Nama: Yuliana
Npm: 2262201059
Kelas: 1 b
Dosen Pengampu : Hafiz Gunawan, S.Pd, M.Pd
ABSTRAK
Rendahnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi di
universitas muhammadiyah Bengkulu. Cikal bakal berdirinya Universitas Muhammadiyah
Bengkulu diawali dengan berdirinya Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP
Muhammadiyah Jakarta cabang Bengkulu pada 1 Agustus 1970, dengan dua Jurusan yaitu
Pendidikan Ilmu Administrasi dan Pendidikan Ekonomi Perusahaan. Bahasa merupakan
kebutuhan vital manusia dalam berkomunikasi dengan manusia atau sekelompok manusia
lainnya. Sifat dasar manusia yang selalu saling membutuhkan satu dengan lainnya
menjadikan bahasa menjadi kebutuhan mutlak dalam berinteraksi. komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Bahasa yang sering digunakan selama saya berkuliah di kampus IV, saya sering
mendengar penggunaan bahasa Bengkulu, bahasa rejang, bahasa jawa, dll. Sebagai
mahasiswi yang berasal dari suku jawa saya merasa cukup kesulitan namun seiring berjalanya
waktu saya mulai memahami bahasa Bengkulu, mungkin bahasa suku rejang yang belum atau
mungkin sulit untuk di pahami. Rendahnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar cukup berpengaruh bagi orang yang masih awam dengan bahasa lain. Misalnya dalam
bahasa Indonesia “ Aku” dalam bahasa Bengkulu “ambo” , sedangkan dalam bahasa rejang
“uku”, dan untuk bahasa jawa “kulo”. Ini merupakan salah satu perbedaan dalam bahasa
setiap daerah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini.
3. Mengetahui faktor yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5. Untuk mengetahui alasan rendahnya penggunaan bahasa Indonesia di universitas
muhammadiyah bengkulu
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami
gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi.
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa
sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat disesuaikan dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, antara lain: sudut
pandang bentuk dan sudut pandang makna . Bentuk bahasa berhubungan dengan keadaannya
dalam mendukung perannya sebagai sarana komunikasi untuk berbagai kepentingan
komunikasi pemakai bahasa, dan hubungannya dengan aspek nilai dan aspek makna adalah
perannya yang terkandung dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat komunikasi
ketiga unsur tersebut secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa di dunia.
4
C. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
komunikasi merupakan proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan usaha
untuk membangun kebersamaan pikiran tentang suatu makna.
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder,
yaitu sebagai berikut:
a. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symboL)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator pada komunikan.
b. Proses Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana.
3. Bentuk-bentuk Komunikasi
Ada beberapa bentuk komunikasi diantaranya:
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri
sendiri atau komunikasi dalam diri yang merupakan wujud dari instrospeksi
diri atau sedang melakukan perenungan, dialog dengan diri sendiri.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal sering disebut pula sebagai komunikasi
antar pribadi (KAP), adalah komunikasi dengan tatap muka dan dapat juga
melalui media telepon, internet, atau media lainnya, yang terjadi antardua
orang.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi massa yaitu komunikasi dengan menggunakan
sekelompok orang dalam jumlah yang besar dan umumnya tidak saling
mengenal atau heterogen, misalnya kelompok pendengar radio.
5
d. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya
sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan
komunikasi langsung dan timbal balik. Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
“kecil”. Misalnya rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya.
4. Hambatan Komunikasi
Secara Umum Ada beberapa hambatan yang sering terjadi pada saat proses komunikasi
a. Hambatan Fisik
Hambatan fisik terkait dengan fisik atau badan seseorang.
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif. Hambatan fisik
dapat terjadi dari cuaca, alat komunikasi dan lain-lain, misalnya gangguan
kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
b. Hambatan Semantik
Hambatan semantik adalah hambatan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan bahasa yang dipergunakan. Kata-kata yang digunakan dalam
komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, kata-kata
yang digunakan terlalu asing atau tidak jelas, sehingga sulit dapat dimengerti
dan berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
c. Hambatan Psikologis dan Sosial
Hambatan ini berkaitan dengan proses-proses kejiwaan atau mental
kemudian hal ini kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya, nilai-
nilai dan harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
Berikut ini hambatan-hambatan yang penulis tampilkan secara lebih rinci di samping
hambatan fisik, semantik, psikologis dan sosial.
a. Hambatan dari Penerima Pesan
Hambatan pesan dipengaruhi keadaan dan situasi komunikator,
misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim
pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau emosional.
6
b. Hambatan dalam Penyandian/Simbol
Pada tahap ini, pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga
pesannya dapat dipahami orang lain. Namun pada tahap ini dapat terjadi
hambatan jika bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti
lebih dari satu.
c. Hambatan Media
Media adalah alat penghubung atau penyampai pesan seperti radio,
televisi, surat kabar, telepon dan lain-lain. Media komunikasi dapat menjadi
hambatan komunikasi. Misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dari Penerima
Pesan Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari
si pengirim pesan. Hambatan ini dapat terjadi, misalnya kurangnya perhatian
pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang
keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
e. Hambatan Merespon
Pesan Respon atau timbal balik adalah isyarat atau tanggapan yang
berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal dan non-verbal.
Hambatan 15 merespon dapat terjadi jika penerima pesan tidak
menggambarkan apa adanya, akan tetapi memberikan interpretasi, tidak tepat
waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
D. Penggunaan bahasa Indonesia di universitas muhammadiyah Bengkulu
dan Muko-Muko Selatan; Kaur Selatan (Jembatan Dua dan Tanjung Bunga), Kaur Tengah
(Lubuk Gung), Desa Gading Cempaka (Tanah Patah), Kota Bengkulu.
7
Bahasa Bengkulu di Provinsi Bengkulu memiliki sembilan dialek, yaitu dialek Muko-
Muko, dialek Lembak I, dialek Lembak II,dialek Nasal I, dialek Nasal II, dialek Serawai-
Pasemah, dialek Pekal, dialek Kaur, dan dialek Bengkulu Kota. Dialek Muko-Muko
dituturkan di wilayah Muko-Muko Selatan dan Utara, Kecamatan Ipuh, Bengkulu bagian
utara. Dialek Lembak I dituturkan di wilayah Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Muara
Bangkahulu, Kota Bengkulu. Dialek Lembak II dituturkan di wilayah Desa Pelalo, Desa Taba
Tinggi daerah Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong. Dialek Nasal I dituturkan di
wilayah Desa Tanjung Betuah, Bengkulu bagian Selatan. Dialek Nasal II dituturkan di
wilayah Daerah Merpas, Bengkulu bagian selatan. Dialek Serawai-Pasemah dituturkan di
wilayah Bengkulu bagian Selatan (Manna, Seginim, Pino Sukaraja, Seluma), Talo, Kaur
Utara di Talang Jawi dan Padang Leban, Rejang Lebong tepatnya di daerah Kepahiang
(Tapak Gedung). Dialek Pekal dituturkan di Desa Ketahun (Air Lelangi) dan Muko-Muko
Selatan (Lubuk Talang). Dialek Kaur dituturkan di wilayah Kaur Selatan (Jembatan Dua dan
Tanjung Bunga), Kaur Tengah (Lubuk Gung). Dialek Bengkulu Kota dituturkan di wilayah,
Desa Gading Cempaka (Tanah Patah), Kota Bengkulu
Bahasa Rejang adalah salah satu bahasa daerah di Provinsi Bengkulu. Bahasa Rejang
digunakan secara kolokial oleh m asyarakat suku Rejang. Jaspan (1964) menyebutkan suku Rejang
menempati lokasi di kaki bukit, dataran tinggi dan lembah bukit Barisan di bagian utara Provinsi
Bengkulu (Jaspan & King, 2007). Masyarakat suku Rejang ini tersebar dalam beberapa wilayah di
empat kabupaten, yaitu Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang dan
Kabupaten Bengkulu Utara
8
diperkirakan mencapai sekitar 75,5 juta pada tahun 2006. Sebagai bahasa Austronesia
dari subkelompok Melayu-Polinesia, bahasa Jawa juga berkerabat dengan
bahasa Melayu, Sunda, Bali dan banyak bahasa lainnya di Indonesia, meskipun para ahli
masih memperdebatkan mengenai posisi pastinya dalam rumpun Melayu-Polinesia. Bahasa
Jawa berstatus bahasa resmi di Daerah Istimewa Yogyakarta di samping bahasa Indonesia.
Sejarah tulisan bahasa Jawa bermula sejak abad ke-9 dalam bentuk bahasa Jawa
Kuno, yang kemudian berevolusi hingga menjadi bahasa Jawa Baru sekitar abad ke-15.
Bahasa Jawa awalnya ditulis dengan sistem aksara dari India yang kemudian diadaptasi
menjadi aksara Jawa, walaupun bahasa Jawa masa kini lebih sering ditulis dengan alfabet
Latin. Bahasa Jawa memiliki tradisi sastra paling tua di antara bahasa-bahasa Austronesia.
Bahasa Jawa mengenal pembedaan antara beberapa tingkat tutur yang penggunaannya
ditentukan oleh derajat kedekatan hubungan atau perbedaan status sosial antara pembicara
dan lawan bicara atau orang yang dibicarakan.
9
E. Dampak Ditinggalkannya Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Meninggalkan suatu kebiasaan yang telah menjadi tradisi akan berakibat besar
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan remaja
ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah
merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bagaimana dengan lima puluh
tahun yang akan dating, Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang
masih peduli dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’
telah mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda,
marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Sebagai mahasiwa sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa saat ini menggunakan
bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai dengan kaidah
yang telah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.
Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan bangsa Indonesia dan
merupaka alat pemersatu.
11
DAFTAR PUSTAKA
12