KELAS X
A. INFORMASI UMUM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Peserta didik menyimak pembacaan teks Dongeng Bujang Kurap dan Danau Rayo oleh guru.
BUJANG KURAP DAN DANAU RAYO
Salah satu kisah pengembaraan Bujang Kurap yang paling dikenal masyarakat
Muratara adalah saat Bujang Kurap singgah di sebuah desa bernama Pagar Remayu
(sekarang Karang Panggung). Alkisah pada saat Bujang Kurap bertandang ke Pagar Remayu,
rakyat desa tersebut tengah menggelar pesta tujuh hari tujuh malam untuk merayakan
pernikahan salah seorang putri penguasa mereka.
Bujang Kurap yang memasuki perayaan tersebut mendapat sambutan yang tidak
menyenangkan dari penduduk dan penguasa desa tersebut. Mereka merasa jijik pada Bujang
Kurap yang berpenyakit kulit dan beranggapan bahwa ia tak pantas berada di tengah pesta
tersebut, sehingga Bujang Kurap pun diusir dengan kasar.
Bujang Kurap pun pergi dari pesta perayaan tersebut, lalu singgah di sebuah rumah di
pinggir desa. Rumah tersebut dihuni oleh seorang nenek sebatang kara yang menyambut
Bujang Kurap dengan ramah. Nenek tersebut mengizinkannya berteduh dan menginap di
rumahnya. Merasa berterima kasih, Bujang Kurap akhirnya meminjam pisau milik Sang
Nenek, lalu menggunakannya untuk merangkai aur gading menjadi sebuah rakit. Rakit
tersebut diikatkannya di tiang rumah Sang Nenek. Bujang Kurap mengucapkan terima kasih,
lalu pamit. Ia ternyata berjalan kembali menuju tempat diadakannya pesta perayaan tersebut.
Melihat Bujang Kurap kembali menghampiri tempat pesta, penduduk desa pun bersiap untuk
mengusirnya lagi. Ternyata kali ini, Bujang Kurap mengajukan sebuah tantangan kepada
semua yang hadir di pesta tersebut. Ia menancapkan tujuh batang lidi di atas tanah, lalu
berujar jika ada siapa pun di antara penduduk desa yang bisa mencabut batang-batang lidi
tersebut, maka Bujang Kurap akan pergi meninggalkan desa itu dengan sukarela. Mendengar
tantangan tersebut, semua orang pun mencemoohnya. Semua laki-laki yang hadir di pesta
tersebut, termasuk petinggi desa, turun tangan untuk menjawab tantangan Bujang Kurap.
Namun anehnya, tak ada satu orang pun yang sanggup mencabut tujuh batang lidi
tersebut. Semua orang kewalahan dan bingung. Setelah tak ada lagi yang mau mencobanya,
maka Bujang Kurap pun turun tangan. Ia membaca sebuah mantra, lalu dengan kesaktiannya,
ia mampu mencabut lidi-lidi tersebut dengan mudah sebagaimana ia menancapkannya
sebelum itu. Namun saat tujuh lidi tersebut dicabut, mata air yang deras muncul ke
permukaan tanah. Air membanjiri desa tanpa henti,.menenggelamkan penduduk dan segala
harta benda mereka, mengubah Desa Pagar Remayu menjadi sebuah danau. Hanya Sang
Nenek satu-satunya penduduk desa yang selamat dengan menumpang rakit yang dibuatkan
oleh Bujang Kurap, sementara Bujang Kurap sendiri telah raib entah kemana sebelum desa
tersebut tenggelam. Wilayah di sekitar Desa Pagar Remayu tersebut kemudian dinamai
Karang Panggung (panggung yang karam), sementara danau yang muncul tersebut dinamai
Danau Rayo (Danau Besar).Bujang Kurap akhirnya berhenti mengembara setelah ia tiba di
Desa Ulak Lebar di kaki Bukit Sulap.
Peserta didik menyimak pembacaan teks Dongeng Bujang Kurap dan Danau Rayo oleh guru.
BUJANG KURAP DAN DANAU RAYO
Salah satu kisah pengembaraan Bujang Kurap yang paling dikenal masyarakat
Muratara adalah saat Bujang Kurap singgah di sebuah desa bernama Pagar Remayu
(sekarang Karang Panggung). Alkisah pada saat Bujang Kurap bertandang ke Pagar Remayu,
rakyat desa tersebut tengah menggelar pesta tujuh hari tujuh malam untuk merayakan
pernikahan salah seorang putri penguasa mereka.
Bujang Kurap yang memasuki perayaan tersebut mendapat sambutan yang tidak
menyenangkan dari penduduk dan penguasa desa tersebut. Mereka merasa jijik pada Bujang
Kurap yang berpenyakit kulit dan beranggapan bahwa ia tak pantas berada di tengah pesta
tersebut, sehingga Bujang Kurap pun diusir dengan kasar.
Bujang Kurap pun pergi dari pesta perayaan tersebut, lalu singgah di sebuah rumah di
pinggir desa. Rumah tersebut dihuni oleh seorang nenek sebatang kara yang menyambut
Bujang Kurap dengan ramah. Nenek tersebut mengizinkannya berteduh dan menginap di
rumahnya. Merasa berterima kasih, Bujang Kurap akhirnya meminjam pisau milik Sang
Nenek, lalu menggunakannya untuk merangkai aur gading menjadi sebuah rakit. Rakit
tersebut diikatkannya di tiang rumah Sang Nenek. Bujang Kurap mengucapkan terima kasih,
lalu pamit. Ia ternyata berjalan kembali menuju tempat diadakannya pesta perayaan tersebut.
Melihat Bujang Kurap kembali menghampiri tempat pesta, penduduk desa pun bersiap untuk
mengusirnya lagi. Ternyata kali ini, Bujang Kurap mengajukan sebuah tantangan kepada
semua yang hadir di pesta tersebut. Ia menancapkan tujuh batang lidi di atas tanah, lalu
berujar jika ada siapa pun di antara penduduk desa yang bisa mencabut batang-batang lidi
tersebut, maka Bujang Kurap akan pergi meninggalkan desa itu dengan sukarela. Mendengar
tantangan tersebut, semua orang pun mencemoohnya. Semua laki-laki yang hadir di pesta
tersebut, termasuk petinggi desa, turun tangan untuk menjawab tantangan Bujang Kurap.
Namun anehnya, tak ada satu orang pun yang sanggup mencabut tujuh batang lidi
tersebut. Semua orang kewalahan dan bingung. Setelah tak ada lagi yang mau mencobanya,
maka Bujang Kurap pun turun tangan. Ia membaca sebuah mantra, lalu dengan kesaktiannya,
ia mampu mencabut lidi-lidi tersebut dengan mudah sebagaimana ia menancapkannya
sebelum itu. Namun saat tujuh lidi tersebut dicabut, mata air yang deras muncul ke
permukaan tanah. Air membanjiri desa tanpa henti,.menenggelamkan penduduk dan segala
harta benda mereka, mengubah Desa Pagar Remayu menjadi sebuah danau. Hanya Sang
Nenek satu-satunya penduduk desa yang selamat dengan menumpang rakit yang dibuatkan
oleh Bujang Kurap, sementara Bujang Kurap sendiri telah raib entah kemana sebelum desa
tersebut tenggelam. Wilayah di sekitar Desa Pagar Remayu tersebut kemudian dinamai
Karang Panggung (panggung yang karam), sementara danau yang muncul tersebut dinamai
Danau Rayo (Danau Besar).Bujang Kurap akhirnya berhenti mengembara setelah ia tiba di
Desa Ulak Lebar di kaki Bukit Sulap.
Pertemuan 3
Peserta didik menyimak pembacaan teks Dongeng Bujang Kurap dan Danau Rayo oleh guru.
BUJANG KURAP DAN DANAU RAYO
Salah satu kisah pengembaraan Bujang Kurap yang paling dikenal masyarakat
Muratara adalah saat Bujang Kurap singgah di sebuah desa bernama Pagar Remayu
(sekarang Karang Panggung). Alkisah pada saat Bujang Kurap bertandang ke Pagar Remayu,
rakyat desa tersebut tengah menggelar pesta tujuh hari tujuh malam untuk merayakan
pernikahan salah seorang putri penguasa mereka.
Bujang Kurap yang memasuki perayaan tersebut mendapat sambutan yang tidak
menyenangkan dari penduduk dan penguasa desa tersebut. Mereka merasa jijik pada Bujang
Kurap yang berpenyakit kulit dan beranggapan bahwa ia tak pantas berada di tengah pesta
tersebut, sehingga Bujang Kurap pun diusir dengan kasar.
Bujang Kurap pun pergi dari pesta perayaan tersebut, lalu singgah di sebuah rumah di
pinggir desa. Rumah tersebut dihuni oleh seorang nenek sebatang kara yang menyambut
Bujang Kurap dengan ramah. Nenek tersebut mengizinkannya berteduh dan menginap di
rumahnya. Merasa berterima kasih, Bujang Kurap akhirnya meminjam pisau milik Sang
Nenek, lalu menggunakannya untuk merangkai aur gading menjadi sebuah rakit. Rakit
tersebut diikatkannya di tiang rumah Sang Nenek. Bujang Kurap mengucapkan terima kasih,
lalu pamit. Ia ternyata berjalan kembali menuju tempat diadakannya pesta perayaan tersebut.
Melihat Bujang Kurap kembali menghampiri tempat pesta, penduduk desa pun bersiap untuk
mengusirnya lagi. Ternyata kali ini, Bujang Kurap mengajukan sebuah tantangan kepada
semua yang hadir di pesta tersebut. Ia menancapkan tujuh batang lidi di atas tanah, lalu
berujar jika ada siapa pun di antara penduduk desa yang bisa mencabut batang-batang lidi
tersebut, maka Bujang Kurap akan pergi meninggalkan desa itu dengan sukarela. Mendengar
tantangan tersebut, semua orang pun mencemoohnya. Semua laki-laki yang hadir di pesta
tersebut, termasuk petinggi desa, turun tangan untuk menjawab tantangan Bujang Kurap.
Namun anehnya, tak ada satu orang pun yang sanggup mencabut tujuh batang lidi
tersebut. Semua orang kewalahan dan bingung. Setelah tak ada lagi yang mau mencobanya,
maka Bujang Kurap pun turun tangan. Ia membaca sebuah mantra, lalu dengan kesaktiannya,
ia mampu mencabut lidi-lidi tersebut dengan mudah sebagaimana ia menancapkannya
sebelum itu. Namun saat tujuh lidi tersebut dicabut, mata air yang deras muncul ke
permukaan tanah. Air membanjiri desa tanpa henti,.menenggelamkan penduduk dan segala
harta benda mereka, mengubah Desa Pagar Remayu menjadi sebuah danau. Hanya Sang
Nenek satu-satunya penduduk desa yang selamat dengan menumpang rakit yang dibuatkan
oleh Bujang Kurap, sementara Bujang Kurap sendiri telah raib entah kemana sebelum desa
tersebut tenggelam. Wilayah di sekitar Desa Pagar Remayu tersebut kemudian dinamai
Karang Panggung (panggung yang karam), sementara danau yang muncul tersebut dinamai
Danau Rayo (Danau Besar).Bujang Kurap akhirnya berhenti mengembara setelah ia tiba di
Desa Ulak Lebar di kaki Bukit Sulap.
Peserta didik menyimak pembacaan teks Dongeng Bujang Kurap dan Danau Rayo oleh guru.
BUJANG KURAP DAN DANAU RAYO
Salah satu kisah pengembaraan Bujang Kurap yang paling dikenal masyarakat
Muratara adalah saat Bujang Kurap singgah di sebuah desa bernama Pagar Remayu
(sekarang Karang Panggung). Alkisah pada saat Bujang Kurap bertandang ke Pagar Remayu,
rakyat desa tersebut tengah menggelar pesta tujuh hari tujuh malam untuk merayakan
pernikahan salah seorang putri penguasa mereka.
Bujang Kurap yang memasuki perayaan tersebut mendapat sambutan yang tidak
menyenangkan dari penduduk dan penguasa desa tersebut. Mereka merasa jijik pada Bujang
Kurap yang berpenyakit kulit dan beranggapan bahwa ia tak pantas berada di tengah pesta
tersebut, sehingga Bujang Kurap pun diusir dengan kasar.
Bujang Kurap pun pergi dari pesta perayaan tersebut, lalu singgah di sebuah rumah di
pinggir desa. Rumah tersebut dihuni oleh seorang nenek sebatang kara yang menyambut
Bujang Kurap dengan ramah. Nenek tersebut mengizinkannya berteduh dan menginap di
rumahnya. Merasa berterima kasih, Bujang Kurap akhirnya meminjam pisau milik Sang
Nenek, lalu menggunakannya untuk merangkai aur gading menjadi sebuah rakit. Rakit
tersebut diikatkannya di tiang rumah Sang Nenek. Bujang Kurap mengucapkan terima kasih,
lalu pamit. Ia ternyata berjalan kembali menuju tempat diadakannya pesta perayaan tersebut.
Melihat Bujang Kurap kembali menghampiri tempat pesta, penduduk desa pun bersiap untuk
mengusirnya lagi. Ternyata kali ini, Bujang Kurap mengajukan sebuah tantangan kepada
semua yang hadir di pesta tersebut. Ia menancapkan tujuh batang lidi di atas tanah, lalu
berujar jika ada siapa pun di antara penduduk desa yang bisa mencabut batang-batang lidi
tersebut, maka Bujang Kurap akan pergi meninggalkan desa itu dengan sukarela. Mendengar
tantangan tersebut, semua orang pun mencemoohnya. Semua laki-laki yang hadir di pesta
tersebut, termasuk petinggi desa, turun tangan untuk menjawab tantangan Bujang Kurap.
Namun anehnya, tak ada satu orang pun yang sanggup mencabut tujuh batang lidi
tersebut. Semua orang kewalahan dan bingung. Setelah tak ada lagi yang mau mencobanya,
maka Bujang Kurap pun turun tangan. Ia membaca sebuah mantra, lalu dengan kesaktiannya,
ia mampu mencabut lidi-lidi tersebut dengan mudah sebagaimana ia menancapkannya
sebelum itu. Namun saat tujuh lidi tersebut dicabut, mata air yang deras muncul ke
permukaan tanah. Air membanjiri desa tanpa henti,.menenggelamkan penduduk dan segala
harta benda mereka, mengubah Desa Pagar Remayu menjadi sebuah danau. Hanya Sang
Nenek satu-satunya penduduk desa yang selamat dengan menumpang rakit yang dibuatkan
oleh Bujang Kurap, sementara Bujang Kurap sendiri telah raib entah kemana sebelum desa
tersebut tenggelam. Wilayah di sekitar Desa Pagar Remayu tersebut kemudian dinamai
Karang Panggung (panggung yang karam), sementara danau yang muncul tersebut dinamai
Danau Rayo (Danau Besar).Bujang Kurap akhirnya berhenti mengembara setelah ia tiba di
Desa Ulak Lebar di kaki Bukit Sulap.
C. LAMPIRAN
BAHAN BACAAN
Hikayat adalah karya sastra lama melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang,
dan silsilah berisi rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang atau sekedar untuk meramaikan pesta.
Hikayat berfungsi untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan, kepentingan didaktis, dan sarana
hiburan. Pada zaman dahulu hikayat ini sering dibacakan pada saat hati sedang gundah,
gelisah, dapat juga untuk menghibur teman, atau pelipur lara atau dibacakan pada saat perang
untuk mengobarkan api semangat para pahlawan.
2. Nilai-nilai Hikayat
Untuk mengetahui bagian-bagian penting tersebut, kalian harus mengetahui struktur hikayat
sebagai pedoman mengindentifikasi bagian-bagian penting dalam hikayat, yaitu:
a. Abstrak
Abstrak ini sifatnya optimal, yaitu boleh ada dan boleh juga tidak. Bagian ini bisa saja
tidak ada dalam hikayat. Abstrak, merupakan gambaran umum tentang keseluruhan isi
hikayat.
Contoh: Hikayat ini mengisahkan tentang perjuangan seorang anak manusia yang
ditinggal ayah ibunya untuk merebut hak-haknya sebagai pewaris kerajaan orang
tuanya.
b. Orientasi
Orientasi atau setting, berisi informasi mengenai latar kisah atau peristiwa. Informasi
yang dimaksud berkenaan dengan ihwal siapa,kapan, di mana, dan mengapa.
Contoh:
Maka pada suatu adalah dua orang laki istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu
sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu. Maka
dinantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu
orang.
Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya, Sebermula adapun istri
orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua,
lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dlam juga.
Katanya,”Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?”.
c. Komplikasi
Komplikasi berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis, menurut
urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Dalam
bagian ini berisi konflik yang menjadi daya tarik dlam sebuah cerita.
Contoh:
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang
itu, “ Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba
tiada dapat berenang sungai iini tidak hamba tahu dlam dangkalnya.” Setelah didengar
oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu
baikrupanya, maka orang bedawi itupun sukalah, dan berkata di dalam hatinya,”
Untunglah sekali ini.”
d. Resolusi
Resolusi, ini berisi pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian peristiwa yang telah
diceritakan sebelumnya. Begian ini juga berisi konflik yang mulai mereda dan sering
di sebut dengan bagian pemecahan masalah.
Contoh: Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu
maka dipanggil pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, “ Hai orang tua
sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata orang tua itu,
“Daripada mula awalnya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mertuanya laki-laki
dan perempuan dan di mana tempat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian
orang banyak itu pun tahulah akan salah Badawi itu dan kebenaran orang tua itu.
Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itulah
mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.
Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi berbuat pekerjaan demikian
itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
e. Koda
Koda merupakan kata-kata penutup yang berfungsi sebagai kesimpulan ataupun
penegasan kembali tentang pesan-pesan penting yang terkandung dalam isi hikayat.
Bagian ini juga termasuk optimal.
Contoh:
Demikianlah nasib yang dialami oleh seorang yang gigih di dalam perjuangannya.
Apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan pun akan mengabulkannya;
yang juga memiliki arti penting bagi kehidupan orang tua itu.
1. Unsur Instrinsik
a. Tema
Tema merupakan ide dasar cerita, yang melatarbelakangi keseluruhan isi cerpen.
Dalam cerpen, biasanya tema jarang dituliskan secara tersurat oleh
pengarangnya. Tema memiliki sifat umum, oleh karena itu tema banyak diambil
dari lingkungan sekitar, kisah pribadi seseorang, sejarah, dan lain-lain.
c. Alur (Plot)
Alur adalah jalan pola pengembangan atau rangkaian peristiwa yang terjadi
dalam cerita. Adanya alur menjadikan cerita akan menjadi kesatuan yang utuh.
Pola pengembangan cerita suatu cerpen haruslah menarik, sehingga pembaca
dapat terdorong untuk membaca cerita sampai akhir.
d. Latar
Latar atau setting dalam cerpen meliputi tempat, waktu, dan peristiwa. Latar
digunakan untuk memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalanya suatu cerita.
Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual, maupun imajinatif.
e. Gaya Bahasa
Contoh:
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimau beranak muda itu Hatta dtanglah kesembilan orang
anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak
muda itu.
Maka anak baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adala ciri khas atau strategi yang digunakan oleh pengarang
dalam menyampaikan cerita. Sudat pandang terdiri dari orang pertama, kedua,
dan ketiga. Tidak menutup kemungkinan juga, pengarang menggunakan sudut
pandang orang yang berada di luar cerita.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
Umumnya, amanat dalam cerpen bersifat tersirat. Misalnya, tema cerita tentang
perjuangan pahlawan akan berisi amanat tentang menumbuhkan sifat pantang
menyerah, dan semangat mempertahankan kemerdekaan.
Kata-kata arkais harus kalian ubah menjadi kata atau kalimat yang mudah dipahami
pembacanya jika kalianingin menceritakan kembali, mereproduksi, atau merekontruksi
hikayat. Hal ini dilakukan agar cerita dalam hikayat dapat dinikmati semua orang dan
bukan hanya orang-orang tertentu juga.
Adapun syarat mengontruksi cerita rakyat, yaitu sebagai berikut:
a. Menuliskan sebelum cerita di mulai, yaitu cerita ini di tulis ulang oleh...
b. Mencari dan mengatikan kata-kata arkais yang ditemukan
c. Menggunakan bahasa yang dikenal oleh masyarakat agar ceritanya melekat pada
pembacanya
d. Memperthatikan tujuan utama dari hikayat, yaitu pesan. Amanat tidak boleh
menyimpang dari cerita aslinya dan nilai-nilai dalam hikayat.
e. Tidak ada perubahan tokoh, latar, dan alur. Hal ini harus dipertahankan dari cerita
aslinya
f. Mencatat pokok-pokok cerita yang ada dalam setiap peristiwa
Pertemuan ke-1
2. Tuliskan nilai-nilai yang terkandung dalam Cerita Bujang Kurap yang telah
kalian simak tadi beserta data pendukung pernyataanmu!
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Pertemuan ke-2
1. Bujang Kurap dan Danau Rayo adalah salah satu contoh cerita rakyat. Apa yang kamu
ketahui tentang dongeng?
2. Menurutmu, tema apa yang diangkat oleh cerita Bujang Kurap?
3. Karakter mana yang paling menarik bagimu? Mengapa?
4. Apakah dongeng ini berjalan cepat dan seru, ataukah justru lambat dan membosankan?
5. Bagian mana dari dongeng ini yang memancing imajinasi pembaca?
6. Pesan apa yang kamu tangkap dari dongeng /hikayat Bujang Kurap dan danau Rayo?
7. Simpulkan apa persamaan dongeng dengan cerpen dari segi karakteristik dan unsur-
unsurnya? Apa perbedaannya?
Memberikan penilaian tentang teks.
1. Menurut kalian, apa tujuan pengarang menulis dongeng ?
2. Bagaimana kualitas unsur intrinsik dalam teks? Apakah penokohannya kuat? Apakah
latarnya khas? Apakah alurnya masuk akal? Apakah diksi dan gaya bahasanya menarik?
Apakah amanatnya relevan dengan kehidupan? Bagaimana dengan gaya bahasanya?
3. Apakah penulis memilih cara yang tepat untuk menyampaikan amanatnya?
Pertemuan ke-3
Pada kesempatan ini, peserta didik akan mempelajari tentang tekscerita rakyat
( hikayat).Peserta didik akan membahas suatu masalah dalam bentuk teks kontekstual, yaitu
menceritakan kembali teks cerita rakyat Hikayat Bunga Kemuning dengan menggunakan
bahasa sendiri. Dan indentifikasilah nilai-nilai teks tersebut. Permasalahan tersebut
diselesaikan dengan cara individu.
BUNGA KEMUNING
Kisah dimulai dari seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang berwajah cantik.
Dikarenakan istri raja telah meninggal seusai melahirkan anak bungsu, sehingga kesepuluh
putri dijaga oleh pengasuh kerajaan. Putri Kuning adalah anak bungsu sang raja dan memiliki
perilaku yang paling baik dibanding kaka perempuan lainnya.
Pada suatu hari, Raja akan pergi ke kerajaan lain untuk menjaga hubungan baik antar
kerajaan. Sebelum pergi Raja mengumpulkan semua putri untuk dengan menanyakan oleh-
oleh apa yang diinginkan mereka. Kesembilan anak perempuan Raja menginginkan untuk
oleh-oleh yang mahal dan mewah seperti perhiasan. Sedangkan, Putri Kuning hanya meminta
ayahnya kembali dengan selamat.
Sepeninggalan Raja untuk berkunjungke kerajaan lain, perilaku kesembilan anak perempuan
semakin buruk dan nakal hingga membuat para pelayan kewalahan. Berbeda dengan kakak
perempuan lainnya, Putri kuning sangat rajin mengurus taman kesayangan anaknya. Melihat
perilaku Putri Kuning tersebut, kakak perempuan malah meledeknya.
Akhirnya Sang Raja pulang, namun hanya putri kuning yang menyambut Raja dengan
perasaan gembira. Walaupun tidak meminta oleh-oleh, Raja tetap memberi kalung batu
hijau. Keesokan harinya, semua putri berkumpul untuk mendapatkan oleh-oleh.
Putri hijau iri melihat kalung berbatu hijau yang dipakai oleh putri kuning. Putri Hijau sempat
meminta kalung batu hijau. Tapi Putri Kuning menolak karena itu adalah pemberian dari sang
ayah. Tidak tinggal diam. Putri Hijau mengadu ke kakak perempuan lainya bahwa Putri
Kuning mengambil barang miliknya.
Pertengkaran tidak terhentikan hanya masalah kalung batu hijau, hingga Putri Kuning
meninggal akibat pukulan dari kakak perempuannya. Putri Kuning dikuburkan dengan sangat
rapi agar tidak terlihat. Raja memerintahkan semua penjaga dan pelayan untuk mencari putri
Kuning. Namun, hasilnya nihil, Raja tidak menemukan kepergian Putri Kuning.
Sang Raja menyesal karena tidak mampu mendidik putri-putrinya dengan benar, hingga ia
memerintahkan semua putri untuk pergi ke negeri seberang agar bisa belajar memperbaiki
perilaku mereka. Suatu hari, di atas tanah yang menjadi kuburan putri kuning, timbuh
tanaman yang baru pertama kali dilihat oleh raja. Tanaman itu diberi nama bunga kemuning,
karena daun hijau bagai kalung batu hijau, batang seperti jubah Putri Kuning, dan bunga
berwarna putih kekuningan sangat wangi, tanaman kemuning sering digunakan untuk
pengharum rambut dan kulit kayu dijadikan bedak penghalus wajah.
Petunjuk !
1. Setelah membaca teks Bunga Kemuning di atas, isilah bagan Sequence Of events
story Map (Urutan peristiwa dalam cerita) di bawah ini!
Sumber:Bagan Sequence of Events Story Maps (dimodifikasi darihttp://www.teachervision.fen.com dan Sharon Vaughn, 2004:114) dalam
tesis Sri Haryani, 2013.
Catatan:
Bagan pemetaan dapat disesuaikan dengan keinginan dan kreativitasmu sendiri.
2. Berdasarkan bagan cerita di atas, ceritakan kembali dongeng Bunga Kemuning
dengan menggunakan kalimat sendiri.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
RUBRIK PENILAIAN
SOAL LATIHAN
ertemuan ke-3
Pertemuan ke-1
b. Orientasi
Orientasi atau setting, berisi informasi
mengenai latar kisah atau peristiwa.
Informasi yang dimaksud berkenaan dengan
ihwal siapa,kapan, di mana, dan mengapa.
c. Komplikasi
Komplikasi berisi rangkaian peristiwa yang
disusun secara kronologis, menurut urutan
waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama
yang dialami tokoh. Dalam bagian ini berisi
konflik yang menjadi daya tarik dlam sebuah
cerita
d. Resolusi 40
Resolusi, ini berisi pernyataan kesimpulan
mengenai rangkaian peristiwa yang telah
diceritakan sebelumnya. Begian ini juga
berisi konflik yang mulai mereda dan sering
di sebut dengan bagian pemecahan masalah.
e. Koda
Koda merupakan kata-kata penutup yang
berfungsi sebagai kesimpulan ataupun
penegasan kembali tentang pesan-pesan
penting yang terkandung dalam isi hikayat.
Bagian ini juga termasuk optimal
Pertemuan ke-2
c. Alur (Plot)
Alur adalah jalan pola pengembangan atau
rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita.
Adanya alur menjadikan cerita akan menjadi
kesatuan yang utuh. Pola pengembangan cerita
suatu cerpen haruslah menarik, sehingga pembaca
dapat terdorong untuk membaca cerita sampai
akhir.
d. Latar
Latar atau setting dalam cerpen meliputi tempat,
waktu, dan peristiwa. Latar digunakan untuk
memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalanya
suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat
faktual, maupun imajinatif.
e. Gaya Bahasa
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adala ciri khas atau strategi yang
digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan
cerita. Sudat pandang terdiri dari orang pertama,
kedua, dan ketiga. Tidak menutup kemungkinan
juga, pengarang menggunakan sudut pandang
orang yang berada di luar cerita.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembacanya. Umumnya,
amanat dalam cerpen bersifat tersirat. Misalnya,
tema cerita tentang perjuangan pahlawan akan
berisi amanat tentang menumbuhkan sifat pantang
menyerah, dan semangat mempertahankan
kemerdekaan.
Rubrik Penilaian
A. REMEDIAL
Bagi peserta didik yang nilainyadi bawah KKM dapat mengerjakan tugas berikut!
2. Tentukanlah struktur dan niai-nilai yang terkandung dalam teks cerita rakyat ( hikayat)
yang telah kalian cari
B. PENGAYAAN
1. Bacalah sebuah resume materi tentang teks cerita rakyat ( hikayat) yang telah kita pelajari
GLOSARIUM
Tekscerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam
masyarakat pada masa lampau. Hal tersebut menjadi beraneka ragam yang sudah mencakup
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh setiap bangsa. Pada umumnya teks cerita
rakyat menceritakan mengenai sesuatu kejadian pada suatu tempat atau asal-usul suatu
tempat,
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, Engkos. 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia Indonesia untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Wajib. Jakarta Erlangga.
Kosasih, Engkos dan Endang Kurniawan. 2019.22 Jenis Teks dan Strategi Pembelajaran di
SMA/SMK/MA. Bandung: Yrama Widya