolah berperan dalam peningkatan
kinerja guru.Peraturan sekolah efektif dalam upaya peningkatan kinerja guru. Hal tersebut
nampak dalam perilaku para guru di SMA Negeri 5 Medan yang menunjukkan ketertiban
dalam peraturan khususnya dalam disiplin kerja. Ini menunjukkan adanya budaya kerja yang
baik yang mendukung tanggungjawab dan kedisiplinan para guru dalam hal lainnya seperti
kedisiplinan pelaksanaan pembelajaran, dimana 15 menit sebelum pembelajaran dimulai bel

11
sekolah berbunyi menandakan kegiatan literasi maupun kegiatan kerohanian dimulai,
setelahnya guru dan siswa akan memulai pembelajaran. Contoh lainnya yaitu, pemberian
punishment semakin memperjelas dan menguatkan berlakunya peraturan-peraturan tersebut.
Dimana apabila peserta didik mengenakan atribut sekolah yang tidak sesuai peraturan seperti
sepatunya berwarna, tidak memakai bed nama, dan sebagainya, maka guru akan memberi
hukuman dengan menahan sepatu atau memulangkan siswa yang tidak lengkap simbol-simbol
seragamnya. Untuk hari berikutnya, siswa yang bermasalah itu tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama lagi.
Hasil penelitian tentang iklim sekolah dengan indikator lingkungan fisik dan
lingkungan sosial, menunjukkan bahwa iklim sekolah berperan dalam peningkatan kinerja
guru. Iklim sekolah memberi pengaruh, karakter, spirit, etos, dan suasana batin sehingga
memberi dampak terhadap perilaku warga sekolah. Lingkungan fisik SMA Negeri 5 Medan
yang bersih, rapi, tertata serta lingkungan sosial yang diwarnai semangat kekeluargaan,
mendukung adanya peningkatan kinerja guru. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti
dimana sekolah menggalakkan protokol kesehatan melalui peraturan 3 M, 5 M, dan
memfasilitasi setiap kelas dengan hand sanitizerpada masa pandemi covid-19 sehingga proses
pembelajaran yang berlangsung lancar dan bersih karena para guru menegaskan peraturan yang
sudah ditegaskan kembali melalui spanduk.

Gambar 1. Spanduk 3 M

12
Gambar 2. Spanduk 5 M

Gambar 3. Iklim sekolah mematuhi protokol kesehatan


Relasi yang terbangun baik antarguru, hal ini terlihat saat jam istirahat para guru saling
berinteraksi di kantor, menjadi motivasi kerja yang mendukung dalam peningkatan kinerja.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Budaya sekolah yang dilihat melalui keteraturan perilaku di sekolah, norma-norma, nilai-
nilai, peraturan sekolah dan iklim yang diberlakukan sekolah, sangat berperan dalam
peningkatan kinerja guru. Peningkatan kinerja tersebut nampak dalam perilaku guru yang
menunjukkan sikap sebagai pengajar dimana para guru mengelola pembelajaran, menggunakan
sumber belajar secara maksimal, dan sebagai pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, norma,
dan budi pekerti luhur serta akhlak kepada siswa melalui keteladanan sikap, budaya kerja yang
baik yang ditunjukkan dengan sikap kedisiplinan kerja, pendekatan secara pribadi kepada
siswa, cara berkomunikasi yang membahasakan keramahan, penampilan yang mencerminkan
kualitas pelayanan, serta menjunjung tinggi etos kerja.

5.2 Saran
Seluruh masyarakat sekolah seharusnya semakin mengenal, memahami, dan
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya sekolah. Pemahaman yang
sama akan maksud dan tujuan pemberlakuan peraturan, nilai-nilai inti sekolah, dan iklim
sekolah akan memberi kontribusi dalam memudahkan tercapainya visi dan misi sekolah serta
bagi implementasi budaya sekolah serta menjadi pendorong dalampeningkatan kinerja guru.

14
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviani, C. (2015). Peran budaya sekolah dalam peningkatan kinerja guru. Manajer


Pendidikan, 9(4).

15

Anda mungkin juga menyukai