PENDAHULUAN
Bahasa tidak dapat terpisahkan dari manusia dan akan selalu muncul dalam
setiap kegiatan. Mulai saat seseorang beranjak dari tidur sampai menuju ke tidur
berikutnya, manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan aspek
Keraf (2000 : 19) bahasa dapat diartikan alat komunikasi antar anggota
masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dilakukan oleh alat ucap manusia.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa tidak dapat lepas
dari bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang mereka gunakan dapat berupa
yang pertama adalah bahasa daerah, umumnya bahasa daerah merupakan bahasa
yang pertama kali kita dipelajari, kita tumbuh dalam suatu daerah yang
menggunakan bahasa tertentu sebagai alat interaksi. Karena interaksi sosial yang
terjadi dalam lingkungan tempat tinggal, mulailah timbul kontak antara bahasa
memiliki jumlah yang cukup besar. Kondisi semacam ini secara langsung akan
1
2
menggunakan lebih dari satu bahasa secara bergantian, baik dalam tuturan lisan
maupun tulis.
siswa dalam berbahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Dalam konteks
ini siswa secara sengaja maupun tidak membiasakan bertutur dengan memasukkan
unsur kedua bahasa tersebut. Sehingga terjadi interferensi. Menurut Hartman dan
dan Roekhan (1990:28) bahwa “interferensi adalah peristiwa transfer asset suatu
dominan atau lebih baik dibandingkan bahasa yang lain. Hal tersebut sesuai
interferensi lebih mudah terjadi dari bahasa yang dominan ke bahasa yang lemah
dari pada sebaliknya. Penguasaan bahasa dalam hal ini dibedakan menjadi dua,
Fakta ini sesuai dengan pernyataan Romaine (1989 (dalam Alwasilah, 1990)
bahwa “setiap bahasa yang bersentuhan dengan bahasa lain pasti akan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan
siswa yang lebih dominan menggunakan bahasa Jawa dalam berbicara sehari-hari
bahasa Jawa sebagai bahasa yang lebih dominan dapat terjadi ke dalam bahasa
pada tuntutan bahwa di dalam konteks pembelajaran berbahasa yang baik adalah
berbahasa yang sesuai kaidah. Hal tersebut dipertegas oleh Chaer dan Agustina
(2010 : 165) yang menyatakan bahwa dilihat dari segi “kemurnian bahasa”
berbahasa.
ketika menulis teks pidato. Permasalahan tersebut muncul karena siswa tersebut
merupakan seorang dwibahasawan, yaitu menguasai dua bahasa, bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Jawa yang sudah terlebih dahulu dikuasai
belum dikuasai baik oleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya
kesalahan yang terjadi seperti kesalahan struktur bahasa daerah yang masih
4
banyak masuk dalam menulis sebuah teks pidato. Demikian halnya yang terjadi
secara bertahap.” Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sebuah tulisan
teks pidato persuasif, tidak terkecuali dalam jenjang pendidikan di tingkat SMP.
Keterampilan menulis teks pidato persuasif ini terdapat dalam KD 3.4 menelaah
struktur dan ciri kebahasaan pidato persuasif tentang permasalahan aktual yang
didengar dan dibaca dan KD 4.4 menuangkan gagasan, pikiran, arahan, atau pesan
memahami struktur dan ciri kebahasaan yang ada pada teks pidato persuasif
sehingga peserta didik mampu menulis teks atau kalimat yang bersifat persuasif.
mengajak saja, akan tetapi isi teks tersebut tidak sepenuhnya bersifat meyakinkan
5
mengungkapkan bahwa :
Bahwa meracik teks tidak semudah meracik ucapan. Meracik teks perlu
keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan menyusun kalimat. Teks
tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin dikeluarkan seseorang
sebab teks memiliki keterbatasan.
Teks pidato persuasif merupakan teks pidato yang disampaikan secara lisan
melalui metode menghafal atau membaca untuk membujuk dan mengajak orang
lain untuk melakukan sesuatu. Saat menulis teks yang bersifat persuasif biasanya
dalam bentuk tulisan sesuai dengan pola pikir masing-masing. Ketika peserta
didik berpikir mengenai teks pidato yang bersifat mengajak biasanya mereka akan
membuat kalimat yang penuh dengan semangat dan dapat mendorong pembaca
Bagaimana interferensi bahasa Jawa dalam pidato bahasa Indonesia pada siswa di
Berdasarkan rumusan masalah yang terurai, maka tujuan dari penelitian ini
adalah Untuk mendeskripsikan interferensi bahasa jawa dalam pidato pada siswa
1. Manfaat Teoritis:
pengetahuan tentang interferensi bahasa jawa dalam pidato pada siswa dan alat
2. Manfaat Praktis.
mengetahui ketepatan struktur dan ciri kebahasaan pada teks pidato persuasif.
2. Untuk Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini bisa dijadikan
alternatif pemilihan bahan ajar bagi pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia
dan sebagai alat pendeteksi dan pencegah jika terjadi interferensi bahasa oleh
pidato persuasif pada peserta didik kelas IX. Oleh karena itu, hasil penelitian
7
ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai pilihan bagi pendidik yang ingin
model atau konsep yang menggambarkan hubungan antara satu variabel dengan
yang penting”. Oleh karena itu, kerangka pemikiran disusun untuk menemukan
hubungan antara teori dan masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran juga
menjadi suatu acuan bahan dalam pengambilan sebuah judul penelitian. Kerangka
berbupa lisan (bahasa lisan) maupun dalam bentuk tulisan (bahasa tulis). Melalui
maupun penjelasan kepada orang lain, sehingga apa yang dimaksudkan oleh
Dengan adanya bahasa, sehingga antara penulis/ pembicara berada dalam satu
daerah dan bahasa nasional. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang masih
sebagai bahasa pertama/ bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua.
Adanya kontak antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia tersebut akan
pengaruh dari bahasa pertama kepada bahasa ke dua, atau bahkan sebaliknya
bahasa ke dua yang memiliki pengaruh terhadap bahasa pertama seorang penutur,
sehingga inipun akan berpengaruh pada hasil karya seseorang. Pengacauan atau
interferensi dapat terjadi secara alamiah dan tidak sengaja dilakukan oleh penutur
persuasif siswa MTs Al-Hidayah Pondok Lombok dipilih menjadi objek dalam
penelitian ini. Hal ini dikarenakan sebuah penutur dituntut untuk menggunakan
kaidah bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini ditujukan untuk
9
penutur dengan para pendengar. Oleh sebab itu, menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik secara tidak langsung juga menunjang keberhasilan dalam berpidato.
Pondok Lombok menjadi suatu penelitian yang layak untuk dilakukan. Hal ini
kesalahan berbahasa pada pidato persuasif yang dilakukan oleh siswa MTs Al-