Abstrak
Belajar merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
perubahan sikap, sertra keterampilan. Bahasa sebagai bagian dalam kehidupan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, pengalaman, dan komunikasi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia digunakan dalam setiap kegiatan
yang bersifat resmi kenegaraan, termasuk sebagai bahasa pengantar dalam bidang
pendidikan. Secara nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama,
bahasa daerah pada tingkat kedua, dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Tetapi bagi
sebagian besar orang Indonesia, dilihat dari segi emosional, keakraban, dan perolehan,
bahasa daerah menduduki tingkat pertama, bahasa Indonesia menduduki tingkat kedua,
dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia, dan memungkinkan terjadinya campur kode. Maka
dalam tulisan ini akan dibahas mengenai wujud dari Campur kode tersebut. Adapaun
metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik.
Berdasarkan hasil penelitian Rulyandi, dkk. Peristiwa campur kode tidak hanya
dilakukan oleh siswa melainkan juga oleh gurunya.Peristiwa tersebut terjadi antara
pemakaian bahasa Indonesia dengan bahasa ibu (bahasa daerah), karena bahasa ibu
sudah melekat pada diri siswa sejak kecil, sedangkan saat pembelajaran dituntut untuk
menggunakan bahasa Indonesia, sehingga secara spontan mengkombinasikan kedua
bahasa tersebut. Dan hal tersebut sudah merusak tatanan bahasa Indonesia.
PENDAHULUAN
Berdasarkan asumsi yang ada bahwa penguasaan siswa terhadap B1 lebih baik
daripada penguasaannya terhadap B2, karena B1 adalah bahasa ibu yang dipelajari dan
digunakan sejak kecil dalam keluarga. Sedangkan B2 adalah bahasa yang baru ia
pelajari ketika ia masuk sekolah. Penguasaan B1 yang lebih baik daripada B2, dan
kesempatan untuk menggunakan B1 lebih luas daripada kesempatan untuk
menggunakan B2, memungkinkan B1 siswa akan mempengaruhi B2 nya.
Beberapa teori yang mendukung untuk menjelaskan konsep dalam penelitian ini
diantaranya teori tentang sosiolinguistik yaitu bilingualisme dan campur kode. Menurut
pandangan sosiolinguistik bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Kajian
secara eksternal berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang
berada di luar bahasa, yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para
penuturnya. (Chaer dan Agustina, 2010:1).
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai pengaruh bahasa ibu siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran berbicara seperti ceramah dan
debat. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal itu terjadi menjadi sangat
penting. Agar peristiwa campur kode pada saat pembelajaran dapat diminimalisir.
METODE
Penelitian ini merupakan studi deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi
terhadap data hasil penelitian Rulyandi, dkk. yang berdasarkan pada pendekatan
sosiolinguistik. Penelitian ini difokuskan pada tuturan guru yang menggunakan alih
kode dan campur kode saat berinteraksi dengan siswa dalam pembelajaran bahasa
indonesia di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah teks dialog guru dan siswa dalam jurnal tersebut. Teks dialog tersebut diamati
dengan berpedoman pada buku dan jurnal mengenai ilmu sosiolinguistik yang
menjelaskan tentang alih kode dan campur kode. Adapun langkah-langkahnya yaitu
pengumpulan data, mengamati data, menafsirkan data, dan penarikan kesimpulan, yang
kemudian dituangkan dalam bentuk deskriptif.
Siswa: "KPM"
Guru: "contone"
Siswa: "membaca..."
Kalau pun teks ceramah tersebut sudah ia revisi dengan baik tanpa adanya campur
kode. Namun ketika ia mempraktikannya, membaca teks ceramah tersebut di depan
kelas, kemungkinan besar peristiwa campur kode itu akan muncul kembali. Karena
penguasaan terhadap bahasa ibu yang lebih baik dan lebih sering digunakan daripada
bahasa Indonesia yang hanya sebagai pengantar pembelajaran, akan dapat
mempengaruhi bahasa Indonesianya.
Suatu bahasa dapat dipelajari dari proses menyimak untuk kemudian ia dapat
berbicara menggunakan bahasa tersebut. Siswa menyimak bahasa ibunya dari sejak ia
lahir hingga sekarang, sedangkan siswa baru menyimak bahasa Indonesia ketika ia
masuk pada lingkungan pendidikan formal. Bahkan dalam pendidikan formal pun,
pengantar pembelajaran tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga
siswa lebih banyak kesempatan menyimak bahasa ibunya (B1) daripada bahasa
Indonesia (B2). Hal itu menyebabkan siswa lebih fasih berbahasa ibu (B1) daripada
berbahasa Indonesia (B2).
Berdasarkan uraian di atas, faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu (1)
karena guru ingin menjelaskan suatu maksud tertentu, (2) karena situasi, (3) karena
ingin menjalin keakraban dengan siswa, dan (4) faktor yang paling utama yaitu
kurangnya penguasaan siswa terhadap bahasa Indonesia. Sedangkan menurut Dell
Hymes, 1972 (dalam Chaer dan Agustina, 2019 : 48) bahwa suatu peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen yang dirangkaikan dalam akronim SPEAKING, yaitu
setting and scene (latar), participant (peserta), end (hasil), act (amanat), key (cara),
instrument (saran), norma (norma), dan genre (jenis).
SIMPULAN
Campur kode yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat berupa (1)
wujud campur kode berupa penyisipan kata dari bahasa ibu, (2) campur kode berupa
penyisipan frasa dari bahasa ibu, (3) wujud campur kode berupa klausa dari bahasa ibu,
dan (4) wujud campur kode berupa ungkapan yang berasal dari bahasa ibu. Peristiwa
campur kode tersebut dapat dengan mudah diamati pada pembelajaran berbicara seperti
ceramah. Karena biasanya bahasa verbal lebih spontan daripada bahasa tulis.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode yaitu (1) penutur, (2)
lawan tutur, (3) adanya konsep yang sukar dicari padanannya dalam bahasa Indonesia,
(4) adanya penguasaan terhadap bahasa ibu yang lebih baik daripada penguasaan bahasa
Indonesia, dan (5) untuk menjalin keakraban.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
H. Harsia. "Interperensi Gramatikal Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia pada
Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SMP Negeri 1
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur". ONOMA. Vol 1. No 1. (2015): 1-12.
https://scholarship.google.co.id/scholarship?
jl=id&as_sdt=0%2C5&q=interperensi+gramatikal+bahasa+Jawa+terhadap+bahas
a+Indonesia+pada+proses+pembelajaran+bahasa+Indonesia+siswa+kelas+VI+S
MP+Negeri+1+mangkutana+kabupaten+Luwu+Timur&btnG=#d=gs_qabs&p=&
u=%23p%3D3BjBFLb3kgwJ
Rulyandi, Muhamad Rohmadi, dan Edy Tri Sulistyo. "Alih Kode dan Campur Kode
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA". PEDAGOGIA. Vol 17. No 1.
(2014): 27-39. https://scholarship.google.co.id/scholarship?
gk=id&as_sdt=0%2C5&q=alih+kode+dan+campur+kode+dalam+pembelajaran+
bahasa+Indonesia+di+SMA&btnG=#d=gs_qabs&p=&u=%23p
%3Djt_DXDYIMRgJ