Anda di halaman 1dari 20

Struktur Organisasi, Akuntansi

Pertanggungjawaban, dan Pusat


Tanggung Jawab

Advensia Yesie Riani Puspita


195020201111007
Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu sistem yang


menggambarkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab yang jelas demi terlaksananya fungsi koordinasi dan
pengendalian untuk mencapai tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien.
ASPEK PENTING STRUKTUR ORGANISASI

Pengembangan struktur organisasi diawali dengan kegiatan pengorganisasian yang mencakup


beberapa komponen mendasar, antara lain:

1. Membagi perusahaan menjadi unit kerja yang dapat dikelola (contohnya divisi/bagian)
2. Menugaskan atau mendelegasikan tanggung jawab manajemen
3. Mendefinisikan arah dari keputusan-keputusan.

Struktur ini memberikan gambaran yang jelas tentang siapa yang bertanggungjawab atas sesuatu
hal. Contoh tanggung jawab yang dimaksud adalah seperti tanggung jawab untuk merencanakan
besarnya anggaran.
Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab
Berdasarkan wewenangnya, tanggung jawab masing-masing manajer departemen relatif sempit dan tanggung jawab para direktur
relatif lebih luas, terlebih jika sudah menduduki posisi direktur utama maka semua wewenang dan tanggung jawab diberikan
dengan porsi jauh lebih besar. Dengan demikian, semakin tinggi level manajemen, semakin luas wewenang dan tanggung
jawabnya.
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu proses pengumpulan dan pencatatan serta penyajian
laporan atas transaksi ataupun data keuangan yang terjadi dalam sebuah perusahaan

Dalam proses penganggaran, perencanaan dilakukan dengan menggunakan data historis, termasuk
informasi keuangan yang telah lalu sebagai dasar pembuatannya. Lalu kemudian dilakukan
pengendalian dengan mengukur kinerja menggunakan hasil actual yang sebagian besar disediakan
oleh sistem akuntansi.
Dua tujuan utama penggunaan akuntansi biaya hitoris sehubungan dengan
data keuangan, yaitu

1 2

Untuk menentukan pendapatan dan biaya Untuk menyediakan data pendapatan dan
(termasuk harga pokok barang/jasa yang biaya yang relevan untuk perencanaan
dihasilkan) dan pengendalian biaya
 
Akuntansi Biaya Tradisional vs Akuntansi Pertanggungjawaban

Secara tradisional, akuntansi biaya lebih berfokus pada


penghitungan biaya produk, sedangkan dalam akuntansi
pertanggungjawaban, penekanan pada perencanaan dan
pengendalian biaya lebih diutamakan.
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan kinerja dapat disusun untuk melaporkan kinerja unit organisasi
atau kinerja manajer unit organisasi tersebut.

Karakteristik penting pelaporan kinerja penganggaran adalah sebagai berikut:


a. Kinerja diklasifikasikan menurut tanggung jawab yang dibebankan,
sehingga laporan harus sesuai dengan struktur organisasi.
b. Hal-hal yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan harus
ditentukan.
c. Dibuat laporan yang tepat waktu dalam periode interim, seperti bulanan,
mingguan, bahkan bisa juga harian.
d. Penekanan diberikan pada perbandingan antara hasil yang direncanakan
dengan yang actual untuk mencari kemungkinan penyebab terjadinya
perbedaan (varians)
 
Ukuran Kinerja:
Moneter dan Non-moneter

Secara umum, karakteristik yang menonjol dalam laporan


kinerja dinyatakan dalam unit moneter (uang), karena
unit moneter dianggap sebagai denominator umum, dapat
dijumlahkan dan diperbandingkan. Contohnya adalah
biaya, penghasilan, laba, return on investment atau
residual income dapat menjadi ukuran kinerja yang
secara luas digunakan.
FREKUENSI LAPORAN KINERJA

Frekuensi pelaporan kinerja harus disesuaikan dengan kebutuhan, agar


manajer dapat melakukan tindakan perbaikan dengan tepat.
Frekuensi pelaporan berbeda-beda bergantung pada level manajemen
dan tingkatan karyawan pada tiap level.
 
Contohnya kepala departemen mungkin memerlukan informasi harian,
per jam, atau berkesinambungan mengenai operasi yang berada dalam
pengendaliannya, sedangkan manajer pabrik mungkin hanya memerlukan
laporan prestasi mingguan dari setiap kepala departemen.  

 
PUSAT TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY
CENTER)
Pusat tanggung jawab adalah suatu unit organisasi yang dikepalai oleh
seorang manajer yang prestasinya/kinerjanya diukur dengan wewenang dan
tanggung jawab tertentu. Berdasarakan ukuran tanggung jawab, pusat
tanggung jawab ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1 2 3 4

Pusat Biaya Pusat Penghasilan Pusat Laba Pusat Investasi


Laporan Kinerja Untuk Masing-masing Pusat Tanggungjawab

1. Laporan Kinerja untuk Pusat Biaya

Laporan pusat biaya diukur kinerjanya dengan membandingkan antara biaya sesungguhnya dan
biaya menurut anggaran. Selisih keduanya dikatakan menguntungkan jika biaya sesungguhnya
lebih kecil dari yang dianggarkan.
2. Laporan Kinerja untuk Pusat Penghasilan

Laporan kinerja keuangan untuk pusat penghasilan disajikan dalam bentuk perbandingan antara penghasilan
sesungguhnya dan penghasilan yang dianggarkan, dimana selisih antara keduanya inilah yang dianggap sebagai
penyimpangan. Penyebab selisih tersebut ada dua faktor yaitu, selisih harga jual dan selisih volume penjualan.

Penghasilan sesungguhnya (13.000 x Rp 95) Rp 1.235.000


Penghasilan yang dianggarkan (12.000 x Rp 100) Rp 1.200.000
Selisih Rp 35.000

Formulasi Selisih Harga Jual


Selisih harga jual = (harga jual sesungguhnya – harga jual dianggarkan) x volume penjualan sesungguhnya

Selisih volume penjualan = (volume penjualan sesungguhnya – volume penjualan dianggarkan) x harga jual dianggarkan
3. Laporan Kinerja untuk Pusat Laba

Pusat laba dapat diukur dengan tipe pengukuran yakni:

1) Contribution margin
2) Laba langsung
3) Laba terkendali
4) Laba sebelum pajak
5) Laba bersih

Pengukuran menggunakan contribution margin dengan pertimbangan bahwa ukuran ini


menunjukkan dampak perubahan volume penjualan terhadap laba dan adanya asumsi bahwa
biaya tetap tidak tergolong biaya yang dikendalikan oleh manajer pusat laba.
4. Laporan Kinerja untuk Pusat Investasi

Kinerja pusat investasi tidak boleh diukur hanya dengan laba yang diperoleh. Pengukuran ini harus dikaitkan
dengan investasi dari pusat tersebut. Ada dua metode untuk mengukur kinerja pusat investasi yaitu:

a. Return On Investment (ROI)

Untuk menilai kinerja pusat investasi, ROI divisi yang dicapai pada tahun ini dibandingkan dengan
ROI yang menjadi kriteria kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya (contohnya ROI yang dicapai
tahun lalu).

Formulasi yang digunakan:

ROI = Laba (EAT) / Investasi atau ROI = Penjualan / Investasi x Laba (EAT) / Penjualan
Contoh perhitungan ROI =

Penjualan Rp 3.125.000
Laba (EAT) Rp 375.000
Investasi (awal tahun) Rp 1.562.500

Pengukuran kinerja dengan ROI memiliki beberapa kelebihan, yaitu:


a. Mendorong manajer pusat investasi untuk memperhatikan keterkaitan antara penjualan,
biaya, dan investasi
b. Mendorong manajer pusat investasi untuk menghemat biaya
c. Mencegah investasi yang tidak produktif.
b. Residual Income (RI)

Merupakan selisih antara laba pusat investasi dan kembalian minimal yang telah ditetapkan
oleh kantor pusat. Kembalian minimal adalah persentase tertentu dikalikan dengan aktiva
dari pusat investasi.

Contoh:

Perusahaan A mensyaratkan kembalian minimal sebesar 8% untuk setiap aktivitas pusat investasi. Jika divisi X
memiliki laba operasi bersih (EAT) setahun Rp 375.000 dari investasi sebesar Rp 3.125.000, maka residual
incomenya adalah Rp 125.000.

 
Laba pusat investasi (EAT) Rp 375.000
Kembalian minimal: 8% x Rp 3.125.000 Rp 250.000
Residual Income Rp 125.000
Untuk melakukan penyusunan program anggaran sebagai suatu sistem perencanaan dan
pengendalian biaya dan laba diperlukan langkah-langkah berikut:

1. Mengidentifikasi semua tugas yang harus dilakukan oleh perusahaan itu


2. Menyusun dan membagi tugas tersebut ke dalam struktur organisasi yang menunjukan
hubungan wewenang dan tanggung jawab hierarki
3. Menentukan pusat-pusat tanggung jawab sebagai penanggungjawab biaya dalam
proses penganggarannya nanti
4. Mengidentifikasi semua jenis biaya yang terjadi
5. Menentukan jenis biaya mana yang terjadi dan nantinya menjadi tanggungjawab
masing-masing pusat anggaran.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai