SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Motto
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d: 11).
“Baik untuk merayakan kesuksesan, namun yang lebih penting adalah belajar
dari sebuah kegagalan” (Bill Gates).
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercintah Asbula Hi.Hasad dan Ibundah tercintah Ratna
Kasim, yang telah merawat dan membesarkan saya dari kecil . Terima kasih
atas doa, motivasi, semangat, cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah
kalian diberikan ke pada saya sehingga saya bisa menyelesaikan studi akhir.
2. Kedua bimbinganku, orang tuaku di kampus Bapak Rafik M. Abasa, S.Pd.,
M.Pd dan Bapak Hubbi Saufan Hilmi, S.Pd., M,Pd yang membimbing dan
mengarahkan serta memberikan semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Justam Wahab, S.Pd., M.Pd, selaku penguji I, Darlisa Muhamad, S.Pd, M.Pd, selaku
penguji II, dan Adriani, S.Pd, M.Pd, selaku penguji III, yang selalu sabar memberikan
kritikan dan masukkan kepada penulis demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini.
4. Untuk keluarga besar Asbula Hi.Hasad dan Ratna Kasim, yang telah
memberikan dukungan, semangat, dan motivasi selama saya menjalani
perkuliahan hingga sekarang, semoga selalu dilancarkan dalam penyusunan
skripsinya.
5. Untuk teman-teman HIMABIN, yang telah memberikan dukungan, semangat
dan motivasi ke pada saya sehingga saya bisa menyelesaikan studi akhir.
6. Loversi Rusmina Taib, saya ucapkan banyak terima kasih telah membantu
saya, memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Almamaterku tercinta Universitas Khairun Ternate.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-
Nya yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Interferensi Fonologi Bahasa Makian Dialek Samsuma
Ke Dalam Bahasa Indonesia Di Kecamatan Pulau Makian Kabupaten
Halmahera Selatan”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Skripsi ini
adalah sebagai persyaratan penyelesaian tugas akhir pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Khairun Ternate.
Dalam proses penyusunan Skripsi ini penulis menjumpai berbagai
hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan cukup baik. Oleh karena itu, penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. M. Ridha Ajam, M.Hum, selaku Rektor Universitas Khairun Ternate.
2. Dr. Abdulrasyid Tolangara, S.Pd, M.Si, selaku dekan Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
3. Dr. Muamar Abd Halil, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
4. Rafik M. Abasa, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing I, dan Hubbi Saufan Hilmi, S.Pd,
M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu sabar dalam mengarahkan penulis untuk
penyelesaian Skripsi ini.
5. Justam Wahab, S.Pd., M.Pd, selaku penguji I, Darlisa Muhamad, S.Pd, M.Pd, selaku
penguji II, dan Adriani, S.Pd, M.Pd, selaku penguji III, yang selalu sabar memberikan
kritikan dan masukkan kepada penulis demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini.
6. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Khairun, dan Ibu
Jana sebagai Tata Usaha yang senantiasa menjadi panutan, pendidik dan memberikan
pelayanan yang baik selama perkuliahan.
7. Almamaterku tercinta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Khairun
Ternate, tempat di mana aku dibesarkan dan dibina serta di didik sehingga saya bisa
mendapat ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (Chaer, 2013: 53), bahasa adalah satu-satuya milik manusia yang
tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan
manusia itu, sebagai mahkluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada
kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi pun
peran yang besar dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas
aktivitasnya sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia butuh
interaksi dengan sesamanya dan alat untuk berinteraksi itu disebut dengan bahasa.
Bahasa merupakan sistem bunyi yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia.
Bahasa Makian dialek Samsuma sebagai bahasa pertama (B1) dan bahasa
Indonesia. Hal seperti ini sulit di hindari dari lingkungan masyarakat maupun di
1
2
Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dikenal dan dipelajari oleh
seorang penutur, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari setelah
penutur tidak sama. Penutur yang lebih menguasai bahasa pertamanya, ada pula
yang lebih menguasai bahasa keduanya. Tingkat penguasaan salah satu bahasa
dari kedua bahasa tersebut mempengaruhi dalam mempelajari bahasa lain. Dalam
keadaan seperti ini, sering terjadi apa yang disebut dwibahasawan atau
penyimpangan sebagai akibat pengenalan dua bahasa atau lebih. Interferensi ini
biasanya terjadi dari bahasa ibu (bahasa pertama) ke bahasa Indonesia yang
dipelajari. Hal ini bisa saja dikarenakan penutur pada waktu mempelajari bahasa
kedua masih terbawa pola bahasa pertamanya yang dikarenakan pola bahasa
hidup manusia yang berinteraski sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang
Masyarakat Desa Samsuma merupakan salah satu daerah yang cinta akan
budayanya bahkan dialek mereka selalu terdengar berbeda dengan Desa lain,
tergolong dwibahasawan karena menguasai bahasa lebih dari satu dan itulah yang
atau tidak, sering terjadi kesalahan di dalam menggunakan bahasa Indonesia. Hal
ini disebabkan kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian.
Hal seperti ini sulit dihindari bagi masyarakat Samsuma, karena bahasa Makian
merupakan bahasa pertama (bahasa ibu) yang pertama dikuasai oleh masyarakat
pada umumnya.
bahasa-bahasa itu sehingga terpisah dan seberapa jauh seseorang itu mampu
bahasa daerah (B1) sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia (B2) sebagai
bahasa kedua. Unsur-unsur bunyi bahasa daerah (B1) dialek Samsuma ini sering
Misalnya kata “sepatu” akan mengalami unsur serapan pada vokal /e/. Kata
“sepatu” berubah menjadi “spatu”. Kata “karena” berubah menjadi kata “karna”
B. Batasan Masalah
Batasan penelitian ini di batasi ialah satu aspek saja yang ditinjau dari kajian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Makian.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Halmahera Selatan.
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Prodi Bahasa Indonesia, dari hasil penelitian ini di harapkan dapat
Halmahera Selatan”.
F. Defenisi Operasional
Penelitian ini terdapat tiga istilah yang memperjelas agar tidak terjadi
kesalahan dalam penelitian. Istilah yang perlu didefinisikan yaitu: (1) Interferensi
2. Dialek dalam bahasa Yunani (dialektos) adalah varian dari sebuah bahasa
bersama, yang merasa termasuk dalam kelompok itu, atau yang berpegang
KAJIAN TEORI
A. Konsep Interferensi
1. Pengertian Interferensi
lain yang bersifat melanggar kaidah gramatika bahasa. Istilah interferensi pertama
kali digunakan oleh Weinreich (dalam Sukmawansari, 2018: 33), untuk menyebut
bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang
bilingual. Penutur yang bilingual adalah penutur yang menggunakan dua bahasa
secara bergantian.
dalam bahasa Indonesia berlaku bolak-balik, artinya unsur bahasa daerah bisa
bahasa daerah. Pengertian lain dikemukakan oleh Jendra (2018: 35), menyatakan
bunyi (fonem) bahasa pertama ke dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga
bahasa penerima. Dalam komunikasi bahasa yang menjadi sumber serapan pada
saat tertentu akan beralih peran menjadi bahasa penerima pada saat yang lain, dan
sebaliknya.
7
8
Rafik M Abasa (2013: 217) bahwa interferensi adalah kesulitan yang timbul
dalam proses penguasaan bahasa kedua dalam hal bunyi, kata, atau konstruksi
sebagai akibat dengan kebiasaan bahasa pertama. Oleh karena itu, penggunaan
fonologis.
penyimpangan atau masuknya unsur serapan pada saat pengucapan kata dalam
2. Jenis-jenis Interferensi
bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat
Prefiks, sufiks, dan konfiks. Selanjutnya, interferensi sintaksis dapat dilihat pada
a. Interferensi Fonologi
biasa terjadi seperti penghilangan fonem pada awal, tengah, akhir, atau melalui
Interferensi fonologi adalah kekacauan atau gangguan sistem suatu bahasa yang
berhubungan dengan fonem. Interferensi fonologi ini terjadi pada tataran vokal,
b. Interferensi Morfologi
gramatikal.
c. Interferensi Sintaksis
1. Fonem vocal
Terdapat lima fonem vokal, yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Berdasarkan
gerakan alat ucap, fonem vokal tersebut dapat dibedakan sebagai berikut.
Vokal tinggi : i, u
Vokal tengah : e, o
Vokal rendah : a
10
Vokal depan : i, e
Vokal pusat : a
Vokal belakang : u, o
Vokal bundar : u, o
vokal, yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ dapat menempati semua posisi dalam kata, baik
Interferensi dalam bidang fonologi terjadi pada tataran vokal yang tampak
Terima „tarima‟
Benang „banang‟
Sepeda „speda‟
a. Fonem konsonan
adalah /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /q/, /c/, /j/, /s/, /h/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /l/, /w/,
dan /y/.
- Konsonan nasal ada empat, yaitu /m/, /n/, /ny/, dan /ng/.
11
- Konsonan letupan ada tujuh, yaitu /p/, /t/, /d/, /k/, /g/, dan /q/.
- Konsonan bilabial ada empat, yaitu /m/, /p/, /b/, dan /w/.
- Konsonan alveolar ada enam, yaitu /n/, /t/, /d/, /s/, /l/, dan /r/.
- Konsonan palatal ada empat, yaitu /ny/, /c/, /j/, dan /y/.
konsosnan dalam mengisi posisi tertentu, baik di awal, tengah, maupun di akhir
kata. Dapat dipastikan bahwa ada fonem yang dapat menduduki semua posisi,
tetapi ada juga, bahkan sebagian besar fonem yang lain hanya menempati posisi
tertentu.
5. Gugus konsonan
Gugus konsonan terdapat dalam sebuah suku yang terdiri atas kelompok
atau deretan dua buah konsonan atau lebih tanpa disela dengan vokal. Interfernsi
fonologi bahasa daerah dalam bahasa Indonesia juga terjadi pada bidang konsonan
yakni terjadi perubahan konsonan dalam bentuk penggantian bunyi konsonan dan
12
adanya pengaruh kontak dua bahasa atau lebih dalam diri individu yang
Sejalan dengan itu menurut Weinrich dalam Abdul Chaer (2010: 64-65), selain
berbagai pengaruh lain dari sumber bahasa, baik dari bahasa daerah maupun
bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur
akan menimbulkan sifat kurang positif. Hal itu menyebabkan pengabaian kaidah
yang dikuasai penutur secara tidak terkontrol. Sebagai akibatnya akan muncul
bentuk interferensi dalam bahasa penerima yang sedang digunakan oleh penutur,
bersangkutan, serta segi kehidupan lain yang dikenalnya. Oleh karena itu, jika
masyarakat itu bergaul dengan segi kehiduan baru dari luar, akan bertemu dan
mengenal konsep baru yang dipandang perlu. Karena, mereka belum mempunyai
menghilang. Jika hal ini terjadi, berarti kosakata bahasa yang bersangkutan akan
menjadi kian menipis. Apabila bahasa tersebut dihadapan pada konsep baru dari
luar, disuatu pihak akan memanfaatkan kembali kosakata yang sudah menghilang
dan di pihak lain akan menyebabkan terjadinya interferensi, yaitu penyerapan atau
peminjaman kosakata baru dari bahasa sumber. Interferensi yang disebabkan oleh
unsur serapan atau unsur pinjaman itu akan lebih cepat diintegrasikan karena
yakni sebagai variasi pemilihan kata untuk menghindari pemakaian kata yang
dalam bentuk penyerapan atau peminjaman kosa kata baru dari bahasa sumber
pemakai bahasa ingin menunjukkan bahwa dirinya dapat menguasai bahasa yang
dianggap bahasa berprestise tersebut. Prestise bahasa sumber dapat juga berkaitan
yang timbul karena faktor itu biasanya berupa pemakaian bahasa unsur-unsur
Kebiasaan bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada
terhadap bahasa penerima. Hal ini dapat terjadi pada dwibahasaan yang sedang
belajar bahasa kedua, baik bahasa nasional maupun bahasa asing. Dalam
dengan menggunakan bahasa kedua maka yang muncul adalah kosakata bahasa
D. Fonologi
1. Pengertian Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti
bunyi, dan logi yang berarti ilmu. Sama halnya seperti yang dikemukakan
Sebagai sebuah ilmu fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik
yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia (Abdul Chaer, 2009: 1). Hal serupa
tertentu.
dan perubahannya.
2. Jenis-jenis Fonologi
1. Fonetik
Menurut Ahmad Muaffaq (2012: 11), bahwa fonetik adalah ilmu yang mengkaji
bunyi bahasa, yang mencakup produksi, tranmisi, dan presepsi terhadapnya, tanpa
Menurut Verhaar (2004: 10), fonetik ialah cabang ilmu linguistik yang
meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa. Ia meneliti bunyi bahasa menurut cara
2. Fonemik
Menurut Abdul Chaer (2013: 103), fonemik adalah cabang studi fonologi
sebagai pembeda makna. Menurut Ahmad Muaffaq (2012: 12), bahwa fonemik
ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam fungsinya sebagai pembeda
arti. Demikian, dapat dikatakan bahwa Istilah fonemik dapat didefinisikan sebagai
satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki
E. Bahasa
1. Pengertian Bahasa
sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam hal ini, manusia
17
itu dalam masyarakat (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 2).
2. Fungsi bahasa
Gorys Keraf (2001: 3-8), menyatakan bahwa ada empat fungsi bahasa,
meliputi:
b) alat komunikasi;
3. Masyarakat
hidup manusia yang berinteraski sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang
jenis sistem sosial yang diirikan oleh tingkat kecukupan diri yang relatif bagi
kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan
4. Kedwibahasaan
dalam pergaulannya dengan orang lain maka hal ini disebut kedwibahasaan.
bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara
kemampuan atau kebiasaan yang dimiliki oleh penutur dalam penggunaan dua
bahasa.
dengan konsep bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Gramedia
Press, bilingual diartikan dapat menguasai dua bahasa atau lebih dengan baik yang
diartikan sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih oleh penutur bahasa atau lebih
pemakaian dua bahasa secara bergantian baik produktif maupun reseptif oleh
F. Bahasa Indonesia
dengan baik. Bahsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang
sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di
Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu yang pada awalnya
adalah salah satu bahasa daerah diantara berbagai bahasa daerah kepulauan
Indonesia.
Arifin dan Amran Tasai (2015: 2), mengemukakan bahwa “bahasa Melayu kuno
Adapun fungsi bahasa Melayu pada zaman Sriwijaya (Zainal Arifin dan
pantai, baik bagi siku yang ada di Indonesia bagi pedagang-pedagang yang
sejak abad ke VII, menjadi bahasa Indonesia (Zainal Arifin dan Amran Tasai,
2015: 7).
Zainal Arifin dan Amran Tasai (2015: 12), ada dua macam kedudukan bahasa
sebagai bahasa negara sesua dengan UUD 1945 BAB 15 pasal 36 yang berbunyi
“Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
karena pada saat itu Undang-undang Dasar 1945 telah disahkan menjadi Undang-
kebangsaan Indonesia.
21
tidak akan menjadi penghambat dalam berkomunikasi antara satu dengan yang
lain. Justru perbedaan yang ada menunjukkan kekayaan budaya bangsa Indonesia
dengan berbagai suku dan bangsa dalam satu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
G. Dialek
Abdul Chaer dan Agustina Leonie (2010: 63), menyatakan bahwa dialek
yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dilaek adalah salah
satu variasi bahasa yang dilkaukan oleh masyarakat setempat untuk membedakan
H. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam
sebuah negara kebangsaan yang terletak pada suatu daerah kecil di bagian federal
atau provinsi dan daerah yang lebih luas. Indonesia meupakan negara kesatuan
yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan bahasa. Selain bahasa Indonesia
sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan agar terhindar dari jamahan asing
keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan
budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa Indonesia
II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional
dasar.
dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga).
Indonesia
Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di bahasa
“gethuk” (penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian
dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama)), karena di bahasa indonesia istilah
tersebut belum ada, maka istilah “gethuk” juga di resmikan di bahasa indonesia
sebagai istilah dari “penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus,
perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dan
internasional.
Antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah telah terjadi kontak sosial dan
budaya yang aktif. Jiwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah telah bertemu. Kedua
mempengaruhi.
kedaerahan. Bahasa Indonesia tidak terasa sebagai bahasa asing, tetapi terasa
sebagai bahasa milik sendiri disamping bahasa ibu. Dengan asimilasi akibat
bobot, macet, seret, awet, sumber, melempem, (ber) kumandang, semua berasal
3. Bahasa Makian
Bahasa Makian merupakan salah satu bahasa daerah di pulau Makian yang
memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas. Pulau Makian adalah sebuah
pulau kecil yang berada Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Selatan
dan berdekatan dengan dua pulau kecil yaitu pulau Moti dan Kayoa. Pulaunya
kecil yang memeliki keanekaragaman seni dan budaya, di antara semua pulau di
Maluku Utara, pulau Makian termasuk pulau kecil yang memiliki bahasa
terbanyak perbedaan bahasa dibedakan dalam dua bagian yaitu Makian Dalam
dan Makian Luar, untuk Makian Luar yang terdiri dari 5 desa memiliki satu
bahasa yang sama, sedangkan untuk Makian Dalam yang terdiri dari 6 desa
orang Makian sendiri ataupun bahasa dari luar pulau Makian, seperti desa Soma,
desa Tahane, desa Mailoa, desa Samsuma dan desa Peleri menyebutkan Makian
adalah teba Sedangkan untuk desa Ngofakiyaha dan Ngofagita dan Makian Luar
menyebutkan taba, Sedangkan bahasa dari tetangga seperti Tidore dan Ternate
Contoh perbedaan bahasa Makian Luar dan bahasa Makian Dalam. untuk
Makian Luar, satu, dua bahasanya adalah minye, mideng, sedangkan Makian
Dalam, psa, plu artinya satu, dua (desa Tahane, desa Soma, desa Peleri, dan desa
Samsuma). Sedangkan pso, plu ini bahasa Ngofakiyaha, dan Ngofagita artinya
26
sama yaitu satu, dua. Di antara bahasa tersebut ada yang sama. Namun, sebagian
Pulau Makian terdapat Makian Dalam dan Makian Luar. Makian Dalam
terdiri dari 6 desa yaitu Ngofagita, Ngofakiyaha, Samsuma, Peleri, Tahane, dan
Soma. Sedangkan Makian Luar terdiri dari 5 desa yaitu Sabale, Malapa, Bobawa,
I. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka, ditinjau dari segi sosial budaya,
menggunakan bahasa daerah yakni Bahasa Makian sebagai bahasa ibu, selain
yaitu dialek Samsuma, dialek Tahane, dialek Peleri, dan dialek Ngofakiyaha.
berfungsi sebagai alat penghubung antar budaya dan antar daerah tetapi juga
J. Penelitian Relevan
Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom
27
Piye Ya? Harian Suara Merdeka”. Penelitian ini ditekankan pada interferensi
2. Judul karya Ilmiah yang ditulis oleh Dosen Fakultas Sastra Universitas
oleh Siswa SLTP Negeri 4 Kahu Kabupaten Bone. Adapun penelitian ini
bahasa daerah dalam kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh siswa SMP.
5. Judul karya Ilmiah yang ditulis oleh Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
yang dikumpulkan berasal dari lingkungan yang nyata dan apa adanya, berupa
Samsuma. Disamping itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Selatan. Menurut (Mahmud, 2011: 81), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang
28
29
berikut:
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah data-data yang berkaitan dengan bentuk
dalam bahasa Indonesia akibat terjadinya kontak bahasa yang diujarkan oleh
Selatan.
Data pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang fakta yang sudah dicatat
(recorded). Segala sesuatu itu bisa berbentuk dokumen, batu, air, pohon, manusia
2. Sumber Data
(Mahsun, 2017: 28) mengatakan bahwa sumber data adalah sumber dari
mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data primer merupakan suatu data yang di susun oleh peneliti yang di
diujarkan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data tersebut
bias diperoleh dengan cepat dan sumber datanya biasa berasal dari buku, artikel,
3. Lahir dan di besarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah
31
penelitian;
9. Sehat jasmani dan rohani (sehat jasmani maksudnya tidak cacat berbahasa
pertanyaan dengan tepat, sedangkan sehat rohani maksudnya tidak gila atau
pikun.
1. Teknik Wawancara
pertemuan yang di lakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun
suatu ide dengan cara Tanya jawab, sehingga dapat di kerucutkan menjadi sebuah
2. Teknik Simak.
dasar. Maka, peneliti memiliki teknik, yaitu teknik simak libat cakap, catat, dan
libat cakap sebagai pendukung pemerolehan data yang valid. Teknik simak libat
mengajukan pertanyaan kepada informan. Selain itu juga peneliti tidak hanya
kontak antar mereka, karena itulah diperoleh data-data penggunaan bahasa yang
4. Teknik Rekam
Adapun teknik rekam dan teknik catat sebagai teknik yang dilakukan ketika
menerapkan metode simak. Kemudian itu, dalam peristiwa tutur peneliti tidak
5. Dokumentasi
masyarakat desa Samsuma dalam komunikasi lisan sehingga dari hasil analisis ini
Selatan.
34
Berikut ini adalah rincian langkah-langkah dalam teknik analisis data yaitu
sebagi berikut:
telah dirangkum dalam bentuk catatan untuk diamati dan diperiksa serta
dipilih dalam hal ini kaitannya bentuk ujaran yang mengalami interferensi.
3. Reduksi data merupakan tahap pengolahan data yang tersedia mana yang
sajian yang deskriptif. Dalam hal ini data yang telah diklasifikasikan tersebut
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini peneliti peroleh dari beberapa hasil percakapan
wawancara, teknik simak, teknik libat cakap, teknik rekan dan dokumentasi.
Halmahera Selatan.
konsonan dan vokal pada kata yang mengalami interferensi fonologi sebagai
berikut:
36
37
Data di atas jelas terdengar penghilangan salah satu fonem pada kata,
bahasa Makian dialek Samsuma ke dalam bahasa Indonesia. Seperti pada kata
yang dicetak miring misalnya: səjahtra, dan suda, yang seharusnya pada
Sedangkan perubahan fonem [k] menjadi fonem [g] seperti pada kata (1l)
[ny] pada bunyi sangsinya menjadi [ŋ], dan [ñ], yang seharusnya <sanksinya>
(1k) Peneliti : Selama Kepala Desa menjabat, program apa saja yang bisa
masyarakat lakukan?
(1l) Bapak Amar Kasim : Selama Kapala Desa ini menjabat hanya pagar dan jalan
stapak saja.
(1m) Peneliti : Bahasa apa yang di gunakan masyarakat Desa Samsuma?
(1n) Bapak Amar Kasim : Bahasa daera Makean Samsuma.
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
<setapak>, dan <daerah>. Sedangkan perubahan pada kalimat (1h) sampe adalah
diftong atau bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan menjadi
fonem [ai] menjadi fonem [e] secara fonetis bunyi direalisasikan sebagai vokal
depan, tengah dan tak bulat. Perubahan ini disebabkan gugus depan berkonstraksi
menjadi satu vokal atau silabel yang sederhana, yang seharusnya dalam bahasa
Indonesia adalah bentuk <sampai>. Sedangkan perubahan fonem pada kata (1j)
tara, (1d) məsjid mengalami perubahan fonem [a] menjadi fonem [e] dan (1n)
Makean mengalami perubahan pada fonem [i] menjadi fonem [e], yang
[n], dan perubahan fonem [e], [u] menjadi [o] penambahan fonem [g] pada kata
40
(1j) kobong berubah bunyi menjadi /k/ɔ/b/ɔ/ŋ/ konsonan nasal bersuara [ng] pada
bunyi kobong menjadi [ŋ], yang seharusnya pada penggunaan bahasa Indonesia
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
kata (1a) ambe adalah diftong atau bunyi [il] dalam bahasa Indonesia mengalami
perubahan menjadi [e], yang seharusnya dalam bahasa Indonesia adalah bentuk
<ambil>, secara fonetis bunyi direalisasikan sebagai vokal depan, tengah dan tak
bulat. Perubahan ini disebabkan gugus depan berkonstraksi menjadi satu vokal
atau silabel yang sederhana, dan perubahan fonem [e] menjadi fonem [a] pada
kata (1j) mangail berubah bunyi menjadi /m/a/ŋ/a/ī/l/ konsonan nasal bersuara
[ng] pada bunyi mangail menjadi [ŋ] dan fonem [i] menjadi [e] pada kata (1n)
Makean mengalami perubahan pada awal, tengah dan akhir, yang seharusnya
perubahan fonem [e], [u] menjadi fonem [o], penambahan fonem [g] pada kata
(1j) kobong berubah bunyi menjadi /k/ɔ/b/ɔ/ŋ/ konsonan nasal bersuara [ng] pada
bunyi kobong menjadi [ŋ], yang seharusnya pada penggunaan bahasa Indonesia
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
perubahan pada kata (1a) ambe adalah diftong atau bunyi [il] dalam bahasa
sebagai vokal depan, tengah dan tak bulat. Perubahan ini disebabkan gugus depan
berkonstraksi menjadi satu vokal atau silabel yang sederhana, perubahan fonem [i]
menjadi fonem [e] seperti pada kata (1n) Makean, dan perubahan fonem [e], [u]
menjadi fonem [o] pada kata (1l) bolom berubah bunyi menjadi /b/ɔ/l/ɔ/m/
konsonan nasal bersuara [o] pada bunyi bolom menjadi [ɔ], yang seharusnya
<Makian>, dan <belum> dalam bahasa Indonesia. Sedangkan pada kata (1b)
/c/u/m/a/n/ mengalami penambahan fonem [n], perubahan fonem [e], [u] menjadi
fonem [o] penambahan fonem [g] pada kata (1j) kobong berubah bunyi menjadi
/k/ɔ/b/ɔ/ŋ/ konsonan nasal bersuara [o], [ng] pada bunyi kobong menjadi [ɔ], [ŋ],
yang seharusnya pada penggunaan bahasa Indonesia adalah bentuk <Cuma> dan
<kebun>.
(1d) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Perna, masa jabatan Kepala Deesa skarangkan
tiga tahun, suda hampir spulu kali musawara biasa, musawara Desa,
musawara umum.
(1e) Peneliti) : Apakah banyak masyarakat yang hadir dalam musyawarah?
(1f) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Banya yang hadir, melebihi seratus orang.
(1g) Peneliti : Apakah masyarakat pernah mendapatkan bantuan dari Desa?
(1h) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Perna berupa BLT dan sumbangan-sumbangan
yang lain.
(1i) Peneliti : Bagaimana aktifitas kesesharian masyarakat Desa Samsuma?
(1j) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Sering pigi kobong dan sering pigi kelaut
mencari ikan.
(1k) Peneliti : Selama Kepala Desa menjabat, program apa saja yang bisa
masyarakat lakukan?
(1l) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Bakti umum, jumat bersi dan sebagainya.
(1m) Peneliti : Bahasa apa yang di gunakan masyarakat Desa Samsuma?
(1n) Bapak Abd. Kadir Bahmid : Bahasa daerah Makean Samsuma dan bahasa
Indonesia juga.
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
dan <bersi>. Sedangkan perubahan fonem [i] menjadi fonem [e] pada kata (1a)
ambel, dan (1n) Makean yang seharusnya <ambil> dan <Makian> dalam bahasa
Indonesia dan perubahan fonem [e], [u] menjadi fonem [o] penambahan fonem [g]
pada kata (1j) kobong berubah bunyi menjadi /k/ɔ/b/ɔ/ŋ/ konsonan nasal bersuara
45
[o], [ng] pada bunyi kobong menjadi [ɔ], [ŋ], yang seharusnya pada penggunaan
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
Sedangkan perubahan pada kata (1a) lebe adalah diftong atau bunyi [ih]
vokal depan, tengah dan tak bulat. Perubahan ini disebabkan gugus depan
berkonstraksi menjadi satu vokal atau silabel yang sederhana, perubahan fonem [i]
menjadi fonem [e] pada kata (1a) ambel, dan (1n) Makean yang seharusnya
<ambil> dan <Makian> dalam bahasa Indonesia. Sedangkan pada kata (1b) pada
(1n) Ibu Fatma Hi. Yahya : Bahasa daerah Makean Samsuma dan bahasa
Indonesia jika ada yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
Sedangkan perubahan pada kata (1f) iko adalah diftong atau bunyi [ut] mengalami
perubahan menjadi fonem [o], yang seharusnya adalah bentuk <ikut> dalam
bahasa Indonesia, secara fonetis bunyi direalisasikan sebagai vokal depan, tengah
dan tak bulat, perubahan ini disebabkan gugus depan berkonstraksi menjadi satu
vokal atau silabel yang sederhana, sedangkan perubahan seperti pada kata (1d)
tara, dan perubahan fonem [i] menjadi fonem [e] pada kata (1n) Makean, yang
mengalami perubahan pada awal, tengah dan akhir, yang seharusnya bentuk kata
fonem [e], [u] menjadi fonem [o] penambahan fonem [g] pada kata (1j) kobong
berubah bunyi menjadi /k/ɔ/b/ɔ/ŋ/ konsonan nasal bersuara [o], dan [ng] pada
bunyi kobong menjadi [ɔ], dan [ŋ], yang seharusnya pada penggunaan bahasa
(1c) Peneliti : Apakah selama Kepala Desa ini menjabat, pernah melakukan
musyawarah dengan masyarakat?
(1d) Ibu Lisda Majid : Perna musawarah sebanya tiga kali.
(1e) Peneliti) : Apakah banyak masyarakat yang hadir dalam musyawarah?
(1f) Ibu Lisda Majid : Sadiki tara banya minimal tiga pulu lebe.
(1g) Peneliti : Apakah masyarakat pernah mendapatkan bantuan dari Desa?
(1h) Ibu Lisda Majid : Bantuan BLT dan bantuan BANSOS.
(1i) Peneliti : Bagaimana aktifitas kesesharian masyarakat Desa Samsuma?
(1j) Ibu Lisda Majid : Cuman di ruma jaga ana.
(1k) Peneliti : Selama Kepala Desa menjabat, program apa saja yang bisa
masyarakat lakukan?
(1l) Ibu Lisda Majid : Cuman jalan
(1m) Peneliti : Bahasa apa yang di gunakan masyarakat Desa Samsuma?
(1n) Ibu Lisda Majid : Bahasa daera Makean Samsuma.
ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada kata,
<daerah>. Sedangkan perubahan pada kata (1f) lebe adalah diftong atau bunyi [ih]
vokal depan, tengah dan tak bulat, perubahan ini disebabkan gugus depan
berkonstraksi menjadi satu vokal atau silabel yang sederhana, dan perubahan
fonem [i] menjadi fonem [e] pada kata (1a) ambel, dan (1n) Makean, yang
seharusnya <ambil> dan <Makian> dalam bahasa Indonesia. Sedangkan pada kata
49
(1j) pada kata /c/u/m/a/n/ mengalami penambahan fonem [n], yang seharusnya
ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada kata,
menjadi /d/o/r/a/ŋ/ konsonan nasal bersuara [ng] pada bunyi dorang menjadi [ŋ],
perubahan fonem [i] menjadi fonem [e] pada kata (1n) Makean, yang mengalami
perubahan pada awal, tengah dan akhir, yang seharusnya bentuk kata <tidak>,
<mereka>, dan <Makian>, dan perubahan pada kata (1n) pake adalah diftong atau
bunyi [ai] mengalami perubahan menjadi fonem [e] secara fonetis bunyi
direalisasikan sebagai vokal depan, tengah dan tak bulat. Perubahan ini
disebabkan gugus depan berkonstraksi menjadi satu vokal atau silabel yang
sederhana. Sedangkan pada kata (1f) cuman yang mengalami penambahan fonem
[n], dan penambahan fonem [g] pada kata (1n) kaweng berubah bunyi
menjadi /k/a/w/ī/ŋ/ konsonan nasal bersuara [i] dan [ng] pada bunyi kawing
menjadi [ī] dan [ŋ], yang seharusnya pada penggunaan bahasa Indonesia adalah
Samsuma ke dalam bahasa Indonesia seperti penghilangan salah satu fonem pada
[u] menjadi fonem [o] pada kata (1h) tolor, dan perubahan fonem [i] menjadi
fonem [e] pada kata (1n) Makean, yang mengalami perubahan pada awal, tengah
dan akhir, yang seharusnya bentuk kata <telur>, dan <Makian>, dan perubahan
fonem pada kata (1n) pake adalah diftong atau bunyi [ai] mengalami perubahan
menjadi fonem [e] secara fonetis bunyi direalisasikan sebagai vokal depan, tengah
dan tak bulat. Perubahan ini disebabkan gugus depan berkonstraksi menjadi satu
vokal atau silabel yang sederhana. Sedangkan pada kata (1j) pada kata cuman,
52
Tabel 4.1
Pengaruh bentuk-bentuk Interferensi Fonologi bahasa Makian dialek
Samsuma ke dalam Bahasa Indonesia
Kosakata dalam bahasa No Standardisasi Kata dalam
No
Makian dialek Samsuma Pembicaraan bahasa Indonesia
1 Sejahtra 1 Sejahtera
2 Sangsi 2 Sanksi
3 Tolor 3 Telur
4 Masarakat 4 Masyarakat
5 Perna 5 Pernah
6 Cuman 6 Cuma
7 Masjid 7 Mesjid
8 Banya 8 Banyak
9 Musawara 9 Musyawarah
10 Dapa 10 Dapat
11 Kalu 11 Kalau
12 Bersi 12 Bersih
13 Ruma 13 Rumah
14 Karna 14 Karena
15 Tarada 15 Tidak
16 Pigi 16 Pergi
17 Kobong 17 Kobomg
18 Kapala 18 Kepala
19 Stapak 19 Setapak
20 Daera 20 Daerah
21 Makean 21 Makian
22 Ambe 22 Ambil
23 Langka 23 Langkah
24 Pake 24 Pakai
25 So 25 Sudah
26 Mangail 26 Mengail
27 Masala 27 Masalah
28 Tau 28 Tahu
29 Skarang 29 Sekarang
30 Spulu 30 Sepuluh
31 Lebe 31 Lebih
32 Pokonya 32 Pokok
53
33 Iko 33 Ikut
34 Sadiki 34 Sedikit
35 Ana 35 Ana
36 Dorang 36 Mereka
37 Kanari 37 Kenari
38 Pili 38 Pilih
39 Kawing 39 Kawin
40 Berali 40 Beralih
Keterangan : kata yang bercetak miring di atas yaitu kata serapan yang masih dan
sering digunakan oleh penutur asli bahas Makian dialek Samsuma.
Jika dibandingkan dengan teori Weinrich (dalam Abdul Chaer, 2010: 64-
65), ada tujuh faktor penyebab interferensi yang ia kemukakan, tetapi dalam
Penghilangan fonem bias terjadi di awal, tengah, akhir kata, misalnya penhilangan
54
fonem [h] pada kata langka berubah bunyi menjadi /l/a/ŋ/k/a/ konsonan nasal
bersuara [ng] pada bunyi langka menjadi [ŋ], dan penghilangan fonem [e] pada
Perubahan fonem pada kata ambe, bunyi diftong atau bunyi fonem [il] di lafalkan
menjadi bunyi fonem [e] pada kata <ambil>. Sedangkan penambahan fonem [g]
pada kata kawing berubah bunyi menjadi /k/a/w/i/ŋ/ konsonan nasal bersuara [ng]
pada bunyi kawing menjadi [ŋ], yang seharusnya adalah bentuk <kawin> dalam
bahasa Indonesia.
lain mencakup pngucapan suatu bunyi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
telah disusun, karena penelitian ini mencakup tentang kekeliruan pada ujaran.
Menurut teori Weinrich dalam Abdul Chaer (2010: 64-65), ada tujuh faktor
berbagai pengaruh lain dari sumber bahasa, baik dari bahasa daerah maupun
55
bahasa Indoensia. Hal itu disebabkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur
bahasa, sehingga peneliti masih menemukan kata-kata asing yang mereka kuasai.
akan menimbulkan sifat kurang positif. Hal itu menyebabkan pengabaian kaidah
yang dikuasai penutur secara tidak terkontrol. Sebagai akibatnya akan muncul
bentuk interferensi dalam bahasa penerima yang sedang digunakan oleh penutur,
lain akan mengakibatkan bahasa asing yang masih sering muncul bentuk
yakni sebagai variasi pemilihan kata untuk menghindari pemakaian kata yang
Kebiasaan bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada
terhadap bahasa penerima. Hal ini dapat terjadi pada dwibahasaan yang sedang
penerima. Hal ini akan terjadi pada dwibahasawan menggunakan bahasa kedua
oleh Drs. Irwan (2006), dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi Bahasa
sistem yang terjadi akibat interferensi, yang mendapat pengaruh dari bahasa
A. SIMPULAN
sebagai berikut:
penghilangan fonem vokal dan konsonan pada posisi awal, tengah, dan akhir, 2)
Interferensi penambahan fonem vokal dan konsonan pada posisi awal, tengah, dan
akhir, 3) Interferensi perubahan fonem vokal dan konsonan pada posisi awal,
tersebut ada yang berupa penghilangan bunyi fonem [h], fonem [e], fonem [r]
pada kata yaitu langka, sejahtra, dan pigi, perubahan fonem pelafalan bunyi
fonem [e], [u] menjadi fonem [o], fonem [i] menjadi fonem [e], dan
menambahkan bunyi fonem [n], dan fonem [g] pada kata yaitu cuman, kobong,
dan kawing.
57
58
Indonesia
B. SARAN
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang
bahasa pertama atau bahasa ibu (B1) ke dalam bahasa ke dua (B2) dan perlu
59
60
Observasi Penelitian
fonem.
Halmahera Selatan.
Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
Pertanyaan:
6. Bagaimana sanksi yang diberikan Kepala Desa pada bawahan yang langgar
aturan?
8. Selama Bapak Menjabat sebagai Kepala Desa, kegiatan apa saja yang di
Halmahera Selatan.
Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
Pertanyaan :
dengan masyarakat?
6. Selama Kepala Desa menjabat, program apa saja yang bisa masyarakat
lakukan?
Dokumentasi Penelitian
Wawancara denagn Ibu Suryati. Wawancara dengan Ibu Fatma Hi. Yahya
68
RIWAYAT PENDIDIKAN
Fajar A. Hi. Hasad, anak dari Asbula Hi. Hasad dan Ratna
Makian selesai pada tahun 2013, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 4 Halmahera Utara selesai pada tahun 2016. Pada tahun itu juga
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis
penelitian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.