Oleh:
Disampaikan pada
Pemilihan
Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi
Tingkat Propinsi Tahun 2015
LEMBARAN PENGESAHAN
Oleh:
Menyetujui:
Pengawas Sekolah Binaan
NUR ISMA,S.Pd
NIP. 19580126 197701 2 001
Mengetahui:
Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa
KATA PENGANTAR
Kepada Allah kita berserah diri, karena hanya dengan rahmat dan hidayahNya lah kita dapat melaksanakan segala kewajiban kita dan tanggung jawab kita
di muka bumi ini. Amin.
Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian di era globalisasi
sekarang ini adalah masalah identitas kebangsaan. Derasnya arus globalisasi
dikhawatirkan akan berdampak pada terkikisnya rasa kecintaan terhadap budaya
lokal. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka kepada generasi penerus
bangsa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap budaya daerah. Salah satu cara yang
dapat ditempuh guru di sekolah adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai
kearifan lokal (local wisdom) dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan
mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam pembelajaran diharapkan
nasionalisme siswa akan tetap kukuh terjaga di tengah-tengah derasnya arus
globalisasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah (KTI) ini masih
jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak selalu penulis harapkan.
ABSTRAK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK....
DAFTAR ISI....
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
BAB
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................
C. Tujuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.......................................
D. Manfaat Penulisan Karya Tulis Ilmiah.....
II
1
3
4
4
LANDASAN TEORITIS
Pembelajaran Kearifan Lokal di Sekolah Dasar ...........
Kearifan Lokal .................................................................
Langkah Mengimplementasikan Kearifan Lokal .....
Pengembangan Sekolah Berbasis Kearifan Lokal.
5
8
11
15
18
18
19
19
19
20
A.
B.
C.
D.
BAB
i
ii
iii
iv
BAB
BAB
DAFTAR PUSTAKA................... 29
LAMPIRAN...................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan lokal merupakan segala sesuatu yang menjadi ciri khas suatu
daerah, baik berupa makanan, adat istiadat, tarian, lagu maupun upacara daerah.
Mamur (2012:45) mengartikan kearifan lokal atau keunggulan lokal adalah
segala sesuatu yang menjadi ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi,
budaya, teknologi informasi, komunikasi, ekolago, dan sebagainya.
Pemerintah telah melakukan langkah nyata untuk melestarikan kearifan
lokal dan berbudaya mutu pada setiap daerah melalui jalur pendidikan, yaitu
diawali dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum tersebut memberikan wewenang kepada satuan pendidikan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, tak terkecuali
dalam hal kearifan lokal dan berbudaya mutu daerah. Tentu saja hal ini akan
membawa dampak pada pengembangan kurikulum di seluruh satuan pendidikan
di Indonesia karena menyesuaikan dengan potensi daerah yang dimiliki. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dikembangkan
sesuai
dengan
satuan
pendidikan,
potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
peserta didik.
Rahyano
(2009:9)
berpendapat:
Faktor-faktor
yang
menjadikan
pembelajaran kearifan lokal memiliki posisi yang strategis adalah sebagai berikut:
dalam
meningkatkan
kemampuan
guru,
tentulah
menggunakan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah: Bagaimanakah manajemen dan gaya
kepemimpinan berbasis kearifan lokal menuju sekolah berbudaya mutu serta
berprestasi di SD Negeri 5 Kota Langsa?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Perencanaan program pembelajaran berbasis kearifan lokal oleh kepala SD
Negeri 5 Kota Langsa menuju sekolah berprestasi dan berbudaya mutu
2. Pelaksanaan program pembelajaran berbasis kearifan lokal oleh kepala SD
Negeri 5 Kota Langsa menuju sekolah berprestasi dan berbudaya mutu
3. Pengawasan program pembelajaran berbasis kearifan lokal oleh kepala SD
Negeri 5 Kota Langsa menuju sekolah berprestasi dan berbudaya mutu
4. Gaya kepemimpinan kepala SD Negeri 5 Kota Langsa menerapkan program
pembelajaran berbasis kearifan lokal oleh kepala SD Negeri 5 Kota Langsa
5. Program dan strategi pembelajaran berbasis kearifan lokal SD Negeri 5 Kota
Langsa menuju sekolah berprestasi dan berbudaya mutu
D. Manfaat Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis imiah ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Bagi guru
1) Memberi gambaran bagaimana penerapan pembelajaran berbasis kearifan
lokal di SD Negeri 5 Kota Langsa
2) Sebagai upaya untuk menindaklanjuti pembelajaran berbasis kearifan lokal
yang telah diamanahkan oleh pemerintah.
b. Bagi sekolah
1) Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai refleksi pelaksana
pembelajaran berbasis kearifan lokal.
2) Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai informasi bagi semua
tenaga pengajar mengenai pembelajaran berbasis kearifan lokal
c. Bagi Dinas Pendidikan
1) Sebagai gambaran penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal
2) Upaya pengembangan kebijakan tersebut supaya lebih optimal.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Arti manajemen
Manajemen adalah proses yang dilaksanakan oleh manajer agar organisasi
berjalan menuju pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Hakekat manajemen
secara sederhana adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material,
anggaran untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai
suatu bidang yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang bekerja sama. Siswanto (2007:2) mengatakan bahwa: Manajemen adalah
seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan
pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara
dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi
karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
Handoko (2002:8) mengatakan: Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasi pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya, sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan orgarnisasi yang telah ditetapkan.
Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metoda, rencana
atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti
bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya manusia dan
material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk
menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai suatu tujuan. Semakin
terkoordinasi dan terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif pencapaian tujuantujuan organisasi.
B. Fungsi-fungsi Manajemen
Selanjutnya, dalam manajemen terkandung fungsi-fungsi manajemen,
seorang manajer harus mengetahui manajemen dan melaksanakan kegiatan yang
dinamakan fungsi manajemen. Handoko (2002:23) mengatakan:
Lima fungsi penting dari manajemen yaitu 1) planning, 2) organizing, 3)
staffing, 4) leading, dan 5) controlling. Artinya yaitu menentukan tujuan
yang akan dicapai serta yang harus diperbuat, menemukan berbagai kegiatan
penting serta memberi kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
organisasi tersebut, menentukan keperluan SDM yang berkualitas,
mengarahkan perilaku manusia kearah tujuan organisasi serta menentukan
sebab penyimpangan dan pengambilan tindakan-tindakan korektif yang
diperlukan.
Siagian (2002:26) menyatakan secara lebih sederhana mengenai fungsifungsi
dalam
perencanaan
manajemen:
(planning),
Fungsi-fungsi
pengorganisasian
dalam
manajemen
(organizing),
mencakup
penggerakkan
demikian
dalam
perencanaan
dianggap
suatu
tindakan
untuk
secara harmonis sehingga tujuan yang hendak dicapai akan berhasil dengan baik.
Untuk itu perlu dukungan dan seluruh warga sekolah maupun yang terkait dengan
peningkatan
mutu
pendidikan
yang
dilaksanakan
pada
sekolah
yang
3. Pengarahan
Kepemimpinan pendidikan harus mampu melaksanakan fungsi tersebut
secara mendidik sehingga semua yang dipengaruhi, dibimbing, diarahkan maupun
dikelola sehingga akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan panggilan
jiwanya sendiri. Siagian (2007:95) mengemukakan: Pengarahan dapat diartikan
sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para
anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapaianya tujuan organisasi dengan efektif dan efesien.
Pemberian arahan, khususnya dalam organisasi pendidikan di sekolah
ditujukan agar setiap personal yang terlibat dalam sekolah dapat menjalakan
kewajiban sesuai dengan beban tugas yang diberikan kepada mereka. Kegiatan
bimbingan ini biasanya dilakukan oleh kepala sekolah dengan cara memberikan
petunjuk kepada para anggotanya sehingga mereka dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi
perkembangan sekolah.
4. Pengawasan
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan maka pengawasan diperlukan untuk memonitor
kegiatan. Nawawi (2003:115) menyatakan: Pengawasan dapat dianggap sebagai
aktifitas untuk menentukan. Mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam
hasil
Wahjosumidjo
(2000:83)
menyatakan:
Kepala
sekolah
dapat
didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengaar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Mutu belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan
dan
keterampilan
kepemimpinan
untuk
mengarahkan
D. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan dengan berbagai tipenya mencerminkan cara seseorang
dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Keberhasilan seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas utamanya, tidak terlepas dari pada jenis gaya kepemimpinan
yang diterapkan. Mulyasa (2005:108) menyatakan: Gaya kepemimpinan
merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat
mempengaruhi bawahannya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan,
cara pemimpin betindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk
gaya kepemimpinannya. Selanjutnya, Rivai (2003:60) menyatakan pendapatnya
tentang gaya kepemimpinan, yaitu:
Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang dapat digunakan
pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai
atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku atau
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin, jadi
gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari
keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.
Secara teoritis gaya kepemimpinan yang dewasa ini digunakan. Siagian
(2007:12) menyatakan bahwa: Tipologi yang umum dikenal ialah dengan
mengatakan bahwa para pejabat pimpinan dasarnya dapat dikategorikan pada lima
gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu: (1) Gaya otokratis, (2) Gaya
paternalistik, (3) Gaya kharismatik, (4) Gaya laissez faire, dan (5) Gaya
demokratis. Berikut merupakan uraian dari kelima gaya tersebut.
1. Gaya Otokratis
Pengambilan keputusan, seorang pemimpin yang otokratis akan bertindak
sendiri dan memberitahukan kepada para bawahannya bahwa ia telah
mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu hanya berperan sebagai
pelaksana karena mereka tidak dilibatkan sama sekali dalam proses
pengambilan keputusan itu. Siagian (2007:13) menyatakan: Dalam memelihara
hubungan dengan para bawahannya, pemimpin yang otokratis biasanya
menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam
organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah kepemimpinannya diterima
dan diakui oleh para bawahan atau tidak.
2. Gaya Paternalistik
Gaya
pemimpin
yang
paternalistik
menunjukkan
kecendrungan-
tugas yang menjadi tanggung jawabnya, padahal sudah diterima sebagai suatu
kebenaran ilmiah bahwa pemuasan kebutuhan yang bersifat kebendaan bukanlah
satu-satunya alasan mengapa manusia mengabungkan diri dengan berbagai
organisasi, karena di samping kebutuhan yang bersifat primer dan berbentuk
kebendaan, masih banyak kebutuhan lain yang diharapkan terpenuhi pula.
3. Gaya Kharismatik
Gaya pemimpin yang kharismatik, memiliki daya pikat yang tinggi
sehingga kepemimpinannya diterima dan diakui oleh para pengikutnya yang
biasanya sejumlah besar tanpa selalu mampu menjelaskan mengapa mereka
menerima dan mengakui kepemimpinan orang yang bersangkutan. Dalam hal
pengambilan keputusan misalnya, seorang pemimpin yang kharismatik mungkin
saja bertindak Otokratis, dalam arti ia mengambil keputusan sendiri tanpa
melibatkan para bawahannya dan menyampaikan keputusan itu kepada orang
lain untuk di laksanakan. Ada pula kalanya pemimpin pada proses pengambilan
keputusan tersebut, yang menarik ialah apakah para bawahan hanya diberitahu
tentang sesuatu keputusan yang telah di ambil ataukah mereka dilibatkan,
tampaknya tidak dipersoalkan benar dan keputusan yang telah diambil itu
dilaksanakan secara ikhlas.
Pemahaman
yang
lebih
mendalam
tentang
kepemimpinan
yang
keputusan,
pemimpin
yang
laissez
faire
akan
dasar
merupakan
lembaga
pendidikan
formal
yang
dengan
tingkat
perkembangannya,
dan
mempersiapkan
mereka
c. Kurikulum/materi pendidikan;
d. Proses belajar mengajar;
e. Sarana dan prasarana pendidikan;
f. Manajemen pendidikan di sekolah;
g. Lingkungan eksternal pendidikan.
F. Kearifan Lokal
1. Pengertian kearifan lokal
Kearifan lokal menurut Alfian (2013:428) diartikan sebagai pandangan
hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas
yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara itu Setiyadi (2012:75) menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan
adat dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat
secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya
oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.
Pendapat ini mempunyai arti bahwa kearifan lokal mengacu pada
pengetahuan yang berasal dari pengalaman masyarakat dan merupakan akumulasi
dari pengetahuan lokal. Kearifan lokal ditemukan di dalam masyarakat, komunitas
dan individu. Selanjutnya Ahmad (2010:5) mendefinisikan:
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu sintesa budaya yang
diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang,
melalui internalisasi dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang
disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.
Dari pendapat para ahli di atas, peneliti dapat mengambil benang merah
bahwa kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara
b. Tata aturan menyangkut hubungan manusia dengan alam, binatang, tumbuhtumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.
c. Tata aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya
Tuhan dan roh-roh gaib. Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi,
kata-kata bijak, pepatah
Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian,
pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam
perilaku sehari-hari. Sama halnya dengan pendapat Ridwan (2007:7) yang
mengatakan bahwa kearifan lokal ini akan mewujud menjadi budaya tradisi,
kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok
masyarakat tertentu.
Bahasa itu merupakan sebuah kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat
setempat. Adat, kebiasaan, tradisi, tata nilai dan kebudayaan masyarakat
lingkungannya juga terekam di dalam bahasa daerah tersebut. Bahkan ada
beberapa masyarakat sangat membanggakan bahasa daerahnya. Kearifan lokal
suatu daerah bisa tercermin dari bahasa yang digunakan. Oleh karena itu setiap
bahasa daerah memiliki nilai luhur untuk menciptakan masyarakatnya
berkehidupan lebih baik menurut mereka (Rusdi, 2012:347).
Berbasis
Kearifan
Lokal
menurut
Prasetyo
(2013:3)
b. Belajar dengan budaya, terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu.
Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam untuk perwujudan
budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi
media pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh
tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks
penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran;
c. Belajar melalui budaya, merupakan strategi yang memberikan kesempatan
siswa
untuk
menunjukkan
pencapaian
pemahaman
atau
makna
potensi
keunggulan lokal di
kabupaten/kota
yang
(2012:70)
menjelaskan
beberapa
alternatif
kiat
sukses
Membuat Teamwork
Sekolah berbasis kearifan lokal membutuhkan konsentrasi besar, sehingga
tidak bisa dianggap sepele dan sekedar sampingan. Oleh karena itu, kepala
sekolah sangat perlu membuat team work yang khusus menangani sekolah
berbasis kearifan lokal. Tim inilah yang menggodok secara matang semua hal
yang terkait dengan program ini baik itu materinya, sarana prasarananya,
tenaga pengajarnya, prospek masa depannya, dan tindak lanjut ke depan.
2.
3.
4.
5.
Studi Banding
7.
dalam
konteks
perencanaan,
kajian,
perumusan,
penetapan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif karena menyajikan data yang berupa kata-kata dan bahasa. Sebagaimana
pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Moleong (2012:6) berikut
ini:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Pendekatan kualitatif merupakan gambaran tentang permasalahan yang
sedang terjadi, dimana penguraian hasil penelitian dilakukan secara deskriptif.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2010:72). Dengan demikian
dapat diketahui bahwa tujuan utama dilakukannya penelitian deskriptif adalah
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan,
melukiskan dan menggambarkan manajemen dan kepemimpinan berbasis berbasis
kearifan lokal menuju sekolah berprestasi dan berbudaya mutu di SD Negeri 5
Kota Langsa.
Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto dan papan slogan di lingkungan
sekolah yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbasis kearifan lokal
di SD Negeri 5 Kota Langsa .
F. Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini akan dilakukan secara berkesinambungan dari
awal sampai dengan akhir proses penelitian. Adapun proses awal analisis data
yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pengumpulan data, (3) tahap pemisahan
data, (4) Data yang telah dipisahkan akan dikelompokkan sesuai dengan tujuan
penelitian, dan (5) tahap penyelesaian, dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan
proses analisis data dalam penelitian ini meliputi (1) reduksi data, (2) penyajian
data, (3) verifikasi, dan (4) menarik kesimpulan.
Reduksi data, yaitu membuat abstraksi dari seluruh data yang diperoleh dari
hasil penelitian di lapangan atau menelaah kembali keseluruhan data yang telah
dukumpulkan (baik melalui wawancara, observasi maupun studi dokumen)
sehingga akan ditemukan data yang sesuai dengan kebutuhan untuk menemukan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Penyajian data adalah pengelompokan
data yang ada sedemikian rupa sehingga data akan tersusun secara sistematis
untuk dapat diambil kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya
memaknai data yang diperoleh. Verifikasi adalah proses untuk menyakinkan hasil
pengumpulan data dan pengolahan data secara trianggulasi.
Trianggulasi dilakukan dengan tahapan-tahapan yang dapat mengabsahkan
data. Setelah data diperoleh, dilakukan pengecekan dengan melihat sumber data
dan mengkonfirmasi dengan berbagai sumber sehingga data yang ada akan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Manajemen perencanaan kepala
pembelajaran berbasis kearifan lokal
sekolah
terhadap
program
dengan
indikator
dalam
perencanaan,
kepala
sekolah
dapat memperkirakan jika adanya permasalahan, maka akan dapat dicari jawaban
dengan menggunakan alternatif perencanaan.
Pendapat ini didukung oleh guru (GR-6) dalam suatu wawancara yang
mengatakan bahwa:
Jika kepala sekolah mempunyai program atau rencana baru, maka kepala
sekolah mengatakan dalam rapat bulanan atau rapat mingguan yang sifatnya
mendadak. Kepala sekolah lalu memberikan arahan mengenai apa-apa saja
yang harus direncanakan, sasaran, tujuan dan siapa saja yang terlibat dalam
program.
Komite sekolah (KS-3) dalam suatu kesempatan mengatakan:
Jika adanya perencanaan program, komite juga ikut terlibat. Prosesnya
dimulai dengan arahan dari kepala sekolah mengenai sasaran dan tujuan
program. Selanjutnya, kepala sekolah memperlihatkan program yang telah
disusun, dan komite secara bersama kepala sekolah membicarakan apa yang
menjadi kelebihan dan kekurangan dalam program serta merevisi program
mana yang layak dan tidak.
Dalam perencanaan program, jumlah anggaran merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan program. Untuk anggaran, kepala sekolah mengatakan,
anggaran yang digunakan dalam program disesuaikan dengan kebutuhan program.
Jika anggaran yang sudah diplotkan tidak mencukupi, kepala sekolah akan
mencari berbagai alternatif, misalnya kepala sekolah akan membicarakan dengan
komite sekolah apa saja langkah-langkah yang ditempuh supaya anggaran
mencukupi. Contoh pelaksanaan seni, anggaran yang tersedia dari dinas tidak
mencukupi untuk kegiatan tersebut, untuk mengantisipasi hal ini, kepala sekolah
dengan komite sekolah mengundang orang tua siswa membicarakan hal tersebut.
Hasilnya, orang tua bersedia memberikan bantuan, sehingga program yang
direncanakan dapat dilaksanakan.
2. Manajemen pelaksanaan program pembelajaran berbasis kearifan lokal
Bagi guru yang belum melaksanakan tugasanya dengan baik, kepala sekolah
akan memberikan bimbingan dan memonitoring tingkat perubahan. Namun
demikian, pembinaan yang dilakukan bersifat demokratis dan kekeluargaan,
serta meningkatkan motivasi kerja guru.
Dengan demikian pengawasan yang dilakukan bukanlah untuk mencari-cari
kesalahan guru dalam melaksanakan program, tetapi hanya mengoreksi dan
memperbaiki kinerja ke arah yang lebih baik. Dengan adanya pembinaan,
diharapkan adanya perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan program pada
masa yang akan mendatang. Namun harus diakui banyaknya pekerjaan yang
dilakukan, membuat pelaksanaan pengawasan lebih banyak dilakukan oleh para
wakil. Tetapi, kepala sekolah juga terus melihat dan memantau setiap pelaksanaan
program, artinya kepala sekolah juga tidak langsung percaya atas informasi dari
para wakil, namun tetap menjadi bahan pertimbangan.
4. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menerapkan program
pembelajaran berbasis kearifan lokal
Kepala sekolah dalam memotivasi guru, arahan yang diberikan agar guru
lebih mengutamakan tugas, dimana kepala sekolah merasa senang jika tugastugas yang diberikan kepada setiap guru bisa dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Dalam hal ini, kepala sekolah senantiasa berusaha agar setiap guru dapat
melaksanakan tugasnya seoptimal mungkin.
Wakil kepala sekolah dalam suatu kesempatan mengatakan:
Kepala sekolah menerapkan gaya demokratis dalam proses pengambilan
keputusan, kepala sekolah cenderung meminta pendapat atau masukan dari
guru terhadap mekanisme pelaksanaan kegiatan. Selain itu, dalam
perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran, kepala sekolah
memberikan wewenang kepada ketua program studi bersama guru untuk
membuat silabus pembelajaran dalam waktu yang telah ditentukan secara
bersama.
kepala
sekolah
akan
memahami
serta
menyadari
berbagai
kesalahan
kepemimpinan selama ini. Namun demikian, ada juga guru yang memberikan
masukan tentang berbagai informasi dalam meningkatkan mutu sekolah.
Kritikan-kritikan tersebut disampaikan secara pribadi dalam ruangan kepala
sekolah ataupun secara kelompok. Informasi yang diberikan oleh guru akan
dipilah-pilah sesuai dengan kondisi sekolah. Dengan adanya penerimaan masukan
maupun kritikan dari guru terhadap kepala sekolah, guru cenderung akan semakin
loyalitas dan bertanggung jawab terhadap sekolah, karena ikut terlibatkan dalam
program sekolah.
Suasana pertemuan antara kepala sekolah dengan guru tersebut, cenderung
bersifat kekeluargaan bahkan kepala sekolah menerapkan gaya paternalistik
dengan guru-guru, hal ini dilakukan agar guru menjadi lebih terbuka dalam
menyampaikan berbagai informasi.
Umumnya kepala sekolah menggunakan gaya gabungan antara pembagian
tugas dan hubungan manusia. Pembagian tugas merupakan strategi kepala sekolah
yang lebih mengutamakan setiap tugas dapat dilaksanakan dengan baik oleh
masing-masing guru, sedangkan gaya hubungan manusiawi lebih mengutamakan
pemeliharaan hubungan manusiawi dengan masing-masing guru.
program
mengelola
pembelajaran,
dan
mengembangkan
penilaian.
salah penerapan, namun model ini masih dapat digunakan untuk membentuk
pribadi peserta didik secara komprehensif dan leluasa.
Berdasarkan dokumentasi program pembelajaran berbasis kearifan lokal di
SD Negeri 5 Kota Langsa terangkum seperti berikut ini.
1. Beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama
Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila
bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.
2. Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya
dan
karakater
bangsa
diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilainilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai
itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:
a. Mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
b. Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator
untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
c. Mencantumkankan nilai-nilai budaya
d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi
nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; dan
f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan
untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam
perilaku.
Kepala sekolah melibatkan guru, komite sekolah dan orang tua siswa dalam
perencanaan program.
untuk
merencanakan
program
dengan
sebaik
mungkin,
dengan
(2012:70)
yang
mengatakan
bahwa
kearifan
lokal
dapat
diletakkan
membentuk jalinan kerja yang harmonis dengan pertimbangan aspek efisien dan
efektif untuk mencapai tingkat produktivitas keja sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Manajemen pengawasan program pembelajaran berbasis kearifan lokal
Hasil penelitian mengenai strategi kepala sekolah terhadap pengawasan
program adalah:
1 Pengawasan yang dilakukan meliputi aspek terhadap kesesuaian antara
perencanaan dengan pelaksanaan, pengawasan terhadap kerja personil, dan
pengawasan terhadap langkah-langkah kerja.
2 Penilaian dalam pengawasan adalah tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, komitmen, disiplin dalam melaksanakn tugas, dan loyalitas
terhadap pekerjaan. Selain itu, tingkat hubungan yang harmonis, kerjasama
yang baik, juga menjadi penilaian.
3 Pengawasan yang dilakukan bukanlah untuk mencari-cari kesalahan dalam
melaksanakan program, tetapi hanya koreksi, penilaian dan memperbaiki
kinerja ke arah yang lebih baik. Jika ditemukan adanya penyimpangan, maka
kepala melakukan pembinaan. Dengan adanya pembinaan, diharapkan
perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik.
4 Pembinaan yang dilakukan dengan pendekatan secara kekeluargaan dan
demokratis,
sehingga
bawahan
akan
merasa
lebih
terbuka
dalam
bekerja
sama
dengan
aparat
desa
dan
tokoh
masyarakat,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain;
program
dengan
cara:
1)
menyusun
perencanaan
secara
menyeluruh
berbagai
kekurangan
personil
dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Diharapkan, kepala sekolah untuk terus meningkatkan motivasi kerja personil,
hal ini akan memungkinkan perlibatan aktif, sehingga pencapaian visi dan misi
sekolah akan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Haidlor Ali. (2010). Kearifan Lokal sebagai Landasan Pembangunan
Bangsa. Harmoni Jurnal Multikultural & Multireligius. 34(IX).
Alfian, Magdalia. (2013). Potensi Kearifan Lokal dalm Pembentukan Jati Diri
dan Karakter Bangsa. Jakarta: FIPB UI.
Jenderal
Pedoman Wawancara
Manajemen kepala sekolah menerapkan program pembelajaran
berbasis kearifan lokal
Subjek penelitian:
strategi
bimbingan
terhadap
penyimpangan
dalam
pelaksanaan?
Pedoman Wawancara
Gaya kepemimpinan kepala sekolah menerapkan program pembelajaran
berbasis kearifan lokal
Subjek penelitian:
1.
2.
3.
4.
5.
Pedoman Wawancara
Program dan strategi program pembelajaran berbasis kearifan lokal
Di SD Negeri 5 Kota Langsa
1. Apa sajakah yang menjadi program pembelajaran berbasis kearifan lokal?