Anda di halaman 1dari 6

Nama : Arthur Samuel Rampay

NIM : 175020307111007

Kelas : Akuntansi Manajemen Strategik – CB

RESPONSIBILITY ACCOUNTING

FINANCIAL PERFORMANCE MEASURES

AND

TRANSFER PRICES

A. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban


Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah system yang
mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan oleh para manager untuk mengoperasikan pusat pertanggung-
jawaban mereka. Idealnya, system akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan
mendukung struktur dari sebuah organisasi, yang mana secara umum sebuah perusahaan
diatur menurut garis-garis pertanggungjawaban.

B. Jenis – Jenis Pertanggungjawaban


1. Pusat Biaya (cost center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab hanya
terhadap biaya. Misalnya, departemen produksi (pabrik) yang mengendalikan biaya
manufaktur tetapi tidak mengatur harga atau membuat kepututsan pemasaran. Ukuran
kinerjanya adalah dievaluasi seberapa baik biaya produksi dikendalikan.
Pusat biaya dibedakan menjadi pusat biaya standart dan pusat biaya kebijakan
a. Pusat biaya standart adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara input
dan outputnya dapat ditentukan secara jelas.
b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara
input dan outputnya tidak dapat atau sulit ditentukan.
2. Pusat Pendapatan (revenue center)
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya hanya bertanggung jawab
terhadap penjualan. Misalnya departemen pemasaran atau penjualan. Departemen ini
mengatur harga dan memproyeksi penjualan. Karena itu departemen ini dievaluasi
sebagai pusat pendapatan. Ukuran kinerjanya adalah pada omset penjualan yang
dihasilkan.
Selisih volume penjualan menunjukkan dampak perubahan volume penjualan terhadap
pendapatan dengan anggapan tidak terjadi perubahan harga jual.
Selisih harga jual = (harga jual sesungguhnya – harga jual yang dianggarkan) x volume
penjualan yang dianggarkan
Selisih volume penjualan = (volume penjualan sesungguhnya – volume penjualan yang
dianggarkan) x harga jual yang dianggarkan

3. Pusat Laba (profit center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap
pendapatan maupun biaya. Misalnya divisi pabrik yang mana manajernya bertanggung
jawab untuk membuat dan memasarkan produk mereka. Oleh karena itu, laba operasi
akan menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para manajer pusat laba.
Profitabilitas manajer pusat laba dapat diukur dengan lima tipe pengukuran :
1) Contribution Margin : alasan utama karena contribution margin adalah ukuran
prestasi yang penting, karena menunjukkan dampak perubaahan volume penjualan
terhadap laba.\
2) Laba Langsung : menunjukkan jumlah kontribusi pusat laba untuk menutup biaya
overhead umum dan laba perusahaan
3) Laba Terkendali adalah laba langsung dikurangi biaya alokasian terkendali dengan
anggapan bahwa seluruh biaya langsung merupakan biaya terkendali
4) Laba Sebelum Pajak : tipe pengukuran ini dapat digunakan sebagai dasar
perbandingan dengan perusahaan-perusahaan laindalam industry yang sama dan sebagai
dasar analisis ekonomi lainnya mengenai Potensi profitabilitas pusat laba.
5) Laba Bersih : alasan menggunakan tipe pengukuran ini adalah (1) ddalam banyak
hal, laba bersih adalah persentase tetap dari laba sebelum pajak sehingga tidak ada
manfaatnya memasukkan unsure pajak penghasilan. (2) keputusan-keputusan yang
mempunyai dampak pada pajak penghasilan dibuat oleh kantor pusat dan (3)
profitabiliitas pusat laba tidak mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
tersebut pada butir (2).

4. Pusat Investasi (investasi center)


Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap
pendapatan, biaya, dan investasi. Misalnya divisi-divisi. Selain memiliki kendali terhadap
biaya dan keputusan penetapan harga, manajer divisi juga memiliki kekuasaan untuk
membuat keputusan-keputusan investasi seperti penutupan dan pendirian suatu pabrik,
menghentikan atau meneruskan suatu lini produk. Ukuran kinerjanya adalah laba operasi
dan pengembalian atas investasi

C. Pengukuran Kinerja Keuangan


Pengukuran kinerja keuangan adalah kemampuan dari suatu perusahaan dalam
menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja keuangan
juga berfungsi untuk memperlihatkan kepada investor atau masyarakat secara umum
bahwa perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik. Apabila perusahaan mempunyai
kredibilitas yang baik, maka akan mendorong para investor untuk menanamkan
modalnya. Contoh-contoh pengukur kinerja keuangan yaitu :
1. Return On Investment (ROI)
Return On Invesment merupakan rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen.
Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan
mengabaikan sumber pendanaan, rasio ini biasanya diukur dengan persentase.
ROI bisa juga diartikan sebagai rasio laba bersih terhadap biaya. Rumus menghitung
ROI adalah sebagai berikut:
ROI = (Total Penjualan-Investasi)
Investasi x 100%
2. Residual Income (RI)
Residual Income (RI) adalah laba yang dihasilkan diatas target pengembalian
investasi pada suatu pusat laba.
RI = Laba – (Investasi x Target ROI)
Analisis RI diperoleh setelah melakukan perhitungan ROI dan biaya modal.

3. Economic Value Added (EVA)


EVA (Economic Value Added) merupakan indikator tentang adanya perubahan nilai
dari suatu investasi. EVA (Economic Value Added) yang positif menunjukkan bahwa
manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik
perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keungan dalam memaksimumkan nilai
perusahaan. EVA (Economic Value Added) adalah suatu estimasi dari laba ekonomis
yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda
dari laba akuntansi. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan
EVA (Economic Value Added) yaitu :
a. Penjualan bersih – biaya operasi = laba operasi (pendapat sebelum bunga dan
pajak, EBIT)
b. Laba operasi (pendapatan sebelum bunga dan pajak, EBIT) – pajak = laba operasi
bersih sesudah pajak (NOPAT)
c. Laba operasi besrsih sesudah pajak (NOPAT) – biaya modal yang diinvestasikan x
biaya modal) – EVA
Atau
Rumus : EVA = laba operasi setelah pajak (NOPAT) – total biaya modal sendiri dari
seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Rumus : NOPAT = laba (rugi ) usaha – pajak

4. Market Value Added (MVA)


MVA adalah market value (total nilai pasar) semua saham dan hutang perusahaan,
yang berarti berapa jumlah yang diperoleh investor jika semua investasinya berupa
saham dan obligasi dijual ke pasar finansial dikurangi total modal yang diinvestasikan
(berupa ekuitas, laba ditahan, hutang lewat pasar modal dan hutang terhadap bank).
Jika MVA positif berarti manajer berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan
sebaliknya jika MVA negatif maka manajer gagal menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan.
MVA = Market value – invested Capital
Keterangan:
Market value = nilai utang, saham preferen, dan saham biasa saat ini.
Invested Capital = seluruh kas yang diperoleh dari penyedia dana atau berasal dari
keuntungan yang diinvestasikan kembali pada investasi baru di perusahaan sejak
perusahaan didirikan. Dalam prakteknya, nilai dalam laporan posisi keuangan
(dengan sedikit penyesuaian) yang digunakan.

D. Transfer Pricing
Transfer pricing adalah harga yang dibebankan satuan usaha individual dalam suatu
perseroan multisatuan usaha atas transaksi di antara mereka sendiri. Konsep ini
digunakan bila setiap satuan usaha dikelola sebagai suatu pusat laba, yang masing-masing
bertanggung jawab atas laba dari modal yang diinvestasikan. Dengan praktek transfer
pricing, perusahaan akan melaporkan rugi sehingga tidak perlu membayar pajak. Transfer
pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu
transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam transaksi transfer pricing
antar perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Memaksimalkan penghasilan global setelah dikurangi pajak.


2. Mengamankan posisi kompetitif.
3. Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4. Mengurangi risiko moneter.
5. Mengatur cash flow anak/cabang perusahaan yang memadai.
6. Mengurangi beban pengenaan pajak, dan bea masuk.
7. Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai