1. RIDHOLINA ( 20510042)
2. ANNA SRI WARDHANI (20510069)
3. RINI SETYANINGSIH (20510071)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya Organisasi Di
Sekolah ”, makalah ini kami buat untuk memenihi tugas kelompok mata kuliah
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Pendidikan. Selain itu penulis juga
berharap makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Pendekatan Perilaku Individu dalam Organisasi”
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
sehingga berharap dukungan dari para pembaca dengan memberi kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sesuai dengan harapan anda.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 5
A. Kajian Teori........................................................................................ 5
B. Pembahasan ...................................................................................... 25
C. Kajian Kritis ..................................................................................... 45
BAB III PENUTUP...................................................................................... 49
A. Simpulan........................................................................................... 49
B. Rekomendasi .................................................................................... 50
Daftar Pustaka .............................................................................................. 51
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan manusia tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi.
Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukan bahwa dimana pun
dan kapanpun manusia berada, muncul organisasi.
Kerja sama didalam kelompok yang terikat secara formal disebut
organisasi sedangkan seluruh proses kerja sama disebut administrasi. Lebih jelas
lagi administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antar manusia dengan
didasari pertimbangan rasional dan moral, untuk mencapai tuijuan
bersama.Karena itu kegiatan administrasi terjadi didalam organisasi.
Didalam Organisasi Pendidikan, komponen sekolah bekerja sama untuk
mewujudkan kepentingan pendidikan . Kepentingan pendidikan yang ada
merupakan sesuatu yang ingin di wujudkan. Karena itu kepentingan pendidikan
yang ada kemudian melahirkan tujuan yang akan di capai yaitu keberhasilan
melahirkan anak didik yang berprestasi.
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk tercapainya tujuan
sekolah yang diminati masyarakat adalah memiliki budaya organisasi yang kuat.
Budaya organisasi yang kuat mampu menyelaraskan elemen yang berkaitan
terhadap keberlangsungan sekolah. Hal ini dimulai dari kepala sekolah, guru,
siswa dan orang tua siswa. Semua komponen harus mampu menjalin komunikasi
dengan baik.
Menurut Schweden yang dikutip oleh Djatmiko, budaya sebagai gagasan-
gagasan yang bersifat khusus dari suatu masyarakat berkenaan dengan hal-hal
yang dianggap benar, baik, indah dan efisien yang harus disosialisasikan dan
dibiasakan secara turun temurun. Budaya menurut Schein yang dikutip oleh
Wibowo (2010:15), budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan
cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada
1
2
anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan
benar dalam hubungan dengan masalah tersebut.
Setiap organisasi mempunyai kepribadian sendiri yang membedakannya
dari organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta
merta terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai
proses organisasi itu bertumbuh, berkembang, dan mapan. Pada setiap
perkembangan itu dapat dikatakan, bahwa organisasi akan menemukan jati
dirinya yang khas; dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang
lainnya adalah budayanya. Hal tersebut penting untuk dipahami serta dikenali.
Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen
dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi,
kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata lain, diterapkan sesuai dengan budaya
yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang bersangkutan. Setiap orang yang
pada mulanya datang ke suatu organisasi atau perusahaan dengan budaya
pribadi, harus dengan segera mempelajari budaya organisasi bersangkutan untuk
melihat penyesuaian penyesuaian apa yang perlu dan harus dilakukannya. Oleh
sebab itu, pengembangan budaya organisasi di sekolah sangat dibutuhkan.
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu
pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang
berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat
serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan
kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Zamroni
(2003:149) mengatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah.
Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi,
dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam
transmisi kultural antar generasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Budaya Sekolah
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yakni buddhaya sebagai
bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal (2011:11). Menurut Kilmann et al
yang dikutip oleh Sutrisno (2010:2), budaya organisasi dapat didefinisika:
Perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-
asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati
dan diikuti oleh para anggota suatu orgnisasi sebagai pedoman perilaku dan
pemecahan masalah-masalah organisasinya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya
dipelajari( Wikipedia)
Para ahli pendidikan sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya
kepribadian manusia, dari budaya dapat terbentuk identitas seseorang,
identitas masyarakat bahkan identitas lembaga pendidikan. Di lembaga
pendidikan secara umum terlihat adanya budaya yang sangat melekat dalam
tatanan pelaksanaannya, serta memberikan inovasi pendidikan yang sangat
cepat, budaya tersebut berupa nilai-nilai religius, filsafat, etika dan estetika
yang terus dilakukan.
2
6
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan
berperilaku”.
Luthans (2003, hlm.15) menyatakan bahwa ; “budaya organisasi
merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku
organisasi”. Agar dapat diterima oleh lingkungannya, maka setiap anggota
organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku pada
organisasi tersebut. Jadi budaya organisasi berhubungan dengan lingkungan
yang merupakan gabungan dari asumsi, perilaku, cerita, ide dan pemahaman
penting untuk menentukan bagaimana seharusnya bekerja dalam suatu
organisasi.
Dengan memahami konsep tentang budaya organisasi sebagaimana
telah diutarakan di atas, selanjutnya di bawah ini akan diuraikan tentang
budaya dalam konteks persekolahan. Program aksi untuk peningkatan kualitas
sekolah secara konvensional senantiasa bertumpu pada peningkatan kualitas
proses belajar mengajar (PBM), sedikit menyentuh aspek-aspek budaya
sekolah. Pilihan tentu tidak salah, karena aspek itulah yang berkait dengan
prestasi siswa. Namun bukti menunjukkan yang dikemukakan Hanushek,
sasaran peningkatan kualitas pada aspek PBM saja tidak cukup. Upaya
peningkatan kualitas sekolah harus dimulai dari dari internal sekolah itu
sendiri yaitu harus memperhatikan nilai nilai yang hidup sebagai budaya
sekolah (Hanushek, 2000:120)
Orientasi studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat sesuatu
yang tampak di mata (tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak
kelihatan (intangible) seperti nilai, tradisi dan norma yang menjadi budaya
organisasi, dan ada di dalam sebuah organisasi. Beberapa tahun terakhir
orang banyak beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adalah fokus
dan faktor yang menjadi pendorong kusuksesan organisasi. Namun menurut
Ouchi (1983) dan Key (1999) menyatakan bahwa kesuksesan organisasi
justru terletak pada budaya organisasi yang meliputi nilai, tradisi, norma,
yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan tanggung jawab yang
menentukan kesuksesan organisasi.Sedangkan menurut Basri (2004)
8
seperti ini. Sama dengan pada model budaya sekolah yang birokratis,
budaya sekolah racun ini juga malah jarang memberikan kesempatan kepada
pendidik untuk memberikan masukan terhadap upaya pemecahan masalah
yang terjadi di sekolah. Ketiga, budaya sekolah kolegial (collegial school
culture). Berbeda dengan kedua budaya sekolah sebelumnya, sekolah sangat
memberikan apresiasi dan rekognisi terhadap peran dan dukungan dari
semua pihak. Kejujuran dan komunikasi antarwarga sekolah dapat
berlangsung secara efektif. Itulah sebabnya keterlibatan semua warga
sekolah sangat dihargai dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan
sekolah. Pendek kata, semua penyelenggaraan sekolah direncanakan,
dilaksanakan secara demokratis, dalam suasana penuh kolegial.
Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di sekolah
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi
lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan hanya terletak pada jenis nilai dominan
yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya.
Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di sekolah Paul E. Heckman
sebagaimana dikutip oleh Stolp (2000:28) mengemukakan bahwa: “...the
commonly held beliefs of teachers, students, and principals.”
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki
budaya sekolah (school culture) yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah sekolah
harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan
menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian
visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan
intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi
teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab
tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat
berperan dalam perkembangan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci (key word) yang
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola
pendidikan.Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan
karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu berada. Budaya
sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus
12
dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas
sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur sekolah ) sangat
mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik dari sekolah tersebut.
Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan
sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai
lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan
bahwa untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-
aktif perlu ada rekayasa social. Dalam mengembangkan budaya baru sekolah
perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan level
organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku siswa
selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada. Perubahan
budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Perilaku individu
siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah.
Diantara komponen yang dimaksud adalah pelaksanaan pekerjaan serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah. Budaya
sekolah berkembang merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh
kesadaran sebagai perilaku alami.
Sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kehidupan
manusia dengan tidak adanya sekolah, maka kualitas pendidikan masyarakat
yang ada di Indonesia jadi terganggu. Kehidupan yang dijalaninya pun juga
tidak akan terjamin, banyak terjadinya pengangguran dimana-mana sebab
ilmu yang dimiliki tidak mampu untuk memenuhi standar yang diinginkan.
Untuk itu, pendidikan itu sangat penting bagi kita sebagai generasi penerus
bangsa. Peran orang tua sangat penting sebagai dorongan bagi anak-anaknya
untuk tetap terus semangat dalam menempuh pendidikan sekolah. Peran
orang tua sebagai pendidik sejati sementara digantikan dan diserahkan
sepenuhnya kepada tenaga pendidik yang lebih profesional dalam hal
bidangnya. Secara umum sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan
13
yang bersifat formal, non formal maupun informal yang didirikan oleh negara
ataupun swasta yang dirancang mengajari, mendidik melalui didikan yang
telah diberikan oleh tenaga pendidik. Untuk membuat sebuah sekolah harus
memiliki sarana dan prasarana yang memadai, seperti ruang belajar,
perpustakaan, ruang kantor, masjid, ruang komputer ataupun yang lainnya.
Pengertian Sekolah adalah suatu lembaga yang digunakan untuk
kegiatan belajar bagi para pendidik serta menjadi tempat memberi dan juga
menerima pelajaran yang sesuai dengan bidangnya. Sekolah menjadi salah
satu tempat untuk mendidik anak-anak dengan maksud untuk memberikan
ilmu yang diberikan supaya mereka mampu menjadi manusia yang berguna
bagi bangsa dan juga negara. Sekolah memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan bangsa. Yaitu (1) Menyediakan Sumber Daya Manusia, (2)
emberikan Keterampilan Dasar (3) Memberikan Pengetahuan Umum (4)
Membentuk Pribadi Sosial.
Budaya sekolah dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan
pemahaman yang sama pada seluruh unsur dan stakeholders sekolah. Kepala
sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,peserta didik, bahkan masyarakat
dapat memberntuk opini yang sama terhadap sekolah.
3. Karakteristik Budaya Sekolah
Pendapat mengenai karakteristik budaya organisasi dikemukakan oleh
Luthan (2005:102) yang menjelaskan 6 karakteristik penting dari budaya
organisasi, yaitu: (1) Observed Behavioral Regularities; (2) Norms; (3)
Dominant Values (4) Philosophy; (5) Rules; (6) Organization climate.
Djatmiko (2005: 73) menjelaskan pendapat Robbins, budaya organisasi
tampil dalam 10 karakteristik sebagai berikut : a) Inisiatif perseorangan
(individual initiative), b) Toleransi atas resiko (risk tolerance), c) Pengarahan
(direction), d) Integrasi (integration), e) Dukungan manajemen (management
support), f) Pengendalian (control), g) Bukti diri (identity), h) Sistem imbalan
(reward system), i) Toleransi konflik (conflict tolerance), j) Pola komunikasi
(communication patterns).
14
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional
dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya
nasional.
3) Dominant values; jika dihubungkan dengan tantangan pendidikan
Indonesia dewasa ini yaitu tentang pencapaian mutu pendidikan, maka
budaya organisasi di sekolah seyogyanya diletakkan dalam kerangka
pencapaian mutu pendidikan di sekolah. Nilai dan keyakinan akan
pencapaian mutu pendidikan di sekolah hendaknya menjadi hal yang
utama bagi seluruh warga sekolah. Adapun tentang makna dari mutu
pendidikan itu sendiri, Jiyono sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan
Danim (2002) mengartikannya sebagai gambaran keberhasilan
pendidikan dalam mengubah tingkah laku anak didik yang dikaitkan
dengan tujuan pendidikan. Sementara itu, dalam konteks Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Depdiknas, 2001), mutu
pendidikan meliputi aspek input, proses dan output pendidikan. Pada
aspek input, mutu pendidikan ditunjukkan melalui tingkat kesiapan dan
ketersediaan sumber daya, perangkat lunak, dan harapan-harapan.
Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input
tersebut. Sedangkan pada aspek proses, mutu pendidikan ditunjukkan
melalui pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input
sekolah dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Sementara, dari aspek out put, mutu
pendidikan dapat dilihat dari prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa,
baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Berbicara tentang
upaya menumbuh-kembangkan budaya mutu di sekolah akan
mengingatkan kita kepada suatu konsep manajemen dengan apa yang
dikenal dengan istilah Total Quality Management (TQM), yang
19
dan staf sekolah dan utamanya siswa itu sendiri dapat dijadikan dasar dalam
upaya memperbaiki iklim sekolah. Model tersebut merupakan integrasi
komponen-komponen seperti budaya sekolah, iklim organisasi, dan pranata
sistem sekolah.
Komponen pengembangan budaya dan iklim sekolah secara umum
dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori dengan beberapa aspek sebagai
berikut:
1) Budaya sekolah meliputi aspek-aspek:
a) Nilai
b) Norma
c) Perilaku
2) Lingkungan fisik sekolah meliputi:
a) Keindahan
b) Keamanan
c) Kenyamanan
d) Ketentraman
e) Kebersihan
3) Lingkungan sistem sekolah meliputi:
a) Berbasis mutu
b) Kepemimpinan kepala sekolah
c) Disiplin dan tata tertib
d) Penghargaan dan insentif
e) Harapan untuk berprestasi
f) Akses informasi
g) Evaluasi
h) Komunikasi yang intensif dan terbuka
B. PEMBAHASAN
1. Pengembangan Budaya Organisasi Di SD Negeri Rogomulya 02
Di sekolah terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara individu
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini
25
dhuha dan dzhur berjama’ah hingga pembiasaan budaya disiplin dan bersih di
sekolah.
Dalam penelitian ini model budaya sekolah yang digunakan SD Negeri
Rogomulya 02 adalah dengan memaksimalkan 3 aspek yang digunakan dalam
penerapan kehidupan sehari – hari di sekolah, yaitu :
1) Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas
Kegiatan belajar mengajar yang dimaksud disini adalah Pengembangan
nilai – nilai yang sudah dirumuskan sekolah diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran. Menurut Kepala Sekolah sebagai manajer mengatakan
bahwa nilai - nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP dan
selanjutnya akan dikembangkan. Pengembangan nilai - nilai dalam
silabus ditempuh dengan cara : a). Memperlihatkan keterkaitan antara
SKKD dengan nilai yang sudah dirumuskan sekolah dan indikator untuk
menentukan nilai yang akan dikembangkan. b). Mencantumkan nilai –
nilai yang sudah dirumuskan sekolah ke dalam silabus (terlampir). c).
Mencantumkan nilai – nilai yang tertera dalam silabus ke dalam RPP . d).
Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan internalisasi nilai dan
menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. e). Guru memberikan
bantuan kepada peserta didik baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai ataupun memberikan contoh secara langsung
melalui perilaku / perbuatan. f). Mengukur hasil perkembangan nilai
yang sudah diterapkan ke dalam setiap mata pelajaran dengan raport nilai
akhlaq mulia .
Penjelasan diatas sesuai dengan yang terdapat dalam Pedoman Sekolah
tentang Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bahwa nilai – nilai
diintegrasikan ke semua mata pelajaran melalui kegiatan belajar
mengajar di kelas secara aktif, tidak hanya peserta didik yang aktif, tetapi
guru juga harus bisa merencanakan kegiatan belajar yang menyenangkan
dan mampu membuat siswa aktif dalam belajar.
2) Pembiasaan Nilai Positif Dalam Kehidupan Sehari – hari di Sekolah
28
budaya dan karakter bangsa dan aspek yang sudah ada di SD Negeri Sruwen
02. Ketiga aspek tersebut digunakan agar semua warga sekolah mengenal,
menerima dan melestarikan nilai – nilai yang sudah ada disekolah, melalui
proses berpikir, bersikap dan berbuat sehingga sekolah mempunyai jati atau
karakter (budaya sekolah) yang menjadi ciri khas untuk dikenal masyarakat.
Berdasarkan pembahasan di atas maka model pengembangan budaya sekolah
yang ada di SD Negeri Rogomulya 02. termasuk model budaya sekolah
kolegial (Collegial School Culture), Menurut bahasa Kolegial berasal dari
kata collective yang berarti bersama-sama. Sedangkan menurut istilah,
Kolegial berarti akrab, jadi yang dimaksud kolegial adalah sikap dan
semangat kerja sama, kekeluargaan, kejujuran, saling menghargai, membantu,
menghormati, tolong-menolong, yang dilakukan secara bersama untuk
mencapai satu tujuan. Dalam hal ini yaitu terciptanya budaya sekolah.
Sekolah sangat mengapresiasi dan menghargai peran dari semua pihak,
Pemberian apresiasi tidak selalu dalam bentuk uang, bentuk lainnya adalah
penghargaan kredit poin bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang
sejalan dengan pengembangan budaya sekolah. Tidak hanya siswa
penghargaan pun diberikan kepada guru dan karyawan yang mampu
menunjukkan etos kerja yang baik dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Penerapan Budaya Organisasi Sekolah di SMPN 6 Ambarawa
Nilai-nilai yang karakter dikembangkan melalui budaya sekolah di SMP 6
Ambarawa Satu Atap adalah
1) Religius
Religius dideskripsikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam
beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya, toleran kepada penganut
agama lainnya dan mampu hidup dengan rukun. Karakter religius sangat
penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi sikap hidup yang
mengacu pada tatanan dan larangan sikap yang telah diatur dalam aturan
agamanya
Salah satu strategi atau metode yang dipergunakan dalam pendidikan
untuk membentuk karakter religius adalah dengan pembentukan
31
2) Wali Murid
a) Orangtua/wali siswa sering tidak menghadiri sosialisasi dengan
alas an sibuk bekerja
b) Orangtua/wali terlalu mempercayakan kepada piha sekolah
sehingga kurang dalam pemantauan kebiasaan siswa di rumah
c) Latar belakang keluarga yang berbeda
3) Guru dan Sekolah
a) Waktu yang terbatas dalam mengawasi siswa-siswi satu persatu.
b) Sarana Prasarana sekolah yang belum lengkap dan maksimal
4) Tantangan dari luar
a) Pesatnya perkembangan tehnologi di bidang informasi, baik
melalui media cetak, televise, komunikasi, dapat membawa
dampak negative terhadap perilaku peserta didik.
b) Pengaruh globalisasi dapat berakibat semakin leluasa masuknya
budaya asing dan semakin mengesampingkan budaya local.
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
1) Pihak sekolah saling berkoordinasi, musyawah, sosialaisasi dan
mengingatkan apabila ada hambatan dalam pelaksanaan pendidikan
karakter. Tentunya dengan upaya saling kerjasama dan menyamakan
persepsi warga sekolah agar pelaksanaan pendidikan karakter sesuai
dengan yang diharapkan.
2) Menjalin komunikasi dengan orang tua/wali murid tentang
perkembangan peserta didik. Sejauh mana sikap dan perilaku peserta
didik ketika berada di rumah.
3) Perlunya dukungan, perhatian, dan pengawasan dari orang tua dalam
pembentukan karakter peserta didik. Karena pendidikan karakter bukan
hanya tanggung jawab guru semata, melainkan tanggung jawab
bersama agar apa yang di terapkan disekolah bisa sejalan dengan
lingkungan tempat tinggal.
4) Memberikan nasehat terhadap peserta didik tentang pentingnya
pendidikan karakter dan dibutuhkan kesabaran serta kerja keras dari
45
C. KAJIAN KRITIS
1. Menurut Chusnul Chotimah dalam jurnal penelitiannya berjudul
“Membangun Budaya Organisasi Lembaga Pendidikan : Proses
Membangun Nilai Dalam Budaya Organisasi Untuk Pengembangan
Lembaga Pendidikan”. Menyatakan bahwa tercapainya tujuan organisasi
tergantung pada adanya kesesuaian antara individu sebagai anggota
organisasi dengan budaya organisasinya. Sosialisasi merupakan salah satu
strategi yang dapat dilaksanakan untuk memberikan pemahaman nilai-nilai
budaya organisasi kepada anggota yang dapat mendukung tercapainya
tujuan individu dan tujuan organisasi, termasuk organisasi lembaga
pendidikan ataupun sebuah institusi.
Proses sosialisasi bisa dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu: (1) Seleksi
calon karyawan perusahaan, dalam hal ini calon peserta didik, tenaga
pendidik maupun kependidikan; (2) Penempatan peserta didik, tenaga
pendidik dan kependidikan sesuai dengan tupoksi masingmasing; (3)
Pendalaman bidang aktiftas dan kreatiftas; (4) Penilaian kinerja, prestasi
dan pemberian penghargaan; (5) Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai
luhur yang dimiliki organisasi; (6) Memperluas cerita dan berita mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan budaya organisasi; dan (7)
Pengakuan atas kinerja dan memberikan promosi.
Proses sosialisasi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan kinerja serta meningkatkan komitmen anggota. Ketika
tingkat anggota tinggi secara otomatis tingkat turnover anggota rendah.
Namun hal yang tidak boleh dilupakan adalah keberhasilan proses
sosialisasi budaya sangat bergantung pada derajat keberhasilan dalam
mencapai kesesuaian dengan budaya organisasi, ketepatan metode
sosialisasi yang dipilih dan dipakai, serta peran pemimpin dalam
46
terus, serta (7) Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah,
keluarga, orang lain dan diri sendiri. Budaya sekolah perlu terus
dikembangkan kearah yang lebih baik menuju kesempurnaan. Budaya
sekolah yang baik membawa manfaat kepada individu dan kelompok yang
ada di sekolah dan seluruh stakeholder pendidikan.
49
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Budaya sekolah merupakan interaksi internal yang terikat dalam suatu
aturan , norma, moral serta etika, bersama dalam suatu sekolah. Keterlibatan
orangtua, guru dan masyarakat sangat berperan penting pada terciptanya
budaya sekolah dan menunjang kegiatan-kegiatan yang dikembangkan
sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dan keteladanan guru, dan
kerjasama dengan orangtua saat mendidik di lingkungan keluarga menjadi
aspek penting untuk mengembangkan budaya melalui pembiasaan. Jika
siswa berkarakter baik maka akan berpengaruh pada prestasi siswa dan
sekolah. Langkah awal dalam mengalikasikan budaya sekolah adalah
dengan menciptakan suasana dan iklim sekolah yang memberikan ruang
agar yang terlibat di dalam sekolah memiliki kebiasaan dan pembiasaan
menuju penerapan nilai-nilai dalam budaya sekolah
2. Model pengembangan budaya sekolah kolegial (Collegial School Culture)
dengan memaksimalkan 3 aspek yaitu:
a. Memaksimalkan kegiatan belajar mengajar dikelas dalam
mengintegrasikan nilai – nilai positif,
b. Pembiasaan nilai positif dalam kehidupan sehari – hari disekolah,
kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler),
c. Memantau perilaku keseharian peserta didik dirumah dengan melihat
perilaku disekolah dan mengajak peserta didik berkomunikasi aktif.
3. Nilai yang dihasilkan dari pengembangan budaya sekolah dibedakan
menjadi 2 yaitu personal dan sosial, dalam hal ini yang dimaksud nilai
personal adalah jujur, disiplin, kreatif, gemar membaca, dan berani.
Sedangkan untuk nilai sosial adalah toleransi, demokrasi, cinta bangsa dan
tanah air, kerja sama, dan sopan.
4. Untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif
perlu ada rekayasa sosial. Dalam mengembangkan budaya baru sekolah
50
perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan
level organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku
siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada.
Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu.
Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah.
Dalam hal ini bisa perilaku kepala sekolah dan terutama guru, bagaimana
mereka memperlakukan para siswa.
5. Dalam kaitan pengembangan budaya sekolah yang dilaksanakan dalam
kaitan pengembangan diri dan pendidikan karakter, Kemendiknas
menyarankan melalui empat hal, yang meliputi : 1) Kegiatan rutin, 2)
Kegiatan spontan, 3) Keteladanan, dan 4) Melalui pengondisian
B. REKOMENDASI
1. Budaya sekolah perlu terus dikembangkan kearah yang lebih baik menuju
kesempurnaan. Budaya sekolah yang baik membawa manfaat kepada
individu dan kelompok yang ada di sekolah dan seluruh stakeholder
pendidikan.
2. Kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan program pembiasaan
di sekolah agar dapat memberikan dukungan dan kerja sama;
3. Diharapkan kepada sekolah untuk terus melaksanakan program pembiasaan
di sekolah , dan menjadi salah satu rekomendasi program pengembangan
budaya sekolah lain.
50
51
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnalimprovement.wordpress.com/2016/07/19/budaya-organisasi-di-
sekolah/ diakses tanggal 5 November 2020
https://www.kompasiana.com/ahmadturmuzi/550f6186813311c935bc5fa7/pen
gembangan-lingkungan-dan-budaya-sekolah.diakses pada tanggal 7
November 2020
http://www.pelajaran.co.id/wp-content/uploads/2017/06/Budaya-Organisasi.jpg
diakses pada tanggal 12 November 2020
https://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/pendidikan-karakter-dan-
budaya-sekolah/ diakses pada tanggal 15 November 2020
http://ojs.umsida.ac.id/index.php/halaqa/article/download/1623/1177
/Pengembangan Budaya Sekolah Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Buduran Sidoarjo. Diakses tanggal 15 November 2020
51