NAMA
KELAS
142140167
142140168
142140171
142140174
142140175
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desentralisasi
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengolah input menjadi output.
Input dan output yang dapat diukur dengan satuan uang disebut dengan biaya dan
pendapatan.
Terdapat empat pusat pertanggungjawaban:
1. Pusat Biaya (Cost Centre)
Yaitu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan biaya.
2. Pusat Pendapatan (Revenue Centre)
Yaitu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan pendapatan.
3. Pusat Laba (Profit Centre)
Yaitu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan pendapatan
dan biaya.
4. Pusat Investasi (Investment Centre)
Yaitu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan pendapatan,
biaya dan investasi.
Peran Informasi dan Akuntabilitas
Informasi penting untuk para manajer yang bertanggung jawab terhadap hasil. Hal ini karena
manajer tidak hanya mengendalikan tetapi juga harus mengetahui dan memahaminya..
Tanggungjawab juga mencakup akuntabilitas. Akuntabilitas secaara tidak langsung
mencerminkan pengukuran kinerja, yang berbarti bahwa hasil aktual dibandingkan dengan
hasil yang diperkirakan.
Peran Informassi Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat
Pertanggungjawaban.
Penilaian Kinerja Pusat Biaya
Infomasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja pusat biaya adalah biaya. Dalam hal
ini terdapat masalah bahwa tidak ada biaya yang 100% dapat dikendalikan oleh manajer
pusat biaya. Masalajh yang timbul adalah: biaya, hubungan biaya dengan pusat biaya, jangka
waktu dan tanggungjawab ganda. Kinerja pusat biaya terutama diukur berdasarkan efisiensi
dan mutu
Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja adalah pendapatan.
Penilaian Kinerja Pusat Laba
Informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kenerja pusat laba adalah pendapatan
dan beban. Pendapatan adalah ukuran moneter dari keluaran-keluaran (output) dan beban
adalah ukuran moneter dari masukan (input) atau sumber daya yang dikonsumsi. Laba
sebagai ukuran kinerja terutama berfaedah karena memungkinkan manajemen senior
memakai ukuran yang lengkap. Setiap pusat laba merupakan unit yang relatip independen,
manajer mempunyai pengendalian yang signifikan atas sebagian besar keputusan operasi
yang berpengatuh terhadap laba.
Penilaian Kinerja Pusat Investasi
Informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kinerja pusat investasi adalah
pendapatan, biaya dan investasi . Alat ukur yang biasa digunakan adalah ROI dan RI. Dalam
pusat investasi manajer memiliki tanggungjawab dan otoritas pengambilan keputusan yang
= Profit Margin
Perputaran Aktiva
Adalah laba neto operasi yang diperoleh pusat investasi diatas kembalian minimal dari aktiva
operasional yang digunakan Tujuan penggunaan Laba Residual atau nilai tambah ekonomis
(Economis Value Added/EVA) adalah memaksimalkan jumlah total laba redisu atau nilai
tambah ekonomi, dan tidak untuk memaksimalkan ROI secara keseluruhan.
Contoh:
PT LEWE mempunyai total nilai rata-rata aktiva operasional sebesar Rp. 25.000.000,dengan laba operasi neto Rp. 5.000.000,- dan tingkat pengembalian minimal yang ditetapkan
15%, maka besarnya laba residu dapat dihitung:
Laba Neto Operasi
Rp. 5.000.000,Pengembalian Minimal 15 %
15% X Rp. 5.000.000,Rp. 3.750.000,Laba Residu
Rp. 1.250.000,Kebaikan RI:
1.
Keunggulan utama dari RI adalah dapat diterimanya usulan investasi yang telah
ditolak dengan ROI, walaupun investasi tersebut dapat menaikan laba perusahaan secara
keseluruhan tetapi ROI rata-rata Divisi turun.
2.
RI dapat menggunakan kembalian minimum yang berbeda-beda untuk berbagai jenis
aktiva.
Kelemahan RI:
1.
RI, sebagaimana ROI dapat mendorong manajer untuk berpandangan jangka pendek.
2.
RI adalah ukuran profitabilitas absolut, hal ini akan menghasilkan penilaian prestasi
yang tidak adil apabila kedua Divisi tersebut mempunyai Investasi yang berbeda. Untuk
mengatasinya maka diperlukan mengukur Residual Return yang menghubungkan RI
dengan Investasi.
PENGUKURAN DAN PENGHARGAAN KINERJA MANAJER
Alasaan utama membedakan bahwa kinerja divisi tidak sama dengan kinerja manajer adalah
bahwa kinerja divisi biasanya berkaitan dengan factor-faktor yang berada diluar kendali
manajer. Jadi adalah perlu untuk mengkaitkan kompensasi manajerial dengan faktor-faktor
yang berada dalam kendali manajer. Permasalahan yang sering terjadi adalah sering terjadi
bahwa manajer tidak bekerja dengan kemampuan baiknya karena tiga alasan berikut:
1.
Manajer mungkin kurang mempunyai kemampuan
2.
Manajer mungkin lebih suka bekerja kurang dari yang dibutuhkan
3.
Manajer mungkin bekerja hanya untuk memanfaatkan perkuisit
Merlihat alasan tersebut maka perlu disusun satu sistem pembayaran insentif yang terstuktur
dengan baik dan mampu membantu upaya-upaya menciptakan kesesuaian tujuan antara
manajer dan pemilik.
Tujuan kompensasi manajemen biasanya meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan
kinerja. Beberapa bentuk penghargaan manajerial adalah:
1. Kompensasi Kas. Kompensasi ini meliputi gaji dan bonus. Komopensasi gaji lebih sulit
untuk mengubahnya dibanding dengan bonus. Kompensasi bonus dianggap lebih flesibel.
Dalam praktek banyak yang menggunakan kombinasi dari keduaanya.
2. Opsi Saham, yaitu suatu hak untuk membeli sejumlah tertentu saham perusahaan dengan
harga tertentu. Pemberian opsi ini biasanya diikuti dengan syarat-syarat kinerja yang ketat.
2.
Besarnya laba yang akan diperhitungkan dalam penentuan harga transfer tersebut.
Metode Penentuan Harga Transfer
Sesui dengan dasar yang digunakan dalam penetuan harga transfer, maka terdapat dua metode
yang digunakan dalam menghitung harga transfer:
1. Harga Pasar
Harga pasar akan digunakan sebagai dasar jika produk yang ditransfer tersebut mempunyai
harga pasar. Harga pasar tersebut merupakan biaya kesempatan baik bagi divisi penjual
maupun bagi divisi pembeli
Pada umumnya harga transfer ditetapkan berdasarkan harga pasar minus, karena hal-hal
berikut:
1.
Kuantitas produk yang ditransfer antar divisi tersebut umumnya cukup besar,
sehingga menimbulkan penghematan bagi divisi penjual, untuk itu potongan volume
seringkali digunakan.
2.
Divisi penjual tidak akan mengeluarkan biaya iklan, promosi penjualan, komisi
penjualan, biaya penagihan, sehingga biaya-biaya tersebut dapat dikurangkan dari harga
pasar.
3.
Jika transfer langsung dikirim dari departemen produksi divisi penjual, maka biaya
simpan (gudang) tidak perlu diperhitungkan dalam penentuan harga transfer tersebut.
Kelemahan yang ada pada harga transfer berdasar harga pasar adalah:
1.
Tidak semua produk mempunyai harga pasar
2.
Harga pasar tidak selalu sama dengan harga yang tercantum dalam daftar harga.
Kesulitan muncul kalau harga pasar sangat berfluktuasi.
3.
Divisi penjual mempunyai pasar yang pasti. Oleh karena itu penghematan biaya yang
muncul sebaiknya tidak dinikmati oleh divisi penjual saja tetapi juga harus dinikmati oleh
divisi pembeli.
2. Harga Transfer atas dasar Biaya
Biaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer dapat berupa biaya penuh
standar atau biaya penuh sesungguhnya.
Jika biaya penuh standar yang digunakan, hal ini akan memberikan keuntungan bagi duivisi
pembeli karena divisi pembeli tidak dibebani dengan kemungkinan terjadinya
ketidakefisienan biaya yang terjadi di divisi penjual . Harga transfer ini dapat menimbulkan
keengganan divisi penjual untuk menaikan efisiensi produksinya. Efisiensi divisi penjual
akan mengakibatkan turunnya harga transfer dan hal ini akan mengakibatkan laba divisi
penjual akan turun. Agar memberikan dorongan bagi divisi penjual untuk menaikan efisiensi
produksinya, maka penurunan biaya standar tidak segera digunakan sebagai dasar penentuan
harga transfer. Divisi penjual diberi kesempatan untuk menikmati tambahan laba dari hasil
peningkatan efisiensi produksinya.
Jika biaya penuh sesungguhnya yang dugunakan sebagai dasar penentuan harga transfer,
maka akan terjadi bahwa divisi pembeli akan menikmati ketidakefisienan yang terjadi di
divisi penjual. Oleh karena itu biaya ini sebaiknya tidak digunakan sebagai dasar penentuan
harga transfer.
Jika biaya digunakan sebagai penentuan harga transfer, maka tiga hal dibawah ini perlu
dipertimbangankan oleh manajer:
1.
Metode penentuan harga transfer tersebut harus senantiasa mendorong divisi penjual
meningkatkan efiseinsi produksinya.
2.
Metode tersebut harus dapat memisahkan tanggungjawab masing-masing divisi yang
terlibat dalam penentuan harga transfer
3.
Harus dilakukan negosiasi antar divisi yang terlibat.
Kelemahan harga transfer atas dasar biaya adalah:
1.
Harus ada persetujuan antar divisi penjual dan divisi pembeli tentang biaya apa yang
boleh dimasukkan sebagai dasar.
2.
Perhitungan Return On Investment
Harga Transfer Negosiasi
Dalam beberapa organisasi memperkenankan divisi penjual dan divisi pembeli untuk
menegosiasikan harga transfer. Hal ini terjadi karena bahwa pasar dengan persaingan
sempurna jarang ada. Harga transfer negosiasi mencerminkan perspektif kontrolabilitas yang
inheren dalam pusat-pusat pertanggung-jawaban, karena setiap divisi akhirnya
bertanggungjawab atas harga transfer yang dinegosiasikannya.
Harga transfer negosiasi seharusnya ditetapkan tidak lebih murah dari biaya variable dan
tidak lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar (apabila ada). Harga transfer negosiasi
biasanya dipengaruhi oleh apakah biaya tetap sudah tertutupi atau belum, apakah divisi
penjual beroprasi pada kapasitas penuh atau tidak, dan seberapa kuat daya tawar menawar
divisi penjual dan divisi pembeli.
Kelemahan Harga Transfer Negosiasi:
1.
Manajer divisi tertentu dapat mengambil manfaat dari manajer divisi lain, sehingga
manajer divisi lain tersebut dapat dirugikan. Hal ini terjadi apabila manajer tertentu
mempunyai informasi pribadi yang lebih lengkap dibandingkan informasi yang dimiliki
manajer divisi lain.
2.
Ukuran kinerja bisa terdistorsi oleh kecakapan negosiasi manajer-manajer tertentu.
3.
Negosiasi memungkinkan memakan banyak waktu, tenaga dan biaya.
Keunggulan Harga Transfer Negosiasi:
Terlepas dari kelemahan yang dimilikinya, harga transfer negosiasi menawarkan harapan
untuk mencapai tiga tujuan penentuan harga transfer, yaitu:
1.
Evaluasi prestasi divisi secara akurat
2.
Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan secara keseluruhan
Tetap terjaganya otonomi divisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA