Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Lughoh Nafsi
Dosen Pengampu : Nur Fauziah Fatawi, M.Hum.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2 :
NURI AZZI DAKA RANI (1701020010)
NURUL HASANAH (1701020036)

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI DALAM LINGUISTIK.......................................................................
B. LINGUISTIK DALAM PSIKOLOGI.......................................................................
C. KERJA SAMA PSIKOLOGI DAN LINGUISTIK...................................................
D. PSIKOLINGUISTIK SEBAGAI DISIPLIN MANDIRI...........................................
E. TIGA GENERASI DALAM PSIKOLINGUISTIK..................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swtkarena telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah mata kuliah Ilmu Lughoh Nafsi
yang kami buat ini dengan judul “SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK”.

Dengan selesainya makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
2. Kedua orang tua kami yang telah memberi semangat dan dukungannya sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Ibu Nur Fauziah Fatawi, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
kami materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Demikan,semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk semua khususnya untuk kami
selaku penulis.

Metro, 17 September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain
berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa.
Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi
juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga
dengan proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan
pembelajaran bahasa, study linguistik perludilengkapi dengan study antar disiplin
antara linguistic dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik. Untuk memahami
lebih lanjut mari kita bahas bagaiman psikologi dalam linguistic dan sejarah
perkembangan psikolinguistik terlebih dahulu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman psikolodi dalam linguistik?
2. Bagaiman linguistic dalam psikologi?
3. Bagaimana kerja sama psikologidan linguistik?
4. Bagaimana psikolinguistik sebagai disiplin mandiri?
5. Bagaiman tiga generasi dalam psikolinguistik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui psikolodi dalam linguistik
2. Untuk mengetahui linguistik dalam psikologi
3. Untuk mengetahui kerja sama psikologidan linguistik
4. Untuk mengetahui psikolinguistik sebagai disiplin mandiri
5. Untuk mengetahui tiga generasi dalam psikolinguistik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi dalam Linguistik

Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistic, yakni dua
bidang ilmu yang berbeda, yang masing– masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan
metode yang  berlainan. Namun, keduanya sama- sama meneliti bahasa sebagai objek
formalnya. Hanya materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa,
sedangkan psikologi mengkaji  perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan
demikian cara dan tujuannya juga berbeda. Meskipun cara dan tujuan berbeda, tetapi
banyak juga bagian – bagian objeknya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan
tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang berlainan.

Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit
yang berlainan. Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu adanya kerja sama di
antara kedua disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Dengan kerja
sama kedua disiplin itu diharapkan akan diperoleh hasil kajian yang lebih baik dan
lebih bermanfaat. Sebagai hasil kerjasama yang baik, lebih terarah, dan lebih
sistematis diantara kedua ilmu itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru yang
disebut psikolinguistik, sebagai ilmu antardisiplin antara  psikologi dan linguistik,
yang disebut dengan istilah psikolinguistik.

Dalam sejarah linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh


perhatian besar  pada psikologi. Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik
berkebangsaan Jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik)
dengan pemikiran manusia (psikologi). Caranya, dengan membandingkan tata bahasa
dari bahasa – bahasa yang berlainan dengan tabiat – tabiat bangsa-bangsa penutur itu.
Von Humboldt sangat dipengaruhi oleh aliran rasionalisme. Dia menganggap bahasa
bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong – potong dan diklasifikasikan
seperti aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu merupakan satu kegiatan
yang memiliki prinsip – prinsip sendiri.
 
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkembangsaan Swiss,
telah  berusaha menerangkan apa sebenarnya bahassa itu (linguistik) dan bagaimana
keadaan bahasa itu dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah
tentang bahasa yaitu langage (bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue
(bahasa tertentu yang bersifat abstrak),dan parole (bahasa sebagai tuturan yang
bersifat konkret). Dia menegaskan objek kajian linguistik adalah langue., sedangkan
objek kajian psikologi adalah parole. Ini berarti, kalau ingin mengkaji bahasa secara
lengkap, maka kedua disiplin, yakni linguistik dan psikologi harus digunakan. Hal ini
dikatakannya karena dia menganggap segala sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada
dasarnya bersifat psikologis.

Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika,


telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi
dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga
mencoba mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari
kajian itu beliau berkesimpulan  bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan
unsur yang menentukan struktur pemikiran manusia. Beliau juga menekankan bahwa
linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting kepada psikologi Gestalt, dan
sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.1

B. Linguitik dalam Psikologi

Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang


menaruh  perhatian pada linguistik. John Dewey (1859-1952), pakar psikologi
berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau telah mengkaji bahasa dan
perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak – kanak
berdasarkan prinsip - prinsip psikologi. Umpamanya, beliau menyarankan agar
penggolongan psikologi akan kata – kata yang diucapkan kanak – kanak dilakukan
berdasarkan makna seperti yang dipahami oleh mereka, dan bukan seperti yang
dipahami orang dewasa dengan bentuk - bentuk tata bahasa orang dewasa. Dengan
cara ini, maka berdassarkan prinsip – prinsip psikologi akan dapat ditentukan
hubungan antara kata –  kata berkelas adverbia dan preposisi disatu pihak dengan
kata – kata berkelas nomina dan adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas
1
Abdul Chaer, PSIKOLINGUISTIK KAJIAN TEORETIK,2009, PT RINEKA CIPTA, Jakarta, hal. 12
kata berdasarkan pemahaman kanak – kanak kita akan dapat menentukan
kecenderungan akal (mental) kanak – kanak yangdihubungkan dengan perbedaan –
perbedaan linguistik. Pengkajian seperti ini, menurut Dewey, akan memberi bantuan
yang besar kepaada psikologi bahasa pada umumnya.

Watson (1878-1958), ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika.


Beliau menempatkan perilaku atau kegiatan berbahasa sama dengan perilaku atau
kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya Watson
hanya menghubungkan perilaku  berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi didalam
pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang  berupa tuturan. Namun, kemudian dia
menyamakan perilaku berbahasa itu dengan teori stimulus-respons  yang
dikembangkan oleh Povlov. Maka, penyamaan ini memperlakukan kata – kata sama
dengan benda –  benda lain sebagai respons dari suatu stimulus.

Weiss, ahli psikolodi behaviorisme Amerika. Beliau mengakui adanya aspek


mental dalm  bahasa. Namun, karena wujudnya tidak memiliki kekuatan bentuk fisik,
maka wujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukkan. Oleh karena itu, Weiss lebih
cenderung mengatakan bahwa bahasa itu sebagai satu bentuk perilaku apabila
seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Weiss adalah salah
seorang tokoh yang terkemuka yang telah merintis jalan kearah lahirnya
psikolinguistik. Karena dialah yang telah berhasil mengubah Bloomfield dari
penganut aliran mentalistik menjadi penganut aliran behaviorisme. Weiss juga telah
mengemukakan sejumlah masalah yang harus dipecahkan oleh linguistik dan
psikologi yang dilihat dari sudut  behaviorisme. Di antara masalah – masalah itu
adalah sebagai berikut :

1. Bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas


terhadap suatu stimulus.
2. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke alam
organisasi gerak saraf.
3. Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragam-ragamkan
kegiatan seseorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.
4. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap satu respons, atau merupakan satu
respons terhadap satu stimulus.
5. Respons bahasa sebagai satu stimul pengganti untuk benda dan keadaan yang
sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculksn kembali suatu hal yang
pernah terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian – bagiannya.

C. Kerja Sama Psikologi dan Linguistik

Kerjasama secara langsung antara linguistik dan psikologi sebanarnya sudah


dimulai sejak 1860 yaitu, oleh Heyman Steintthal, seorang ahli psikologi yang beralih
menjadi ahli linguistik, dan Moriz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih
menjadi ahli psikologi dengan menrbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan
masalh psikologi bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.
Kerja sama ini lebih erat di lakukan pada tahun 1901 di Jerman oleh Albert
Thumb seorang ahli linguistik dengan Karl Marbe seorang ahli psikologi, yang
menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die Psbchologishen
Grundlagen der Sprachlichen Analogiebieldung sebagai hasil kerja samanya.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa
sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk masuk ke
dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan melalui
panca indera manusia.
Di Amerika Serikat kerja sama ini di rintis oleh lembaga Social Science
Reserch Council dengan menyelenggarakan satu seminar pada tahun 1951 di
Universitas Cornell yang mempertemukan pakar – pakar linguistik, psikologi,
patologi, ahli – ahli teori informasi, dan pembelajaran bahasa.
Dasar – dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar didalam buku yang
disunting oleh Osgood dan Sebeok diatas adalah berikut ini :
1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap
sebagai sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.
2. Psokolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)
berdasarkan  bahasa yang dianggapnsebagainsatu sistem tabiat dan kemampuan
yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.
3. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai
sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.2

2
Ibid
D. Psikologi sebagai Disiplin Mandiri
Kelahiran psikolinguistik ditandai dengan dibukanya satu program khusus
psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown. Sebelum terbitnya dua buku yang
sangat penting dalam perkembangan psikolinguistik yaitu verbal behavior (1957) oleh
Skinner dan buku syntactic structures (1957) oleh Noam Chomsky, Leshley telah
menyarankan adanya beberapa masalah yang dapat dipecahkan bersama oleh ahli
psikologi dan ahli linguistik. Dalam teorinya, Leshley menyatakan bahwa lahirnya
suatu ucapan bukanlah merupakan perkalian serentetan respon yang datang dari luar,
melainkan merupakan satu kejadian akal yang serentak; dan stuktur sintaksis ucapan
itu hanyalah secara tidak langsung dihubungkan dengan bentuk urutannya.
Georga A. Miller dalam artikelnya berjudul “ The Psycholinguistics “ (1945)
menyatakan bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat di elakkan karena
para ahli psikologi telah lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima
symbol – symbol linguistic, sedangkan para ahli linguistic mengaku bahwa sejenis
motor – psiko – social telah dapat di pastikan menggerakkan mesin tata bahasa dan
leksikon. Maka, menurut Miller tugas utama psikolinguistik adalah menganalisis
proses –proses psikologi yang berlaku apabila orang menggunakan kalimat – kalimat.
Pada awal perkembangannya, psikolinguistik sangat berbau Neobehaviorisme
terutama yang mencoba menerangkan bahasa menurut kerangka stimulus-respons
yang tidak mentalis. Namun, devinisi baru psikolinguistik telah mencerminkan
perkembangan baru yang bersifat mentalis dan mencoba menerangkan hakikat rumus-
rumus yang abstrak yang dihipotesiskan, dan diuji sebagai akibat sifat asal atau predis
posisi biologi manusia untuk memperoleh bahasa. Inilah tujuan utama psikolinguistik
dewasa ini yang bersifat kognitif, yang mengikuti satu evaluasi dalam pengkajian
bahasa yang dilakukan oleh Noam Chomsky dengan tata bahasa generative
transformasinya. Tata bahasa ini memberikan satu peraturan mengenai rumus-rumus
tata bahasa tyang memungkinkan seseorang membuat kalimat-kalimat baru yang
jumlahnya tidak terbatas.
Pada tahun 1963 Miller dan Chomsky menulis satu artikel berjudul “Vinitary
Models of Language Users”. Dalam artikel itu Miller dan Chomsky menekankan
kebenaran realitas psikologis dari tata bahasa transformasi yang secara langsung
menerangkan rumus-rumus transformasi pada waktu melahirkan dan memahami
kalimat-kalimat. Miller dan Chomsky juga menyarankan agar teori bahasa dibedakan
dari teeori pemakaian bahasa karena keduanya merupakan dua hal yang berbeda.
E. Tiga Generasi dalam Psikolinguistik

1. Psikolinguistik Generasi pertama


 Psikolinguistik generasi pertama adalah psikolinguistik dengan para pakar
yang menulis artikel dalam kumpulan karangan berjudul psycholinguistics : A Survey
of Theory and  Reserch Problems yang disunting oleh Charles E. Osgood dan Thomas
A. Sebeok. Titik pandang Osgood dan Sebeok berkaitan erat dengan aliran
behaviorisme (aliran perilaku) atau lebih tepat lagi aliran neobehaviorisme. Teor-teori
ini mengidentifikasikan bahasa sebagai stu sistem respon yang langsung dan tidak
langsung terhadap stimulus verbal dan nonverbal. Orientasi stimulus respons ini
adalah orientasi psikologi.
Tokoh lain dari generasi pertama ini adalah L.Bloomfield. Beliau adalah
tokoh linguistik Amerika yang menerima dan menerapkan teori  –  teori
behaviorisme dalam analisis  bahasa. Teknik analisis bahasa dan pandangannya
tentang hakikat bahasa sama dengan pandangan dan teori psikolinguistik perilaku.
Manusia yang normal sejak lahir telah dilengkapi dengan kemampuan belajar. Oleh
sebab itu, kemampuan berbahasa didapat atau dicapai melalui proses belajar. Hal ini
menunjukkan  bahwa itu harus dipelajari. Dengan kata lain, kemampuan berbahasa
adalah satu kemampuan hasil belajar, dan bukan sebagai sesuatu yang diwarisi. Tokoh
lain dari psikolinguistik generasi pertama, dan yang dianggap sebagai tokoh utama
adalah B. F. Skonner. Beliau menjadi tokoh yang kemudian ditentang oleh Noam
Chomsky yang menganut aliran kognitif dalam proses berbahasa. Namun, teori – teori
Skinner inilah yang dianut oleh teori – teori linguistik aliran Bloomfield.

2. Psikolinguistik Generasi Kedua

Karena pada psikolinguiatik generasi pertama tidak menjawab banyak masalah


proses  berbahasa, dan teori – teori itu kekurangan daya penjelas, maka diperlukan
teori yang lain dalam  psikolinguistik. Lahirlah teori – teori psikolinguiatik generasi
kedua, dengan dua tokoh utamanya yakni Noam Chomsky dan George Miller.
Menurut Mehler dan Noizet, psikolinguistik generasi kedua telah dapat mengatasi
ciri – ciri atomistik dari psikolinguistik Osgood-Sebeok. Psikolinguistik generasi
kedua berpendapat  bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir – butir bahasa yang
diperoleh, melainkan kaidah dan sistem kaidahlah yang diperoleh.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
 Kelahiran psikolinguistik generasi ketiga ini oleh G. Werstch dalam bukunya
Two  Problems for the New Psycholinguistics diberi nama  New Psycholinguistics.
Ciri-ciri psikolinguistik generasi ketiga ini adalah sebagai berikut : Pertama, orientasi
mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Mereka  berorientasi
kepada psikologi seperti yang dikemukakan oleh Fresse dan Al Vallon dari perancis,
dan mungkin juga kepada psikologi aktivitas dari Uni Sovyet atau seperti ditekankan
oleh G. Werstch bahwa terjadi proses yang serempak dari informasi linguistik dan
psikologi. Kedua, keterlepasan mereka dari kerangka psikolinguistik kalimat dan
keterlibatan dalam psikolinguistik yangberdasarkan situasi dan konteks. Ini berarti,
analisis psikolinguistik bukan lagi menentukan kalimat hubungan antara struktur
gramatikal dan kaidah semantik model Noam Chomsky dengan teori generatif
transformasinya, tetapi hubungan ini diperluas dengan memperhitungkan situasi dan
konteks. Ketiga, adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang
abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.
Pergeseran dari ujaran yang abstrak ke komunikasi dan pikiran ini
dikemukakan oleh J. S. Bruner dalam artikelnya berjudul Frol Communication to
Language yang dimuat dalam Cognition tahun 1974-5. Ketiga ciri utama dari
psikolinguistik generasi ketiga ini menunjukkan telah terjadinya satu peningkatan
kualitatif dalam perkembangan psikolinguistik di negara – negara Barat. Namun,
menurut Leontive (1981) dibandingkan dengan perkembangan linguistik di Eropa,
maka osikolinguistik di Rusia sudah lebih dulu berkembang karena sejak awal
psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan jurus komunikasi dan pikiran dalam
analisas  psikolinguistik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Psikologi dalam Linguistik


Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika,
telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi
dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga
mencoba mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari
kajian itu beliau berkesimpulan  bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan
unsur yang menentukan struktur pemikiran manusia. Beliau juga menekankan bahwa
linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting kepada psikologi Gestalt, dan
sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.
2. Linguitik dalam Psikologi
Bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas
terhadap suatu stimulus. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu
masyarakat ke alam organisasi gerak saraf.
3. Kerja Sama Psikologi dan Linguistik
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa
sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk masuk ke
dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan melalui
panca indera manusia.
4. Psikologi sebagai Disiplin Mandiri
Georga A. Miller dalam artikelnya berjudul “ The Psycholinguistics “ (1945)
menyatakan bahwa kelahiran disiplin psikolinguistik tidak dapat di elakkan karena
para ahli psikologi telah lama mengakui bahwa otak (akal) manusia itu menerima
symbol – symbol linguistic, sedangkan para ahli linguistic mengaku bahwa sejenis
motor – psiko – social telah dapat di pastikan menggerakkan mesin tata bahasa dan
leksikon. Maka, menurut Miller tugas utama psikolinguistik adalah menganalisis
proses –proses psikologi yang berlaku apabila orang menggunakan kalimat – kalimat.
5. Tiga Generasi dalam Psikolinguistik
1. Psikolinguistik Generasi pertama
 Psikolinguistik generasi pertama adalah psikolinguistik dengan para pakar
yang menulis artikel dalam kumpulan karangan berjudul psycholinguistics : A Survey
of Theory and  Reserch Problems
2. Psikolinguistik Generasi Kedua
Karena pada psikolinguiatik generasi pertama tidak menjawab banyak masalah
proses berbahasa, dan teori – teori itu kekurangan daya penjelas, maka diperlukan
teori yang lain dalam  psikolinguistik. Lahirlah teori – teori psikolinguiatik generasi
kedua, dengan dua tokoh utamanya yakni Noam Chomsky dan George Miller.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
Psikolinguistik generasi ketiga ini oleh G. Werstch dalam bukunya Two
Problems for the New Psycholinguistics diberi nama  New Psycholinguistics.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2009. PSIKOLINGUISTIK KAJIAN TEORETIK. PT RINEKA CIPTA:


Jakarta
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.1995.SOSIOLINGUISTIK: PERKENALAN AWAL.
PT RINEKA CIPTA: Jakarta
Chaer, Abdul.1994.LINGUISTIK UMUM. PT RINEKA CIPTA: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai