Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahasa alay sangat berbeda dari bahasa biasanya, awal mula kemunculan bahasa rumit
ini tak lepas dari perkembangan SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka
menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS.
Selain itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya
memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti
dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip. Penggunaan
bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang
mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam
komunikasi formal secara tertulis.
Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa alay menunjukkan semakin akrabnya
generasi muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet. Munculnya bahasa Alay juga
menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus
menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis. Akan tetapi, munculnya bahasa
Alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda
semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik
memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa tidak baku biasanya
digunakan dalam acara-acara yang kurang formal.

Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik Bahasa Alay?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari penggunaan Bahasa Alay di kalangan remaja?
Tujuan
1. Menjelaskan karakteristik Bahasa Alay
2. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan Bahasa Alay di kalangan remaja

BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta pergaulan remaja. Dengan semakin majunya
teknologi dan ditambah dengan pengaruh budaya asing tersebut, maka akan mengubah sikap,
perilaku serta kebiasaan mereka. Hal tersebut tidak hanya mengubah gaya hidup, seperti cara
berpakaian, tetapi juga dapat mengubah cara seseorang (remaja) dalam berinteraksi serta
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
pada masyarakat terutama pada kalangan remaja secara perlahan mulai tidak nampak. Hal itu
terjadi karena munculnya modifikasi bahasa, yang sering disebut dengan ‘bahasa alay’. Bahasa
alay mulai muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan jejaring sosial seperti
facebook, twitter, dan lain sebagainya. Bahkan bukan hanya dalam dunia maya (seperti facebook
dan twitter), bahasa alay juga banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan koran.
Terutama pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya acara-acara ditelevisi
yang menjadi totonan utama dan memang ditujukan kepada para remaja. Hal tersebut membuat
penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi semakin pesat.
Remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang
individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social yang berlangsung
pada dekade kedua masa kehidupan. Remaja terbagi manjadi tiga tahapan yang masing-masing di
tandai dengan perubahan biologis, psikologis dan social yang berbeda-beda yaitu: 11-13 tahun
sebagai masa remaja awal (Early adolescence), 14-16 tahun sebagai masa remaja pertengahan
(Mild-late adolescence) dan 17-20 tahun sebagai masa remaja dewasa (Youth Young adolescence)
Soetjiningsih dalam Anonim (2011).
Erikson dalam Pariawan (2008) berpendapat bahwa remaja memasuki tahapan
psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominant terjadi pada
tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu
unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa.
Penggunaan bahasa baru ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai
identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak”. Hal itulah yang
mendorong remaja untuk menggunakan bahasa alay. Mereka menganggap bahwa bahasa alay itu
sangat menarik. Pada awalnya mungkin mereka hanya mendengar bahasa alay dari orang lain dan
tidak mengerti apa maksud dari bahasa alay yang orang lain katakan tersebut, namun karena
mereka merasa bahasa alay tersebut sangat menarik, maka mereka berusaha untuk mencari tahu
dan mempelajarinya. Setelah itu mereka akan merealisasikan bahasa alay tersebut dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Remaja tidak ingin selalu terpaku dalam bahasa baku, yang harus digunakan dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah yang dianjurkan. Seperti yang diketahui bahwa remaja tidak
begitu suka dengan adanya aturan-aturan. Itulah sebabnya mengapa mereka lebih banyak memilih
menggunakan bahasa alay daripada bahasa Indonesia. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa
bahasa alay adalah bahasa gaul, sehingga seseorang yang tidak menggunakannya akan dianggap
kuno dan ketinggalan zaman. Pernyataan tersebut, membuat remaja semakin tertantang dan
berlomba-lomba untuk mencari tahu bahkan menciptakan sendiri bahasa-bahasa yang menurut
mereka pantas untuk disebut sebagai bahasa alay dan dapat digunakan oleh remaja-remaja lainnya.
Berkembangnya penggunaan bahasa alay oleh remaja yang bisa menyebabkan suatu saat
nanti anak cucu kita (masyarakat) sudah tidak lagi mengenal bahasa baku dan tidak lagi memakai
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) sebagai pedoman dalam berbahasa, kemudian menganggap
remeh bahasa Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan
budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak. Padahal bahasa
Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Oleh karena itu,
kita sebagai generasi penerus bangsa, harusnya mampu menjadi tonggak dalam mempertahankan
bangsa Indonesia ini. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga, melestarikan, dan
menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi,
“Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Menurut Keraf dalam Hidayatullah (2009), memberikan dua pengertian bahasa.


Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi
yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
bahasa, kita tidak akan bisa hidup dengan orang lain. Karena kita berkomunikasi dengan orang
lain menggunakan bahasa. Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita memiliki bahasa negara
yaitu bahasa Indonesia. Seperti tercantum pada Undang-Undang kita yang berbunyi “Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia”. Oleh karenanya, sebagai warga negara yang patuh terhadap bangsa
haruslah kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik disini bisa diartikan
dengan menggunakan ragam bahasa yang tepat dan serasi sesuai dengan sasaran dan jenis
pemakaiannya. Sedangkan benar disini dapat diartikan dengan menggunakan bahasa sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Jadi maksud dari penggunaan bahasa dengan baik dan benar adalah
penggunaan ragam bahasa yang tepat sesuai dengan sasarannya dan juga sesuai dengan kaidah
yang berlaku dimasyarakat.
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata
bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu
hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti
bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar menurut Alwi dkk dalam
Hanum (2012)
Kasali dalam Wikipedia berpendapat bahwa alay merupakan singkatan dari "anak
layangan"atau "anak lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup
norak atau kampungan. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik
dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada
kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka
dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara dengan
intonasi dan gaya yang berlebihan.
Keberadaan bahasa alay bagi para remaja dijadikan sebagai alat komunikasi dalam
pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi.
Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik
dan benar. Munculnya bahasa alay merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa
Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang.
Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku.
Bahasa tidak baku biasanya digunakan dalam acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa
alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar .
(Hanum,2012) mengemukakan seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa
alay pada kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain:
1. Pemakaian huruf kapital yang berantakan dalam satu kalimat, contohnya: “uDaH
mAkaN bEluM?”
2. Penggunaan angka sebagai pengganti huruf,
contohnya: “ud4h m4k4n 63lum?”
3. Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat,
contohnya: “dah mam yum?”
4. Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat, contohnya: “udaeh
maems beyumz?”
5. Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat,
contohnya: “u&@h m@k@n be|um?”
Masih banyak lagi variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di kalangan remaja
saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan dijelaskan secara pasti karena kata-
kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh
mood atau teknik penulisan si pembuat kalimat.
Menurut (Sofiah, 2012) penggunaan bahasa Alay memiliki dampak yang positif dan
negatif. Dampak positifnya adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau
tidaknya bahasa alay, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang
muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat.
Sedangkan dampak negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia antara lain:
1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau
mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
4. Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa gaul. Misalnya dulu kita
memanggil orang tua dengan sebutan Ayah atau Ibu, tapi sekarang anak kecil
memanggil Ayah atau Ibu dengan sebutan Bokap atau Nyokap.
5. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa
indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak
ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.
Dampak negatif lainnya, bahasa alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan
mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan
maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan
memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tata bahasa Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat
Indonesia sudah tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, terutama pada
kalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena adanya budaya asing dan berbagai variasi bahasa yang
mereka anggap sebagai kreatifitas. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa baru tersebut
daripada bahasa Indonesia, karena mereka takut dikatakan sebagai remaja yang kampungan dan
ketinggalan jaman. Bahasa baru itu mereka sebut dengan “bahasa Alay”. Bahasa alay secara
langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia khususnya remaja untuk tidak
mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Saran
Sebaiknya bahasa alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita
sedang berbicara dengan teman, atau pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa alay
tersebut. Kita boleh menggunakannya, tapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia. Namun, dengan demikian keberadaan bahasa Indonesia bisa teruji dengan hal-hal yang
baru sehingga bisa lebih menguatkan bahasa Indonesia itu sendiri.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada
tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya di masyarakat. Salah satu
kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan
masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat
dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai generasi
muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada. Jangan sampai merusak
budaya bahasa kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. “Pengertian Remaja”. kesmas-unsoed.com. 09 Juli. Di akses 28 Desember 2014.


Hanum, Luluk Lutfia. 2012. “BAHASA ALAY DAN REMAJA”. hanuem.blogspot.com. 26
April. Di akses 28 Desember 2014.
Hidayatullah, Syarif. 2009. “APA BAHASA ITU? Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut
Para Ahli”. wismasastra.wordpress.com. 25 Mei. Di akses 28 Desember 2014.
Pariawan, I Wayan. 2008. “PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA”.
suluhpendidikan.blogspot.com. 05 Desember. Di akses 28 Desember 2014.
Sofiah, Indah. 2012. “BAHASA INDONESIA VS BAHASA ALAY”.
iendahyourlife.blogspot.com. 17 Maret. Di akses 28 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai