Di Indonesia, sebenarnya koperasi berbasis nilai-nilai Islami lahir pertama kali dalam
bentuk paguyuban usaha bernama Sarikat Dagang Islam (SDI). SDI ini didirikan oleh H.
Samanhudi di Solo, Jawa Tengah. Anggotanya para pedagang muslim dan mayoritas
pedagang batik. Pada perkembangan selanjutnya, SDI berubah menjadi Sarikat Islam
yang lebih bernuansa politik. Koperasi syariah mulai booming seiring dengan
perkembangan dunia industri syariah di Indonesia yang dimulai dari pendirian Bank
Syariah pertama pada tahun 1992. Secara hukum koperasi syariah dinaungi oleh
Keputusan Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 91 tahun
2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
1. Pembiayaan
2. Aspek Pengawasan
3. Penyaluran Produk
Koperasi konvensional memberlakukan sostem kredit barang atau uang pada penyaluran
produknya, maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu menahu apakah uang
(barang) yang digunakan para nasabah untuk melakukan usaha mengalami rugi atau
tidak, nasabah harus tetap mengembalikan uang sebesar yang dipinjam ditambah bunga
yang telah ditetapkan pada RAT. Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini
tidak mengkreditkan barang-barangnya, melainkan menjualn secara tunai maka transaksi
jual beli atau yang dikenal dengan murabahah terjadi pada koperasi syariah, uang /
baramg yang dipinjamkan kepada para nasabahpun tidak dikenakan bunga, melainkan
bagi hasil, artinya jika nasabah mengalami kerugian, koperasipun mendapatkan
pengurangan pengembalian uang, dan sebaliknya. Ini merupakan salah satu bagi hasil
yang diterapkan pada koperasi syariah.
1. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun
secara mutlak;
2. Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama bersama dengan ketentuan
syariah;
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi;
4. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setisp bentuk riba dan pemusatan
sumber dana ekonomi pada seglintir orang atau sekelompok orang saja;
5. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
6. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen;
7. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional;
8. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil,sesuai dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
Sesuai dengan sifat koperasi dan fungsinya,makan sumber dana yang diperoleh harus
disalurkan kepada anggota maupun calon anggota.dengan menggunakan bagi hasil
(mudharabah atau musyarakah) dan juga dengan jual beli (piutang mudharabaah,
piutang salam, piutang istishna’ dan sejenisnya),bahkan ada juga yang bersifat jasa
umum,misalnya pengalihaan piutang (Hiwalah), sewa menyewa barang (ijarah) atau
pemberian manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.
1. Investasi/kerjasama
Dapat dilakukan didalam bentuk mudharabah dan musyaraakah. Dalam penyaluran dana
koperasi syariah berlaku sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan pengguna
dana adalah pengusaha (mudharib),kerja sama dapat dilakukan dengan menandai
sebuah usaha yang dinyatakan layak untuk diberi modal. Contohnya: untuk pendirian
klinik, kantin.
Pertama: jual beli secara tangguh antara penjual dan pembeli dimana
kesepakatan harga si penjual menyatakan harga belinya dan si pembeli
mengetahui keuntungan penjual,transaksi ini disebut Bai Al Mudharabah.
Kedua: jual bei secara paralel yang dilakukan oleh 3 pihak. Jika koperasi
membayarnya di muka disebut Bai’Salam.
3. Jasa-jasa
Disamping itu produk kerjasama dan jual beli koperasi syariah juga dapat melakukan
kegiatan jasa layanan antara lain:
Adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa tanpa pemindahan hak milik atas barang itu sendiri,contoh:penyewaan
tenda,soundsistem,dan lain-lain
Dapat dilakukan pula dalam bentuk barang seperti jasa penitipan barang dalam Locker
karyawan atau penitipan sepeda motor, mobil dan lain-lain.
Pembiayaan ini ada karena adanya peralihan kewajiban dari seseorang terhadap pihak
lain dan dialihkan kewajibannya kepada koperasi syariah.
d. Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Dalam koperasi syariah gadai ini tidak menggunakan bunga akan tetapi
mengenakan tarif sewa penyimpanan barang yang digadaikan tersebut, seperti gadai
emas.
e. Wakalah (Perwakilan)
Mewakilkan urusan yang dibutuhkan anggota kepada pihak koperasi seprti pengurusan
SIM,STNK. wakalah juga berarti penyerahan pendelegasian atau pemberian mandat.
f. Kafalah (penjamin)
Kafalah adalah jaminan yang diberikan koperasi (penanggung) pada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban anggotanya. Kafalah ada karena adanya transaksi anggota dengan
pihak lain dan pihak lain tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang anggotanya
berhubungan.
Jasa ini termasuk kategori pinajaman lunak,dimana pinjaman yang harus dikembalikan
sejumlah dana yang diterima tanpa adanya tambahan.kecuali anggota mengembalikan
lebih tanpa persyaratan dimuka maka kelebihan dana tersebut diperbolehkan diterima
koperasi dan dikelompokkan dalam Qardh (atau Baitul maal). Umumnya dana ini diambil
dari simpanan pokok.
9.6. Sistem Keuangan Koperasi Syariah
Sumber Dana
1. Simpanan Pokok
Merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan pokok
tersebut sama.Akad syariah simpanan pokok tersebut masuk kategori akad musyarakah.
Yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama,masing-masing memberikan
dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dan berpartisipasi dalam
bobot yang sama.
2. Simpanan Wajib
Masuk dalam kategori modal koperasi sebagimana simpanan pokok dimana besar
kewaibannya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah anggota serta penyetorannya
dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari
keanggotaan koperasi syariah.
3. Simpanan Sukarela
Bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan dana
kemudian menyimpannya di koperasi syariah. Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua
jenis karakter antara lain:
Bersifat dana titipan yang disebut (Wadi’ah) dan diambil setiap saat. Titipan terbagi atas
dua macam yaitu titipan amanah dan titipan yad dhomamah.
Bersifat investasi yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha dengan mekanisme
bagi hasil (mudharabah) baik Revenue Sharing, Profit Sharing maupun profit and loss
sharing.
Pembagian pendapatan atas pengelolaan dana yang diterima koperasi syariah dibagi
kepada para anggota yang memiliki jenis simpanan atau kepada pemilik modal yang
telah memberikan kepada koperasi dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
Sedangkan pembagian yang bersifat tahunan maka distribusi tersebut termasuk kategori
sisa hasil usaha (SHU) dalam aturan koperasi.
Untuk pembagian bagi hasil kepada anggota yang memiliki jenis simpanan atau pemberi
pinjaman adalah didasarkan kepada hasil usaha yang riil yang diterima koperasi pada
saat bulan berjalan. Umumnya ditentukan berdasarkan nisbah yaitu rasio keuntungan
antara koperasi syariah dan anggota atau pemberi pinjaman terhadap hasil riil usahanya.
Lain halnya dengan konvensional pendapatan dari jasa pinjaman koperasi disebut jasa
pinjaman (bunga) tanpa melihat hasil keuntungan riil melainkan dari saldo jenis
simpanan.maka dengan demikian pendapatan bagi hasil dari koperasi syariah bisa niak
turun sedangkan untuk konvensional bersifat stabil. Apabila koperasi syariah menerima
pinjaman khusus (restricted investment atau Mudharabah Muqayyadah), maka
pendapatan bagi hasil usaha tersebut hanya dibagikan kepada pemberi pinjaman dan
koperasi syariah. Bagi koperasi pendapatan tersebut dianggap pendapatan jasa atas
Mudharabah Muqqayyadah.
Begitu pula dengan pendapatan yang bersumber dari jasa-jasa seperti Wakalah,
Hawalah, Kaafalah disebut Fee koperasi syariah dan pendapatan sewa (Ijarah) disebut
margin, sedangkan pendapatan hasil investasi ataupun kerjasama (Mudharaabah dan
Musyarakah) disebut pendapatan bagi hasil.
Untuk pembagian SHU tetap mengacu kepada peraturan koperasi yaitu diputuskan oleh
rapat anggota. Pembagian SHU tersebut telah dikurangi dana cadangan yang
dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10.1. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa arab asuransi disebut at-ta’min (penanggung disebut mu’ammin,
tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min) yang mempunyai arti memberi
perlindungan, ketenangan, rasa aman dari rasa takut dan islamic insurance (bahasa
Inggris). Sedangkan asuransi syariah atau takaful secara bahasa berasal dari kafala-
yakfulu-kafalatan, artinya menanggung. Menurut al-Fanjari asuransi syariah diartikan
dengan tadhamun, takaful, at ta’min dengan pengertian saling menanggung atau
tanggung jawab sosial.
Pengertian Asuransi Syariah lebih spesifik disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan asuransi syariah adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang syariah adalah akad yang
tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),
riba, zhulm (penganiayaan) risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan asuransi syariah tidak terlepas adanya
asuransi konvensional yang telah ada sejak lama. Sebelum terwujudnya asuransi syariah
terdapat berbagai macan asuransi konvensional yang rata-rata dikendalikan oleh non
muslim. Jika ditinjau dari segi hukum perikatan Islam, asuransi konvensional hukumnya
haram. Hal ini dikarenakan dalam operasional asuransi konvensional mengadung
unsur gharar, maysir dan riba. Pendapat ini disepakati oleh banyak ulama terkenal
seperti yusuf Qaradhawi (Guru besar Universitas Qatar), Sayyid Sabiq, Abdullah al Qalqili,
Muhammad Bakhil al Muthi’ie (Mufti Mesir 1854-1935), Abdul Wahab Khalaf, dll., namun
demikian karena alasan kemaslahatan atau kepentingan umum sebagian yang lain dari
mereka membolehkan beroperasinya asuransi konvensional.
Dengan adanya keyakinan umat Islam di dunia dan keuntungan yang diperoleh
melalui konsep asuransi syariah, lahirlah berbagai perusahaan asuransi yang
mengendalikan asuransi berlandaskan syariah. Perusahaan yang mewujudkan asuransi
syariah ini bukan saja perusahaan orang Islam, namun juga berbagai perusahaan bukan
Islam ikut terjun ke dalam usaha asuransi syariah.
Pada dekade 70-an di beberapa negara Islam atau negara Islam atau di negara-
negara yang mayoritas penduduknya muslim bermunculan asuransi yang prinsip
operasionalnya mengacu kepada nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga unsur yang
diharamkan Islam. Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai
berdirinya perusahaan asuransi syarian islamic insurance Co. Ltd. Di Sudan dan Islamic
Insurance Co. Ltd. Di Arab Saudi. Keberhasilan asuransi syariah ini kemudian diiukuti oleh
berdirinya dar al mal al-islami di Genewa, swiss dan takaful Islami di Luxemburg dll.
Sampai akhirnya di Malaysia berdiri Syariat Takaful Sendirian Berhad tahun 1983. Di
Indonesia sendiri asuransi takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring dengan
diresmikannya PT Syarikat Takaful Indonesia yang kemudian mendirikan 2 anak
perusahaan yaitu PT. Syarikat Takaful Indonesia yang kemudian mendirikan 2 anak
perusahaan yaitu PT. Asuransi Takaful keluarga pada tahun 1994 dan PT. Asuransi
Takaful Umum pada tahun 1995.
TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dan perealisir dari berdirinya
asuransi takaful Indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi
Jiwa) dan PT Asuransi Umum (asuransi kerugian). Pendirian dua perusahaan asuransi
tersebut dimaksudkan untuk memenuhi pasal 3 UU Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian yang menyebutkan bahwa perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan
asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah.
Saat ini perusahaan asuransi yang benar-benar secara penuh beroperasi sebagai
perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Takaful
Umum dan Asuransi Mubarakah. Selain itu ada beberapa perusahaan asuransi
konvensional yang membuka cabang syariah seperti MAA, Great Eastern, Tripakarta,
beringin Life, Bumi Putra, Dharmala dan Jasindo.
10.3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi takaful
ditegakkan atas tiga prinsip utama :
Dalam AM. Hasan Ali, MA, dengan mengutip dari MA. Coudhury dalam
bukunya Contribution to Islamic Ekonomic Theory, prinsip dasar tersebut ditambah 5 lagi,
yaitu :
1. Tauhid (unity);
2. Keadilan (justice);
3. Kerja sama (cooperation);
4. Amanah (trustworthy);
5. Kerelaan (al-Ridha).
1. Pengelolaan Risiko
Pada dasarnya, dalam asuransi syariah sekumpulan orang akan saling membantu dan
tolong menolong, saling menjamin dan bekerja sama dengan cara mengumpulkan dana
hibah (tabarru). Dengan begitu bisa dikatakan bahwa pengelolaan risiko yang dilakukan
di dalam asuransi syariah adalah menggunakan prinsip sharing of risk, di mana risiko
dibebankan/dibagi kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.
Sedangkan di dalam asuransi konvensional berlaku sistem transfer of risk, di mana resiko
dipindahkan/ dibebankan oleh tertanggung (peserta asuransi) kepada pihak perusahaan
asuransi yang bertindak sebagi penanggung di dalam perjanjian asuransi tersebut.
2. Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana yang dilakukan di dalam asuransi syariah bersifat transparan dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang
polis asuransi itu sendiri.
3. Sistem Perjanjian
Di dalam asuransi syariah hanya digunakan akad hibah (tabarru) yang didasarkan pada
sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan di dalam asuransi konvensional akad
yang dilakukan cenderung sama dengan perjanjian jual beli.
4. Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah dana asuransi
tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), di mana perusahaan asuransi
hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi
konvensional, karena premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik
perusahaan asuransi tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan
memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi.
5. Pembagian Keuntungan
Di dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan terkait
dengan dana asuransi, akan dibagikan kepada semua peserta asuransi tersebut. Namun
akan berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional, di mana seluruh keuntungan
yang didapatkan akan menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut.
6. Kewajiban Zakat
Satu polis asuransi digunakan untuk semua anggota keluarga, sehingga premi yang
dikenakan oleh asuransi syariah juga akan lebih ringan. Hal ini tidak berlaku dalam
asuransi konvensional, di mana setiap orang akan memiliki polis sendiri dan premi yang
dikenakan tentu akan lebih tinggi.
Asuransi syariah juga memungkinkan kita untuk bisa melakukan double claim, sehingga
kita akan tetap mendapatkan klaim yang kita ajukan meskipun kita telah
mendapatkannya melalui asuransi kita yang lain.
8. Pengawasan
Di dalam asuransi syariah, pengawasan dilakukan secara ketat dan dilaksanakan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dibentuk langsung oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan diberi tugas untuk mengawasi segala bentuk pelaksanaan prinsip ekonomi
syariah di Indonesia, termasuk mengeluarkan fatwa atau hukum yang mengaturnya. Di
setiap lembaga keuangan syariah, wajib ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas sebagai pengawas. DPS ini merupakan perwakilan dari DSN yang bertugas
memastikan lembaga tersebut telah menerapkan prinsip syariah secara benar.
DSN inilah yang kemudian bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap segala
bentuk operasional yang dijalankan di dalam asuransi syariah, termasuk menimbang
segala sesuatu bentuk harta yang diasuransikan oleh peserta asuransi, di mana hal
tersebut haruslah bersifat halal dan lepas dari unsur haram. Hal ini akan dilihat dari asal
dan sumber harta tersebut serta manfaat yang dihasilkan olehnya.
Berbeda halnya dengan asuransi konvensional, di mana asal dari objek yang
diasuransikan tidaklah menjadi sebuah masalah, karena yang dilihat oleh perusahaan
adalah nilai dan premi yang akan ditetapkan dalam perjanjian asuransi tersebut.
9. Instrumen Investasi
Hal ini juga menjadi sebuah perbedaan yang besar dalam asuransi syariah dan
konvensional. Di dalam asuransi syariah, investasi tidak bisa dilakukan pada berbagai
kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah dan mengandung unsur
haram dalam kegiatannya. Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah:
Ketentuan seperti ini tentu saja tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena
pada dasarnya di dalam asuransi konvensional perusahaan akan melakukan berbagai
macam investasi dalam berbagai instrumen yang ditujukan untuk mendatangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Hal ini bisa dilakukan tanpa
menggunakan/mempertimbangkan haram atau tidaknya instrumen investasi yang
dipilih, karena pada dasarnya di dalam asuransi konvensional dana yang dikelola adalah
benar-benar dana milik perusahaan dan bukan milik pemegang polis asuransi, dengan
begitu perusahaan memiliki kewenangan penuh dalam penggunaan dana tersebut,
termasuk dalam memilih jenis investasi yang akan digunakan.
Dalam Al Quran dan Hadits, hukum asuransi berbasis syariah dan penerapannya terdapat
dalam beberapa ayat, yaitu:
Awalnya, hukum asuransi konvensional bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini
membuat Majelis Ulama Indonesia pada 2001 mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa asuransi berbasis syariah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Adapun fatwa
MUI yang menegaskan kehalalan asuransi syariah antara lain :
1. Takaful Individu
Takaful Individu adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat pribadi. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa pilihan yaitu:
2. Takaful Kelompok
Takaful Kelompok adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat kelompok dalam perusahaan. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa pilihan
yaitu:
1. Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: memberi perlindungan bagi karyawan yang
ingin menunaikan ibadah haji dengan pendanaan melalui iuran bersama dengan
keberangkatan bergilir;
2. Takaful Kecelakaan Siswa: proteksi pelajar dari risiko kecelakaan berakibat cacat
bahkan meninggal dunia;
3. Takaful Wisata dan Perjalanan: proteksi peserta wisata dari risiko kecelakaan yang
mengakibatkan cacat atau meninggal dunia;
4. Takaful Kecelakaan Group: proteksi santunan karyawan dalam perusahaan atau
organisasi;
5. Takaful Pembiayaan: proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dunia dalam masa perjanjian.
3. Takaful Umum
Takaful Umum adalah asuransi berbasis syariah yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa yaitu:
Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut :
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak;
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan
secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui
kondisi dananya;
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Prinsip – Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah
kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi
secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan
keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan
ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar.
Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga
diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
2. Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut
istilah gharar berarti seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau
perjudian. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada
dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Misalnya
membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih
dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar.
Pelarangan ghararkarena memberikan efek negative dalam kehidupan
karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat
dan hadits yang melarang gharar diantaranya :"Dan janganlah sebagian kamu
memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui" (Al-Baqarah : 188).
3. Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan,
pertumbuhan atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama
sepakat bahwa hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Ali Imran ayat 130 yang melarang kita untuk memakan harta riba
secara berlipat ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa
tidak terdapat perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai
pengharaman Riba dan bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan
dalam transaksi yang mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan
sumber utama syariah, yaitu Al-Qur'an dan Sunah benar-benar mengutuk riba.
Akan tetapi, ada perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang
merupakan riba harus dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas
perekonomian dengan ajaran Syariah.
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito.
Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat
adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada
produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah.
Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut.
b. Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan
syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yaitu:
Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana bank syariah menerima
imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi
keuangan, seperti :
1. Wakalah
2. Kafalah
3. Sharf
4. Qardh
5. Rahn
6. Hiwalah
7. Ijarah
8. Al-Wadiah
Setelah pertama kali disahkan di tahun 2011, PSAK 110 direvisi pada 24 Februari 2015
terutama terkait klasifikasi investasi sukuk yang mengacu pada revisi atas International
Financial Reporting Standards 9: Financial Instruments.
LATAR BELAKANG
Kemunculan sukuk pada saat ini dilatar belakangi oleh upaya untuk menghindari praktik
riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif instrumen
pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah. Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002 dan kebutuhan
investasi jangka panjang, maka para ahli dan praktisi ekonomi Islam berijtihad untuk
menciptakan sebuah produk atau instrumen keuangan baru yang bernama obligasi
syariah atau sukuk.
Sukuk semakin disukai karena upaya para investor, terutama di wilayah Timur Tengah,
untuk menarik modal dari lembaga perbankan Barat kembali ke lembaga keuangan
Islam. Dukungan solidaritas bagi kegiatan pasar modal syariah dilandasi oleh kesamaan
ideologi dan semangat negara-negara yang tergabung dalam OKI. Pasar modal Islam
diterima secara luas karena investor non-Muslim memasuki pasar sukuk. Sukuk
dipandang sebagai target baru yang lebih menguntungkan. Popularitas sukuk ini tidak
lepas dari terbukanya akses permodalan dalam skala global, sehingga terjadi
pengelolaan likuiditas lintas batas.
Tetapi berbeda halnya dengan di Indonesia. Dimana dimasa sekarang banyak orang
yang belum familiar atas keberadaan sukuk itu sendiri. Di indonesia sendiri masih
beberapa perusahaan yang menerbitkan surat berharga syariah (sukuk) ini. Dan bahwa
tidak semua surat berharga berprinsip konvensional ada juga perhitungan surat
berharga berdasarkan prinsip syariah yaitu Akuntansi Sukuk seperti yang terdapat dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 110.
Berbeda dengan PSAK 110 yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011, PSAK 110
(revisi 2015) memberikan perubahan terkait klasifikasi sukuk pada laporan keuangan
investor. Investasi sukuk kini diklasifikasikan berdasarkan model usaha dan arus kas
kontraktual.
Pada sisi investor, investasi sukuk diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
jika:
1. Investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha yang bertujuan utama untuk
memperoleh arus kas kontraktual; dan
2. Persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu pembayaran pokok
dan/atau hasilnya.
12.3. Tujuan Diterbitkannya Obligasi Syariah
Tujuan diterbitkannya obligasi syariah atau sukuk adalah
1. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (beneficial
title);
2. Imbal hasil yang diberikan berupa upah/sewa (ujrah), selisih harga lebih (margin),
dan bagi hasil, sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan. Ada
beberapa jenis akad yaitu ijarah, mudharabah, wakalah, istishna, musyarakah dan
kafalah;
3. Terbebas dari unsur riba, ketidakpastian (gharar) dan/ atau judi (maisir);
4. Penerbitan melalui special purpose vehicle (SPV);
5. Memerlukan underlying asset;
6. Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
Sukuk yang diterbitkan wajib disertai dengan pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan
Pengawas Syariah (DPS) atau Tim Ahli Syariah (TAS) yang memiliki lisensi Ahli Syariah
Pasar Modal.
12.5. Jenis-jenis Obligasi Syariah
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional pada tahun 2002, obligasi
syariah merupakan surat-surat berharga jangka panjang yang memiliki prinsip syariah di
dalamnya. Jenis-jenis obligasi berdasarkan syariah ini di antaranya adalah sukuk
mudharabah dan sukuk ijarah.
Sedangkan obligasi atau syariah sukuk ijarah menggunakan akad ijarah yang
berarti akad sewa. Jenis obligasi syariah ini cukup identik dengan obligasi
berbasis kupon. Nantinya investor akan mendapatkan keuntungan
berdasarkan ijarah yang bisa disepakati pada awal penerbitan obligasi.
Nantinya ijarah atau keuntungan tersebut memiliki sifat yang tetap setelah
disetujui oleh pihak investor maupun pihak penerbit obligasi syariah.
1. Imbal hasil: Imbal hasil yang diberikan oleh penerbit sukuk kepada investor, bisa
berupa bagi hasil, fee atau margin.
2. Capital Gain: keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual.
3. Ketenangan hati: berinvestasi di instrumen yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
Obligasi syariah atau sukuk juga diperingkat oleh lembaga pemeringkat atau biasa
disebut sebagai rating agency. Biasanya di belakang peringkat diberikan kode (sy) untuk
menandakan bahwa obligasi tersebut adalah obligasi syariah. Misalnya idAAA(sy).
Semakin baik peringkatnya maka semakin credible penerbit obligasi atau issuer. Sukuk
yang dianggap baik adalah yang masuk kategori layak investasi atau investment grade.
Investor perlu mempertimbangkan peringkat terutama untuk meminimalkan risiko.
Fee Based Income adalah keuntungan yang di dapat dari transaksi yang diberikan
dalam jasa-jasa bank lainnya. Istilah fee based income menurut perbankan syariah adalah
ujrah (upah). Ujrah terkait dengan keuntungan dari jasa-jasa perbankan yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat (nasabah) guna memperlancar dan mengefisiensikan
aktifitas ekonomi masyarakat. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya ketentuan-
ketentuan yang berkaitan fee based income menurut peraturan Bank Indonesia.
Menurut (Kasmir, 2012), Fee Based Income adalah keuntungan yang didapat dari
transaksi yang diberikan dalam jasa-jasa bank lainnya.
1. Biaya administrasi yaitu biaya yang dikenakan untuk jasa-jasa yang memerlukan
administrasi tertentu. Pembebanan biaya administrasi biasanya dikenakan untuk
pengelolaan suatu fasilitas tertentu. Sepeti biaya administrasi simpanan, kredit,
dan biaya administrasi lainnya.
2. Biaya kirim yaitu biaya yang diperoleh dari jasa pengiriman uang (trasfer), baik itu
jasa transfer dalam negeri maupun transfer ke luar negeri.
3. Biaya tagih yaitu jasa yang dikenakan untuk menagihkan dokumendokumen milik
nasabahnya seprti jasa kliring (penagihan dokumen dalam kota) dan jasa inkaso
(penagihan dokumen ke luar kota). Biaya tagih ini dilakukan untuk tagihan
dokumen dalam maupun luar negeri.
4. Biaya provisi dan komisi yaitu biaya yang biasanya di bebankan kepada jasa kredit
dan jasa transfer serta jasa-jasa atas bantuan bank terhadap suatu fasilitas
perbankan. Besarnya jasa provisi dan komisi tergantung dari jasa yang diberikan
serta status nasabah yang bersangkutan.
5. Biaya sewa yaitu biaya yang dikenakan kepada nasabah yang menggukan
jasa safe deposit box. Besarnya biaya sewa tergantung dari ukuran box dan jangka
waktu yang digunakan.
6. Biaya iuran yaitu biaya yang diperoleh dari jasa pelayanan bank card atau kartu
kredit, dimana kepada setiap pemegang kartu dikenakan biaya iuran. Biasanya
biaya iuran ini dikenakan per tahun.
7. Biaya lainnya.
Besar kecilnya penetapan biaya-biaya di atas terhadap nasabahnya tergantung dari bank
nya. Masing-masing bank dapat menggunakan metode tertentu, misalnya jangkauan
wilayah untuk biaya kirim dan biaya tagih, jangka waktu untuk sewa dan iuran serta
jumlah uang untuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi.
13.3. Ketentuan Mengenai Fee Based Income
Berikut adalah ketentuan mengenai fee based income yang telah diatur DSN-
MUI :
1. Pembiayaan multi jasa hukumnya boleh dengan menggunakan akad ijarah atau
kafalah.
2. Dalam hal LKS (Lembaga Keuangan Syariah) menggunakan akad ijarah, maka
harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.
3. Dalam hal LKS (Lembaga keuangan Syariah) menggunakan akad kafalah, maka
harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa kafalah.
4. Dalam pembiayaan multi jasa tersebut, LKS (Lembaga Keuangan Syariah) dapat
memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee. Besarnya ujrah atau fee harus
disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam
persentase.
Berikut adalah ketentuan mengenai fee based income yang telah diatur Bank
Indonesia adalah :
Komisi adalah imbalan yang diperhitungkan atau diterima atas pemberian jasa tertentu
dalam pelaksanaan transaksi, sedangkan provisi adalah imbalan yang diperhitungkan
bank sehubungan dengan jasa yang diberikan untuk pelaksanaan suatu transaksi.
Pendapatan yang timbul dari transaksi valas lazimnya berasal dari selisih kurs. Selisih
kurs ini akan dimasukan kedalam pos pendapatan dalam laporan laba rugi. Laba atau
rugi yang timbul dari transaksi valas harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam
perhitungan laba rugi tahun berjalan.
Transfer merupakan jasa pengiriman uang atau pemindahan uang lewat bank baik
pengiriman uang dalam kota, luar kota atau ke luar negeri. Lama pengiriman dan
besarnya biaya kirim sangat tergantung dari sarana yang digunakan. Pemilihan sarana
yang akan digunakan dalam jasa transfer ini tergantung pada kemauan nasabah apakah
itu lewat Telex, Telepon, atau On Line Komputer. Sarana yang dipilih akan
mempengaruhi kecepatan pengiriman dan besar kecilnya biaya pengiriman.
Kliring adalah penagihan warkat bank yang berasal dari dalam kota melalui lembaga
kliring. Pengertian lainnya kliring merupakan jasa penyelesaian utang piutang antar bank
dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang dikliringkan di lembaga kliring.
Lembaga kliring dibentuk dan dikoordinir oleh Bank Indonesia setiap hari kerja.
C. Jasa Inkaso
Inkaso adalah warkat-warkat bank yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Warkat-
warkat yang dapat diinkasokan atau ditagihkan adalah warkat-warkat yang berasal dari
luar kota atau luar negeri seperti: Cek, Bilyet Giro, Wesel, Dividen, Kupon, dan surat
berharga lainnya. Lama penagihan warkat dan besarnya biaya tagih yang dibebankan
kepada nasabah tergantung bank yang bersangkutan. Biasanya lama penagihan berkisar
antara 1 - 4 minggu. Proses penyelesaian inkaso yang dilakukan oleh bank dibagi ke
dalam dua bagian yaitu: inkaso berdokumen dan inkaso tidak berdokumen.
Safe Deposit Boxmerupakan jasa-jasa persewaan kotak untuk menyimpan dokumen atau
surat-surat berharga. Jasa ini dikenal juga dengan nama safe loket. SDB berbentuk kotak
dengan ukuran tertentu dan disewakan kepada nasabah yang berkepentingan untuk
menyimpan dokumen-dokumen atau benda-benda berharga miliknya. Pembukuan SDB
dilakukan dengan dua buah anak kunci, dimana satu dipegang bank dan satu lagi
dipegang oleh nasabah.
Bank card merupakan “Uang Plastik” yang dikeluarkan oleh oleh bank. Kegunaannya
adalah sebagai alat pembayaran ditempat-tempat tertentu seperti supermarket, pasar
swalayan, hotel, restoran, tempat hiburan dan tempat lainnya. Disamping itu, dengan
kartu ini juga dapat diuangkan di berbagai tempat seperti di ATM (Automated Teller
Machine).
Jenis-jenis bank card yang sudah dikenal luar dimayarakat dewasa ini adalah sebagai
berikut:
1. Credit card adalah suatu sistem dimana pemegang kartu dapat melunasi
penagihan yang terjadi atas dirinya secara angsuran dengan minimal pembayaran
tertentu.
2. Debet card adalah pembayaran atas penagihan nasabah melalui pendebetan atas
rekening yang ada di bank dimana pada saat membuka kartu.
Merupakan uang kartal asing yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank di luar
negeri. Bank notes dikenal juga dengan istilah “devisa tunai” yang mempunyai sifat-sifat
seperti uang tunai. Tidak semua bank notes yang diperjual belikan, hal ini tergantung
peraturan devisa di negara asal bank notes diterbitkan. Dalam transaksi jual beli bank
notes, bank mengelompokkan bank notes kedalam dua klasifikasi, yaitu bank notes yang
lemah dan bank notes yang kuat. Penjualan bank notes juga dilakukan antar bank dan
juga diperjual belikan di travel, authorized money changer (perdagangan valuta asing)
dan tempat lainnya.
Travellers Cheque adalah cek wisata atau cek perjalanan yang biasanya digunkan oleh
mereka yang hendak bepergian atau sering dibawa oleh wisatawan. Travellers
Cheque diterbirkan dalam nominal tertentu seperti halnya uang kartal dan diterbitkan
dalam mata uang rupiah dan mata uang asing. Jenis-jenis Travellers Cheque yang
beredar dapat dilihat dari segi mata uang antara lain: Travellers Cheque mata uang
rupiah dan Travellers Cheque dalam valuta asing.
Letter of credit merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar arus barang (ekspor-impor) termasuk barang dalam negeri (antar pulau).
Kegunaan letter of credit untuk menampung dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dari
pihak pembeli (importir) maupun penjual (eksportir) dalam transaksi dagangnya.
Pengertian secara umum L/C merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan
nasabah (biasanya importir) untuk menyediakan dan membayar sejumlah uang tertentu
untuk kepentingan pihak ketiga (penerima L/C atau eksportir). L/C sering disebut dengan
kredit berdokumen atau documentary credit. Pembukuan L/C oleh importir dilakukan
nasabah melalui bank yang disebut opening bank atau issuing bank, sedangkan bank
eksportir merupakan bank pembayar terhadap barang yang diperdagangkan.
Bank Garansi yaitu jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak,
baik perorangan, perusahaan atau badan/lembaga lainnya dalam bentuk surat jaminan.
Pemberian jaminan dengan maksud bank menjamin akan memenuhi (membayar)
kewajiban-kewajiban dari pihak yang dijaminkan kepada pihak yang menerima jaminan,
apabila yang dijamin kemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajiban kepada pihak
lain sesuai dengan yang diperjanjikan atau cedera janji.
Di dalam pemberian fasilitas bank garansi ada tiga pihak terlibat yaitu: pihak penjamin
(bank), pihak terjamin (nasabah), dan pihak penerima jaminan (pihak ketiga). Adapun
bentuk jaminan lawan yang diberikan antara lain seperti: uang tunai, giro yang
dibekukan, sertifikat deposito, saham, obligasi, sertifikat tanah, dan jaminan lainnya.
Di dalam pasar modal pihak perbankan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
rangka memajukan perkembangan pasar modal. Perbankan mendukung setiap kegiatan
yang ada demi kelancaran transaksi pasar modal di bursa efek.
Jasa-jasa bank yang diberikan dalam rangka mendukung kelancaran transaksi di pasar
modal antara lain sebagai berikut:
1. Penjamin emisi (underwriter), yaitu bank sebagai penjamin terjualnya efek (saham
dan obligasi) sampai batas waktu tertentu.
2. Wali amanat (trustee), yaitu bank menjadi amanat dalam emisi obligasi.
3. Perantara perdagangan efek/pialang (broker), yaitu bank perantar jual beli efek.
4. Pedagang efek (dealer), yaitu bank berfungsi sebagai pedagang atau perantar jual
beli efek.
5. Perusahaan pengelola dana (investment company), yaitu bank sebagai pengelola
dana nasabah di bursa efek.