Anda di halaman 1dari 9

Akuntansi Biaya

Biaya Tenaga Kerja

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kevin Adi Prayogo (1613010006)
Alvian Auladul Ikrom (1613010022)
Ghiga Rachmawati Saleh (18013010166)
Fitri Hardiyanti (18013010180)
Alvian Ananta (18013010182)
Nelly Sa’adah (18013010185)

KELAS E
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
JAWA TIMUR
2019
Biaya tenaga kerja merupakan biaya penting yang membutuhkan pengukuran,
pengendalian dan analisisyang sistematis. Biaya tenaga kerja terdiri dari atas gaji pokok dan
tunjangan. Gaji pokok untuk pekerjaan yang dilakukan disebut tarif dasar (base rate) atau tarif
kerja (job rage). Tunjangan (fringe benefit) merupakan elemen yang substansial dari biaya
tenaga kerja. Biaya tunjangan seperti tunjangan atas pajak FICA (federal Insurance Contributions
Act) dan pajak pengangguran, tunjangan hari raya, tunjangan cuti, premi lembur, premi asuransi
serta dana pensiun harus ditambahkan ke tarif dasar untuk memperoleh total biaya tenaga kerja
secara penuh. Meskipun biaya tunjangan ini umumnya dimasukkan dalam overhead, biaya-biaya
tersebut sebaiknya tidak diabaikan dalam tanggung jawab manajemen atas perencanaan dan
pengendalian, dalam pengambilan keputusan, atau dalam negosiasi gaji. Permintaan pekerja
untuk kenaikan kecil dalam gaji dapat mengakibatkan pengeluaran yang jauh lebih besar bagi
perusahaan karena dampak dari biaya tunjangan.

Produktivitas dan Biaya Tenaga Kerja


Gaji, baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan produktivitas dan
keterampilan dari pekerja. Dengan demikian, perencanaan, motivasi, pengendalian, dan
akuntansi untuk biaya dan produktivitas tenaga kerja yang memadai merupakan masalah penting
dalam mengelola suatu perusahaan.
Produktivitas tenaga kerja (labor productivity) dapat didefinisikan sabagai suatu ukuran
kinerja produksi yang menggunakan pengeluaran atas usaha manusia sebagai tolak ukurnya.
Produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai dengan membuat proses produksi lebih efisien
melalui eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah; dengan memperbaiki,
memodernisasi, atau mengganti peralatan; atau dengan pendekatan lain yang memperbaiki
pemanfaatan sumber daya.

Merencanakan Produktivitas
Suatu rencana untuk memperbaiki produktivitas sebaiknya membebankan tangung jawab
kepada manajer untuk menerapkan rencana tersebut. Selain itu, rencana itu sebaiknya konsisten
dengan rencana-rencana lain yang ada, seperti anggaran operasi dan rencana untuk investasi
modal, riset, teknologi dan pengembangan karyawan.

Mengukur Produktivitas
Setelah rencana diformulasikan, produktivitas sebaiknya diukur, dianalisis,
diimplementasikan dan dipahami. Tujuan dari pengukuran produktivitas adalah untuk
memberikan indeks yang padat dan akurat guna membandingkan hasil aktual dengan suatu target
atau standar kinerja. Pengukuran produktivitas sebaiknya mengakui kontribusi individual atas
faktor-faktor seperti karyawan (termasuk manajer), pabrik dan peralatan, produk dan jasa yang
digunakan, modal yang diinvestasikan, serta pelayanan pemerintah yang digunakan.
Rasio efisiensi produktivitas (productivity-efficiency ratio) mengukur output dari seorang
individu relatif terhadap standar kinerja serta dapat digunakan untuk mengukur pencapaian
operasional relatif dari suatu mesin, operasi, departemen, atau organisasi secara keseluruhan.
Dampak Ekonomi dari Produktivitas
Apabila produktivitas meningkat, laba bisnis dan pendapatan riil pekerja juga meningkat.
Peningkatan produktivitas memungkinkan masyarakat untuk memperoleh output yang lebih
banyak dan lebih baik dari sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut.
Produktivitas secara umum telah meningkat, menyebabkan lebih banyak barang dan jasa yang
tersedia. Tetapi kadang-kadang, keuntungan produktivitas turun. Suatu keterlambatan
menyebabkan peningkatan biaya. Apabila peningkatan output tidak dapat mengimbangi
kecepatan peningkatan biaya, maka biaya per unit dan harga jual akan meningkat.
Jika harga dipertahankan agar tidak naik, maka peningkatan upah harus mencerminkan
pengurangan biaya per unit yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Apabila biaya upah
gaji dan tunjangan meningkat lebih tinggi dari output atau produksi per jam tenaga kerja, maka
yang terjadi adalah inflasi, yaitu harga yang lebih tinggi untuk menutup biaya per unit yang juga
lebih tinggi.

Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik
Manajemen sumber daya manusia yang lebih baik menawarkan prospek peningkatan
produktivitas dan kualitas produk dengan cara memberdayakan pekerja untuk berpartisipasi
secara lebih langsung dalam manajemen atas pekerjaan mereka. Empat asumsi dasar yang
merupakan karakteristik dari manajemen sumber daya manusia yang lebih baik:
1. Orang yang melakukan pekerjaan tersebut adalah orang yang memiliki kualifikasi terbaik
untuk memperbaikinya.
2. Pengambilan keputusan sebaiknya terjadi di tingkatan serendah mungkin dalam organisasi.
3. Partisipasi pekerja meningkatan kepuasan kerja dan komitmen terhadap tujuan perusahaan.
4. Terdapat sejumlah besar ide yang dimiliki oleh pekerja yang menunggu untuk ditemukan.

Secara singkat, produktivitas dan biaya yang terkait menuntut perencanaan dan pengukuran
yang hati-hati jika ingin mengendalikan dampak ekonominya secara efektif. Manajemen sumber
daya manusia yang lebih baik merupakan keharusan yang penting untuk meningkatkan
produktivitas.

Rencana Pemberian Insentif


Rencana pemberian insentif (incentive wage plan) memberikan imbalan bagi pekerja
sesuai dengan peningkatan outputnya yang berkualitas tinggi. Agar rencana pemberian insentif
dapat berhasil, maka harus:
1. Dapat diterapkan dalam situasi dimana pekerja dapat meningkatkan output
2. Menyediakan lebih banyak upah yang besarnya proporsional terhadap output yang
melebihi standar
3. Menetapkan standar yang adil sehingga usaha tambahan akan menghasilkan
pembayaran bonus

Tujuan Rencana Pemberian Insentif


Tujuan utamanya adalah untuk mendorong pekerja agar memproduksi lebih banyak guna
memperoleh upah yang lebih tinggi, dan pada saat yang bersamaan mengurangi biaya per unit.
Rencana tersebut berusaha untuk memastikan output yang lebih besar,untuk meningkatkan
pengendalian atas biaya tenaga kerja dengan memastikan biaya per unit yang lebih seragam, dan
untuk mengubah dasar pemberian imbalan dari jam kerja yang dijalani mejadi pekerjaan yang
diselesaikan. Penurunan biaya per unit disebabkan oleh dua faktor:
1. Jumlah unit output dari setiap pekerja meningkat dengan peningkatan dalam upah
2. Jumlah overhead yang tetap sama

Rencana pemberian insentif dapat mendorong terciptanya lingkungan kerja dimana setiap
orang harus berkinerja.

Jenis Rencana Pemberian Insentif


1. Rencana Unit Kerja Langsung (Straight Piecework Plan)
Merupakan salah satu rencana pemberian insentif yang paling sedehana, yaitu membayar
upah di atas tarif dasar untuk produksi di atas standar. Standar produksi dihitung dalam
jumlah menit per unit dan kemudian diterjemahkan menjadi jumlah dolar yang dibayarkan per
unit.

Meskipun tarif per unit mencerminkan hubungan sebab akibat yang jelas antara output
dan upah, insentif in hanya efektif apabila pekerja dapat mengendalikan tarif upah output
individual. Tarif per unit tidak akan efektif apabila output dipengaruhi leh mesin, misalnya.
Selain itu, juga diperlukan modifikasi atas standar produksi dan tariff tenaga kerja apabila
output meningkat karena perbaikan teknologi. Terakhir, jika tarif output bergantung pada
usaha kelompok, maka rencana pemberian insentif kelompok akan lebih sesuai dibandingkan
dengan rencana pemberian insentif individual.

2. Rencana Bonus Seratus Persen (One-Hundred-Percent Bonus Plan)


Merupakan suatu variasi dari rencana unit kerja langsung. Rencana ini tidak dinyatakan
dalam uang melainkan dalam waktu per unit output. Pekerja dibayar berdasarkan waktu
standar dikalikan tarif per jam jika unit diselesaikan sesuai dalam waktu standar. Dalam setiap
periode penggajian, rasio efisiensi harus dihitung untuk setiap pekerja sebelum pendapatan
dapat dihitung. Standar produksi yang dinyatakan dalam jumlah unit output per jam
ditetapkan oleh insinyur industri. Jam kerja dan unit yang dihasilkan dilaporkan ke
departemen penggajian, dimana jumlah jam yang dilaporkan dikalikan dengan jumlah unit
produksi standar per jam untuk menentukan jumlah unit standar.

3. Rencana Bonus Kelompok (Group Bonus Plan)


Rencana bonus kelompok seperti rencana yang didesain untuk pemberian insentif
individual dimaksudkan untuk mendorong produksi pada tarif di atas standar. Setiap pekerja
dalam kelompok menerima tarif per jam untuk produksi sampai sejumlah output standar. Unit
yang diproduksi di atas standar dianggap sebagai waktu yang dihemat oleh kelompok
tersebut, dan sebagai akibatnya setiap pekerja menerima bonus untuk penghematan waktu
tersebut. Biasanya bonus yang diperoleh suatu kelompok dibagi ke anggota-anggota
kelompok sesuai dengan tarif dasar mereka masing-masing. Rencana bonus kelompok
mengurangi pekerja menghitung biaya tenaga kerja dan melaksanakan sistem insentif.
Rencana bonus kelompok juga dapat memberikan kontribusi bagi kerjasama yang lebih baik
di antara pekerja.

Rencana Insentif Organisasi (Pembagian Keuntungan Organisasi)


Fitur utama dari rencana pembagian keuntungan organisasi adalah bahwa semua individu
memiliki kapasitas untuk memberikan kontribusi yang berharga kepada suatu organisasi.
Rencana pembagian keuntungan organisasi mengharuskan manajemen mendorong partisipasi
pekerja dan berkomitmen untuk menyukseskan rencana pemberian insentif tersebut. Kunci dari
penerapan rencana pembagian keuntungan organisasi yang sukses mencakup biaya tenaga kerja
normal yang terukur, rasio yang relatif stabil dari nilai output terhadap biaya tenaga kerja, dan
insentif serta kebijakan yang adil bagi semua pihak yang berpartisipasi.

Standar Waktu dan Teori Kurva Belajar (Learning Curve Theory)


Teori kurva belajar (learning curve theory) menyatakan bahwa setiap kali kuantitas
output kumulatif menjadi dua kali lipat, maka rata-rata waku kumulatif per unit berkurang
sebesar presentase tertentu. Jika durasi produksi panjang atau jika operasi tenaga kerja sangat
rendah dan rutin maka suatu titik akan dicapai jika perbaikan lebih lanjut dari kurva belajar
menjadi tidak kelihatan, dan kurva belajar mencapai kondisi yang tetap.
Berdasarkan kurva belajar yang telah diobservasi, standar waktu yang digunakan untuk
menentukan beasarnya insentif seorang pekerja dapat berubah menjadi standar waktu variabel
dan bukannya standar waktu tetap. Standar waktu variabel memenuhi kebutuhan akan sistem
pemberian insentif dimana terdapat dampak pembelajaran yang signifikan. Misalnya, waktu
standar dapat berubah menjadi tingkat output yang hanya dapat dilampaui ketika kondisi tetap
tercapai. Kemudian, segera setelah pekerja telah melalui tahap belajar dan mulai memproduksi
jumlah unit yang diharapkan dalam kondisi tetap, mereka akan memperoleh bonus untuk
melakukan suatu operasi lebih cepat dari waktu standar

Pengaturan Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja dan Pengendalian


Akuntansi biaya tenaga kerja mencakup:
1. Sejarah kerja dari setiap pekerja, seperti tanggal diperkerjakan, tingkat upah, penugasan
awal, promosi, kenaikan gaji, dan waktu cuti untuk liburan atau karena sakit
2. Informasi yang diperlukan untuk memenuhi kontrak serikat kerja, hukum jaminan
sosial, peraturan upah dan jam kerja, pajak penghasilan yang dipungut, dan persyaratan
pemerintah
3. Waktu kerja dan biaya standar
4. Jam kerja setiap karyawan, tingkat upah dan total pendapatan untuk setiap periode
penggajian
5. Perhitungan potongan dari uapah kotor untuk setiap karyawan
6. Output atau pencapaian dari setiap karyawan
7. Jumlah biaya dan jam tenaga kerja tidak langsung maupun tenaga kerja langsung yang
akan dibebankan ke setiap pesanan, lot, proses atau departemen untuk setiap periode.
8. Total biaya tenaga kerja di setiap departemen untuk setiap periode
9. Data kumulatif atas potongan pendapatan dan gaji untuk setiap karyawan

Langkah-langkah dalam akuntansi untuk biaya tenaga kerja digambarkan sebagai berikut :

Akuntansi Kuangan : Akuntansi Biaya :


Catatan total waktu kerja dan total jumlah yang Catatan waktu kerja untuk setiap pesanan,
diperoleh oleh setiap pekerja disimpan. proses, atau departemen dari setiap pekerjaan
serta biaya yang terkait disimpan.

Jumlah pendapatan harian atau mingguan yang Jumlah jam dan biaya tenaga kerja langsung
diperoleh setiap pekerja dimasukkan ke dalam dimasukkan dalam kartu biaya pesanan atau
catatan gaji. laporan biaya produksi, biaya tenaga kerja
tidak langsung dimasukkan dalam kertas kerja
analisis beban departemental.

Setiap periode penggajian, total jumlah upah Jurnal mingguan atau bulanan untuk distribusi
yang terutang ke pekerja menghasilkan ayat biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut :
jurnal berikut:
Buku
Debit Kredit Pembantu Debit Kredit
Beban gaji xxx Barang dalam proses xxx
Utang pph karyawan xxx Pengendali overhead pabrik xxx
Utang pajak FICA xxx Tenaga kerja tdk langsung xxx
Gaji yang masih harus dibayar xxx Beban gaji xxx

Departemen yang terlibat dalam perhitungan biaya tenaga kerja adalah:


1. Departemen Personalia
Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan tenaga kerja yang efisien dan memastikan
bahwa seluruh organisasi mengikuti kebijakan personalia yang sesuai. Fungsi departemen
personalia meliputi perekrutan, pelatihan, penilaian, konseling pensiun, pemutusan hubungan
kerja dan penempatan ke luar.

2. Departemen Perencanaan Produksi


Departemen perencanaan produksi bertanggung jawab untuk menjadwalkan pekerjaan
dan memberikan perintah kerja ke departemen produksi. Pemberian perintah kerja umumnya
disertai dengan permintaan bahan baku dan kartu jam kerja tenaga kerja yang
mengindikasikan operasi akan dilakukan atas produk tersebut. Jadwal produksi yang
dipersiapkan beberapa minggu sebelumnya yang menggunakan standar waktu tenaga kerja
untuk setiap tugas, membantu penyelia departemen dalam menyusun anggaran tenaga kerja.

3. Depertemen Pencatatan Waktu


Memastikan adanya catatan yang akurat atas waktu kerja setiap karyawan adalah langkah
pertama dalam perhitungan biaya tenaga kerja. Pencatatan waktu yang akurat biasanya dicapai
dengan:
a. Kartu absen sebagai bukti atas kehadiran karyawan di pabrik dari waktu masuk sampai
waktu pulang
b. Kartu jam kerja untuk memastikan informasi atas jenis dan lama pekerjaan yang
dilakukan
Kedua dokumen diawasi, dikendalikan, dan dikumpulkan oleh departemen pencatatan
waktu.
- Mesin absensi atau pencatatan waktu adalah suatu instrumen yang mencatat waktu
masuk dan pulang dari kantor.
- Kartu jam kerja menyediakan tempat bagi nama dan nomor karyawan dan biasanya
mencakup satu periode penggajian.
- Kartu jam kerja (time ticket) menunjukkan penggunaan spesifik dari waktu yang dibeli,
dan dapat disetarakan dengan suatu permintaan bahan baku. Beberapa perusahaan
menggunakan laporan waktu harian (daily time report) dimana pekerja membuat daftar
dari pekerjaan yang dikerjakan selama hari itu.
- Teknologi Bar code adalah simbol yang diproses secara elektronik untuk
mengidentifikasikan nomor, huruf atau karakter lain.

4. Departemen Penggajian
Data penggajian diproses dalam dua tahap:
a. Menghitung dan menyiapkan gaji
Penggajian disiapkan dari kartu absen. Beban gaji final hasil perhitungan dicatat dalam
jumlah gaji atau catatan gaji.
b. Mendistribusikan biaya gaji ke pesanan dan departemen
Biaya tenaga kerja yang didistribusikan ke pesanan dan departemen harus sama dengan
beban gaji yang dicatat. Distribusi tersebut juga menunjukkan jam tenaga kerja jika
angka tersebut akan digunakan untuk mengalokasikan overhead.

Langkah-langkah ini dilakukan oleh departemen penggajian yang bertanggung jawab


untuk mencatat klasifikasi pekerjaan, departemen, dan tingkat upah untuk setiap karyawan.

5. Departemen Biaya
Berdasarkan ikhtisar distribusi biaya tenaga kerja atau kartu jam kerja, departemen biaya
mencatat biaya tenaga kerja langsung pada kartu biaya pesanan atau laporan produksi
departemental, serta mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung pada catatan overhead
departemental yang terinci.
Hubungan Antardepartemen dan Pengendalian Biaya Tenaga Kerja serta Akuntansi
Bagan organisasi mengikhtisarkan hubungan antardepartemen yang diperlukan untuk
pengendalian dan akuntansi biaya yang efektif. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk area-area
nonmanufaktur, seperti pemasaran dan administrasi, memerlukan rincian individual dan
departemental yang sama dalam hal akumulasi dan distribusi biaya.

Pertimbangan-pertimbangan Etika
Perilaku etis adalah penting di semua aspek aktivitas organisasi. Akuntansi biaya dan
pengendalian tenaga kerja adalah salah satu area yang dicakup oleh Standard of Ethical Conduct.
Standar ini berkaitan dengan hubungan kerja, pemutusan hubungan kerja dan kompensasi;
dengan pembuatan anggaran dan analisis waktu dan biaya tenaga kerja; dengan program
produktivitas dan rencana pemberian insentif; dan dengan persamaan dalam tunjangan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K., 2009, “Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi 14”, Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai