Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa tidak dapat terpisahkan dari manusia dan akan selalu muncul dalam

setiap kegiatan. Mulai saat seseorang beranjak dari tidur sampai menuju ke tidur

berikutnya, manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan aspek

yang penting dalam kehidupan manusia karena dalam berkomunikasi dan

berinteraksi sehari-hari manusia selalu menggunakan bahasa sebagai media.

Keraf (2000 : 19) bahasa dapat diartikan alat komunikasi antar anggota

masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dilakukan oleh alat ucap manusia.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis suku bangsa tidak dapat lepas

dari bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang mereka gunakan dapat berupa

bahasa nasional dan bahasa daerah.

Masyarakat Indonesia umumnya menguasai dua bahasa atau lebih. Bahasa

yang pertama adalah bahasa daerah, umumnya bahasa daerah merupakan bahasa

yang pertama kali kita dipelajari, kita tumbuh dalam suatu daerah yang

menggunakan bahasa tertentu sebagai alat interaksi. Karena interaksi sosial yang

terjadi dalam lingkungan tempat tinggal, mulailah timbul kontak antara bahasa

kesatu dan bahasa kedua.

Pengguna bahasa Indonesia yang berlatar belakang kebahasaan bahasa Jawa

memiliki jumlah yang cukup besar. Kondisi semacam ini secara langsung akan

menimbulkan permasalahan kedwibahasaan pada penggunanya. Permasalahan

yang lazimnya disebut interferensi ini terjadi karena pengguna bahasa

1
2

menggunakan lebih dari satu bahasa secara bergantian, baik dalam tuturan lisan

maupun tulis.

Konteks pembelajaran bahasa Indonesia dilatarbelakangi oleh kebiasaan

siswa dalam berbahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Dalam konteks

ini siswa secara sengaja maupun tidak membiasakan bertutur dengan memasukkan

unsur kedua bahasa tersebut. Sehingga terjadi interferensi. Menurut Hartman dan

Stork (1972:76) mengemukakan bahwa “Interferensi adalah kekeliruan yang

disebabkan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau bahasa

pertama ke dalam bahasa kedua”. Pendapat senada dikemukakan oleh Nurhadi

dan Roekhan (1990:28) bahwa “interferensi adalah peristiwa transfer asset suatu

bahasa ke dalam bahasa lain dalam bentuk tindak berbahasa”.

Interferensi terjadi sebagai akibat dari penguasaan suatu bahasa lebih

dominan atau lebih baik dibandingkan bahasa yang lain. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Bullock dan Toribio (2009 : 30) menjelaskan bahwa

interferensi lebih mudah terjadi dari bahasa yang dominan ke bahasa yang lemah

dari pada sebaliknya. Penguasaan bahasa dalam hal ini dibedakan menjadi dua,

yaitu kompetensi dan perfomansi. Brown (2008 :38) menjelaskan bahwa :

Kompetensi merujuk pada pengetahuan dasar seseorang tentang sistem,


kejadian, atau fakta. Ini adalah kemampuan yang tak teramati dalam
melakukan sesuatu, dalam menampilkan sesuatu. Performa adalah
manifestasi yang konkrit dan biasa diamati, atau realisasi atas kompetensi.

Fakta ini sesuai dengan pernyataan Romaine (1989 (dalam Alwasilah, 1990)

bahwa “setiap bahasa yang bersentuhan dengan bahasa lain pasti akan

mempengaruhi dan dipengaruhi bahasa lain dalam batas-batas tertentu”. Artinya,


3

banyak sedikitnya pengaruh tersebut bergantung pada pengguna bahasa, konteks,

dan situasi berbahasa.

Dilihat dari perfomansi, keterampilan menulis siswa MTS Al-Hidayah

Pondok Lombok dalam bahasa Jawa lebih dominan dibanding dengan

keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan

siswa yang lebih dominan menggunakan bahasa Jawa dalam berbicara sehari-hari

baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, interferensi

bahasa Jawa sebagai bahasa yang lebih dominan dapat terjadi ke dalam bahasa

Indonesia pada keterampilan menulis siswa. Pentingnya penelitian ini didasarkan

pada tuntutan bahwa di dalam konteks pembelajaran berbahasa yang baik adalah

berbahasa yang sesuai kaidah. Hal tersebut dipertegas oleh Chaer dan Agustina

(2010 : 165) yang menyatakan bahwa dilihat dari segi “kemurnian bahasa”

interferensi pada tingkat apapun merupakan “penyakit” sebab merusak bahasa

sehingga perlu dihindari. Selain itu, interferensi merupakan kesalahan di dalam

berbahasa.

Interferensi bahasa Jawa dalam berbahasa Indonesia ditemukan pada siswa

ketika menulis teks pidato. Permasalahan tersebut muncul karena siswa tersebut

merupakan seorang dwibahasawan, yaitu menguasai dua bahasa, bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa Jawa yang sudah terlebih dahulu dikuasai

akan berpengaruh saat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.

Proses pengajaran dalam hal penugasan-penugasan keterampilan berbahasa

belum dikuasai baik oleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya

kesalahan yang terjadi seperti kesalahan struktur bahasa daerah yang masih
4

banyak masuk dalam menulis sebuah teks pidato. Demikian halnya yang terjadi

pada siswa Al-Hidayah Pondok Lombok Kabupaten Pangandaran yang masih

banyak menggunakan bahasa ibu atau bahasa Jawa.

Keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan

praktik dan terus berlatih. Dalman (2012 : 3) mengungkapkan, “Menulis

merupakan suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh

secara bertahap.” Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sebuah tulisan

yang baik dan berkualitas harus dilakukan berkali-kali.

Keterampilan menulis juga sangat penting dalam dunia pendidikan. Segala

kegiatan pembelajaran tidak pernah terlepas dalam keterampilan ini. Setiap

kompetensi dasar dalam jenjang pendidikan pasti terdapat keterampilan menulis

teks pidato persuasif, tidak terkecuali dalam jenjang pendidikan di tingkat SMP.

Keterampilan menulis teks pidato persuasif ini terdapat dalam KD 3.4 menelaah

struktur dan ciri kebahasaan pidato persuasif tentang permasalahan aktual yang

didengar dan dibaca dan KD 4.4 menuangkan gagasan, pikiran, arahan, atau pesan

dalam pidato (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau keragaman budaya)

secara lisan dan/atau tulis dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.

Pada pembelajaran teks pidato persuasif, peserta didik dituntut untuk

memahami struktur dan ciri kebahasaan yang ada pada teks pidato persuasif

sehingga peserta didik mampu menulis teks atau kalimat yang bersifat persuasif.

Tetapi biasanya mereka hanya menuliskan kalimat yang meyakinkan atau

mengajak saja, akan tetapi isi teks tersebut tidak sepenuhnya bersifat meyakinkan
5

atau mengajak. Hal tersebut sejalan dengan paparan Hernowo (2004 : 5)

mengungkapkan bahwa :

Bahwa meracik teks tidak semudah meracik ucapan. Meracik teks perlu
keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan menyusun kalimat. Teks
tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin dikeluarkan seseorang
sebab teks memiliki keterbatasan.

Teks pidato persuasif merupakan teks pidato yang disampaikan secara lisan

melalui metode menghafal atau membaca untuk membujuk dan mengajak orang

lain untuk melakukan sesuatu. Saat menulis teks yang bersifat persuasif biasanya

peserta didik akan langsung mengungkapkan idenya kemudian menuliskannya

dalam bentuk tulisan sesuai dengan pola pikir masing-masing. Ketika peserta

didik berpikir mengenai teks pidato yang bersifat mengajak biasanya mereka akan

membuat kalimat yang penuh dengan semangat dan dapat mendorong pembaca

atau pendengar untuk melakukannya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul :

”Interferensi Bahasa Jawa dalam Pidato Bahasa Indonesia pada siswa di

MTS Al-Hidayah Pondok Lombok Kabupaten Pangandaran”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas dapat

diidentifikasikan rumusan masalah yang ada pada penelitian ini adalah

Bagaimana interferensi bahasa Jawa dalam pidato bahasa Indonesia pada siswa di

MTS Al-Hidayah Pondok Lombok ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang terurai, maka tujuan dari penelitian ini

adalah Untuk mendeskripsikan interferensi bahasa jawa dalam pidato pada siswa

di MTS Alhidayah Pondok lombok.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan tentang interferensi bahasa jawa dalam pidato pada siswa dan alat

bantu memecahkan persoalan yang muncul sebagai implikasi dari dinamika

perubahan lingkungan pendidikan.

2. Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini di samping memberikan manfaat teoritis, juga

diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta

mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, terutama yang

berhubungan dengan interferensi bahasa jawa dan bermanfaat untuk

mengetahui ketepatan struktur dan ciri kebahasaan pada teks pidato persuasif.

2. Untuk Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, penelitian ini bisa dijadikan

alternatif pemilihan bahan ajar bagi pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia

dan sebagai alat pendeteksi dan pencegah jika terjadi interferensi bahasa oleh

peserta didik di sekolah serta dapatmenelaah struktur dan ciri kebahasaan

pidato persuasif pada peserta didik kelas IX. Oleh karena itu, hasil penelitian
7

ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai pilihan bagi pendidik yang ingin

mengikuti proses pembelajaran yang lebih mengembangkan hasil kemampuan

mengajar yang lebih kreatif dan inovatif.

3. Untuk Siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

membantu meningkatkan kemampuan menulis teks pidato persuasif.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran merupakan gambaran bentuk

model atau konsep yang menggambarkan hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya. Sekaran dalam Sugiyono (2018:92) mengemukakan bahwa :

“Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting”. Oleh karena itu, kerangka pemikiran disusun untuk menemukan

hubungan antara teori dan masalah yang akan diteliti. Kerangka pemikiran juga

menjadi suatu acuan bahan dalam pengambilan sebuah judul penelitian. Kerangka

pemikiran merupakan suatu pemikiran yang dapat ditunjang oleh penelitian-

penelitian terdahulu yang di dalamnya terdapat permasalahan.

Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam bersosialisasi. Baik

berbupa lisan (bahasa lisan) maupun dalam bentuk tulisan (bahasa tulis). Melalui

bahasa seseorang dapat menyampaikan segala macam ide, pemikiran, konsep

maupun penjelasan kepada orang lain, sehingga apa yang dimaksudkan oleh

pembicara maupun penulis dapat diterima oleh pendengar ataupun pembaca.


8

Dengan adanya bahasa, sehingga antara penulis/ pembicara berada dalam satu

konsep pada konteks pembicaraan dengan pendengar/ pembaca.

Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia merupakan bahasa yang selalu

berdampingan pada kehidupan masyarakat Jawa kerena perannya sebagai bahasa

daerah dan bahasa nasional. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang masih

berkembang dengan dialek kedaerahan yang berbeda-beda

Pengajaran serta penguasaan dua bahasa pada masyarakat Nganjuk

mengakibatkan kedua bahasa tersebut mengalami kontak antara bahasa Jawa

sebagai bahasa pertama/ bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ke dua.

Adanya kontak antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia tersebut akan

memunculkan percampuran- percampuran yang dapat meruak kaidah kebahaaan

pada tiap bahasanya, sehingga terjadi interferensi. Interferensi dapat berupa

pengaruh dari bahasa pertama kepada bahasa ke dua, atau bahkan sebaliknya

bahasa ke dua yang memiliki pengaruh terhadap bahasa pertama seorang penutur,

sehingga inipun akan berpengaruh pada hasil karya seseorang. Pengacauan atau

interferensi dapat terjadi secara alamiah dan tidak sengaja dilakukan oleh penutur

karena kosakata yang dimaksud tidak terdapat dalam ingatannya. Interferensi

yang dilakukan penulis/ penutur mungkin juga dilakukannya dengan sengaja

karena kebutuhan akan bahasa lain.

Interferensi bahasa jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada pidato

persuasif siswa MTs Al-Hidayah Pondok Lombok dipilih menjadi objek dalam

penelitian ini. Hal ini dikarenakan sebuah penutur dituntut untuk menggunakan

kaidah bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini ditujukan untuk
9

meminimalisirkan makna ganda yang dapat memicu kesalahpahaman seorang

penutur dengan para pendengar. Oleh sebab itu, menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik secara tidak langsung juga menunjang keberhasilan dalam berpidato.

Berdasarkan uraian di atas, maka analisis interferensi bahasa jawa dalam

penggunaan bahasa Indonesia pada pidato persuasif siswa MTs Al-Hidayah

Pondok Lombok menjadi suatu penelitian yang layak untuk dilakukan. Hal ini

disebabkan, dengan adanya peneltian ini dapat mengetahui interferensi atau

kesalahan berbahasa pada pidato persuasif yang dilakukan oleh siswa MTs Al-

Hidayah Pondok Lombok.

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dengan

dituangkan, sebagai berikut :

INPUT PROSES OUTPUT

Interferensi Analisis Faktor Karakteristik


Bahasa Jawa Kebahasaan : Interferensi Bahasa
dalam 1. Pilihan kata (Diksi) Jawa dalam
penggunaan penggunaan Bahasa
2. Kalimat
Bahasa Indonesia Indonesia pada
Teori Faktor kebahasaan
pada pidato pidato persuasif
dalam pidato (Arsjad dan siswa MTs Al-
persuasif siswa
MTs Al-Hidayah Mukti, 1993 : 18) Hidayah Pondok
Pondok Lombok Lombok

Anda mungkin juga menyukai