Anda di halaman 1dari 48

PERTEMUAN 9 ASPEK KEPRILAKUAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

1. Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban menjelaskan akuntansi perencanaan serta


pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban yang
meliputi pendapatan serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi
yang mempunyai pengendalian terhadap seluruh kepentingan pencatatan dan hanya
bertanggungjawab atas pengendalian terhadap pendapatan dan biayanya sendiri. Dalam
pertanggungjawaban, masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin
dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggungjawab menjalankan
operasi tersebut. Tujuan akuntansi pertanggungjawaban salah satunya untuk
memastikan bahwa individu pada seluruh tingkatan di perusahaaan telah memberikan
kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu kerangka kerja yang berarti dalam
kinerja operasi karena dapat memberikan umpan baliksecara periodik kepada para
manajer segemen mengenai keberhasilan mereka.
2. Akuntansi Pertanggungjawaban Versus Akuntansi
Konvensional
Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi apa pun dari
prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Akuntansi pertanggungjawaban berbeda
dengan akuntansi konvensional dalam hal cara operasi direncanakan dan cara
data akuntansi diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data
diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan
sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian
terhadap data tersebut. Oleh karena itu, data akuntansi konvensional mempunyai
nilai terbatas bagi manajer dalam memantau efisiensi dari aktivitas harian mereka.

3. Jaringan Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban memiliki suatu jaringan pertanggungjawaban
yang bertanggungjawab atas tiap-tiap unit organisasional yang terlibat dalam pelaksana
an suatu fungsi atau fungsi lain yang saling berkaitan. Untuk memastikan
jaringan pertanggungjawaban berjalan lancar maka tiap-
tiap tanggungjawab tidak ada yang tumpang tindih pada tingkatan yang berbeda.

4. Jenis Jenis Pusat Pertanggungjawaban


Jenis – jenis Pusat Pertanggungjawaban

Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Desentraliasi


berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen
yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan kumpulan pusat-pusat
pertanggungjawaban dan dibentuk untuk mencapai tujuan. Untuk itu pusat
pertanggungjawaban diklasifikasikan sebagai berikut:

 Pusat Biaya adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban
yang dipimpinya.
 Pusat Pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi
yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinya.
 Pusat Laba adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinya.
 Pusat Investasi adalah pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang
prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya dan sekaligus aktiva atau
modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinya.

5. Korelasi dengan Struktur Organisasi


Korelasi dengan Struktur Organisasi

Komunikasi sangat berperan didalam suatu organisasi. Adapun organisasi sendiri


merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi
sesamanya. (Miftah Thoha, 1983). Komunikasi tersebut dilakukan dengan komunikasi
organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau
struktur organisasi seperti halnya hubungan kerja atasan dengan bawahan, koordinasi
dalam informasi antar manajer dan komunikasi dengan luar perusahaan untuk menjalin
kerjasama.

Selain itu Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan


diciptakannya jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top
manajemen membaginya dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan
pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya
berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan
mengkomunikasikannya kepadabagian yang terkait.

6.Menetapkan Pertanggungjawaban
Menetapkan Pertanggungjawaban

Dalam menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya spesifikasi untuk tugas individu.


Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan fungsinya, dalam
kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Faktor terpenting dalam menetapkan
tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi dan pertanggungjawaban atas
sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi atau tugas. Hal tersebut
terimplikasikan dengan memiliki kewenangan dalam membuat keputusan dan
termotivasi untuk memperbaiki kinerjanya.

7. Perencanaan, Akumulasi Data dan Pelaporan


Berdasarkan Pusat Pertanggungjawaban
Perencanaan, Akumulasi Data dan Pelaporan Berdasarkan Pusat
Pertanggungjawaban

 Anggaran Pertanggungjawaban

Membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pendapatan dalam


segmen jaringan. Hal ini akan menjadi dasar untuk mengevaluasi kinerja karyawan
dengan unit organisasi. Proses anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling
bawah dalam organisasi untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan
untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih tinggi mereview
estimasi, kerjasama dan memodifikasi bila diperlukan, sampai pada akhirnya
mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen.

 Akumulasi Data

Akumulasi data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam
rencana anggaran. Akumulasi dari penghasilan dan pengeluaran sangat perlu untuk
bentuk dari jaringan pertanggungjawaban.

 Pelaporan Pertanggungjawaban

Mulyadi, menjelaskan bahwa prosedur penyusunan pelaporan pertanggungjawaban


adalah sebagai berikut :

1. Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban setiap periodenya (bulan/triwulan)


menyusun laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab
departemen atau bagiannya. Seperti biaya yang sesungguhnya terjadi (actual
cost).
2. Laporan atas biaya yang seungguhya terjadi ini, diserahkan kepada penyusun
laporan perusahaan keseluruhan (biasanya departemen/staff controller/bagian
akuntansi).
3. Bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (bagian akuntansi)
mengolah data-data yang berasal dari laporan tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban.
4. Kemudian bagian penyusunan laporan perusahaan (pengawas/bagian akuntansi)
membandingkan antara anggaran yang tersedia dan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
5. Terakhir, pengawas intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban tersebut ke
masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan dari
pusat pertanggungajawaban tersebut.

Laporan merupakan media untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi
manajemen serta pencapaian tujuan.

8. Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Keperilakuan


Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi Keperilakuan

 Management By Exception (MBE)

MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus
berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik
dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen
dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan
tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.

 Management By Objective (MBO)

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini


orang-orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu
mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer
dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat
pertanggungjawaban.

Kesesuaian antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi

Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisasi meningkatkan


dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan
dengan struktur organisasi formal. Seperti top manajemen mendelegasikan dan
memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya dengan itu manjer mempunyai
wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk
mempengaruhi bawahan mereka.
Kapabilitas untuk Mendorong Kerjasama

Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang


memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas manajer dan kemampuan dalam
membuat keputusan.Selain itu manajer merasa menjadi bagian penting dalam organisasi
sehingga merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

10.1 Biaya dengan Fungsi Manajemen


A. Kategori Biaya

Dalam suatu perusahaan manufaktur, biaya dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan
aktivitas fungsionalnya menjadi biaya manufaktur dan biaya non-manufaktur yang juga
sering disebut biaya beroperasi. Biaya manufaktur merupakan seluruh biaya
yang berhubungan dengan aktivitas pabrikasi perusahaan. Biaya manufaktur dibagi lagi
menjadi tiga kategori, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik.

1. Bahan Baku Langsung. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang menjadi satu
bagian integral dari produk jadi. Contohnya adalah baja yang digunakan untuk membuat
rangka mobil dan kayu yang digunaka untuk membuat furniture.

2. Tenaga Kerja Langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dilibatkan secara
langsung dalam pembuatan produk. Contohnya gaji dari pekerja perakitan pada suatu lini
perakitan dan gaji dari operator alat-alat mesin pada suatu pabrik.

3. Biaya Overhead Pabrik. Biaya Overhead adalah biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik
meliputi biaya bahan pembantu atau penolong, biaya penyusutan aktiva pabrik, biaya sewa
gedung pabrik, dan biaya overhead lain-lain.

b. Pentingnya Manejemen Biaya

Manajemen biaya adalah suatu sistem yang disusun secara sempurna untuk mampu
mendatangkan informasi yang lengkap untuk manajemen organisasi agar bisa digunakan
dalam mengidentifikasi beragam peluang dalam merencanakan strategi, menyempurnakan,
dan membuat keputusan operasional terkait pengadaan dan pemanfaatan sumber daya yang
dibutuhkan oleh organisasi

Kebanyakan pendapat penjualan dalam suatu perusahan dihasilkan dengan mengeluarkan


biaya. Oleh karena itu, menejemen biaya adalah penting. Anggaran biaya dan analisis biaya
adalah salah satu cara mengendalikan dan mengatur biayan guna memperbaiki laba bersih.
Cara lain untuk memperbaiki laba bersih adalah mengurangi biaya, tanpa memedulikan
konsekuensinya. Tindakan ini mungkin tidaklah bijaksana. Barangkali, cara yang paling baik
adalah meninjau setiap biaya (beban) dan melihat kontribusinya terhadap laba bersih,
sementara jika tidak beriklan juga akan menciptakan masalah, maka sebaiknya dilakukan
pemotongan terhadap biaya iklan. Satu dari cara terbaik untuk mengatur biaya adalah
memahami bahwa terdapat banyak jenis biaya. JIka satu biaya dapat dikenali dari jenis biaya
yang sadang dipertimbangkan, keputusan yang lebih baik dapat dibuat.

Manfaat manajemen biaya antara lain :

1. Sebagai suatu wujud perencanaan dan juga pengendalian bisnis


2. Sebagai usaha meningkatkan monitoring biaya perusahaan
3. Memaksimalkan performa daur hidup suatu produk hasil produksi
4. Sebagai acuan dalam mengambil keputusan
5. Sebagai wujud manajemen investasi yang sangat efisien
6. Sebagai alat dalam mengukur performa
7. Mampu mendukung otomasi kegiatan dan juga filosofi produksi

10.2. Sistem Biaya Tradisional atau Biaya Standar


Tujuan dan penggunaan sistem akuntansi biaya

Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguanafikasi, mengakumulasikan,


danmelaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan, produksi barang atau
penyerahan jasa.Akuntansi biaya memiliki dua tujuan, melalui akumulasi biaya untuk
penilaian persediaan danpenentuan laba.

- System biaya tradisional (historis)

Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada
biayahistoris dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh
unti produk atau jasa. Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini
adalah bahwa persyaratan akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunti produk atau
jasa memperhintungkan semua biayaa baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau
jasa maupun yang terjadi untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu
objek biaya.

Kelemahan utama lainnya berkaitan dengan penggunaan system biaya tradisional


untuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu- satunya dasar untuk pengendalian
adalah perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya.

- System Biaya Standar

Ruang Lingkup

System biaya standar mencerminkan percampuran yang potensial efektif dari


akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya standart
adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara
ilmiah, yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Aspek pengendalian
yang melekat dari perhitungan biaya standar adalah kapasitasnya untuk
membandingkan, sebagai dari arus data regular, kinerja actual dengan standar yang
ditentukan sebelumnya dan untuk menyoroti varians antar kedua tingkat biaya tersebut.

Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern

Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk sistem biaya standar yang sesuai dengan
konsep teori organisasi modern, berikut langkah-langkah pengendalian
sebagaimana dijelaska oleh Edwin Caplain.

a. Penetapan tujuan organisasi

b. Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada


setiap organisasi.

c. Pengisian staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu yang


memiliki kemampuan, motipasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk melalukan
fungsinya.

d. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggungjawaban dan unit organisasi


lainnya, serta dimana perlu, lingkungan eksternal.

e. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yangmencukupi, relevan,


dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi.

f. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mengukur dan mengevaluasi


kinerja dalam hal tujuan organisasin dan memberikan umpan balik mengenai
penyesuaian yang diperlukan dalamtujuan/atau kinerja.

Sistem biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simultan sebagai suatu
sumber informasi, jalur komunikasi, serta alat pengendalian dan evaluasi kinerja. Sebagai
sumber informasi untuk pusat pertanggungjawaban, sistem biaya standar
menginformasikan kepada individu yang bertanggung jawab mengenai harapan mereka
dalam hal biaya. Sebagai jalur komunikasi, sistem biaya standar menyebarkan tingkat
biaya yang diharapkan dan pencapaiannya. Pengendalian atas operasi dari pusat
pertanggungjawaban dicapai melalui laporan biaya standar periodik yang menyediakan
umpan balik mengenai hasil kinerj masalalu dan penyimpanannya dari standar kepada
individu yang tepat. Batas toleransi yang ditetapkan sebelumnya dapat didesain untuk
melalukan fungsi sebagai penyaring (filter), sehingga memungkinkan konsentrasi pada
area-area dimana varians adalah signifikan dan membenarkan perhatian segera
(menejemen berdasarkan pengecualian). Karena laporan kinerja diprogram dimuka
dengan memperhatikan kapan laporan tersebut akan disusun dan data apa yang akan
dikandung, maka sulit mengubur informasi yang penting.

Kelemahan Sistem Biaya Tradisional


1. Sistem biaya tradisional hanya dapat digunakan untuk tujuan penentuan biaya
(biaya total dan biaya per unit), yaitu penentuan biaya pokok produk terjual (yang
disajikan dalam neraca)
2. Sistem biaya tradisional tidak bisa digunakan untuk tujuan memberikan informasi
yang bermutu bagi manajemen untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan
pengendalian organisasi.
3. Sistem biaya tradisional tidak menentukan perencanaan (anggaran) biaya pada
awal periode atau sebelum produk diproduksi sehingga tidak terdapat informasi
biaya yang dapat digunakan untuk pembuatan keputusan.
4. Sistem biaya tradisional tidak dapat membandingkan biaya sesungguhnya (aktual
atau historis) dengan anggarannya untuk tujuan pengendalian.
5. Sistem biaya tradisional menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan saat
digunakan dalam mengevaluasi kinerja individual yang bertanggung jawab

Kelebihan Sistem Biaya Standar

1. Sistem biaya standar bermanfaat untuk penentuan biaya produk (biaya total dan
biaya per unit), yaitu penentuan biaya pokok produk terjual dan penenetuan
biaya sediaan.
2. Sistem biaya standar bermanfaat untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan
pengendalian seluruh elemen biaya produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
3. Untuk tujuan pengendalian, sistem biaya standar dapat digunakan sebagai
perbandingan dan analisis selisih antara biaya standar total produksi dengan
biaya aktual total.
4. Sistem biaya standar dapat menentukan apa, berapa, mengapa, kapan, di mana,
dan siapa yang bertanggung jawab atas selisih biaya tersebut.

10.3 Perhitungan Biaya Langsung atau Biaya Variabel


1. Filosofi yang Mendasari

Semua metode akuntansi biaya tradisional yang sesuai dengan konsep biaya
tersebut membebankan unit produk atau jasa dengan biaya penuh.bahan baku lsngsung
dan tenaga kerja langsung dibebankan langsung keunit produk atau jasa, sementara
overhead tetap dan variabel pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tarif
yang didasarkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika dasar yang
digunakan untuk penyerapan berbeda dengan tingkat kapasitas yang telah ditentukan
sebelumnya, maka produsen penyerapan akan menimbulkan penyerapan terlalu tinggi
(overabsorption) atau penyerapan terlalu rendah (underabsortion) atas overhead
manufaktur(jasa). Analisis pelengkap dibutuhkan untuk mengidentifikasikan berbagai
kompenen yang menyebabkan terjadinya penyerapan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Metode akutansi biaya tradisional juga mengabaikan fakta bahwa biaya overhead
tertentu akan tetap konstan tanpa memedulikan kuantitas dari unit yang dihasilkan atau
jasa yang diserahkan, sementara biaya overhead yang lainnya berfluktuasi terhadap
volume. Untuk mengatasi kekurangan ini, alat seperti penyusunan anggaran fleksibel
dan analisis biaya volume laba diperkenalkan.

2. Dorongan Keperilakuan

Konsep, prinsip, dan praktik akuntansi memengaruhi pengukuran kinerja


manajerial, konsekuensinya, keputusan manajerial. Hal ini tidak selalu mengarah pada
hasil yang diharapkan karena banyak ukuran kinerja memiliki bias yang terkandung di
dalamnya, yang memotivasi manajer untuk memilih alternative tindakan yang tidak
sesuai dengan kepentingan operasi dan/atau keuangan perusahaan. Hawkins
menyatakan bahwa konsep, prinsip dan praktik akuntansi adalah bagus secara
keperilakuan maupun teknis jika konsep, prinsip, dan praktik tersebut:

1. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang


tidak menguntungkan guna membenarkan adopsiatas suatu alternative akuntansi.

2. Menghambat adopsi atas praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya


menciptakan ilusi kinerja.

10.4 Pengendalian dan Penentuan Biaya


Membagi biaya ke dalam komponen variabel dan tetap memberikan dasar yang
lebih baik untuk pengendalian biaya. Hal tersebut memungkinkan penyusunan laporan
laba rugi menggunakan margin kontribusi yang menekankan pada pola perilaku biaya
dan memberikan perincian kepada manajemen mengenai biaya teknik, biaya yang
dikomitmenkan dan biaya diskresioner. Perbedaan ini penting bagi manajemen karena
setiap jenis biaya memerlukan prosedur pengendalian yang berbeda.

1. Biaya teknik, meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overheadvariabel, seperti bahan bakar dan listrik.

2. Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biayakapasitas adalah “seluruh biaya


organisasi dan pabrik yang terus terjadi (tanpa memedulikan tingkat aktivitas) yang tidak
dapat dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan
jangka panjang.

3. Biaya diskresioner (juga disebut biaya terprogram) adalah:

a) Biaya yang muncul dari keputusan periodik (biasanya tahunan) mengenai


jumlah maksimum yang akan dikeluarkan, dan
b) Biaya yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara
input (yang diukur oleh biaya) dan output (yang diukur oleh pendapatan atau
tujuanlainnya).

Metode Penentuan Biaya

 Metode penentuan biaya penuh (full costing)

Metode penentuan biaya yang membebankan semua biaya produksi, baik biaya
produksi variabel maupun biaya produksi tetap, pada produk atau objek biaya.

 Metode penentuan biaya variabel (variable costing)

Metode penentuan biaya yang membebankan semua biaya produksi variabel (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel) pada produk
atau objek biaya.

 Metode penentuan biaya berbasis aktivitas (activity based costing)

Metode penentuan biaya yang membebankan biaya melalui dua tahap, yaitu pertama
penentuan aktivitas dan tarif biaya untuk setiap aktivitaas, yang kedua membebankan
biaya produk atau objek biaya.
Metode activity based costing adalah metode yang lebih baik digunakan sebagai alat
perencanaan, pembuatan keputusan dan pengendalian biaya karena dapat menjamin
ketelitian biaya serta mengurangi distorsi biaya.

10.5 Pengambilan Keputusan


Di samping menekankan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel serta
memberikan informasi biaya diferensial dalam situasi pengambilan keputusan tertentu,
perhitungan biaya langsung atau biaya variabel memberikan informasi penting lainnya
kepada manajer. Beberapa situasi pengambilan keputusan yang umum akan dijelaskan
berikut.

1. Keputusan Bauran Produk. Ketika dihadapkan dengan keputusan mengenai bauran


produk, manajer penjualan yang mengetahui margin kontribusi dari produk-
produknyaakan jauh lebih mampu untuk memutuskan produk yang akan didorong dan
produk yang harus dikurangi atau ditolerir hanya karena penjualannya menguntungkan
produk lain. Pada kasus sumber daya yang terbatas (seperti jam mesin, bahan baku),
margin kontribusi akan memberikan informasi kepada manajemen untuk memilih bauran
yang diharapkan dapat menghasilkan total kontribusi terbesar terhadap laba.

2. Penentuan Harga Produk Baru Produk baru umunya diterima di pasar hanya setelah
diuji coba secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dalam industri
tersebut. Untuk mendorong perusahaan-perusahaan guna menggunakan produk itu
secara percobaan, manajemen dapat menjualnya pada biaya variabel. Setelah produk
tersebut diuji coba secara mencukupi dan diterima oleh pemakai, produk tersebut akan
ditetapkan harganya pada biaya penuh plus mark-up yang konsisten dengan tujuan laba
perusahaan secara keseluruhan.

3. Penetrasi Pasar Manajer dapat menggunakan biaya variabel sebagai dasar untuk
penetuan harga ketika mereka bermaksud memasuki pasar baru (misalnya luar negeri)
dengan produk yang sudah ada atau ketika mereka terpaksa menghadapi persaingan
yang semakin meningkat selama periode di mana permintaan menurun.

4. Penghapusan Produk Margin produksi akan membantu manajemen dalam


menetukan apakah akan menghentikan suatu produk atau hanya berhenti menjualnya di
pasar tertentu.

5. Pesanan Khusus Perusahaan juga dapat dihadapkan pada dua jenis situasi pesanan
khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan istimewaatau
persyaratan khusus untuk ukuran, metode pengiriman, atau pengemasan.

6. Kampanye Iklan dan Promosi Untuk meningkatkan volume penjualan saat ini,
perusahaan dapat meluncurkan kampanye iklan dan promosi khusus. Jika perusahaan
menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional maka keputusan tersebut
kemungkinan besar hanya akan didasarkan pada perbandingan antar tambahan
biayadengan prospek peningkatan dalam volume penjualan.

7. Keputusan Mengurangi Biaya Jika harga jual suatu perusahaan ditetapkan oleh
pesaing, maka manjemen akan mengetahui besarnya biaya variabel yang diperkenankan
pada volume overasi saat inijika tujuan laba tertentu harus dicapai. Pengetahuan ini akan
mendorong manajemen untuk waspada terhadap biaya serta memperkenalkan alat dan
prosedur untuk menghemat biaya.

10.6. Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya


yang di Pilih
Perilaku Disfungsional dalam Akuntansi Biaya meliputi :

 Penentuan standar

Standar akan menghasilkan perilaku pekerja yang efisien hanya jika standar tersebut
diterima sebagai tingkat aspirasi oleh individu untuk siapa standar pengendalian dan
evaluasi kinerja tersebut didesain. Roymond Miles dan Roger vern mengemukakan
empat prasyarat utama berikut bagi sistem pengendalian yang unggul secara
keperilakuan.

a. Standar haruslah ditetapkan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga orang
menerimnya sebagai sesuatu realistisdan bukannya arbitrer.

b. Orang-orang harus merasa bahwa mereka memilih pengaruh dalam menetapkan


tujuan mereka sendiri.

c. Orang-orang harus yakin bahwa mereka tidak akan dihukum secara tidak adil untuk
variasi normal yang terjadi secara kebetulan dalam kinerja.

d. Umpan balik atas kinerja haruslah bertujuan untuk koreksi maupun evaluasi.

Faktor penting dalam penetapan standar yang mempengaruhi perilaku :

1. Partisipasi dalam Penetapan Standar

Michael Foran dan Don DeCoster meringkas logika yang mendasari seluruh argument
yang mendukung partisipasi terjadi, “Jika seorang pekerja berpartisipasi dalam
menetapkan standar kinerjanya sendiri, maka ia akan membuat komitmen yang tegas
terhadap standar tersebut sehingga akan bekerja keras untuk mencapainya.” . Dalam
salah satu studi empiris, mereka menggunakan teori disonansi kognitif untuk
mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai penyebab partisipasi lebih efektif dalam
penetapan standar kinerja. Teori disonasi kognitif terpusat pada tiga konsep kunci, yaitu :
kemauan, disonasi, dan komitmen. Dalam konteks penetapan standar, teori ini
mengimplikasikan bahwa jika manjemen menginginkan komitmen yang pasti terhadap
standar, maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan ( kemauan). Ketika
memilih sekelompok standar kinerja tertentu mereka mengalami keraguan (disonasi)
mengenai kebijaksanaan dari pilihan mereka.

2. Standar yang Ketat versus Standar yang Longgar

Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang digunakan haruslah tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat adalah tantangan yang berguna
(penghargaan intrinsik) hanya bagi mandor atau manajer yang termotivasi oleh
kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Bagi kebanyakan individu, standar yang terlalu
ketat dan kemungkinan kegagalan menimbulkan frustasi dan kecil hati. Kinerja mereka
akan mengalami penurunan lebih lanjut karena mereka berhenti melakukan perbaikan.
Semntara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apapun
karena standar tersebut begitu mudah dicapai. Jadi, mandor dan manajer akan
mengabaikan standar tersebut karena dianggap tidak berarti.

 Penyerapan Overhead
Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penyerapan overhead.
Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variabel ke produk
pada tariff estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan
sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka varians yangdibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan terjadi. Ukuran dari varians ini juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilh
sebagai penyebut dalam penetuan tariff tersebut. Tingkat kapasitas jangka panjang
(kapasitas normal) akan menghasilkan varians yang berbeda dibandingkan dengan
tingkat kapasitas jangka pendek (kapasitas yang secara aktual dapat dicapai).

 Alokasi Biaya Tidak Langsung

Dalam riset yang didukung oleh National Associaton of accountants (NAA), James
Fremgen dan Shu S.Lioa menemukan bahwa perusahaan responden membedakan
dengan tegas dua jenis biaya tidak langsung, yaitu biaya jasa korporat dan biaya
administratif korporat.

a. Biaya jasa korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat
korporat dan berbagai pusat pertanggungjawaban.

b. Biaya administratif korporat adalah biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan


kantor korporat. Biaya ini termasuk gaji, hubungan masyarakat dan biaya korporat
lainnya terjadi untuk menjalankan perusahaan secara keseluruhan. Tidak ada hubungan
yang jelas antara biaya administratif ini dengan tingkat operasi dari berbagai pusat biaya
dan/atau laba di seluruh organisasi.

 Analisis Selisih Varians

Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara peiodik antara biaya
aktual dengans asaran biaya yang sudah dietentukan sebelumnya, baik dalam bentuk
anggaran maupun bentuk standar. Perbandingan tersebut juga akan menghasilkan
sejumlah varians karena mustahil bahwa biaya aktual yang terjadi akan setara dengan
standar atau anggaran dari elemen operasional yang akan dikendalikan. Varians tersebut
dapat merupakan hasil dari berbagai penyebab, bebrapa di antaranya dapat dijelaskan
dan dikendalikan, smentara yang lain tidak dapat dijelaskan maupun dikendalikan.

Keputusan Investigasi Varians Keputusan manajemen semata-mata bergntung pada


penilainnya atas signifkansi diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikansi
pengendalian hanya jika varians tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan,
dengan kata lain tidak bersifat acak dan rentan terhadap tindakan perbaikan.

Aspek Keperilakuan Semua model akuntansi untuk investigasi varians biaya didasarkan
pada pandangan pengendalian struktural. Pandagan ini lebih melihat pengendalian
sebagai”mesin homostatis yang mengukur dirinya sendiri”. pendukungnya tidak melihat
perbedaan antara regulator mekanis dalam suatu sitem sibernetika (seperti thermostat)
dengan regulator manusia(sperti pekerja, mandor atau manajer).
a. Batas pengendalian Kisaran hasil kenerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer
adalah batasan pengendalian. Batasan ini menntukan mudah atau sulitnya sesorang
yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan banyaknya
ruang yang mereka miliki untuk gagal sekali waktu. Tingkat toleransi ini dapat
memengaruhi kinerja aktual mereka. Komponen khusus dari kebijakan pengendalian
yang dapat memengaruhi respons manusia adalah faktor-faktor seperti batas yang
ditetapkan oleh manajemen, jenis umpan balik, keketatan pemaksaan,serta penghargaan
dan sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian.

b. Hasil umpan balik Tidak seperti mesin, informasi umpan balik mengenai kinerja
manusia akan menimbulka perasaan keberhasilan atau kegagalan dalam individu yang
dikendalikan. Umpan balik positif akan memberi tahu mereka bahwa mereka ada pada
jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang sama.
Umpan balik yang negative tidak akan secara otomatis mendorong mereka untuk
melakukan usaha yang lebih besar, tetapi hal tersebut dapat secara perlahan-lahan akan
menurunkan tingkat aspirasi mereka serta mengikis tingkat usaha dan kinerja mereka.

c. Keketatan pemaksaan Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan


menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan. Sementara tekanan dapat
menyegarkan individu-individu tertentu, tekanan tersebut dapat mengintimidasi yang
lain dan mnurunkan kinerja mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi. Dalam jangka
panjang, pemaksaan yang longgar akan menrunkan motivasi individu untuk berjuang
bagi pencapaian tujuan.

d. Struktur penghargaan Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka yang
tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka memandang
bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebutdisertai dengan penghargaan
intrinsic maupun ekstrinsik.

11. 1 PENGERTIAN AKUNTANSI SUMBER DAYA


MANUSIA
Bidang akuntansi sumber daya dikembangkan sejak tahun 1960-an. Dalam struktur
ekonomi pertanian dan industrial tingkat modal manusia jauh lebih rendah
dibandingkan saat ini. Teori dan metode akuntansi tidak memperlakukan baik manusia
atau investasi dalam manusia sebagai aktiva (kecuali budak, yang dipandang sebagai
properti). Tetapi dengan semakin pentingnya modal manusia pada tingkat
perekonomian secara keseluruhan, serta pada tingkatan perusahaan individual, sejumlah
besar riset telah dirancang untuk mengembangkan konsep dan metode akuntansi bagi
manusia sebagai aktiva. Bidang ini dikenal sebagai “akuntansi sumber daya manusia”.
Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah suatu pengakuan bahwa orang-orang
merupakan modal manusia maupun aktiva manusia. Teori ekonomi dari modal manusia
didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan
pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal
manusia”. Menurut Theodore Schultz menyatakan bahwa “para pekerja telah menjadi
kapitalis tidak hanya dari difusi kepemilikan saham perusahaan sebagaimana yang terjadi
dalam dongeng, tetapi dari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang memiliki nilai
ekonomi.

Akuntansi Sumber Daya Manusia telah didefinisikan oleh Komite Akuntansi Sumber Daya
Manusia dari American Accounting Association sebagai suatu proses identifikasi dan
pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta pengkomunikasian informasi ini
ke pihak-pihak yang berkepentingan.

Dalam pengertian harfiah, “akuntansi sumber daya manusia” berarti akuntansi untuk
manusia sebagai suatu sumber daya organisasional. Hal ini melibatkan pengukuran biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan bisnis dan organisasi lainnya untuk
merekrut, menyeleksi, mempekerjakan, melatih dan mengembangkan aktiva manusia.
Akuntansi sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya yang akan
dikeluarkan untuk menggantikan sumber daya manusia dari suatu organisasi.

Akuntansi sumber daya manusia terbagi atas dua, yaitu :


1. Personal Cost Accounting
Personal cost accounting merupakan biaya yang berhubungan dengan fungsi proses
manajemen personalia dalam pencarian dan pengembangan sumber daya
manusia. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya rekrutmen, seleksi, wawancara,penempatan,
pelatihan, dan kerugian yang dialami oleh perusahaan karena berkurangnya
produktifitas.

2. Human Asset Accounting


Human asset accounting berkaitan dengan akuntansi untuk biaya tenaga kerja sebagai
aset, artinya segala biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan sumber daya
manusia tersebut dianggap sebagaiaktiva perusahaan.

Akuntansi sumber daya manusia (Human Resource Accounting) meliputi konsep sumber
daya manusia sebagai aktiva, penentuan biaya yang diinvestasikan dan hubungannya
dengan biaya-biaya hasil pakai, estimasi dan menyediakan ketelitian ekonomi tentang
nilai sumber daya manusia dalam organisasi.

Pada proses akuntansi sumber daya manusia terdapat unsur pengukuran, pelaporan,
data tentang sumber daya manusia dan organisasi. Data tentang sumber daya manusia
dalam hal ini berupa biaya-biaya untuk seleksi, penerimaan, pelatihan dan
pengembangan kemampuan pegawai serta informasi lainnya yang berupa tingkat
pendidikan, pengalaman, usia, keadaan kesehatan dan lain sebagainya.
11. 2 TUJUAN AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA
Flamholtz menyatakan bahwa tujuan dari penerapan akuntansi sumber daya manusia
adalah:

1. menyediakan kerangka kerja untuk membantu manajer dalam menggunakan


sumber daya manusia secara efektif dan efisien, dan
2. menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi user dalam memperoleh,
mengembangkan, menempatkan, mengkonversi, menggunakan, mengevaluasi
dan menghargai sumber daya manusia.

Tujuan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Kuantitatif
Mampu meningkatkan manfaat laporan keuangan karena memberikan informasi
kuantitatif atas sumber daya manusia bagi pemakainya yang bervariasi misalnya
manajemen dan investor dalam pengambilan keputusan.
2. Metode Penilaian
Untuk memberikan metode penilaian terhadap utilisasi sumber daya manusia.
3. Teori Model
Untuk memberikan suatu teori dari variabel-variabel yang relevan untuk
menjelaskan nilai manusia terhadap organisasi formal, untuk mengidentifikasi variabel-
variabel yang relevan, dan untuk mengembangkan model yang ideal untuk pengelolaan
sumber daya manusia.

Adapun tujuan penerapan akuntansi sumber daya manusia adalah sebagai berikut.

1. Menyediakan informasi yang dibutuhkan manajer dalam menggunakan human


resource secara efektif dan efisien
2. Menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen dalam memperoleh,
menempatkan, melatih, mengembangkan, mengkonversi, mengevaluasi, menilai, dan
menghargai human resource.
3. Menyediakan alat pengukuran cost dan value dari manusia bagi organisasi untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan.
4. Memotivasi manajer untuk mempertimbangkan akibat pengambilan keputusan usaha
atas human resource.

11.3 FUNGSI AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA


Fungsi akuntansi sumber daya manusia secara keseluruhan yaitu :

1. Akuntansi sumber daya manusia merupakan suatu cara berfikir mengenai manajemen
dari sumber daya manusia suatu organisasi paradigma ini didasarkan pada pemikiran
bahwa manusia merupakan sumber daya organisasi yang mempunyai nilai.
2. Akuntansi sumber daya manusia merupakan sistem yang memberi manajemen
informasi yang diperlukan untuk mengelola sumber daya manusia secara efektif dan
efisien

11.4 METODE PENGUKURAN AKUNTANSI SUMBER


DAYA MANUSIA
1. Metode pengukuran moneter, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengeluaran yang terjadi yaitu dengan mengukur besarnya biaya yang terjadi dalam
rangka pengadaaan sumber daya manusia maupun pengembangannya.

2. Metode pengukuran non moneter, menggunakan variabel-variabel tertentu dalam


menyajikan informasi mengenai nilai sumber daya manusia, seperti inventarisasi
keterampilan dan kemampuan pekerja, dan pengukuran sikap atau tingkah lakunya.
Pengukuran ini lebih relevan digunakan untuk pihak intern terutama untuk
mengukur prestasi kerja level manajemen dari tingkat bawah sampai tingkat atas.

11.5 PENGAKUAN AKUNTANSI SUMBER DAYA


MANUSIA SEBAGAI ASSETS (AKTIVA)
Sampai saat ini masih terdapat perbedaan di kalangan akuntan bahwa sumr daya
manusia merupakan bagian dari aset perusahaan yang harus dilaporkan di neraca,
meskipun mereka telah sepakat bahwa sumber daya manusia merupakan aset
perusahaan yang sangat besar kontribusinya dalam memberikan manfaat ekonomis
masa depan ke perusahaan. Upaya memasukkan sumber daya manusia sebagai aset
dalam neraca terganjal karena harus memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset
perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 19

mengidentifikasikan “Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan


sebagai akibat peristiwa masa lampau dan bagi perusahaan diharapkan akan
menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan”. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
PSAK No. 16 mengidentifikasikan “Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada
pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih
dari satu periode. Berdasarkan definisi aset diatas, terlihat kelemahan dari
akuntansi konvensional yang dirancang untuk menilai semua aset yang
dimiliki perusahaan, seperti tidak diukurnya dan dinilainya aktiva sumber daya manusia
dengan alasan aset manusia bukan aset yang bertahan lama dan sangat berpindah
sehingga sulit untuk melakukan proses evaluasi dengan menggunakan metode secara
formal

Salah satu masalah pokok dalam akuntansi sumber daya manusia adalah masalah
pengakuan sumber daya manusia. Sejak awal mula dilontarkannya gagasan akuntansi
sumber daya manusia, sejak itu pula perdebatan tentang akuntansi sumber daya
manusia tidak pernah selesai. Topik perdebatan terutama menyangkut masalah apakah
sumber daya manusia dicatat sebagai aktiva ataukah sebagai beban periodik. Praktek
akuntansi konvensional memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia langsung
diakui sebagai beban pada periode terjadinya pengeluaran-pengeluaran itu. Para
pendukung akuntansi sumber daya manusia menganggap investasi sumber daya
manusia mempunyai dua komponen yaitu komponen beban dan komponen investasi
yang harus dikapitalisasi. Anggapan ini didasarkan pada pandangan mereka bahwa
investasi sumber daya manusia mempunyai manfaat tidak hanya pada periode terjadinya
pengeluaran saja, tetapi juga untuk masa yang akan datang.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hal. 13 menyatakan bahwa


aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan apabila suatu objek dapat
disebut sebagai aktiva yaitu :
1. Memberi manfaat atau jasa ekonomis pada masa yang akan datang
2. Hak menguasai manfaat ekonomi tersebut ada pada perusahaan
3. Berasal dari transaksi atau peristiwa masa lalu
4. Dinyatakan dalam satuan moneter
Agar investasi sumber daya manusia dapat dikelompokkan sebagai aktiva maka
keempat kriteria di atas harus dapat diterapkan pada sumber daya manusia. Untuk
kriteria yang pertama tidak menjadi masalah. Pengeluaran-pengeluaran untuk sumber
daya manusia yaitu pengeluaran untuk perolehan dan pengembangan sumber daya
manusia mempunyai manfaat tidak hanya dalam periode terjadinya pengeluaran saja,
tetapi juga memberikan manfaat untuk beberapa periode. Demikian juga kriteria ketiga
dan keempat, pengeluaran-pengeluaran untuk sumber daya manusia tersebut memang
telah terjadi dalam periode yang lalu dan dinyatakan dalam satuan uang/moneter.
Yang menjadi masalah adalah kriteria kedua. Ada anggapan bahwa sumber daya
manusia tidak termasuk sebagai aktiva karena manusia tidak dimiliki oleh perusahaan.
Anggapan tersebut tidak benar. Maksud dari kata ”dimiliki” pada kriteria kedua yaitu
bahwa secara hukum sumber daya manusia memang tidak dapat dimiliki oleh
perusahaan, tetapi perusahaan mempunyai hak untuk memperoleh kerja sama dari
kemampuan sumber daya manusia itu untuk memberikan jasa dalam proses kegiatan
produksi sesuai dengan biaya yang telah dikorbankan untuk sumber daya manusia itu
pada masa yang lalu atau lebih merupakan hak operasional yang dimiliki oleh
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan manfaat dari sumber daya manusia.
Secara hukum, perusahaan tidak dapat memiliki aktiva tersebut karena sumber daya
manusia dapat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan di tempat ia
bekerja, dengan syarat tidak melanggar perjanjian kontrak kerja yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Pemilikan sumber daya manusia secara ekonomis dapat dilihat pada
perekonomian modern seperti sekarang ini yaitu sering dilakukannya jual beli antar
perusahaan.
11.6 Metode Pengukuran Akuntansi Sumber Daya
Manusia Berdasarkan Pandangan Segi Biaya (Cost
Based)
Konsep yang digunakan dalam metode pengukuran dari akuntansi sumber daya manusia
meliputi :
· Mencari investasi sumber daya manusia melalui proses kapitalisasi.
· Mencatat bagian dari kapitalisasi yang telah dikonsumsi dengan menggunakan
metode amorisasi yang di tentukan.

· Mencatat dan mengakui kerugian bila keahlian dari pengetahuan sumber daya
manusia tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi atau mengakui kerugian akibat
perputaran yang tinggi.
· Melaporkan dan membicarakan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai perubahan dan kondisi investasi akuntansi sumber daya manusia.
Metode pengukuran dari segi biaya adalah sebagai berikut.
1) Metode pengukuran non moneter
Metode pengukuran non moneter pada Human Resource Accounting (HRA)
menggunakan variabel-variabel tertentu dalam menyajikan informasi mengenai nilai
sumber daya manusia, seperti inventarisasi keterampilan dan kemampuan pekerja, dan
pengukuran sikap atau tingkah lakunya. Pengukuran ini lebih relevan digunakan untuk
pihak intern terutama untuk mengukur prestasi kerja level manajemen dari tingkat
bawah sampai tingkat atas.

2) Metode pengukuran moneter


Metode pengukuran moneter Human Resource Accounting dengan
menggunakan Human Resource Cost Accounting (HRCA). “Human Resource Cost
Accounting merupakan metode pengukuran HRA yang mengukur dan melaporkan
seluruh biaya yang timbul untuk pencarian, pengembangan dan pengantian tenaga
sebagai sumber daya organisasi” (Amin, 1994). Pada dasarnya metode HRCA ini terdapat
dua metode pengukuran yaitu sebagai berikut.

1. Metode Biaya Historis (Historical Cost of Human Resource)


Metode ini menghitung dan mengkapitalisasi seluruh biaya yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan
yang selanjutnya diadakan pengamortisasian biaya-biaya tersebut selama estimasi umur
manfaat yang diharapkan dari aktiva tersebut, dan dengan mengakui kerugian
penghapusan aktiva atau mempertinggi nilai aktiva bila terdapat tambahan biaya yang
dapat memperbesar manfaat potensi aktiva.

2. Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost of Human Resource)


Metode ini terdiri dari penaksiran biaya pengganti sumber daya manusia yang sudah ada
dalam perusahaan, biaya-biaya tersebut akan meliputi biaya penerimaan pegawai,
penyeleksian, penggajian, pendidikan dan pelatihan, penempatan, dan pengembangan
karyawan baru untuk mencapai tingkat keterampilan yang ada. Keunggulan utama
metode ini adalah metode ini merupakan suatu pengganti yang baik bagi nilai ekonomi
aktiva karena berdasarkan pertimbangan pasar untuk menentukan hasil akhir. Hasil akhir
ini umumnya dimaksudkan untuk secara konseptual sebagai ekuivalen dengan nilai
ekonomis seseorang. Namun pada metode biaya pengganti terdapat beberapa
kelemahan, antara lain :

1. Suatu perusahaan mungkin mempunyai seorang karyawan yang nilainya dianggap


lebih besar dari pada biaya pengganti untuknya.

2. Kemungkinan tidak ada pengganti yang sepadan untuk suatu aktiva manusia
tertentu.

3. Setiap manajer yang diminta untuk menaksir biaya pengganti seluruh organisasi
manusia kemungkinan akan kesulitan untuk melaksanakan dan manajer yang berbeda
akan memperoleh taksiran yang berbeda pula.

a. Pengakuan Akuntansi Sumber Daya Manusia


ASDM telah disepakati bersama di kalangan akuntan sebagai bagian dari asset
perusahaan yang sangat besar kontribusinya dalam memberikan mafaat ekonomis masa
depan ke perusahaan. Upaya memasukkan sumberdaya manusia sebagai asset dalam
neraca terganjal karena harus memenuhi kriteria pengakuan sebagai asset perusahaan.
IASB Framework dalam Mirza, dan Holt (2011) mendefinisikan assets sebagai “a resource
controlled by the entity as a result of past events and from which future economic benefits
are expected to flow to the entity”. Artinya, asset adalah sumber daya yang dikendalikan
oleh entitas sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberikan
pengembalian ekonomis kepada entitas.
Dilihat dari definisi aset diatas, maka SDM dapat dikategorikan sebagai sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan sebagai akibat dari kegiatan masa lalu (perekrutan,
pelatihan dan pengembangan kemampuan SDM dalam perusahaan) yang diharapkan
akan memberikan pengembalian kepada perusahaan. Kelemahannya, dalam akuntansi
konvensional yang dirancang untuk menilai semua asset yang dimiliki oleh perusahaan,
tidak terdapatnya pengukuran dan penilaian SDM dengan alasan asset manusia
bukanlah asset yang bertahan lama dan sangat berpindah sehingga sulit untuk
melakukan proses evaluasi dengan menggunakan metode secara formal. (Nicoline,
2010).
Dalam praktiknya, perusahaan akan mengeluarkan biaya tertentu dalam proses untuk
mendapatkan SDM yang memiliki standar dan kualitas yang diinginkan oleh perusahaan.
Biaya – biaya yang di maksud adalah menyangkut hal yang dikeluarkan perusahaan
untuk biaya untuk seleksi, penerimaan, pelatihan dan pengembangan kemampuan SDM
dalam perusahaan. Oleh karena itu, untuk menerapkan ASDM maka harus ada metode
atau pendekatan untuk pengukuran dari SDM yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Kendala dalam Mengaplikasikan Akuntansi Sumber Daya Manusia


ASDM merupakan salah satu bentuk perkembangan dalam ilmu Akuntansi. Hanya saja,
sampai saat ini belum adanya kesepakatan dalam menerapkan SDM sebagai Asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rispantyo menyimpulkan,
belum adanya kesepakatan tersebut dikarenakan untuk dapat dikategorikan sebagai
aktiva, maka sumberdaya manusia harus memenuhi
syarat: difinition, measurement,relevan dan reliability. Dari beberapa syarat tersebut,
yang menjadi permasalahan utama untuk dapat menerapkan akuntansi sumberdaya
manusia adalah measurement.
Sementara itu, Suwarto (2006) dalam Ayu dan Didied mengemukakan, kendala atau
masalah yang mungkin ditemui dalam penerapan ASDM dapat berupa masalah teknis
dan masalah konsep. Masalah teknis, berupa ASDM berdasar nilai boleh dikatakan lebih
berpotensi daripada masalah konsep karena aspek teknis penilaian ASDM dapat
berdasarkan penilaian para ahli dari luar profesi akuntan, seperti Psikolog,
Psikometrisian, dan lain sebagainya.
Sebagai suatu konsep ASDM belum dapat diterima sebagai suatu GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles) atau prinsip-prinsip yang berlaku umum, hal ini
disebabkan karena adanya syarat pengukuran suatu item tertentu sebagai
suatu asset yang diatur dalam FASB no.5 (Tunggal, 2004) yaitu: (1) Measurement (dapat
diukur) dan (2) Relevance dan reliability.
Gambling (1976) dalam Ayu dan Didied berargumentasi bahwa tidak mungkin untuk
memasukkan sumber daya manusia ke dalam neraca seperti gedung dan bangunan
pabrik. Ia juga berpendapat bahwa kapitalisasi atas biaya rekrut dan pelatihan termasuk
dalam problema pengalokasian overhead.
Mee (1982) dalam Ayu dan Didied juga berargumentasi bahwa human asset tidak dapat
diuraikan dari elemen-elemen yang lain dari suatu organisasi yaitu pegawai berinteraksi
dan mencapai efektivitas. Ia juga menambahkan bahwa suatu organisasi tidak dapat
mengontrol manusia sama halnya dengan mengontrol asset fisik.

12.2 Pengertian Riset


Menurut Clifford Woody riset adalah suatu pencarian yang dilaksanakan dengan teliti
untuk memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau hukum- hukum baru. Di
dalamnya terdapat usaha dan perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif makan
waktu yang cukup lama. sedangkan National Science Foundation (1956) memberikan
pengertian bahwa riset itu adalah usaha pencarian secara sistematik dan mendalam
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan lebih sempurna tentang
subyek yang sedang dipelajari.

12.3 ISTILAH RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Secara substansial, istilah “riset” yang digunakan dalam akuntansi keperilakuan tidak
berbeda dengan istilah-istilah riset yang umumnya digunakan oleh para peneliti
diberbagai bidang lainnya. pada prinsipnya, istilah tersebut hanya digunakan untuk
menjelaskan dan memberikan gambaran umum tentang pengertian “riset”. berikut
berbagai definisi yang menjelaskan istilah “riset”.

Riset merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang
fenomenafenomena alami yang dipandu oleh teori dan hipotesis- hipotesis mengenai
hubungan yang dianggap terdapat di antara fenomena-fenomena itu

Buckley mengatakan bahwa “riset merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan.” istilah riset sendiri merupakan suatu penyelidikan
yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta maupun prinsip-prinsip. Jika berbagai
pernyataan tersebut dirangkum kedalam istilah “riset akuntansi keperilakuan”, maka riset
akuntansi keperilakuan merupakan suatu metode studi yang dilakukan seseorang yang
berkaitan dengan aspek keperilakuan melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna
terhadap masalah yang berhubungan dengan aspek keperilakuan tersebut sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah itu.

12.4 Defenisi Lanjutan


Dalam definisi di atas, terdapat dua hal yang perlu ditekankan:

• Pertama, kalau kita mengatakan bahwa riset ilmiah bersifat sistematis dan
terkontrol, ini berarti penyelidikan ilmiah tertata dengan cara tertentu sehingga
penyelidik dapat memiliki keyakinan kritis mengenai hasil riset.

• Kedua, penyelidikan ilmiah bersifat empiris. Jika seorang ilmuan berpendapat


bahwa sesuatu adalah “begini”, ia harus menggunakan cara tertentu untuk menguji
keyakinannya itu dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Dengan kata lain,
pendapat atau keyakinan subjektif harus diperiksa dengan menghadapkannya pada
realitas objektif.

Jika berbagai definisi riset diteliti lebih lanjut, dapat dilihat bahwa definisi-definisi
tersebut mengandung cirri tertentu yang kurang lebih serupa, yaitu adanya suatu
pencarian, penyelidikan, atau investigasi terhadap pengetahuan baru atau sekurang-
kurangnnya terhadap suatu pengaturan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari
pengetahuan yang timbul.

Metode yang digunakan bisa saja bersifat ilmiah maupun tidak, tetapi pandangan yang
digunakan harus kritis dan prosedur yang dipakai harus sempurna. Dari pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu
penyelidikan yang terorganisasi. Dalam definisi tersebut, penekanan diletakkan pada
sistem asuhan sebagai atribut-atribut yang esensial (mutlak). Dalam melakukan riset,
setiap orang mempunyai motivasi dan keinginan yang berbeda, diantaranya dipengaruhi
oleh tujuan (goal) dan profesi masing-masing.
12.5 Motivasi dan Tujuan Riset
Motivasi merupakan sesuatu yang timbul dari dalam diri seseorang untuk mencapai
tujuan yang dia inginkan. Motivasi seseorang melakukan riset boleh jadi merupakan
keinginan yang timbul dari dalam dirinya untuk memecahkan berbagai masalah maupun
persoalan yang ada.

Adapun tujuan umum seseorang melakukan riset sudah barang tentu ingin mengetahui
jawaban dari masalah ataupun persoalan tersebut. Berbagai literatur menjelaskan bahwa
motivasi dan tujuan riset secara umum pada dasarnya sama, yakni pada prinsipnya
ditimbulkan oleh dua sisi yang saling terkait.

Dari satu sisi, riset merupakan refleksi dari keinginan proaktif manusia untuk
meningkatkan pengetahuannya mengenai sesuatu. Pada sisi lain, kegiatan tersebut
didorong oleh keinginan reaktif manusia untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari.

Jika dilihat dari sisi akuntansi keperilakuan, tujuan riset di bidang ini akan menekankan
pada hubungan akuntansi dengan perilaku manusia maupun desain, konstruksi, dan
penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efesien, serta dimensi sosial dan
budaya manusia dalam suatu organisasi.

Secara spesifik, terdapat lima tujuan spesifik dari tujuan riset, yaitu:

1. Menggambarkan fenomena

2. Menemukan hubungan

3. Menjelaskan fenomena

4. Memprediksi kejadian-kejadian di masa mendatang

5. Melihat pengaruh satu atau lebih faktor terhadap satu atau lebih kejadian

Kejadian-kejadian dapat dijelaskan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasikan


informasi. kejadian-kejadian dapat dijelaskan dengan mengumpulkan dan
mengklasifikasikan informasi. Hal ini biasanya merupakan langkah pertama dalam suatu
penyelidikan khusus. Suatu perencanaan terhadap riset terkadang akan dilihat hanya
berdasarkan pada penjelasan informasi.

12.6 Manfaat dan Pentingnya Riset


Manfaat adalah kontribusi hasil yang diperoleh dari mengerjakan sesuatu. Manfaat riset
mengungkapkan harapan tentang apa saja hasil/kontribusi/ sumbangan yang dapat
diperoleh dari riset tersebut dan mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak
terkait. Dalam riset akuntansi keperilakuan, terdapat beberapa pernyataan tentang
manfaat dan pentingnya riset di bidang ini.

1. Memberikan gambaran terkini (state of the art) terhadap minat khusus dalam
bidang baru yang ingin diperkenalkan.

2. Membantu mengidentifikasikan kesenjangan (gap) riset.

3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui


subbidang akuntansi, seperti akuntansi keuangan, audit, akuntansi manajemen, sistem
informasi akuntansi, pasar modal, maupun perpajakan.

12.7 Memahami Replikasi


Salah satu strategi dalam melakukan riset adalah melakukan replikasi. Replikasi
merupakan gabungan dari kata duplikasi dab repetisi. Replikasi adalah pengulangan
suatu studi atau riset yang dilakukan secara sengaja. Pada umumnya, hal ini dilakukan
dengan menggunakan prosedurprosedur yang sama dengan riset terdahulu, tetapi
menggunakan subjek yang berbeda.

Dalam riset keperilakuan, peneliti biasanya tidak mampu menyampingkan


pengalamanpengalamannya yang bersentuhan dengan ilmu-ilmu eksakta. Riset- riset
penting biasanya selalu direplikasi sebelum mereka menemukan temuan yang dapat
diterima masyarakat ilmiah. Meskipun demikian, mahasiswa sering memberikan
kontribusi yang berharga dengan mengulangi rencana desain riset yang dianggap
penting oleh orang lain untuk dilaksanakan.

1. Menguji Temuan Umum Riset

Riset yang dilaporkan biasanya menghasilkan temuan dan bukti yang baru, atau temuan
riset yang berbeda dengan riset yang sebelumnya atau bertentangan dengan teori-teori
yang berterima umum. Banyaknya riset replikasi tentunya sangat bermanfaat karena
temuan tersebut dapat membantu mengonfirmasibukti- bukti baru dari riset. Jika di
dukung oleh replikasi, riset seringkali merintis area penyelidikan baru yang mempunyai
dampak utama terhadap perkembangan praktik di bidang keperilakuan.

2. Menguji Validitas Temuan Riset Dengan Populasi Berbeda

Masalah utama riset keperilakuan adalah kecilnya jumlah sampel yang dipresentasikan
dalam populasi. Tanpa replikasi peneliti tidak mampu menetukan derajat tingkat temuan
yang muncul dari populasi riset yang berbeda. Oleh karena itu, replikasi memberikan
suatu alat yang sangat bernilai kepada peneliti untuk menemukan derajat tingkat
temuan riset yang dapat digeneralisasi dengan populasi yang berbeda.
3. Menguji Kecenderungan atau Perubahan Waktu

Banyak peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan keperilakuan yang sebagain


bergantung pada lingkungan di mana individu-individu berfungsi. Oleh karena itu,
temuan riset atas sikap rasial yang dianggap valid dua puluh tahun yang lalu
kemungkinan tidak lagi valid untuk saat ini. Riset ulang bermanfaat untuk menguji
temuan-temuan terdahulu dan mengidentifikasi kecenderungannya.

4. Menguji Temuan-temuan Penting Menggunakan Metodologi Yang Berbeda

Dalam beberapa jenis riset terdapat beberapa suatu kemungkinan hubungan yang
diamati, yaitu penggunaan metodologi oleh peneliti dan bukan kebenaran hubungan
diantara fenomena yang dipelajari. kebenaran hubungan seharusnya muncul tanpa
melihat alat ukur dan metode yang digunakan sepanjang alasan peneliti valid dan tepat.
Oleh karena itu, replikasi memberikan banyak dasar kepada kita untuk menilai validitas
dari temuan-temuan riset meskipun hanya satu riset yang tersedia.

12.8 Mengenali Masalah


Riset umumnya mencakup dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan
masalah. Penemuan masalah dalam riset meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan
atau pemilihan pokok masalah, dan perumusan atau formulasi masalah. Penentuan
masalah merupakan tahap riset yang paling sulit dan krusial karena masalah riset
mempengaruhi strategi yang ditetapkan dalam memecahkan masalah.

Dengan mengingat kesulitan itu, dapat kita ajukan suatu prinsip dasar, yaitu jika ingin
memecahkan masalah, kita harus mengetahui hal yang menjadi masalahnya. Sebagian
besar pemecahannnya terletak pada kemampuan dan pengetahuan kita tentang hal
yang kita kerjakan. sebagian lainnya terletak pada pengetahuan tentang sifat dan hakikat
dari masalah tersebut, khusunya sifat hakikat masalah ilmiah.

Selanjutnya, bagaimana kita mengatakan bahwa pernyataan terhadap masalah yang kita
tanyakan sudah dikatakan baik? sementara masalah dalam riset beragam jenisnya, dan
tidak ada satu justifikasi pun yang membenarkan bahwa masalah yang kita nyatakan
sudah pasti benar.

Suatu masalah adalah sebuah kalimat Tanya atau pernyataan yang menanyakan.
Kebanyakan kasus suatu masalah memiliki dua variabel atau lebih. Disamping itu peneliti
juga harus memperhatikan beberapa criteria umum dalam menentukan permasalah yang
baik dan pernyataan masalah yang baik:

1. Pertama, masalah itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel
atau lebih.
2. Kedua, masalahnya harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk
pertanyaan.

3. Ketiga, biasanya lebih sulit dipenuhi. masalah dan pernyataan harus dirumuskan
dengan cara tertentu yang mnyiratkan adanya pengujian empiris.

12.9 Jenis Masalah


Jenis masalah dalam riset yang diambil peneliti biasanya beragam. Bagi mahasiswa
pemula, masalah yang diambil tentunya masalah-masalah yang sederhana. sementara,
mahasiswa yang menyelesaikan tesis atau disertasi tentunya akan mengambil masalah
yang berbeda. Penekanannya lebih kepada pengalaman tentang cara melakukan riset
dan bukan pada memberikan kontribusi temuan riset. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami masalah yang ada dalam riset akuntansi keperilakuan, berikut berbagai jenis
masalah dalam riset ini yang selanjutnya membutuhkan penyelesaian.

1. Masalah-masalah yang ada pada saat ini di berbagai subbidang akuntansi


keperilakuan yang memerlukan penyelesaian.

2. Area-area tertentu dalam subbidang akuntansi keperilakuan yang memerlukan


pembenahan atau perbaikan.

3. Persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan riset untuk menjelaskan


(memprediksi) fenomena.

4. Pertanyaan riset yang memerlukan jawaban empiris.

12.10 Menyatakan Dasar Permasalahan


Dasar permasalahan dimulai dari usaha untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
keperilakuan dengan merinci pertanyaan dasar kedalam pertanyaan- pertanyaan yang
lebih khusus. Pertanyaan-pertanyaan yang terperinci tersebut dikatakan sebagai hasil
dari proses pada hierarki pertanyaan riset akuntansi keperilakuan. Proses pada hierarki
dimulai dari cara mengidentifikasi permasalahan akuntansi keperilakuan,
mengembangkan pertanyaan, mengukur pertanyaan, serta membuat keputusan.

Terdapat tiga tahapan yang harus diperhatikan peneliti ketika merumuskan pertanyaan
riset, yaitu:

1. Tahapan pertama dimulai dari cara menemukan permasalahan akuntansi


keperilakuan. Pada tahapan ini peneliti mengidentifikasikan gejala-gejala yang berkaitan
dengan masalah-masalah maupun kesempatan.

2. Tahapan kedua adalah menemukan pertanyaan akuntansi keperilakuan. Pada


bagian ini peneliti mengumpulkan informasi penyelidikan.
3. Tahapan ketiga adalah menemukan pertanyaan riset. Pada bagian ini beberapa
pertanyaan di rumuskan. Setiap pertanyaan merupakan alternative tindakan.

13.2 Sumber Penemuan Masalah


Secara umum, sumber penemuan masalah pada bidang ini dikelompokkan kedalam dua
faktor:

a. Faktor pertama dihasilkan dari pengalaman pribadi si peneliti atau di sebut


pendekatan empiris (empirical approach). Jika ditarik kalimat tentang pengalaman
pribadi, berarti terdapat suatu kejadian yang pernah bersinggungan dan dirasakan
seseorang dalam kehidupan yang biasanya akan berbekas dalam hidupnya.

b. Faktor kedua didapatkan dari tinjauan terhadap literatur riset. Pendekatan ini
disebut pendekatan teoretis (teoritical approach). Berdasarkan literatur, riset dapat
ditelusuri lagi kedalam dua kelompok, yaitu:

1. Literatur yang telah dipublikasikan, meliputi:

o Jurnal

o Buku

2. Literatur yang belum terpublikasikan, meliputi:

o Skripsi

o Tesis

o Disertasi

o Makalah-makalah seminar

13.3 Kesalahan Umum Dalam Penemuan Masalah


Ketika berada dalam proses menemukan masalah, periset sering mengalami kendala
maupun hambatan yang terkadang mengakibatkan stress yang dapat menurunkan
motivasi periset untuk melanjutkan riset. Terdapat berbagai kesalahan yang dilakukan
periset dalam menemukan masalah. Berikut beberapa kesalahan umum yang dilakukan:

1. Periset mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan riset yang jelas.

2. Periset memperoleh sejumlah data dan berusaha merumuskan masalah riset sesuai
dengan data yang tersedia.
3. Periset merumuskan masalah riset dalam bentuk yang terlalu umum dan ambigu
sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan kesimpulan riset.

4. Periset menemukan masalah tanpa terlebih dahulu menelaah hasil-hasil riset


sebelumnya dengan topic sejenis sehingga masalah riset tidak di dukung oleh kerangka
teoritis yang baik.

5. Periset memilih masalah riset yang hasilnya kurang memberikan kontribusi


terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.

13.4 Memahami Teori


Suatu teori mengenai konsep-konsep, definisi maupun proposisi disusun secara
sistematis, selanjutnya dijelaskan untuk memperbaiki fenomena. Teori bisa berbeda
dengan hipotesis karena kekeliruan. Perbedaan tersendiri yang membedakan hipotesis
dan teori adalah satu dari tingkatan yang kompleks dan abstrak. pada umumnya, teori
cenderung lebih kompleks, abstrak dan melibatkan beberapa variabel. Sebaliknya
hipotesis cenderung lebih sederhana, variabel proposisinya terbata, dan melibatkan
contoh yang kongkrit. Para peneliti harus mengetahui nilainilai dari teori. Teori
memberikan manfaat berikut dalam beberapa hal:

a. Teori membatasi cakupan fakta yang harus dipelajari.

b. Teori menghendaki riset yang memungkinkan hasil yang lebih besar.

c. Teori menyarankan suatu sistem bagi peneliti untuk menggunakan data dalam
rangka mengklasIfikasikannya dengan cara-cara yang berarti.

d. Teori merangkum pengetahuan tentang suatu objek dan menyatakan keseragaman


yang berada diluar pengamatan.

e. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta-fakta lebih lanjut yang harus
ditemukan.

1. Konsep

Jika seseorang memahami komunikasi informasi tentang objek dan peristiwa, diperlukan
landasan umum untuk melakukannya. Landasan tersebut adalah konsep dan konstruksi.
Istilah “konsep” dan konstruksi (construct) mempunyai kemiripan arti. Suatu konsep
mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Konsep
mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan kejadian-kejadian, objek, kondisi,
situasi, dan perilaku.

2. Konstruksi
Suatu konstruksi adalah konsep, tetapi dengan pengertian tambahan. Konstruksi
diciptakan untuk di gunakan dengan kesenjangan dan kesadaran penuh untuk maksud
ilmiah yang lebih khusus. Konstruksi dalam riset tidak hanya diartikan lebih abstrak,
tetapi juga menyangkut persepsi orang. Konstruksi sengaja digunakan secara sistematis
untuk riset ilmiah melalui dua cara:

a. Mengoperasionalisasikan kontruksi ke dalam konsep-konsep yang dapat diamati


dan diukur menjadi variabel riset.

b. Menghubungkan konstruksi yang satu dengan konstruksi yang lain menjadi


konstruksi teori.

13.5 Variabel Test


Variabel merupakan suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai. Variabel
adalah sesuatu yang bervariasi.Variabel biasanya di ekspresikan dalam bentuk
lambing/simbol yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Akan tetapi, suatu variabel
biasanya hanya memiliki dua nilai. Nilai variabel tergantung pada konstruksi yang
mewakilinya.

1. Variabel Independen Dan Variabel Dependen

Variabel independen disebut juga variabel bebas yang merupakan jenis variabel yang
dipandang sebagai penyebab munculnya variabel dependen yang diduga sebagai
akibatnya. Oleh karena itu, variabel dependen atau variabel terikat dapat dikatan sebagai
jenis variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen.

Di sisi lain, variabel independen merupakan anteseden, sedangkan variabel dependen


adalah konsekuensi, penggunaan istilah variabel independen dan variabel dependen
berasal dari istilah matematika.

2. Variabel Moderasi

Dalam riset, hubungan sederhana membutuhkan syarat untuk memperbaiki penyebab


dari variabel-variabel lain. Satu jenis variabel sering kli digunakan terhadap variabel
penjelas. Dalam hal ini, variabel tersebut dikatakan variabel moderasi. Variabel moderasi
adalah variabel independen kedua yang dipercaya mempunyai kontribusi yang signifikan
atau mempunyai pengaruh ketidakpastian terhadap keaslian hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen.

3. Variabel Intervensi

Variabel intervensi (Intervening variable) merupakan suatu mekanisme konseptual


dimana variabel independen dan variabel moderasi mempengaruhi variabel. Variabel
intervensi di definisikan sebagai faktor yang secara teoritis memengaruhi fenomena yang
di observasi, tetapi tidak bisa dilihat, diukur atau dimanipulasi.

Variabel tersebut terletak di antara variabel independen dengan variabel dependen,


sehingga variabel tersebut berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.

13.6 Penggunaan Proposisi dan Hipotesis


Proposisi di definisikan sebagai suatu pernyataan tentang konsep-konsep yang dapat
dipertimbangkan. Proposisi dapat menjadi sebuah kebenaran atau juga suatu
kebohongan apabila mengacu pada fenomena yang diobservasi , dimana proposisi
diformulasikan untuk di uji secara empiris sebagai hipotesis.

Hipotesis didefinisikan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang


dipertanyakan. Di samping itu, hipotesis juga merupakan pertanyaan dugaan tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat
pernyataan (declarative) pada umumnya mampu menghubungkan variabel yang satu
dengan variabel lainnya secara umum maupun khusus.

a. Kriteria Hipotesis

Ketika merumuskan sebuah hipotesis, peneliti harus memperhatikan beberapa kriteri


berikut:

a.Hipotesis harus berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan riset.

b.Hipotesis harus berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji
secara empiris.

c. Hipotesis harus berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori- teori yang
lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis saingan.

Hal yang sama pentingnya dengan hipotesis adalah masalah di balik hipotesis itu sendiri.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dewey, riset biasanya bermula dari suatu masalah.
Riset merupakan suatu situasi yang tidak menentu dimana gagasan-gagasan masih
kabur, atau terdapat kebimbangan yang membuat pikiran menjadi bingung. Lebih lanjut,
dia mengemukakan bahwa masalah itu tidak terungkap dan memang tidak dapat di
ungkapkan, sebelum seseorang pernah mengalami situasi yang tidak menentu seperti
ini.

b. Jenis Hipotesis

Pada dasarnya, hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel,


yaitu variabel independen dan variabel dependen. Rumusan hipotesis tersebut dapat
dinyatakan dalam berbagai bentuk, yaitu pernyataan jika maka atau proposisi, hipotesis
nol, hipotesis alternatif.

13.7 Pemilihan Data atau Sampel Riset


Setiap menentukan besaran sampel yang digunakan dalam riset, langkah pertama harus
dilakukan peneliti adalah mengetahui jumlah besaran populasi keseluruhan riset. Dari
jumlah populasi tersebut, peneliti akan dapat menarik besarnya sampel representatif
yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mampu melakukan generalisasi terhadap
kesimpulan akhir riset. Tanpa mengetahui besaran populasi, peneliti akan sulit
menentukan besaran sampel representatif untuk riset tersebut.

1. Populasi

Ide dasar dari pengambilan sampel adalah memilih sebagian elemen di dalam suatu
populasi di mana peneliti dapat menarik kesimpulan tentang seluruh populasi. Elemen
populasi merupakan subjek berdasarkan pengukuran yang diambil. Elemen populasi
juga merupakan unit studi. Populasi sendiri merupakan daerah generalisasi yang terdiri
atas sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi juga merupakan keeluruhan elemen yang berkaitan dengan harapan
peneliti dalam mengambil beberapa kesimpulan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah maupun karakteristik yang di miliki oleh populasi
dan dipilih secara hati-hati dar populasi tersebut. Ketika peneliti melakukan penarikan
sampel, peneliti tentu tertarik dalam mengestimasi satu atau lebih nilai-nilai populasi
atau menguji satu atau lebih hipotesis statistic.

3. Mengapa Menggunakan Sampel

Terdapat bebrapa alasan untuk melakukan pengambilan sampel, antara lain:

1. Biaya yang murah

Dalam hal ini manfaat ekonomi yang diperoleh dari pengambilan sampel dibandingkan
dengan sensus lebih besar dibandingkan dengan pengambilan sampel.

2. Akurasi hasil yang lebih baik

Deming mengatakan bahwa kualitas studi jauh lebih baik jika menggunakan sampel
didandingkan dengan sensus.

3. Kecepatan mengumpulkan data


Kecepatan waktu pengambilan sampel ditentukan berdasarkan ketersediaan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.

4. Ketersediaan elemen-elemen populasi

Beberapa situasi mengharuskan dilakukannya pengambilan sampel. pengambilan sampel


merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan jika populasi tidak terbatas (banyak).

13.8 Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Data diperlukan untuk menjawab masalah riset atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Proses pengumpulan data tidak dapat dilepaskan dari alat- alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Pengumpalan data merupakan prosedur
yang sistematis dan terstandarisasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada
hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah riset yang ingin
dipecahkan. Msalah memberikan arah dan memengaruhi metode pengumpulan data.

1. Jenis Data

Jenis data merupakan pengelompokan data yang didasarkan pada sifat data tersebut.
Pada kebanyakan riset akuntansi keperilakuan, jenis data di kelompokkan sebagai
berikut:

a. Data Subjek

Jenis data subjek merupakan jenis data riset yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau
karakteristik seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek riset. Dengan
demikian, data subjek merupakan data riset yang dilaporkan sendiri oleh responden
secara individual atau kelompok dari sumbernya.

b. Data Fisik

Data fisik merupakan jenis data yang berupa objek atau benda-benda fisik. Data fisik
merupakan benda berwujud yang menjadi bukti suatu keberadaan atau kejadian pada
masa lalu. Data fisik dalam riset akuntansi keperilakuan dapat dikumpulkan melalui
metode observasi.

c. Data Dokumenter

Data documenter merupakan jenis data riset yang antara lain berupa faktur, penjualan,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data
documenter dalam riset dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks
yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan
analisis kandungan(content analysis). Data dokumenter yang dihasilkan melalui analisis
kandungan, antara lain kategori isi, tinjauan dokumen, pemberian kode berdasarkan
karakteristik kejadian, atau transaksi.

2. Sumber Data

Sumber data dapat dikatakan sebagai awal dari mana data berasal dan merupakan
faktor penting yang menjadi pertimbangan pada setiap penentuan metode
pengumpulan data. Dalam riset akuntansi keperilakuan, sumber data riset yang
digunakan tidak jauh berbeda dengan sumber data yang digunakan dalam riset-riset
lainnya. Riset akuntansi keperilakuan dapat di kumpulkan dengan menggunakan dua
sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak
pertama. Data ini dikumpulkan secara khusus oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan
riset. Manfaat utama dari data primer adalah unsure-unsur kebohongan tertutup
terhadap fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang
dilihat. Disamping itu, peneliti dapat mengeliminasi atau setidaknya mengurangi
berbagai data yang tidak relevan secara langsung.

Sedangkan kelemahannya adalah kebutuhan akan dana yang lebih besar dan waktu
yang relative lebih lama. jika ditinjau dari metode yang digunakan, setidaknya terdapat
dua metode dalam mengumpulkan data primer, yaitu metode survey dan metode
observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara langsung
melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahanpermasalahan, menciptakan tolok ukur untuk
mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika
informasi telah ada, pengeluaran uang dan waktu dapat di hindari dengan
menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah seorang peneliti
mampu memperoleh informasi lain, selain informasi utama.

13.9 Validitas dan Keandalan


Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset perilaku. Hal
utama diukur berkaitan dengan hal-hal yang salah (validitas) dan hal kedua yang diukur
berkaitan dengan hal yang tidak representatif (keandalan). Dua hal tersebut dinilai
dengan menggunakan validitas dan keandalan.

Validitas mengacu pada lingkup yang diukur pada kenyataannnya. Peneliti ingin
melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan dengan masalah
risetnya. keandalam berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus yang jika digunakan
di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan seseuatu yang sama. Dalam itu,
peneliti mengacu pada konsistensi dari suatu alat ukur.

Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak tergantung pada alat ukur yang
tidak andal.

1. Validitas

Ada beberapa jenis validitas di antaranya, Validitas isi (content validity) mengacu pada
cara peneliti menggambarkan dimensi-dimensi dan konsep atau masalah-masalah yang
ingin diukur. Khusunya berkaitan dengan tingkat ukuran yang ingin diberikan untuk
menutupi rentang terhadap arti maupun suatu konsep.Validitas isi merupakan pokok
pertimbangan untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah
yang berhubungan dengan relevansi terhadap konsep yang diukur.

Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan dengan membandingkan antara


konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau asumsi yang diketahui untuk
mengukur konsep yang akan di teliti. Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan
validitas yaitu validitas prediksi (predictive validity) adalah validitas yang berkaitan
dengan keakuratan suatu pengujian atau pengukuran dalam memprediksi perilaku.

Validitas konkuren (concurrent validity) adalah validitas yang berkaitan dengan


hubungan antara alat ukur dan criteria sekarang atau masa lalu. Validitas konstruksi
(construct validity) adalah validitas yang berdasarkan pada suatu pertimbangan tentang
kesesuaian hasil pengukuran tersebut dengan teori. Validitas konstruksi sangat
bermanfaat untuk mengukur fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal.

2. Keandalan

Suatu instrument alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap
waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.

13.10 Metode Pengumpulan Data


Data primer dapat dikumpulkan dengan mengamati perilaku, serta melakukan survei
atau eksperimen laboratorium. Observasi berarti terlibat secara langsung atau tidak
langsung dengan perilaku orang-orang yang akan dijadikan studi.

1. Survei
Dalam survei, data dikumpulkan dengan mengirimkan surat elektronik, menelpon atau
memebrikan serangkaian pertanyaan. Survei melalui surat setidaknya lebih mahal.
Pengumpulan data riset pada kondisi tetentu adakalanya tidak memerlukan kehadiran
peneliti. Wawancara melalui telepon juga dapat mengumpulkan data dalam waktu yang
singkat, tetapi memakan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan teknik lain.. Data
yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat kompleks, sensitive,
atau kontroversional sehingga jika dilakukan dengan teknik kuesioner mungkin akan
kurang memperoleh tanggapan respon.

2. Observasi

Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia, sesuatu hal, atau
kejadian yang sistematis tanpa ada pertanyaan maupun komunikasi dengan individu-
individu yang diteliti. Kelebihannya dari metode survey adalah data yang dikumpulkan
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat, dan lebih bebas dari bias pihak responden.
Metode observasi menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai fenomena yang di
teliti.

3. Memilih Responden

Langkah pertama dalam melilih responden adalah menetukan populasi. Setelah populasi
di tentukan, peneliti mementukan suatu sensus atau suatu sampel. Sensus adalah
kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap elemen dalam
populasi. Sampel merupakan kumpulan informasi dari bagian populasi. Suatu sensus
akan tepat ketika:

1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan
sampel secara signifikan.
2. Penting untuk mengetahui setiap unsur dalam populasi.
3. Risiko dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar.
4. Sampling Probabilitas Dan Non-probabilitas

Sampling probabilitas menggunakan beberapa bentuk dari sampling acak. Sementara


sampling non-probabilitas tidak menggunakan sampling acak. Dalam sampling
probabilitas, setiap elemen dalam populasi probabilitasnya yang dipilih harus diketahui.
Ada beberapa jenis sampling probabilitas yaitu acak, sistematis, terstratifikasi, kelompok
dan sebagainya.

Sampling non-probabilitas adalah ketika probabilitas yang dipilih tidak diketahui.


Dengan sampling probabilitas sampling error dapat di taksir secara matematis karena
probabilitas yang diplih diketahui. Hal ini memberikan suatu pengukuran yang objektif
terhadap sampel yang representatif kepada para peneliti. Pengetahuan pada
probabilitas yang dipilih juga membuat para peneliti mampu menghitung ukuran sampel
yang tepat. Sampling probabilitas digunakan ketika sampel yang representatif adalah
penting.

INSTRUMEN RISET

Pengembangan kuesioner atau pencarian instrumen merupakan langkah lain yang


penting dalam proses riset. Kuesioner harus sesuai dengan responden dan didesain
secara menarik sehingga responden tertarik untuk menjawab kuesioner tersebut, yang
pada hakikatnya bertujuan meningkatkan respons, validitas, dan keandalan data.

MENJAMIN KERJA SAMA RESPONDEN

Desain kuesioner yang baik sangat bermanfaat jika responden tidak bersikap kooperatif
terhadap para peneliti yang menghendaki informasi. Ada bebrapa teknik yang dapat
menghasilkan respons yang tinggi. Pertama, sebelum wawancara dengan responden,
peneliti seharusnya mengirimkan surat yang menjelaskan tujuan umum dari wawancara
tersebut dan responden dapat menghubungi mereka melalui telepon untuk membuat
suatu janji wawancara. Pada hari wawancara, peneliti seharusnya datang tepat waktu dan
mengucapkan terima kasih atas kerja sama responden.

Pada saat yang sama, sebelum melakukan wawancara melalui telepon, peneliti perlu
mengirimkan surat kepada responden yang memperkenalkan tim riset, menjelaskan
dasar dari riset tersebut, dan meminta kerja sama saat menelpon. Penawaran insentif
dalam bentuk uang tunai atau bentukbentuk lainnya akan lebih membantu.

MENJAMIN VALIDITAS DAN KEANDALAN JAWABAN

Hanya informasi-informasi yang esensial yang seharusnya diharapkan dari responden.


Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan
terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau
sudah ditentukan kemungkinankemungkinan jawabannya (closed ended).

Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan
closed-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden.
Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari format
pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan memudahkan
tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
ANALISIS DATA DAN PERSIAPAN LAPORAN

Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperlukan
dalam riset. Pemanfaatan berbagai alat analisis sangat bergantung pada jenis riset dan
data yang diperoleh. Ketersediaan alat-alat analisis memberikan gambaran bahwa satu
alat analisis dengan alat analisis lainnya dapat dengan saling bergantian dimanfaatkan
dan terkadang hanya ada satu alat analisis yang dapat digunakan.

Ketersediaan alat-alat analisis tersebut mencerminkan kompleksnya permasalahan atau


fenomena yang dihadapi di setiap riset. Tahap akhir dari riset adalah penyusunan
laporan riset. Secara umum, laporan riset berisi tentang hal-hal yang terkait dengan
kegiatan peneliti sejak tahap persiapan riset hingga interpretasi dan penyimpulan hasil
analisis. Bentuk baku dari suatu laporan riset belum ada. Bentuk atau format laporan
riset sangatlah dipengaruhi oleh keinginan si peneliti, hal-hal yang perlu dilaporkan,
serta permintaan dari para sponsor riset.

14.1. Jenis Laporan Ilmiah


Laporan Ilmiah : merupakan laporan hasil penelitian ilmiah yang disusun berdasarkan
kaidah-kaidah ilmiah tertentu.

Konsumen Hasil Penelitian :

1) Masyarakat Umum.

2) Sponsor Penelitian.

3) Masyarakat Ilmiah.

Jenis Laporan Ilmiah : 1) Laporan Lengkap (Monograf). 2) Artikel Ilmiah. 3) Laporan


Ringkas (Summary Report). 4) Laporan untuk Administrator dan Pembuat Keputusan.

Laporan Lengkap (Monograf) : laporan hasil penelitian yang lengkap mencakup / berisi
: 1) proses penelitian secara menyeluruh dengan mengutarakan semua teknik dan
pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian. 2) teknik penulisan harus
menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi.3) menjelaskan hal-hal yang sebenarnya
terjadi di setiap tahap analisis misalnya tentang peggantian/penukaran teknik/model
yang digunakan. 4) menyampaikan kegagalan yang dialami dan kendala yang dihadapi.

Artikel Ilmiah : adalah perasan (inti sari) dari laporan lengkap (monograf), yang disusun
lebih padat dan disesuaikan dengan jumlah halaman yang disediakan dalam jurnal-jurnal
ilmiah.

Laporan Ringkas (Summary Report) : adalah laporan yang disusun atau ditulis kembali
berdasarkan artikel ilmiah atau studi-studi yang berkenaan dengan kepentingan
masyarakat dalam bentuk yang mudah dipahami dan dengan bahasa yang tidak terlalu
teknis. Laporan ini hanya memuat temuan-temuan utama saja tanpa menyajikan desain
dan metode yang dipakai dalam melakukan penelitian. Laporan untuk Administrator dan
Pembuat Keputusan : ialah laporan yang memuat tentang hal-hal penting dalam
pembuatan keputusan oleh pihak pimpinan. Laporan ini tidak perlu dalam bentuk
lengkap, karena pihak administrator dan pembuat kebijakan tidak memerlukan laporan
demikian.

14.2. Format Laporan


Laporan Ilmiah harus berisi :

1) Pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian.

2) Prosedur penelitian yang mencakup desain penelitian , metode penelitian yang dipilih,
sampel yang ditarik, teknik pengumpulan data, metode statistik yang digunakan baik
dalam pengumpulan maupun analisis data.

3). Hasil penelitian dan temuan-temuan.

4). Implikasi yang dapat ditarik dari penelitian tersebut.

Format Laporan : menggambarkan secara umum bagaimana penyajian laporan


penelitian. Format laporan selalu berkembang dan mempunyai format yang berbeda-
beda. Perkembangan ini bertujuan untuk menentukan bagian mana yang harus
dilaporkan dan bagaimana cara pelaporannya.

Penyesuaian Format Laporan : format laporan memerlukan beberapa penyesuian dengan


alasan :

1) Untuk menentukan seberapa resmi format yang harus digunakan.

2) Untuk mengurangi kompleksitas pelaporan.

Secara umum format laporan memuat hal-hal berikut :

1. Halaman Judul, 2. Lembar Pengesahan, 3. Daftar Isi, 4. Kata Pengantar , 5. Ringkasan


(Abstrak atau Executive Summary)

Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang 1.2 Ruang Lingkup Penelitian (Batasan &Rumusan
Masalah) 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Metodologi Penelitian 1.5 Sistematika
Pembahasan

Bab II Landasan Teori


Bab III Proses Pengumpulan Data

Bab IV Analisis & Pembahasan

Bab V Simpulan dan Saran

Lampiran : 1 Daftar Pustaka, 2 Riwayat Hidup Penulis, 3 Format Pengumpul Data


(Kuesioner), 4 Tabel Umum, 5 Bahan Pendukung Lainnya.

ISI LAPORAN

Bab I Pendahuluan :

1.1 Latar Belakang Penelitian : paling tidak terdiri dari empat paragraf : paragraf satu
mengenai alasan memilih bidang dibahas, paragraf dua mengenai alasan memilih
lembaga/perusahaan sebagai obyek penelitian, paragraf tiga mengenai apa pentingnya
topik bahasan yang menjadi judul penelitian (skripsi) anda, uraikan juga symtom yang
terjadi (dicurigai terjadi) pada perusahaan yang diteliti. paragraf empat rangkuman
secara umum mengenai hasil bahasan yang di harapkan.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian : menunjukkan batasan dan rumusan masalah yang diteliti
atau yang dibahas dalam penelitian,

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian : Tujuan adalah hal-hal yang akan dicapai dari
penelitian dan relevan dengan ruang lingkup penelitian. Manfaat adalah hal-hal yang
akan terjadi apabila tujuan tercapai.

1.4 Metodologi Penelitian :1) jelaskan jenis penelitian yang dipilih (reporting, descriptive,
explanatory, predictive), 2) dianjurkan bagi mahasiswa Jurusan Akuntansi melakukan
penelitian explanatory atau dapat pula dikelompokkan dalam applied research dengan
pendekatan Case Study : Consultant Engagement (studi yang bersifat kualitatif). 3)
penelitian diarahkan untuk menjelaskan Who, What, When, Where, dan How.4)jelaskan
cara mendapatkan data ( library dan field research)

1.5 Sistematika Pembahasan : uraian singkat tentang pembagian atau pembabakan


pembahasan laporan (skripsi)

Bab II Landasan Teori :

1) berisi teori-teori dan referensi lain yang relevan dengan topik dan variabel penelitian.

2) kerangka teori yang diuraikan sebaiknya lengkap, mutakhir dan sejalan dengan
permasalahan penelitian yang bersumber dari literatur atau dari hasil penelitian lain,

3) hindari penuangan atau pengambilan teori dan referensi yang tidak relevan dengan
topik atau permasalahan penelitian.
Bab III Proses Pengumpulan Data : data yang dikumpulkan adalah potret kondisi yang
terjadi pada obyek penelitian , antara lain :

1) Latar belakang obyek penelitian/perusahaan (sejarah, bentuk badan hukum, bidang


operasi/usaha, struktur organisasi dan job description) ;

2) informasi mengenai bidang kegiatan/sistem/prosedur/praktek akuntansi yang


dilakukan perusahaan yang berhubungan dengan topik penelitian dengan menonjolkan
permasalahan (problem) yang terdeteksi;

3) informasi lain mengenai perusahaan yang relevan

4) hasil wawancara atau kuesioner.

Bab IV Pembahasan : merupakan analisis dan evaluasi terhadap ruang lingkup/masalah


penelitian yang dituangkan dalam bentuk format temuan yaitu : kondisi, kriteria, sebab,
akibat dan rekomendasi. Kondisi : suatu keadaan
(kelemahan/penyimpangan/kecurangan/ pemborosan) yang terjadi atas sesuatu yang
diteliti.

Bab V Simpulan dan Saran : Simpulan mengungkapkan pokok masalah yang dibahas
dalam Bab III dan Bab IV dengan singkat dan jelas. Saran yang diusulkan harus
applicable dan ada masalah (temuan) nya yang diuraikan dalam Bab IV.

Kriteria : merupakan norma, aturan, kebijakan, pelaksanaan dan segala sesuatu yang
seharusnya ada/terjadi/dilakukan. Sebab : merupakan penyebab sehingga kondisi itu
terjadi/timbul. Akibat : merupakan konsekuensi dari timbulnya kondisi tersebut diatas,
baik finasial maupun non finansial. Rekomendasi : merupakan langkah perbaikan secara
rinci yang diusulkan agar kelemahan/penyimpangan/kecurangan/pemborosan yang
telah terjadi (kondisi) dapat diatasi. Rekomendasi hendaknya realistis dan applicable
(dapat diterapkan). Pembahasan akan lebih tajam bilamana ada tanggapan perusahaan
atas permasalahan yang dibahas dan sekaligus komentar peneliti atas tanggapan
perusahaan tersebut. Bab V

Simpulan dan Saran : Simpulan mengungkapkan pokok masalah yang dibahas dalam
Bab III dan Bab IV dengan singkat dan jelas. Saran yang diusulkan harus applicable dan
ada masalah (temuan) nya yang diuraikan dalam Bab IV.

14.3. Proses Penulisan


Pengorganisasian Laporan : mengumpulkan bahan dan data yang relevan dengan ruang
lingkup dan tujuan penelitian ; membuat format laporan/penulisan (outline) ; membuat /
memilih skema laporan (bentuk tradisional atau bentuk desimal).
Menulis Konsep Pertama : konsolidasikan waktu anda; tulis apa saja yang ada dalam
pikiran anda; jangan lakukan revisi berlebihan pada konsep pertama ini, kalau perlu
rekam dulu ide anda ke dalam tape recorder dan kemudian menuliskannya ke atas kertas
(PC).

Periksa Tulisan :

1) agar tulisan mudah dibaca;

2) revisi tata bahasa dan ejaan;

3) hati-hati menggunakan terminologi;

4) sebanyak mungkin gunakan kalimat aktif yang pendek-pendek dan hindari kalimat
yang panjang;

5) hilangkan pengulangan-pengulangan dan pernyataan yang berlebihan;

6) evaluasi kaitan atau relevansi tulisan dengan ruang lingkup dan tujuan penelitian

14.4. Rambu-Rambu Penyusunan Laporan Penelitian


1. Topik penelitian bersifat penting, asli, dan sangat relevan dengan sumber/penyandang
dana

2. Perumusan harus tajam dan fokus menggunakan ‘bahasa proposal’: what, why, how,
when, resources

3. Pendekatan harus lebih realistis dan ‘do-able’

4. Rancangan penelitian harus efisien

5. Memenuhi kriteria, karakteristik luaran dari skema penelitian yang dipilih

6. Menyertakan roadmap penelitian

7. Ditulis sesuai dengan format dari skema penelitian yang dipilih

14.5. Petunjuk Dalam Menyusun Proposal Penelitian


1. Judul Penelitian

- INFORMATIF
- menarik, “menyihir“ dan mudah dimengerti

- Pilih kata-kata dengan hati-hati dan singkat (judul yang terlalu panjang dapat
menyulitkan untuk menangkap maknanya)

- Mencerminkan bidang sesuai dengan skim

- Menggambarkan isi penelitian secara utuh

- Mencerminkan tujuan yang ingin dicapai

- Spesifik dan tidak bermakna ganda

- Sedapat mungkin hindari kata penghubung dan penyebutan obyek, tempat atau bahan
penelitian yang sangat terperinci

- Hindari penggunaan singkatan, rumus, dan rujukan dalam judul.

2. Abstrak

- Singkat dan komprehensif : diskripsi mengenai isi dari proposal yang disajikan dalam 1
halaman

- harus lengkap

- Singkat dan padat

- latar belakang secara ilmiah dan fakta

- tujuan jangka pendek / panjang

- target khusus

- Manfaat hasil penelitian

- metode yang digunakan

- Lamanya penelitian (jika multi years)

3. Latar Belakang/Pendahuluan

• Latar belakang, harus dapat menunjukkan


- permasalahan yang harus dipecahkan dengan IPTEK dan didukung oleh sumber /
rujukan yang benar

- Mengacu kepada landasan ilmu dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lanjutan

- posisi riset yang diusulkan terhadap hasil penelitian sebelumnya / yang sudah
dilakukan harus jelas. Penelitian sebelumnya harus up to date

• Uraikan fenomena / fokus permasalahan yang menjadi “hot issue” saat ini di
lingkungan, pemda, dll disertai dengan data / informasi (berikan sumber rujukannya).

• Uraikan alasan tujuan perlu dilakukannya penelitian - mis: manfaat hasil penelitian
yang akan diperoleh dan siapa yang akan memproleh manfaatnya, belum banyak yang
meneliti di bidang tersebut dll

• Uraikan dengan singkat metode yang diusulkan dapat mengatasi permasalahan yang
ada

• Nyatakan secara singkat keunggulan penelitian yang diusulkan

• Nyatakan dengan jelas luaran dari hasil penelitian

4. Perumusan Masalah.

- Uraikan secara ringkas masalah yang ada dan rencana penyelesaiannya

- Sampaikan Metode yang dipilih untuk dapat menyelesaikan / menjawab permasalahan


yang ada

- Teknik observasi / eksperimen dan Pengumpulan data

5. Tujuan Penelitian

• Berisikan mengenai tujuan dilakukannya penelitian dalam kalimat yang lugas, tepat dan
tidak bermakna ganda

• Penelitian dapat bertujuan menghasilkan suatu metode baku, menerangkan,


mengembangkan, menerapkan suatu teknologi, konsep atau dugaan, atau membuat
suatu produk dll

• Contoh: mengembangkan sistem …….untuk pembangkit listrik mikrohidro skala…..


6. Tinjauan Pustaka

• Pustaka terbaru, relevan

- hand book, jurnal, disertasi, prosiding, website dll

- HATI-HATI dengan PLAGIARISME

• Uraikan kajian pustaka teori, temuan, dan bahan penelitian lainyang menimbulkan
gagasan yang mendasari penelitian yang dilakukan

• Deskripsi yang menjadi landasan dalammenyusun kerangka atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian

• Deskripsi kerangka teoritis serta hubungannya dengan masalah yang diteliti

• Dapat menunjukkan topik penelitian yang akan dilakukan bersifat baru / belum pernah
dilakukan (novelty), memperkuat hasil penelitian sebelumnya atau mengatasi gap yang
masih ada dll.

7. Metode Penelitian.

Harus diiuraikan dengan Jelas, sistematis dan mudah dicerna:

• Metode yg diajukan diyakini akan memecahkan masalah yag ada

• Metode yg diajukan dapat dilaksanakan dan berhasil mencapai tujuan penelitian yang
diusulkan - Fasilitas : Sarana & prasarana ada - Peneliti mempunyai kompetensi,
kemampuan dan pengalaman di bidang penelitian yang diusulkan

• Metode yg diajukan harus „meyakinkan”, sehingga nampak unggulan

14.6. Kesimpulan topik 14


Laporan Ilmiah merupakan laporan hasil penelitian ilmiah yang disusun berdasarkan
kaidah-kaidah ilmiah tertentu.

Secara umum format laporan memuat hal-hal berikut :

Bab I Pendahuluan
Bab II Landasan Teori

Bab III Proses Pengumpulan Data

Bab IV Analisis & Pembahasan

Bab V Simpulan dan Saran

15.1. Pendahuluan
Sebelum menulis artikel ilmiah ada prasyarat mutlak yaitu adanya hasil penelitian yang
memiliki kriteria-kriteria sbb:

- Sudah dirancang dan dilakukan dengan baik

- Dianalisis dengan baik dan benar

- Datanya telah disederhanakan dalam bentuk tabel atau grafik

- Sudah dikuasai dan dibahas

- Sudah menghasilkan kesimpulan

- Bahkan, pada saat merancang penelitian sudah harus ditargetkan ke jurnal mana nanti
hasil penelitian ini akan diterbitkan.

15.2. Pemilihan Jurnal Ilmiah


Cara yang paling sederhana adalah:

- Dengan menggunakan internet untuk mencari Jurnal ilmiah internasional yang sesuai
dengan Bidang keilmuan anda

- Bacalah keterangan tentang cakupan bidang ilmu yang sesuai dengan jurnal tersebut

Jurnal atau berkala ilmiah atau majalah ilmiah yang selanjutnya disebut sebagai jurnal
adalah bentuk terbitan yang berfungsi meregistrasi kegiatan kecendekiaan,
mensertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum,
mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua
temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan yang dimuatnya.
15.3.Jurnal Nasional
Jurnal Nasional adalah majalah ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan

b.Memiliki ISSN

c.Memiliki terbitan versi online

d.Dikelola secara profesional: ketepatan keberkalaan, ketersediaan petunjuk penulisan,


identitas jurnal, dll.

e.Bertujuan menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan atau


konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu

f. Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang mempunyai disiplin- disiplin


keilmuan yang relevan.

g. Diterbitkan oleh Penerbit/badan Ilmiah/Organisasi Profesi/Perguruan Tinggi dengan


unit-unitnya.

h. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris dengan
abstrak dalam Bahasa Indonesia.

i. Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari minimal dua institusi yang
berbeda

j. Mempunyai dewan redaksi/editor yang terdiri dari para ahli dalam bidangnya dan
berasal dari minimal dua institusi yang berbeda

15.4. Jurnal Nasional Terakreditasi


Jurnal Nasional Terakreditasi adalah Jurnal Ilmiah Nasional yang diakreditasi oleh
Kementerian (Lampiran Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017). Jurnal
Nasional Terakreditasi adalah Jurnal Ilmiah Nasional yang diakreditasi oleh
Kemristekdikti (Juknis Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017). Jurnal nasional yang
diakui dan disetarakan sebagai Jurnal Nasional Terakreditasi, yaitu Jurnal
Nasional Terindeks di Science and Technology Indeks (Sinta) atau di
Akreditasi Jurnal Nasional (Arjuna) yang telah memenuhi standard tata
kelola jurnal nasional terakreditasi (Q1 sampai dengan Q6) (Juknis
Permenristekdikti No. 20 Tahun 2017). 15.5. Jurnal Internasional
Jurnal internasional adalah jurnal yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika
keilmuan

b. Memiliki ISSN

c. Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol
dan Tiongkok)

d. Memiliki terbitan versi online

e. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit berasal dari
4 (empat) negara

f. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) terbitan paling sedikit penulisnya berasal
dari 4 (empat) negara

g. Terindeks oleh database internasional bereputasi: Web ofScience, Scopus, Microsoft


Academic Search, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan tim pakar Ditjen Dikti.

15.6. Jurnal Internasional Bereputasi15.7. Kesimpulan


Untuk dapat mengidentifikasi jurnal secara cepat, ada beberapa kriteria yang dimiliki dari
beberapa jurnal dibawah ini, antara lain:

1. Jurnal Nasional (Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika
keilmuan, Memiliki ISSN, Memiliki terbitan versi online, Dikelola secara profesional:
ketepatan keberkalaan, ketersediaan petunjuk penulisan, identitas jurnal, dll, Bertujuan
menampung/mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan atau konsep ilmiah
dalam disiplin ilmu tertentu, Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang
mempunyai disiplin-disiplin keilmuan yang relevan, Diterbitkan oleh Penerbit/badan
Ilmiah/Organisasi Profesi/Perguruan Tinggi dengan unit-unitnya, Bahasa yang digunakan
adalah Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris dengan abstrak dalam Bahasa
Indonesia, Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari minimal dua institusi yang
berbeda, Mempunyai dewan redaksi/editor yang terdiri dari para ahli dalam bidangnya
dan berasal dari minimal dua institusi yang berbeda)

2. Jurnal Nasional Terakreditasi (Jurnal nasional yang diakui dan disetarakan


sebagai Jurnal Nasional Terakreditasi, yaitu Jurnal Nasional Terindeks di Science and
Technology Indeks (Sinta) atau di Akreditasi Jurnal Nasional (Arjuna) yang telah
memenuhi standard tata kelola jurnal nasional terakreditasi (Q1 sampai dengan Q6))

3. Jurnal Internasional (Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah
ilmiah dan etika keilmuan, Memiliki ISSN, Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi
PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok), Memiliki terbitan versi
online, Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit berasal
dari 4 (empat) negara, Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) terbitan paling
sedikit penulisnya berasal dari 4 (empat) negara, erindeks oleh database internasional
bereputasi: Web ofScience, Scopus, Microsoft Academic Search, dan/atau laman sesuai
dengan pertimbangan tim pakar Ditjen Dikti)

4. Jurnal Internasional Bereputasi (jurnal internasional dengan kriteria tambahan


mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters)
atau Scimago Journal Rank (SJR) mempunyai urutan tertinggi dalam penilaian karya
ilmiah dan dinilai paling tertinggi 40)

Bottom of Form

Jurnal internasional bereputasi adalah jurnal yang memenuhi kriteria jurnal


internasional dengan kriteria tambahan mempunyai faktor dampak (impact factor) dari
ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) mempunyai
urutan tertinggi dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tertinggi 40.

Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional dan terindeks oleh database
internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search)
namun belum mempunyai faktor dampak (impact factor)dari ISI Web of Science
Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) dalam penilaian karya ilmiah dan
dinilai paling tinggi 30.

Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional yang belum terindeks pada database
internasional bereputasi (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search)
namun telah terindeks pada database internasional seperti DOAJ, CABI, Copernicus,
dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan tim pakar Ditjen Dikti dan dapat dinilai
karya ilmiah paling tinggi 20.

Anda mungkin juga menyukai