Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-

hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan pendidikan. Bahasa

digunakan sebagai lingua franca atau bahasa pergaulan untuk berkomunikasi dan

berinteraksi antarsesama. Terlepas dari lingkungan keluarga dan masyarakat, dalam

pendidikan bahasa dijadikan sebagai bahasa pengantar. Bahasa yang digunakan

dalam pendidikan adalah bahasa Indonesia untuk menghubungkan antarsiswa dengan

siswa, maupun siswa dengan guru. Penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa harus

tetap dilestarikan, agar kesannya siswa dalam pendidikan lebih mengutamakan

bahasa Indonesia daripada bahasa Ibu. Oleh karena itu, bahasa Indonesia menjadi

satu-satunya bahasa yang harus dipakai dalam pendidikan, baik di kelas maupun di

luar kelas.

Sebagai pembelajar bahasa, tentunya siswa harus mampu menempatkan kosakata

bahasa Indonesia dan menggunakannya ketika berada di lingkungan pendidikan.

Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki masyarakat yang berbeda

latar belakang baik itu suku, budaya, ras maupun bahasa, sehingga menyebabkan

siswa mampu menguasai lebih dari satu bahasa (bilingual). Selain bahasa Indonesia,

siswa juga menguasai bahasa Ibu sebagai bahasa pertama. Penggunaan bahasa Ibu

akan mempengaruhi siswa saat menggunakan bahasa ke dua (bahasa Indonesia).


Pengaruh bahasa Ibu membawa dampak yang kurang baik kepada pembelajar bahasa

ketika siswa mempelajari bahasa ke dua. Hal ini akan mempengaruhi penggunaan

kosakata bahasa Indonesia siswa, baik lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa Ibu

oleh siswa di lingkungan pendidikan tidak dapat dihindari, karena bahasa Ibu

merupakan bahasa pertama sebelum anak itu mempelajari bahasa ke dua (bahasa

Indonesia).

Penguasaan lebih dari satu bahasa kerap kali terjadi dalam masyarakat bilingual.

Penguasaan lebih dari satu bahasa, dapat ditemukan dalam masyarakat yang memiliki

variasi dan ciri bahasa yang berbeda. Seperti halnya masyarakat Ternate selain

penggunaan Bahasa Indonesia, masyarakat Ternate memiliki bahasa Melayu sebagai

bahasa ibu. Bahasa Melayu Ternate digunakan masyarakat untuk berkomunikasi.

Kebiasaan menggunakan bahasa Melayu Ternate akan mempengaruhi seseorang saat

menggunakan bahasa tertentu (bahasa ke dua). Kekeliruan atau kebiasaan

menggunakan dialek atau bahasa ibu merupakan gejala interferensi. Interferensi

adalah kesalahan berbahasa ketika menggunakan bahasa tertentu atau terbawanya

kebiasaan-kebiasaan ibu atau dialek ibu ke dalam bahasa kedua. Interferensi dalam

kelompok masyarakat yang multilungal kerap kali terjadi. Terjadinya interferensi

bahasa adalah terpulang pada kemampuan si penutur menggunakan bahasa tertentu

sehingga dia dipengaruhi oleh bahasa lain. Biasanya interferensi ini terjadi saat

menggunakan bahasa kedua (B2) dan yang berinterferensi ke dalam bahasa kedua itu

adalah bahasa pertama atau bahasa ibu.


Kebiasaan menggunakan bahasa Melayu Ternate oleh seorang anak akan

terbawa masuk sampai ke lingkungan pendidikan, sehingga sewaktu dihadapkan

dengan bahasa kedua (Bahasa Indonesia) adanya bahasa Melayu Ternate yang mausk

ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan para siswa

menggunakan bahasa Melayu Ternate, ketika berbicara dengan teman, baik di

lingkungan sekolah maupun di dalam kelas. Sehingga bahasa Indonesia yang sudah

sepatutnya menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan tidak mendapat tempat

karena kebiasaan siswa menggunakan bahasa ibu (bahasa pertama).

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, penggunaan bahasa Indonesia

dalam pendidikan harus tetap gunakan dan dilestarikan, karena bahasa Indonesia

bukan saja pengantar tetapi pemersatu suku bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Selaku

pembelajar bahasa yang berkecimpun dalam pendidikan harus memerbiasakan dan

terus menggunakan bahasa Indonesia baik ketika bercakap dengan sesama teman

mauapun dengan guru. Selain itu juga, guru harus mampu menenmpatkan pemakaian

bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dalam pendidikan. Guru harus

memperbiasakan selama proses pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia, agar

siswapun terbiasa menggunakan bahasa Indonesia

Pendidikan merupakan wadah untuk mengembangkan kompetensi dan

kretativitas siswa terutama dalam segi kemampuan berbahasa. Sebagai pembelajar

bahasa, siswa dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berada di kelas

maupun di luar kelas. Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan situasi pendidikan

yang berada di Maluku Utara Ternate. Siswa lebih mengutamakan bahasa Melayu
Ternate sewaktu berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun dengan para guru.

Kebiasaan menggunakan bahasa Melayu Ternate ditemukan di SMA Negeri 5 Kota

Ternate, para siswa lebih mengutamakan bahasa Melayu Ternate daripada bahasa

Indonesia sewaktu berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun dengan para

guru. Berdasarkan observasi atau pengamatan yang dilakukan pada 13 Maret 2019

ditemuakan adanya kebiasaan para siswa dan guru yang lebih mengutamakan bahasa

Melayu Ternate ketika berkomunikasi baik di luar kelas maupun di kelas. Sehingga

mempengaruhi siswa saat menggunakan bahasa Indonesia. Penguasaan siswa

terhadap bahasa Melayu Ternate di SMA Negeri 5 Kota Ternate merupakan

kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan dan dihindari, sehingga sewaktu

menggunakan bahasa Indonesai adanya bahasa Melayu Ternate yang masuk ke dalam

bahasa Indoenisa, baik di luar kelas maupun di kelas.

Berdasarkan uarain sebelumnya, peneletian ini mengarah pada interferensi

bahasa. Salah satu permasalahan yang terdapat di SMA Negeri 5 Kota Ternate ialah

penggunaan bahasa Melayu Ternate yang dipakai ketika berkomunikasi dalam dunia

pendidiakan, baik itu di kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu peneliti

mengambil penelitian dengan judul: Interferensi Bahasa Melayu Ternate

Terhadap Penggunaan Bahasa Indoenesia Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Kota

Terante

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, interferensi terjadi pada semua tataran bahasa

yaitu interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan interferensi leksikal.

Tetapi dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada:

1. Interferensi bahasa Melayu Ternate terhadap penggunaan bahasa Indonesia di

tataran morfologi dalam bentuk teks narasi.

2. Interferensi bahasa Melayu Ternate terhadap penggunaan bahasa Indonesia

dalam proses belajar-mengajar.

3. Siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Kota Ternate.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah interferensi bahasa Melayu Ternate terhadap penggunaan bahasa

Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate di tataran morfologi dalam

bentuk teks narasi?

2. Bagaimanakah Interferensi bahasa Melayu Ternate terhadap penggunaan bahasa

Indonesia dalam proses belajar-mengajar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan interferensi bahasa Melayu Ternate terhadap penggunaan

bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 5 Kota Ternate di tataran

morfologi dalam bentuk teks narasi.


2. Menjelaskan interferensi bahasa Melayu ternate terhadap penggunaan bahasa

Indonesia dalam proses belajar-mengajar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menghasilkan dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap   perkembangan ilmu

pengetahuan terutama dalam   pengkajian bahasa.

b. Menjadi bahan referensi untuk peniliti selanjutnya, terutama penilitian

tentang bahasa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik, dapat bermanfaat untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar ketika berada di kelas maupun di luar kelas.

b. Bagi siswa, dapat bermanfaat agar dapat menghindari proses pemakaian dua

bahasa di lingkungan pendidikan formal.

c. Bagi peneliti, dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang

pengetahuan akan bahasa yang lebih khususnya pada interferensi bahasa.

Anda mungkin juga menyukai