Oleh:
Kelompok 4
1. Dewa Ayu Shita Setiari (13) (1807521058)
2. I Gede Pawarista Susila Putra (14) (1807521061)
3. Badaruz Zaman (15) (1807521062)
4. A.A. Ayu Mas Radha Rani Dewi (16) (1807521063)
5. Kezia Cindy Shine Effendy (44) (1811521035)
Pusat biaya dibedakan menjadi pusat biaya standart dan pusat biaya kebijakan
a. Pusat biaya standart adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara
input dan outputnya dapat ditentukan secara jelas.
b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara
input dan outputnya tidak dapat atau sulit ditentukan.
2. Pusat Pendapatan (revenue center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung jawab
terhadap penjualan. Misalnya departemen pemasaran atau penjualan. Departemen ini
mengatur harga dan memproyeksi penjualan. Karena itu departemen ini dievaluasi
sebagai pusat pendapatan. Ukuran kinerjanya adalah pada omset penjualan yang
dihasilkan.
1
Selisih harga jual = (harga jual sesungguhnya – harga jual yang dianggarkan) x
volume penjualan yang dianggarkan
Profitabilitas manajer pusat laba dapat diukur dengan lima tipe pengukuran :
a. Contribution Margin : alasan utama karena contribution margin adalah ukuran
prestasi yang penting, karena menunjukkan dampak perubaahan volume
penjualan terhadap laba.\
b. Laba Langsung : menunjukkan jumlah kontribusi pusat laba untuk menutup biaya
overhead umum dan laba perusahaan
c. Laba Terkendali adalah laba langsung dikurangi biaya alokasian terkendali
dengan anggapan bahwa seluruh biaya langsung merupakan biaya terkendali
d. Laba Sebelum Pajak : tipe pengukuran ini dapat digunakan sebagai dasar
perbandingan dengan perusahaan-perusahaan laindalam industry yang sama dan
sebagai dasar analisis ekonomi lainnya mengenai Potensi profitabilitas pusat laba.
e. Laba Bersih : alasan menggunakan tipe pengukuran ini adalah (1) dalam banyak
hal, laba bersih adalah persentase tetap dari laba sebelum pajak sehingga tidak ada
manfaatnya memasukkan unsure pajak penghasilan. (2) keputusan-keputusan
yang mempunyai dampak pada pajak penghasilan dibuat oleh kantor pusat dan (3)
profitabiliitas pusat laba tidak mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan-
keputusan tersebut pada butir (2).
4. Pusat Investasi (investasi center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap
pendapatan, biaya, dan investasi. Misalnya divisi-divisi. Selain memiliki kendali
2
terhadap biaya dan keputusan penetapan harga, manajer divisi juga memiliki
kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan investasi seperti penutupan dan
pendirian suatu pabrik, menghentikan atau meneruskan suatu lini produk. Ukuran
kinerjanya adalah laba operasi dan pengembalian atas investasi.
3
D. Perhitungan Biaya Variable Dan Perhitungan Biaya Absorsi
Perhitungan biaya variable menekankan perbedaan antara biaya manufaktur
variable dan tetap. Perhitungan biaya variable (variable costing) membebankan hanya
biaya manufaktur variabel ke produk. Biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead variable. Overead tetap diperlakukan sebagai beban periode
dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Dasar pemikiran untuk ini adalah
bahwa overhead tetap merupakan biaya kapasitas, atau tetap ada dalam bisnis.
Perhitungan biaya absorpsi (absorption costing) membebankan semua biaya
manufaktur ke produk. Bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead tetap adalah
hal-hal yang menentukan biaya produk. Jadi, menurut perhitungan biaya absorpsi,
overhead tetap dipandang sebagai biaya produk. Bukan biaya periode. Menurut metode
ini, overhead tetap yang ditetapkan terlebih dulu dan tidak dibebankan sampa produk
terjual. Dengan kata lain overhead tetap adalah biaya sebagai biaya prosuk atau periode
menurut perhitungan biaya variable dan absorpsi. Akhir-akhr ini, perhitungan biaya
absorpsi diisyaratkan untuk keperluan pelaporan eksternal.
Kedua metode diatas dapat mempengaruhi penilaian persediaan dan penetapan laba.
Metode kalkulasi biaya produk yang berbeda akan mempengaruhi nilai barang
yang tersimpan dalam persediaan. Biaya produk per unit merupakan dasar bagi
perhitungan harga pokok penjualan, maka metode variabel kalkulasi dan absorbsi dapat
mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda, karena kedua metode tersebut sama-
sama mengaku bahwa jumlah overhead tetap merupakan suatu beban. Sebagai contoh
untuk menunjukkan secara jelas cara penilaian persedian dan laporan laba/ rugi menurut
biaya variabel dan absobrsi.
Persediaan awal –
4
Bahan langsung $ 5
Biaya tetap:
Kalkulasi biaya variabel hanya menginventarisasikan biaya variabel saja sehingga biaya
per unit produk $ 9 dan kalkulasi biaya absorbsi mencakup biaya manufaktur sehingga
biaya setiap unit produk $ 13 persediaan akhir 1000 unit, yang didapat dari unit yang
diproduksi – produk yang dijual.Jadi nilai persediaan akhir menurut kalkulasi biaya
variabel (9x 1000) = $ 9000 dan persediaan akhir menurut kalkulasi biaya absorbsi
(13×1000) = $ 13000
5
Laporan Laba Rugi Menurut Kalkulasi Biaya Variabel
6
4 000 = 4 (1 000 )
Klasifikasi biaya sebagai biaya produk atau periode menurut perhitungn biaya variable
dan absorpsi
Hubungan antara laba menurut kalkulasi biaya variabel dengan laba menurut biaya
absorbsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan berubah.Jika penjualan
lebih banyak dari yang diproduksi berarti bahwa persediaan digunakan. Dari pernyataan
tersebut maka laba menurut kalkulasi biaya variabel lebih tinggi dari laba menurut
kalkulasi biaya absorbsi, karena sejumlah overhead tetap, mengalir keluar dari persediaan
awal, Selain itu unit-unit yang diproduksi dan dijual mengandung overhead tetap
berjalan.
1. Produksi > penjualan – laba bersih absobrsi > laba bersih variabel
2. Produksi < penjualan – laba bersih absorbsi < laba bersih variabel
7
Laporan laba rugi menurut kalkulasi biaya variabel memisahkan beban menurut
perilaku biaya. Pertama, Beban variabel manufaktur atau proses produksi, pemasaran dan
administrasi dikurangi dari penjualan untuk mendapatkan marjin kontribusi. Kemudian
semua beban tetap dikurangkan dari marjin kontribusi untuk mendapatkan laba bersih
kalkulasi biaya variabel. Sedangkan laporan laba rugi menurut kalkulasi biaya absorbsi
memisahkan beban menurut fungsi. Pertama, harga pokok penjualan dikurangkan dari
penjualan untuk mendapatkan laba kotor (marjin kotor). Kemudian beban pemasran dan
administrasi dikurangi dari laba kotor untuk mendapatkan laba bersih kalkulasi biaya
absorbsi.
Kunci untuk menjelaskan perbedaan dari kedua laba tersebut adalah analisis arus
overhead tetap. Apabila jumlah yang diproduksi berbeda dengan yang dijual, overhead
tetap akan mengalir keluar dan kedalam persediaan. Apa bila jumlah overhead dalam
persediaan meningkat, maka laba menurut biaya absorbsi lebih besar dari biaya variabel
dengan menghitung kenaikan bersih. Apabila persediaan tetap atau persediaan berkurang
maka laba menurut kalkulasi biaya variabel lebih besar dari kalkulasi biaya absorbsi.
Selisih antara laba bersih menurut kalkulasi biaya absorbsi dan kalkulasi biaya
variabel dapat dinyatakan sebagai berikut:
Laba menurut biaya absorbsi – laba menurut biaya variabel = tarif averhead tetap ( unit
yang diproduksi – unit yang terjual ).
Laporan laba rugi segmen menggunakan kalkulasi biaya variabel memiliki satu
keistimewaan disamping laporan laba rugi kalkulasi biaya variabel yang telah disajikan
sebelumnya. Beban tetap dipecah menjadi 2 kategori: Beban tetap langsung dan beban
tetap umum. Bagian tambahan ini menyoroti biaya yang dapat dikendalikan dg biaya
yang tak dapat dikendalikan dan meningkatkan kemampuan manajer untuk mengevaluasi
setiap kontribusi segmen terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
8
Beban tetap langsung (direct fixet expenses) adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri dalam satu segmen. Beban ini kadang disebut beban tetap yang
dapat dihindari atau ditelusuri karena beban ini akan hilang apabila segman ditutup atau
dihapus.
Beban tetap umum (commen fixed expense) secara bersama disebabkan oleh dua
atau lebih segmen. Beban ini sering muncul apabila salah satu segman ditutup atau
dilepas.
Kontribusi laba setiap segmen setelah penutupan biaya tetap umum perusahaan
disebut margin segmen. Setiap segmen harus mampu menutup paling tidak biaya variabel
dan biaya tetap langsung. Laba segmen yang negatif mengurangi total laba perusahaan,
yang menimbulkan pertimbangan untuk menghapus segmen tersebut. Dengan
mengabaikan setiap pegaruh yang dimiliki suatu segmen terhadap penjualan segmen
lainnya, marjin segmen dapat mengukur perubahan laba perusahaan yang mungkin terjadi
bila segmen dieliminasi.
Dikurangi beban
Dikurangi beban
9
Dikurangi beban
E. Return On Investment (ROI), Residual Income (RI), Economic Value Added (EVA)
10
ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban dan
investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya
4. Kelemahan ROI
ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan
mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dan
mengorbankan kepentinga jangka panjang.
11
2. Menghitung EVA
EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang
dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah presentase aktualdari biaya modal dikali
dengan total modal yang dipakai. Dinyatakan sebagai berikut :
EVA = Laba operasi setelah pajak–(presentase biaya modal aktual x total modal
yang dipakai)
12
perhatian terutama ditunjukan pada aspek kritikal dalam mengukur keberhasilan
seseorang menyelesaikan tugas.
Kelebihan : biaya yang murah, pengurusannya mudah, penilaian hanya
membutuhkan pelatihan sederhana.
Kelemahan : penilaian yang hanya mengedepankan penilaian pribadi karyawan
dalam menentukan kriteria pekera, menentukan bobot yang tidak sesuai.
3. Forced Choice Method
Merupakan berbentuk presentase yang sudah ditentukan dari karyawan
ditempatkan dalam kategori kerja. Dalam metode ini mengandung pernyataan baik
bersifat positif maupun negatif tentang pegawai yang dinilai. Pernyataan terdapat
berbagai faktor seperti kemampuan belajar, prestasi kerja.
Prinsip : dalam sistem penilaian ini menggunakan penilaian dengan skala lima
butir yaitu berkinerja tinggi, berkinerja rata-rata tinggi, berkinerja rata-rata, berkinerja
rata-rata rendah dan berkinerja rendah.
Kelebihan : dapat mengidentifikasi yang mempunyai prestasi tinggi, mengurangi
penyimpanan penilai.
Kelemahan : tidak realistik mendorong pimpinan untuk mendistribusikan ke lima
kelas yang karyawanya hanya empat atau lima. Penilaian hasil tergantung pada
ketepatan pilihan awal pimpinan atas nilai-nilai jalan pintas. kesulitan dalam
mendapatkan karyawan yang memandang diri sendiri sebagai orang yang berprestasi
tinggi untuk memahami bahwa mendapatkan nilai standar tinggi tidak sama dengan
mendapat nilai C pada rapor.
4. Metode Catatan Prestasi
Adalah metode yang berhubungan dengan metode peristiwa kritis dengan catatan
penyempurnaan misalnya penampilan, kemampuan berbicara dan kepemimpinan.
Prinsip : metode ini digunakan untuk menghasilkan detail laporan tahunan tentang
kontribusi pegawai.
Kelebihan : digunakan untuk pengambilan keputusan untuk promosi serta
memberikan masukan tentang hasil kerja yang akan datang.
Kelemahan : metode ini hanya memberikan sesuatu yang baik saja terhadap apa
yang dilakukan karyawan.
13
5. Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
Merupakan metode ini bertujuan untuk mengkombinasikan manfaat dari metode
peristiwa kritis dan penilaian berdasarkan kuantitas dikaitkan dengan skala
berdasarkan kuantitas.
Kelebihan : skala pemberian penilaian yang akurat, standar yang lebih jelas,
memberikan umpan balik, memiliki dimensi independen.
Kelemahan : sulit untuk di kembangkan
6. Field Review Method
Merupakan metode dengan penilaian langsung turun ke lapangan untuk mendapat
informasi dari atasan atas prestasi karyawannya. Dari hasil turun langsung ke
lapangan di buat untuk langkah-langkah pengembangan karir.
Kelebihan : penilaian dilakukan oleh para ahli penilaian dan juga karena tidak
terpengaruh oleh hallo effect.
Kelemahan : penilai, meskipun seorang ahli, tetap tidak bebas dari ‘bias’ tertentu
dan bagi organisasi besar menjadi mahal karena harus mendatangkan ahli penilai ke
tempat pelaksanaan tugas.
14
kemampuan intlektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologis. Penilaian ini
biasanya dilakukan melalui serangkaian tes psikologi seperti tes kecerdasan
intelektual, tes kecerdasan emosional, diskusi-diskusi, tes kecerdasan spiritual dan tes
kepribadian, yang dilakukan melalui wawancara atau tes-tes tertulis terutama untuk
menilai potensi karyawan di masa yang akan datang.
3. Assesment Center
Merupakan penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan
dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi seseorang dalam
melakukan tanggung jawab yang lebih besar. Dasar dari teknik ini berupa serangkaian
latihan situsional, dimana latihan ini berupa tugas manajemen yang disimulasikan dan
meliputi teknik-teknik seperti bermain peran, analisis kasus, wawancara dan tes
psikologis.
Pada organisasi terdesentralisasi, keluaran (ouput) dari satu divisi digunakan sebagai
masukan (input) dari yang lain. Nilai barang yang ditransfer (transferred goods) merupakan
pendapatan bagi divisi penjualan dan biaya perolehan divisi pembelian. Nilai ini disebut
harga transfer. Dengan kata lain, harga transfer (transfer pricing) didefinisikan sebagai
harga untuk suatu komponen yang dibebankan oleh divisi penjualan ke divisi pembelian di
perusahaan yang sama.
15
adalah biaya ke Divisi C seperti biaya bahan mentah. Divisi C lebih memilih harga transfer
serendah mungkin.
Harga transfer dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
multinasional melalui pajak penghasilan perusahaan dan persyaratan hukum lainnya yang
ditetapkan oleh negara di mana berbagai divisi beroperasi. Misalnya, jika divisi penjualan
beroperasi di negara dengan pajak rendah dan divisi pembelian beroperasi di negara dengan
pajak tinggi, harga transfer mungkin ditetapkan cukup tinggi. Maka, keuntungan akan
bertambah pada divisi di negara dengan pajak rendah dan biayanya akan diberikan ke divisi
di negara dengan pajak tinggi. Ini akan menghasilkan pengurangan pajak penghasilan
perusahaan secara keseluruhan.
16
Pendekatan biaya peluang ini dapat memandu divisi dalam menentukan kapan transfer
internal harus terjadi. Secara khusus, barang harus ditransfer secara internal apabila biaya
peluang (harga minimum) dari divisi penjualan lebih kecil dari biaya peluang (harga
maksimum) dari divisi pembelian.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan
harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan
biaya (cost-based transfer price). Situasi ideal yang harus ada dalam penetapan harga
transfer berdasar harga pasar untuk mendorong adanya keselarasan tujuan adalah:
17
pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka. Mereka juga harus
memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
c. Harga pasar. Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan
mapan dari produk identik yang sedang ditransfer. Maksudnya, harga pasar
mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas)
dengan produk yang dikenekan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat
diturunkan untuk mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam
perusahaan. Sebagai contoh, tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt
expense), serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut
ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis lain yang ada dalam perusahaan.
Meskipun kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak identik,
adalah lebih baik dari pada tidak ada harga pasar samasekali.
d. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternative dalam memperoleh sumber daya
haruslah ada, dan para manajer seharusnya diizinkan untuk memilih alternative
yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli
dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual ke pihak luar.
Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan
hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik dengan pihak di dalam
maupun diluar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing.
Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer. Keputusan untuk
berurusan dengan pihak di dalam atau diluar perusahaan juga dibuat oleh pasar.
Jika pembeli tidak mendapatkan harga yang memuaskan dari sumber di dalam
perusahaan, mereka bebas untuk membeli dari luar.
e. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta
biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
f. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan
negosiasi kontrak antar unit usaha.
Jika semua kondisi di atas terpenuhi, maka system harga transfer berdasarkan harga
pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita dan tidak membutuhkan administrasi
pusat.
18
B. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan
harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa
kekurangan. Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada
keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan
optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka
dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan
sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap
transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti
tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba, terdapat dua keputusan yang digunakan. Markup
ditentukan atas dasar penentuan tingkat laba dan besarnya laba. Dasar penentuan
tingkat laba ini bisa dilakukan berdasarkan biaya dan dapat dilakukan berdasarkan
return atas investasi. Kesulitannya adalah bila berdasar biaya tidak memperhitungkan
investasi yang dilakukan. Sebaliknya, jika berdasar investasi, sulit untuk menentukan
besarnya investasi yang layak diperhitungkan.
Masalah kedua dalam penyusunan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi
manajemen senior atas kerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh
laba yang ditunjukkan oleh pusat laba tersebut. Konsekuensi, jika mungkin
penyisihan laba harus dapat mendekati tingkat pengambilan yang akan diperoleh
seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual
produknya ke konsumen luar.
C. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi
dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk
menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga Transfer Negosiasi adalah
penentuan harga transfer atas dasar tawar-menawar antara divisi penjual dan divisi
pembeli. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan
19
ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua,
manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba
potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Harga transfer negosiasi mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren
dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan
tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang
dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan
karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of interest
diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli.
Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang akan diterima
mutlak oleh kedua belah pihak.
20
DAFTAR PUSTAKA
R. Hansen, Don & M. Mowen, Maryanne. 2009. Akuntansi Manajerial (edisi 8). Jakarta :
Salemba Empat
21