Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN MATERI KULIAH

PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN PENETAPAN HARGA


TRANSFER
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Endah Susilowati,Msi , CFtA

Disusun Oleh :
1. AXL CHRISTOPHER DJAMIRAGA (18013010054)
2. PLENSKEY IVANOVIK ALEXANDER SIAHAAN (18013010165)
3. FITRI HARDIYANTI (18013010180)
4. ALFIAN ANANTA PRAMADYA (18013010182)
5. HAFID YUNUS (18013010183)
6. NELLY SAADAH APRILIA (18013010185)
7. NAUFALDO RIZKI TANAMA (18013010192)
8. M. HASYIM ABDUL MALIK (18013010195)
9. MOHAMMAD AVICIENA TAUFIQURRAHMAN (18013010198)
10.AZIZAH JULISTIONINGSIH (18013010200)
11.LAELA RIZQIA (18013010201)
12.SUTHAN DHAIFULLAH ZAKWAN (18013010202)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
DESENTRALISASI DAN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garis-garis pertanggungjawaban.
Bagan organisasi tradisional dengan bentuk piramidanya mengilustrasikan garis
pertanggungjawaban yang mengalir dari CEO turun melewati wakil direktur menuju
manajer madya dan manajer yang lebih rendah.

Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih


salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka
yang rumit dan beragam .

Semua organisasi berada dalam rentang dari yang sangat tersentraliasi hingga sangat
terdesentralisasi. Kebanyakan perusahaan berada di tengah di antara kedua ujung rentang
tersebut dengan mayoritas cenderung ke arah desentralisasi,alasan alasan di balik popularitas
desentralisasi dan cara cara yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan proses
desentralisasi dibahas berikut ini :

Alasan-alasan untuk melakukan desentralisasi

a. Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal


Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
tersedia. Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi
dipasar dan area yang berbeda, manajemen pusat mungkin tidak memahami
kondisi lokal.
b. Memfokuskan manajemen pusat
Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen
pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis.
Keberlangsungan jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi
manajemen pusat daripada operasional sehari-sehari.
c. Melatih dan memotivasi para manajer
Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan
posisi manajer jenjang lebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan
dari peluang yang lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik
adalah manajer yang bisa dipromosikan.
d. Meningkatkan daya saing
Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan
mampu menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya.
Perusahaan-perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu
mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing.

Divisi-divisi dalam Perusahaan yang Terdesentralisasi


Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang
disebut divisi. Satu cara pembagian dvisi adalah berdasarkan jenis barang atau jasa
yang diproduksi atau berdasarkan aspek geogafis. Dalam latar terdesentralisasi,
biasanya terdapat beberapa saling kebergantungan. Jika tidak, satu perusahaan hanya
akan menyerupai kumpulan entitas yang terpisah secara total.

Cara lain untuk membedakan divisi adalah berdasarkan jenis


pertanggungjawaban yang diberikan pada manajer divisi. Manajemen puncak
biasanya menciptakan area pertanggungjawaban yang disebut pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis
yang manajernya bartanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan
tertentu. Berikut ini jenis utama pusat pertanggungjawaban.

- Pusat biaya ( cost center )


- Pusat pendapatan ( revenue center)
- Pusat laba (profit center )
- Pusat investasi (investment center )

PENGUKURAN KINERJA PUSAT INVESTASI DENGAN MENGGUNAKAN


LAPORAN LABA – RUGI VARIABEL DAN ABSORPSI

Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba rugi. Akan tetapi, laporan laba rugi
perusahaan secara keseluruhan tidak terlalu berguna untuk tujuan ini. Dua metode
perhitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu satu berdasarkan perhitungan biaya
variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi. Perbedaan
antara perhitungan biaya variabel dan absorpsi bergantung pada perlakuan terhadap satu
biaya tertentu, yaitu overhead tetap.
Perhitungan biaya variabel yang juga disebut perhitungan biaya langsung hanya
membebankan biaya manufaktur variabel ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

Perhitungan biaya absorpsi membebankan semua biaya manufaktur pada produk.


Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah
hal-hal yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap
dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode.

Penilaian Persediaan

Perhitungan biaya persediaan akhir dapat menggunakan perhitungan biaya


absorpsi dan perhitungan biaya variabel. Pada persediaan absorpsi, persediaan akhir
mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan
overhead tetap per unit. Pada metode perhitungan biaya variabel, persediaan akhir
hanya mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead
variabel. Tidak dimasukkannya overhead tetap dalam hasil biaya persediaan
perhitungan biaya variabel membuat penilaian persediaan yang lebih rendah daripada
model absorpsi.

Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Abrospsi

Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga
pokok penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat
mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
jumlah overhead tetap yang diakui sebagai beban pada kedua metode.
Laba menurut perhitungan biaya absoprsi akan lebih tinggi daripada laba
menurut perhitungan biaya variabel. Perbedaan ini karena sebagian overhead tetap
periode tersebut yang masuk dalam persediaan ketika perhitungan biaya absorpsi
digunakan. Hanya sebagian besar dari overhead tetap yang dimasukkan dalam harga
pokok penjualan pada perhitungan biaya absorpsi, sisanya ditambahkan ke
persediaan. Akan tetapi, pada perhitungan biaya variabel, semua biaya overhead
overhead tetap untuk periode tersebut ditambahkan ke beban pada laporan laba rugi.

Beban penjualan dan administrasi tidak pernah dimasukkan dalam biaya


produk. Beban penjualan dan administrasi selalu dikeluarkan dari laporan laba-rugi
dan tidak pernah muncul di neraca.

Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba

Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari barang yang diproduksi, maka
laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan biaya absorpsi. Menjual lebih banyak dari yang diproduksi berarti
persediaan awal dan unit yang diproduksi telah terjual. Menurut perhitungan biaya
absorpsi, unit-unit yang keluar dari persediaan mangandung overhead tetap dari
periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi dan dijual telah
mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Dengan demikian, jumlah
beban overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari overhead
tetap periode berjalan, yaitu sebesar jumlah overhead tetap yang keluar dari
persediaan. Oleh karena itu, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih tinggi dari
laba menurut perhitngan biaya absorpsi sebesar jumlah overhead tetap yang mengalir
keluar dari persediaan awal.

Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak ada perbedaan laba
yang dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan
biaya absorpsi – seperti juga perhitungan biaya variabel – akan mengakui total
overhead tetap periode tersebut sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk
atau keluar dari persediaan.

Jika Maka
1. Produksi > Penjualan Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel
2. Produksi < Penjualan Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel
3. Produksi = Penjualan Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel

Kunci untuk menjelaskan perbedaan antara laba yang dihasilkan perhitungan


biaya absorpsi dan perhitungan biaya variabel adalah analisis terhadap arus overhead
tetap. Perhitungan biaya variabel selalu mengakui total overhead tetap periode
sebagai beban. Dilain pihak, perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead
tetap yang ada pada unit-unit yang terjual. Jika jumlah yang diproduksi berbeda dari
yang terjual, overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba menurut
perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari pada menurut perhitungan biaya variabel
sebesar kenaikan bersihnya. Jika overhead tetap persediaan berkurang, maka laba
menurut perhitungan biaya variabel lebih besar daripada laba menurut perhitungan
biaya absorpsi sejumlah penurunan bersihnya.

Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan
selisih di antara kedua laba. Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya
absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan
sebagai berikut

Laba menurut Laba menurut


Tarif overhead (unit diproduksi
perhitungan - perhitungan = x
tetap – Unit terjual)
biaya absorpsi biaya variabel
Mengevaluasi Manajer Pusat Laba

Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-


unit yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke
periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang
direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial.
Akan tetapi, laba harus mencerminkan usaha manajerial agar dapat menjadi petunjuk
bermakna. Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja
manajerial, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut:

1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode berikutnya,


sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak
berubah.

Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya


Variabel

Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi


segmen karena perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban
variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup
penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen,
lini produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi
segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori : beban tetap langsung (direct fixed
expense) dan beban tetap umum (common fixed expense).

Beban tetap langsung (direct fixed expense) adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai
beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang
dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban itu akan hilang jika segmen
ditutup atau dihapus.

Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih
segmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika salah satu
segmen dihapus.

Kontribusi laba yang dihasilkan setiap segmen untuk menutupi biaya tetap
umum perusahaan disebut margin segmen (segment margin). Suatu segmen harus
mampu menutup paling tidak biaya variabel dan biaya tetap langsungnya sendiri.

Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variabel


memiliki satu keistimewaan di samping laporan laba rugi perhitungan biaya variabel
yang telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluruh beban tetap dalam beban tetap
langsung dan beban tetap umum, memberikan informasi tambahan bagi manajer.

Karena beban tetap langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen, beban ini
disebabkan oleh keberadaan dari segmen itu sendiri. Jika segmen atau lini produk
dihapus, maka beban tetap ini akan hilang.

PENGUKURAN KINERJA PUSAT INVESTASI DENGAN MENGGUNAKAN


ROI
Pengembalian atas Investasi
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah
dengan menghitung pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), yaitu
laba yang diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang
paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut,

ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi Rata-rata

Laba operasi (operation income) mengacu pada laba sebelum bunga dan
pajak. Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan
peralatan.
Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.

Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buuku bersih akhir)/2

Margin dan Perputaran


Cara kedua untuk mengitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba
operasi/aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.

ROI = Margin x perputaran


= Laba operasi x Penjualan _____
Penjualan Aktiva operasi rata-rata

Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini
menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini
menyatakan laba operasi yang dihasilkan dari setiap penjualan. Hal ini menyatakan
bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba. Perputaran
(turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendaptan
penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan jumlah penjualan
yang dihasilkan dari setiap dollar yang diinvestasikan dalam aktiva operasi.

Keunggulan ROI
Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI.

1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban,
dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.

2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.

3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.

Kelemahan Pengukuran ROI


Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang
sempit. Berikut dua aspek negative ROI yang sering disebutkan.

1. ROI mengakibatkan focus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan


mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer untuk focus pada kepentingan jangka pendek
dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

MENGUKUR KINERJA PUSAT INVESTASI DENGAN MENGGUNAKAN


LABA RESIDU DAN NILAI TAMBAH EKONOMI

Untuk mengatasi kecendurungan ROI untuk menghalangi investasi menguntungkan


perusahaan, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti laba
residu. Nilai tambah ekonomi adalah cara alternatif untuk menghitung laba residu yang saat
ini digunakan di sejumlah perusahaan.

Laba Residu
Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dollar
minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.

Laba = Laba – (Tingkat pengembalian minimum x aktiva operasi rata – rata)


residu operasi
Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan
burdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol,
divisi memperoleh lebih banyak tingkat tingkat pengembalian minimum. Jika laba
residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit pengembalian minimum.
Akhirnya laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat
sama dengan tingkat pengembalian minimum.

a. Keunggulan Laba Residu

Menurunkan ROI menyebabkan laba perusahaan terbebani. Laba residu sebagai


ukuran kinerja akan mencegah kerugian yang terjadi. Dengan menggunakan
perbandingan laba residu divisi menunjukkan perbeadaan antara dua kelompok
dan penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek
apapun yang menghasikan tingkat di atas minimum.
b. Kelemahan Laba Residu

Laba residu bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan
laba residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari
profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi
yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.

Nilai Tambah Ekonomi


Nilai Tambah ekonomi adalah laba bersih ( laba operasi dikurangi pajak )
dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya nilai tambah ekonomi (EVA
)merupakan laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal akrual dari
perusahaan ( sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum yang
diinginkan perusahaan karena alasan lainnya. Jika EVA positif maka perusahaan
sedang menciptakan kekayaan. Jika negative maka perusahaan sedang menyia –
nyiakan modal.

Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar,
bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan
tingkat pengembaliann seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (
pengembalian ) dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba
bersih operasi dan biaya akrual dari modal.

a. Menghitung EVA

EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurang biaya modal
yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah presentase aktual dari biaya
modal dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan
sbb.

EVA = laba operasi _ presentase biaya x Total modal


Setelah pajak modal aktual yang dipakai
b. Aspek Perilaku EVA

Sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong


jenis perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan menekanan
semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi. Alasan yang
mendasarnya adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.

PENETAPAN HARGA TRANSFER

Ketika divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut


dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA.
Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya
bagi divisi yang membeli. Nilai atau harga internal disebut harga transfer. Dengan kata lain
harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjualan
pada divisi pembeli di perusahaan yang sama.

Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan


Perusahaan secara Keseluruhan
Ketika suatu divisi menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan
perusahaan secara keseluruhan mendapat pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk
barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi
penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan
kompensasi para manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.

Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi perusahaan sebagai suatu


kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan multinasional mmelalui pajak badan dan persyaratan hukum
lainnya yang ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi.

Kebijakan Penetapan Harga Transfer


Perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan lebih banyak wewenang
pengambilan keputusan di tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam penyusun
sebuah kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi penjualan dan
divisi pembelian harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang mencapai tujuan
tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi
penjualan dan harga maksimum yang ingin dibayar oleh divisi pembeli. Harga
maksimum dan minimum tersebut sesuai dengan biaya transfer internal.

Berikut harga yang ditetapkan:

1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal
daripada dijual pada pihak l uar.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatuinput dibeli secara internal.
Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik.
Kebijakan penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer
berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.

Harga Pasar
Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga
transfer. Karena divisi penjual mampu menjual barangnya pada harga pasar, transfer
internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi
tersebut merugi. Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga
pasar untuk barang yang ditransfer secara internal.

Harga Transfer Berdasarkan Biaya


Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena karena
produk yang akan ditrasfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan
induk.dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan penetapan harga transfer
berdasarkan biaya. Sebagai contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan
kepadatan tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar
tidak memproduksi matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan
telah menetapkan kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka divisi
matras akan membebankan biaya penuh mencakup biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.
Harga Transfer yang Dinegosiasikan

Akhirnya, manajemen tingkat atas nisa mengizinkan manajer divisi pembeli


dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini
berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam
perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya
yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.

Anda mungkin juga menyukai