Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DIKALANGAN


REMAJA

Pembukaan
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami
gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam
kehidupan manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya
bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat
disesuaikan dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi
(Craff, 1987: 1).
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, antara lain: sudut
pandang bentuk dan sudut pandang makna (Martinet, 1987). Bentuk bahasa
berhubungan dengan keadaannya dalam mendukung perannya sebagai sarana
komunikasi untuk berbagai kepentingan komunikasi pemakai bahasa, dan
hubungannya dengan aspek nilai dan aspek makna adalah perannya yang terkandung
dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat komunikasi ketiga unsur tersebut
secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa di dunia.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi
UUD 45, BabXV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti
bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang
nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai
pemakaian bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki
empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1.lambang identitas nasional,
2.lambang kebanggaan nasional,
3.alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya  dan
bahasa yang berbeda-beda, dan
4.alat perhubungan antarbudaya dan daerah.
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1.bahasa resmi negara,
2.bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3.bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4.bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat dise
Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari tahun 2004 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya, sehingga sangat rentan untuk dipengaruhi
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1). 12 – 15
tahun; 2). Masa remaja awal, 15 – 18 tahun; 3). Masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun;  4). Masa remaja akhir.

Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja


Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang
tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar,
Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa
Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan
kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia
dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa
kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya
‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk
mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa
kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel
seperti ‘-sih’ dan ‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun
telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau
pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis
dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam
percakapan sehari-hari dan menulis sms.
Didalam masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan
pendapat bahwa para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang
hanya dipakai para pemuda. Remaja yang menggunakan seenaknya dan tidak dapat
dipahami masyarakat umum, atau dapat disebut juga bahasa gaul.
Mulai dari remaja di tinggakat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas
sampai para mahasiswa atau mahasiswi. Sebagian besar dari mereka saat
berkomunikasi telah jauh dari susunan keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun
seperti yang kita ketahui mereka semua berada dalam kalangan akademik yang masih
mendapatkan pendidikan. Tetapi pada kenyataannya bahasa Indonesia yang telah
disusun rapi dengan EYD telah jauh dilupakan.
Menurut Jay Bimo remaja yang kuper atau kurang pergaulan misalnya, “si kutu
buku” dan “si anaak ibu”, tidak mengenal bahasa prokem kebanyakan dari mereka
masih alami dalam penggunaan bahsa Indonesia artinya bahasa yang digunakan masih
mengandung unsur-unsur kebahasaan yang baik dan benar. Sebaliknya dengan remaja
yang dikatakan “gaul”,  mereka cenderung kental dengan bahasa prokemnya. Pada
dasarnya penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah
tidak ada yang menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna
bahasa Indonesia dengan benar telah di geser dengan bahasa-bahasa yang tidak
dikenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri ke dalam negeri yang membaur
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Ini merupakan tingkatan yang
memperihatinkan. Karena seperti yang kita ketahui mereka lebih bangga dengan
bahasa asing, gaul dan prokemnya yang secara langsung atau tidak langsung merusak
bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau untuk kalangan akademik yang
seharusnya bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi pada
kenyataanya mereka justru kental dengan bahasa asingnya, bahasa daerahnya ban
bahasa gaulnya dalam suasanya formal sekalipun.
Itu disebabkan karena pengaruh globalisasi, media masa dan pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia secara langsung atau tidak langsung
telah mempengaruhi bagaimana remaja berkomunikasi. Pengaruh globalisasi
membawa dampak negatif bagi remaja dalam hal kebahasaan yaitu tercermin pada
perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa
menggunakan bahasa gaul atau bahasa prokem. Sedangkan dari media masa dan dari
pengaruh semakin banyaknya orang asing yang berada di Indonesia membawa
dampak berkembangnya bahasa asing dikalangan remaja yang tidak jelas
penggunaanya dan sulit dipahami masyarakat.
Dari pengaruh tersebut didapatkan tiga bahasa yang digunakan remaja saat ini,
yaitu yang pertama bahasa prokem atau bahasa gaul merupakan bahasa yang
digunakan dikalangan pemuda ataupun remaja yang dalam penggunaan bahasa
seenaknya sendiri sehingga masyarakat tidak dapat memehaminya dalam proses
komunikasi. Bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan dikalangan remaja
karena pengaruh arus globalisasi. Bahasa gaul juga  merupakan
ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan diJakarta pada tahun 1970-
an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagaibahasa gaul, bahasa
karena pengaruh waktu. Dan yang kedua  yaitu bahasa asing, bahasa asing
merupakan bahasa yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat
yang tertentu misalnya, bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing
di Australia. bahasa asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan
di tanah air atau  negara asal seseorang. Sangat disayangkan bahwa bahasa asing
terutama bahasa Inggris telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan yang tidak
dapat dipungkiri lagi banyak diantara mereka yang menuliskan kosakata asing
padahal kosakata itu telah diindonesiakan. Dan yang ketiga yaitu bahasa daerah yang
merupakan warisan budaya dari daerahnya masing-masing di wilayah Indonesia.
Bahasa daerah merupakan identitas dari daerahnya masing-masing. Indonesia kaya
akan bahasa daerah, tetapi seperti yang kita ketahui penggunaannya terkadang tidak
sesuai pada waktunya. Remaja yang derada dalam suasana formal dan lingkungan
akedemik seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dngan baik dan benar tetapi
pada kenyataannya mereka masih membawa bahsanya asalnya atau bahasa
daerah.            

 Faktor Penyebab Remaja Cenderung Meninggalkan Penggunaan Bahasa


Indonesia Yang Baik Dan Benar

Kehidupan remaja merupakan suatu fase kehidupan untuk mencari identitas. Siapa
dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan
pada masa mendatang . Remaja sekarang sebagian besar telah menentukan jalan yang
harus dia tempuh untuk meraih cita-citanya. Berbagai persiapan untuk masa depan
telah dicanangkan, baik oleh orang tua maupun persiapan dari diri-sendiri, seperti:
1.      Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi
Hal seperti itu sangat mudah kita temukan di tengah-tengah masyarakat
modern. Penguasaan terhadap teknologi dan informasi merupakan sebuah
keharusan yang dijalankan untuk mempersiapkan masa depan yang semakin
berkembang dengan teknologi-teknologi canggih. Minimnya pengetahuan tentang
teknologi dan komunikasi di zaman ini akan menjadi sebuah boomerang dalam
mengejar cita-cita.
2.      Mengasah kemampuan berbahasa asing
Kemampuan menguasai bahasa asing oleh para remaja akhir-akhir ini sedang
giat-giatnya dilakukan. Menguasai bahasa asing sama artinya mendapatkan
pekerjaan yang mendatangkan gemilang harta. Dengan kata lain kesuksesan ada di
depan mata.
Penguasaan seorang remaja terhadap ilmu pengetahuan teknologi-informasi dan
penguasaan bahasa-bahasa asing memang sangat mendukung masa depan, namun
penguasaan terhadap budaya dan lebih-lebih terhadap bahasa sendiri sangat
memperihatinkan. Remaja, apalagi yang sudah meiliki gelar mahasiswa sangat pintar
dalam berbahasa serta dalam mengembangkannya. Akan tetapi, dalam penggunanya
kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu
ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah wajar
apabila mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya
dan menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat
Bahasa Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi remaja dan pelajarnya sendiri.
Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di
sekolah saja tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang
tua cenderung tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-
anaknya sejak kecil. Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains
atau pun bahasa Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah.
Ironisnya, kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri.
Memang Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya
mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran
bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara tertulis kita
sering membaca kalimat “Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD” tetapi secara kasat
mata “Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak”.
Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja
dewasa, mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa
lebih memilih untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada
Bahasa Indonesia dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan
tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dulu.
Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini
disebabkan karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon
artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang
idola mereka lakukan. ContohnyaLaura Syndrome yang gejalanya menirukan gaya ala
Cinta Laura. Jadi jika suatu acara menggunakan bahasa formal, maka acara tersebut
membosankan untuk disimak.

3.4 Dampak Ditinggalkannya Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik


Dan Benar
Meninggalkan suatu kebiasaan yang telah menjadi tradisi akan berakibat besar dalam
kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Begitu juga yang akan terjadi pada bahasa Indonsia
yang disempurnakan jika semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya.
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai
kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak
tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa
tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa
Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan ‘bahasa gaul’?
      Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli
dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah
mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda,
marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
      Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan  membiasakan diri menggunakan
Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita
sendiri, karena hal besar berawal dari hal kecil. Setelah itu marilah kita mengajak
teman-teman dan orang-orang di sekitar kita untuk menggunakan Bahasa
Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah penting adalah dengan tetap memberikan
pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran yang
menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar akan pentingnya Bahasa Indonesia
dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan demikian, niscaya
Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.

BAB IV

PENUTUP
 
4.1 Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang
menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia
dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di
geser dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar
negeri ke dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Bahasa yang digunakan remaja pada saat ini diantaranya adalah bahasa prokem atau
bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa indonesia tidak digunakan sebagaimana
mestinya dikarenakan beberapa faktor antara lain faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Penggunaan bahasa gaul, asing maupun bahasa daerah dikalangan remaja menimbulkan
berbagai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat para remaja kita agar
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah dengan tindakan yang nyata dari
diri sendiri, masyarakan dan pemerintah. Karena itu merupakan elemen penting untuk
perubahan agar remaja, masyarakat dan pemerintah indonesia memiliki rasa bangga akan
bahasanya sendiri. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa, sebagai identitas
bangsa Indonesia dan sebagai lambang kebanggaan nasional.

4.2 Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan, sudah seharusnya kita sebagai remaja saat ini
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai
dengan kaidah yang telah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan
bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Indonesia yang baik dan benar :
1.      Para remaja dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa indonesia yang baku sesuai
dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda tetap
menggunakan tatanan bahasa indonesia yang baku.
3.      Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan Bahasa Indonesia yang
baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.
4.      Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda, bahwa Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
5.      Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonsia di sekolah dan perguruan tinggi dengan tugas praktik
dialog atau monolog seperti dalam bermain drama, penulisaan artikel makalah, dan lain
sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khaidir.1995.Beberapa Aspek Sosio-Kultural Masalah
Bahasa.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Badudu, J.S.1994.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1993.Pembakuan Bahasa Indonesia.Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Charlie, Lie.1999.Bahasa Indonesia yang Baik dan Gimana Gitu.Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama.
Rahardi, R. Kunjana. 2000.Imperatif dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Duta Wacana
University Press.
Rahmatarifin,2011.Dampak positif dan negatif penggunaan bahasa gaul dan
asing.dalam   Rahmatarifin.wordpress.com.

Salliyanti.2003. Bahasa Prokem Di Kalangan Remaja. Dalam Salliyanti.blogspot.com.

Samsuri.1985.Tata Kalimat Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Sastra Hudaya.


Sugihastuti.2003.Bahasa Indonesia Dari Awam Mahasiswa sampai Wartawan.
Yogyakarta:Gama Media.

Witriani.2012. English Made Simple.Yogyakarta:SUKA Press.


PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN
REMAJA

KATA PENGANTAR
            Denganmemanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang berjudul
“Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja” dengan lancar. Shalawat dan salam
kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang
terang benderang seperti sekarang ini sehingga kita bisa merasakan nikmat iman dan islam.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang mempunyai andil
dalam proses pembuatan Karya Ilmiah ini atas bantuan dan partisipasinya. Ucapan terima
kasih disampaikan antara lain kepada:
1.      Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. Sunarpi, Ph.D.
2.      Dekan Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri Prof. Ir. Eko Basuki M. App.
Sc.Ph.D.
3.      Ketua prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Ir. M. Abbas Zaini, MP.
4.      Drs. H. Nasaruddin M .Ali, B.A., M.Pd. selaku dosen mata kuliah bahasa Indonesia.
5.      Wiharyani Werdiningsih, S.P., M.Si. selaku pembimbing akademik.
6.      Para dosen dan stap tata usaha yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
7.      Orang tua tercinta.
8.      Sahabat-sahabat tersayang, atas semua masukan dan dukungan yang sangat
membantu.   
Walaupun penyusunan karya ilmiah ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya,
namun tentu tak luput dari kekurangan, baik dalam penyusunan maupun isi karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari para pembaca demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga peyusunan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umum.

Mataram, Desember  2013

       Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan penelitian secara umum
1.3.2Tujuan penelitian secara khusus
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat penelitian secara teoritis
1.4.2Manfaat penelitian secara praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Bahasa dan Peranannya
2.2 Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
2.2.1Bahasa Nasional
2.2.2Bahasa Negara
2.3Remaja
3.1Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
3.1.1Bahasa Indonesia baku
3.2 Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja
3.3Faktor Penyebab Remaja Cenderung Meninggalkan Penggunaan Bahasa Indonesia Yang
Baik Dan Benar
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan kebutuhan vital manusia dalam  berkomunikasi dengan
manusia atau sekelompok manusia lainnya. Sifat dasar manusia yang selalu saling
membutuhkan satu dengan lainnya menjadikan bahasa menjadi kebutuhan mutlak
dalam berinteraksi.
Kemampuan manusia menciptakan bahasa untuk berkomunikasi mendukung
keberadaanya sebagai makhluk sosial semakin menonjolkan perbedaan manusia
dengan makhluk Tuhan lainnya. Meskipun tidak hanya bahasa yang menjadi alat
komunikasi, tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang
sederhana dan sangat mudah dipahami dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasa merupakan asset yang paling berharga dimiliki oleh suatu
kelompok,seperti bangsa Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional. Indonesia terdiri dari banyak suku dan kelompok yang memiliki bahasa dan
budaya berbeda-beda, dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah
mencerminkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
Akan tetapi banyak yang tidak mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan
benar, khususnya remaja zaman sekarang. Dengan semakin berkembangnya bahasa
gaul dan berbagai modifikasi dari bahasa asing, bahasa Indonesia yang sesungguhnya
mulai luntur dan dilupakan.
Perkembangan bahasa-bahasa gaul dewasa ini sangat mengkhawatirkan.
Banyak generasi muda yang tidak mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Contoh yang paling jelas terlihat dalam dunia kampus, mahasiswa
acuh tak acuh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahkan
dalam penyusunan skripsi tak banyak mahasiswa yang masih saja menggunakan
penggunaan bahasa Indonesia yang salah dan tidak sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Remaja-remaja di zaman modern ini juga banyak yang tidak mengimbangi
kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar dengan berbahasa asing.
Terlihat dari lebih banyak remaja mengembangkan kemampuan berbahasa asing
daripada kemampuan berbahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Sehingga, dalam berbahasa remaja sulit membedakan dimana mereka
harus berbicara formal atau tidak. Mereka juga kesulitan  menulis suatu karya dengan
bahasa Indonesia yang  baik dan benar yang sesuai dengan pedoman umum ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan. Oleh karena itu, penulis mengangkat
permasalahan tersebut ke dalam karya tulis ini, dengan harapan agar remaja saat ini
mengerti penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mengembangkan
kemampuan berbahasa mereka sesuai dengan Pedoman Umum Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
2.      Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini?
3.      Faktor apa sajakah yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4.      Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dengan ditinggalkannya penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian secara umum

1.      Mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.


2.      Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini.
3.      Mengetahui faktor yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4.      Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena ditinggalkannya penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.3.2  Tujuan penelitian secara khusus

Tujuan khusus penulis menyusun karya ilmiah ini adalah untuk


memenuhi tugas akhir semester dan syarat untuk naik ke jenjang atau semester
selanjutnya pada program studi bahasa Indonesia di Fakultas Ilmu dan
Teknologi Pangan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat penelitian secara teoritis

Manfaat secara teoritis adalah untuk memberi pengetahuan tentang


bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga masyarakat dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya remaja, sehingga
bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap terjaga.

1.4.2  Manfaat penelitian secara praktis

1.      Bagi dunia pendidikan bahasa, dapat menambah pengetahuan


siswa/mahasiswa,tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.      Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memilih
bahasa yang pas dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga masyarakat
khususnya remaja dapat membedakan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dengan bahasa prokem.  
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 
2.1 Bahasa dan Peranannya
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami
gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam
kehidupan manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya
bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat
disesuaikan dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi
(Craff, 1987: 1).
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, antara lain: sudut
pandang bentuk dan sudut pandang makna (Martinet, 1987). Bentuk bahasa
berhubungan dengan keadaannya dalam mendukung perannya sebagai sarana
komunikasi untuk berbagai kepentingan komunikasi pemakai bahasa, dan
hubungannya dengan aspek nilai dan aspek makna adalah perannya yang terkandung
dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat komunikasi ketiga unsur tersebut
secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa di dunia.

2.2 Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia


Sebagaimana kita ketahui bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45,
BabXV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa
bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang
nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai
pemakaian bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.

2.2.1 Bahasa Nasional

Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki


empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1.lambang identitas nasional,
2.lambang kebanggaan nasional,
3.alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya  dan
bahasa yang berbeda-beda, dan
4.alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

2.2.2 Bahasa Negara

Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1.bahasa resmi negara,
2.bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3.bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4.bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.

2.3 Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia
tidak dapat disebut sudah dewasa  tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun (www.wikipedia.com).
Menurut Hurlock tahun 1992 pada artikel tentang remaja di Wikipedia.com
menyatakan remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak
termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari tahun 2004 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah
Darajat tahun 1990 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com, remaja adalah
masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya, sehingga sangat rentan untuk dipengaruhi. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan juga
orang dewasa yang telah matang. Hal yang sama diungkapkan oleh Santrock tahun
2003dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com, bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1). 12 – 15
tahun; 2). Masa remaja awal, 15 – 18 tahun; 3). Masa remaja pertengahan, dan 18 –
21 tahun;  4). Masa remaja akhir.
Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut dapat dikatakan remaja adalah suatu
proses peralihan seorang manusia dari anak-anak menuju kedewasaan dengan usia 12
tahun sampai 22 tahun.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan
siapa dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia
inginkan pada masa mendatang (Kiko, 2001).
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki
masa adelonsia dimana pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan
siapakah dan apakah dia ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan,
(Masa adelonsia yang sangat kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan
sebagai suatu kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan dimasa
lampau bagi dirinya sendiri dengan orang lain. Menurut De Levita dalam artikel
Study Analisis Di Balik Perkembangan Psikologi Remaja, aaspek-aspek identifikasi
identitas adalah :
1.      Identitas sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama walaupun
berubah ketika menjadi tua serta dalam dunia sekitar.
2.      Identitas sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan
berubah-ubah.
3.      Identitas sebagai "bagai hidupku sendiri" yang berkembang dalam tahap-tahap
terdahulu dan menentukan bagaimana peran sosial itu dapat terwujud.
4.      Identitas sebagai suatu yang khas pada tahap adelonsasi yang dapat berubah dan
dipahami setelah setiap adelonsasi.
5.      Identitas sebagai pengalaman subjektif.
6.      Identitas sebagai kesinambungan diri sendiri dengan orang lain.
Proses terjadinya identitas dapat diungkapkan juga secara abstrak. Identitas adalah
suatu proses restrukturisasi segala identifikasi dan pengalaman terdahulu, seluruh
identitas fragmeter baik dan buruk, atau positif negatif diolah dalam perspektif suatu
masa depan yang diartisipasi, manusia merupakan identitasnya, apabila dapat
menggabungkan pengalaman-pengalaman tersebut menjadi kehidupan baru yang
positif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Sering kita dengar ungkapan “gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.”
Terhadap ungkapan itu timbul banyak reaksi. Pertama, orang mengira bahwa kata baik dan
benar dalam ungkapan itu mengandung arti atau makna yang sama atau identik. Sebenarnya
tidak! Justru ungkapan itu memberikan kesempatan dan hak kepada pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasa secara bebas sesuai dengan keinginannya dan kemampuannya dalam
berbahasa.mari kita tinjau arti kedua kata itu.
Berbahasa yang baik ialah berbahasa sesuai dengan “lingkungan” bahasa itu digunakan.
Dalam hal ini beberapa faktor menjadi penentu. Pertama, orang yang berbicara; kedua orang
yang diajak berbicara; ketiga, situasi pembicaraan apakah situasi itu formal atau nonforml;
keempat, masalah atau topik pembicaraan.
Sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang sesuai dengan kaidahnya, aturannya,
bentuk, strukturnya. Kalau berbahasa Indonesia baku harus seperti bahasa yang kaidahya
tertulis dalam buku-buku tata bahasa. Sebaliknya, jika menggunakan salah satu dialek. Dialek
Jakarta misalnya, harus betul-betul bahasa Jakarta seperti yang digunakan oleh penduduk asli
Jakarta. Itulah yang dimaksud dengan kata benar.

3.1.1 Bahasa Indonesia baku 

Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-
orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa
yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai
oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan.Yang dimaksud
dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti
kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima
perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari
kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai
bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia baku dipakai dalam:
1.komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan
pengumuman  instansi resmi atau undang-undang;
2.tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-
buku     ilmu pengetahuan
3.pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato;
dan
4.pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.

3.1.2 Bahasa Indonesia dalam Konteks Ilmiah


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain,
bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas
bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945
tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda
1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai
dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang
mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian
yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu,
dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat
dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah
identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas
kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu
kita harus sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :
1.      Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam
kaidah tulis menulis yang distandarisasikan yang meliputi pemakaian huruf,
penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian
tanda baca.
2.      Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata
ganti, kata depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
3.      Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang!
Sedangkan partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah
dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun,
kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
4.      Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa
memiliki bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta
lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan
ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan tak
baku. Ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis tak baku.
5.      Dalam penulisan Singkatan dan Akronim. Singkatan nama orang, nama
gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin,
S.H. (Sarjana Hukum ). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm. sda. Yth. Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT. Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas
Iwapi Kowani.
6.      Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan
tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal
sebagai abad teknologi.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh:
Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di perguruan
tinggi itu.
7.      Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda
titik dua (:), tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik
(“), tanda garis miring, (/) dan tanda penyingkat atau aprostop (‘).
8.      Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.
Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita
pun harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan.Faktor tersebut
sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat
menampung ide. Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang
mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata
dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

3.2 Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja


Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang
tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar,
Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa
Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan
kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia
dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa
kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya
‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk
mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa
kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel
seperti ‘-sih’ dan ‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun
telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau
pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis
dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam
percakapan sehari-hari dan menulis sms.
Didalam masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan
pendapat bahwa para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang
hanya dipakai para pemuda. Remaja yang menggunakan seenaknya dan tidak dapat
dipahami masyarakat umum, atau dapat disebut juga bahasa gaul.
Mulai dari remaja di tinggakat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas
sampai para mahasiswa atau mahasiswi. Sebagian besar dari mereka saat
berkomunikasi telah jauh dari susunan keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun
seperti yang kita ketahui mereka semua berada dalam kalangan akademik yang masih
mendapatkan pendidikan. Tetapi pada kenyataannya bahasa Indonesia yang telah
disusun rapi dengan EYD telah jauh dilupakan.
Menurut Jay Bimo remaja yang kuper atau kurang pergaulan misalnya, “si kutu
buku” dan “si anaak ibu”, tidak mengenal bahasa prokem kebanyakan dari mereka
masih alami dalam penggunaan bahsa Indonesia artinya bahasa yang digunakan masih
mengandung unsur-unsur kebahasaan yang baik dan benar. Sebaliknya dengan remaja
yang dikatakan “gaul”,  mereka cenderung kental dengan bahasa prokemnya. Pada
dasarnya penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah
tidak ada yang menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna
bahasa Indonesia dengan benar telah di geser dengan bahasa-bahasa yang tidak
dikenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri ke dalam negeri yang membaur
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Ini merupakan tingkatan yang
memperihatinkan. Karena seperti yang kita ketahui mereka lebih bangga dengan
bahasa asing, gaul dan prokemnya yang secara langsung atau tidak langsung merusak
bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau untuk kalangan akademik yang
seharusnya bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi pada
kenyataanya mereka justru kental dengan bahasa asingnya, bahasa daerahnya ban
bahasa gaulnya dalam suasanya formal sekalipun.
Itu disebabkan karena pengaruh globalisasi, media masa dan pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia secara langsung atau tidak langsung
telah mempengaruhi bagaimana remaja berkomunikasi. Pengaruh globalisasi
membawa dampak negatif bagi remaja dalam hal kebahasaan yaitu tercermin pada
perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa
menggunakan bahasa gaul atau bahasa prokem. Sedangkan dari media masa dan dari
pengaruh semakin banyaknya orang asing yang berada di Indonesia membawa
dampak berkembangnya bahasa asing dikalangan remaja yang tidak jelas
penggunaanya dan sulit dipahami masyarakat.
Dari pengaruh tersebut didapatkan tiga bahasa yang digunakan remaja saat ini,
yaitu yang pertama bahasa prokem atau bahasa gaul merupakan bahasa yang
digunakan dikalangan pemuda ataupun remaja yang dalam penggunaan bahasa
seenaknya sendiri sehingga masyarakat tidak dapat memehaminya dalam proses
komunikasi. Bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan dikalangan remaja
karena pengaruh arus globalisasi. Bahasa gaul juga  merupakan
ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan diJakarta pada tahun 1970-
an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagaibahasa gaul, bahasa
karena pengaruh waktu. Dan yang kedua  yaitu bahasa asing, bahasa asing
merupakan bahasa yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat
yang tertentu misalnya, bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing
di Australia. bahasa asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan
di tanah air atau  negara asal seseorang. Sangat disayangkan bahwa bahasa asing
terutama bahasa Inggris telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan yang tidak
dapat dipungkiri lagi banyak diantara mereka yang menuliskan kosakata asing
padahal kosakata itu telah diindonesiakan. Dan yang ketiga yaitu bahasa daerah yang
merupakan warisan budaya dari daerahnya masing-masing di wilayah Indonesia.
Bahasa daerah merupakan identitas dari daerahnya masing-masing. Indonesia kaya
akan bahasa daerah, tetapi seperti yang kita ketahui penggunaannya terkadang tidak
sesuai pada waktunya. Remaja yang derada dalam suasana formal dan lingkungan
akedemik seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dngan baik dan benar tetapi
pada kenyataannya mereka masih membawa bahsanya asalnya atau bahasa
daerah.            

3.3 Faktor Penyebab Remaja Cenderung Meninggalkan Penggunaan Bahasa


Indonesia Yang Baik Dan Benar
Kehidupan remaja merupakan suatu fase kehidupan untuk mencari identitas. Siapa
dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan
pada masa mendatang (Kiko, 2001). Remaja sekarang sebagian besar telah
menentukan jalan yang harus dia tempuh untuk meraih cita-citanya. Berbagai
persiapan untuk masa depan telah dicanangkan, baik oleh orang tua maupun persiapan
dari diri-sendiri, seperti:
1.      Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi
Hal seperti itu sangat mudah kita temukan di tengah-tengah masyarakat
modern. Penguasaan terhadap teknologi dan informasi merupakan sebuah
keharusan yang dijalankan untuk mempersiapkan masa depan yang semakin
berkembang dengan teknologi-teknologi canggih. Minimnya pengetahuan tentang
teknologi dan komunikasi di zaman ini akan menjadi sebuah boomerang dalam
mengejar cita-cita.
2.      Mengasah kemampuan berbahasa asing
Kemampuan menguasai bahasa asing oleh para remaja akhir-akhir ini sedang
giat-giatnya dilakukan. Menguasai bahasa asing sama artinya mendapatkan
pekerjaan yang mendatangkan gemilang harta. Dengan kata lain kesuksesan ada di
depan mata.
Penguasaan seorang remaja terhadap ilmu pengetahuan teknologi-informasi dan
penguasaan bahasa-bahasa asing memang sangat mendukung masa depan, namun
penguasaan terhadap budaya dan lebih-lebih terhadap bahasa sendiri sangat
memperihatinkan. Remaja, apalagi yang sudah meiliki gelar mahasiswa sangat pintar
dalam berbahasa serta dalam mengembangkannya. Akan tetapi, dalam penggunanya
kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu
ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah wajar
apabila mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya
dan menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat
Bahasa Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi remaja dan pelajarnya sendiri.
Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di
sekolah saja tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang
tua cenderung tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-
anaknya sejak kecil. Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains
atau pun bahasa Inggris. Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah.
Ironisnya, kurangnya peran pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri.
Memang Bahasa Indonesia telah dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya
mengajar cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan mendidik cara
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran
bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan untuk diterapkan. Secara tertulis kita
sering membaca kalimat “Wajib Berbahasa Indonesia Sesuai EYD” tetapi secara kasat
mata “Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak”.
Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja
dewasa, mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa
lebih memilih untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada
Bahasa Indonesia dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan
tersebut memang tidak bisa dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dulu.
Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini
disebabkan karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon
artisnya sehingga orang yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang
idola mereka lakukan. ContohnyaLaura Syndrome yang gejalanya menirukan gaya ala
Cinta Laura. Jadi jika suatu acara menggunakan bahasa formal, maka acara tersebut
membosankan untuk disimak.

3.4 Dampak Ditinggalkannya Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik


Dan Benar
Meninggalkan suatu kebiasaan yang telah menjadi tradisi akan berakibat besar dalam
kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Begitu juga yang akan terjadi pada bahasa Indonsia
yang disempurnakan jika semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya.
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai
kesopanan remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak
tidak langsungnya adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa
tahun kedepan masih bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
namun bagaimana dengan lima puluh tahun yang akan datang? Apakah Bahasa
Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang ditelan ‘bahasa gaul’?
      Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli
dengan Bahasa Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah
mengikis dan merusak Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda,
marilah kita menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
      Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan  membiasakan diri menggunakan
Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita
sendiri, karena hal besar berawal dari hal kecil. Setelah itu marilah kita mengajak
teman-teman dan orang-orang di sekitar kita untuk menggunakan Bahasa
Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah penting adalah dengan tetap memberikan
pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran yang
menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar akan pentingnya Bahasa Indonesia
dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan demikian, niscaya
Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.

BAB IV

PENUTUP
 

4.1 Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang
menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia
dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di
geser dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar
negeri ke dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Bahasa yang digunakan remaja pada saat ini diantaranya adalah bahasa prokem atau
bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa indonesia tidak digunakan sebagaimana
mestinya dikarenakan beberapa faktor antara lain faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Penggunaan bahasa gaul, asing maupun bahasa daerah dikalangan remaja menimbulkan
berbagai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat para remaja kita agar
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah dengan tindakan yang nyata dari
diri sendiri, masyarakan dan pemerintah. Karena itu merupakan elemen penting untuk
perubahan agar remaja, masyarakat dan pemerintah indonesia memiliki rasa bangga akan
bahasanya sendiri. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa, sebagai identitas
bangsa Indonesia dan sebagai lambang kebanggaan nasional.

4.2 Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan, sudah seharusnya kita sebagai remaja saat ini
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai
dengan kaidah yang telah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan
bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Indonesia yang baik dan benar :
1.      Para remaja dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa indonesia yang baku sesuai
dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda tetap
menggunakan tatanan bahasa indonesia yang baku.
3.      Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan Bahasa Indonesia yang
baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.
4.      Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda, bahwa Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
5.      Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonsia di sekolah dan perguruan tinggi dengan tugas praktik
dialog atau monolog seperti dalam bermain drama, penulisaan artikel makalah, dan lain
sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khaidir.1995.Beberapa Aspek Sosio-Kultural Masalah
Bahasa.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Badudu, J.S.1994.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1993.Pembakuan Bahasa Indonesia.Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Charlie, Lie.1999.Bahasa Indonesia yang Baik dan Gimana Gitu.Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama.
Rahardi, R. Kunjana. 2000.Imperatif dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Duta Wacana
University Press.
Rahmatarifin,2011.Dampak positif dan negatif penggunaan bahasa gaul dan
asing.dalam   Rahmatarifin.wordpress.com.

Salliyanti.2003. Bahasa Prokem Di Kalangan Remaja. Dalam Salliyanti.blogspot.com.

Samsuri.1985.Tata Kalimat Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Sastra Hudaya.


Sugihastuti.2003.Bahasa Indonesia Dari Awam Mahasiswa sampai Wartawan.
Yogyakarta:Gama Media.

Witriani.2012. English Made Simple.Yogyakarta:SUKA Press.

Anda mungkin juga menyukai