Anda di halaman 1dari 17

.

Prinsip-prinsip Dasar Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip


Syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda
utama dengan bank konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut
mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama kepada Al
Quran dan Hadist.Islam sebagai agama merupakan konsep yang
mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik
dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupuAda tiga
pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas


keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan
seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi
semata-mata untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang
mendapat amanah dari Allah.

Syariah : komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan


seorang muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun
dalam bidang muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi
dari akidah yang menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara


lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut
muamalah maliyah

Akhlaq : landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan


dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan
aqidah yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki
akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan “Tidaklah
sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah”n
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-
koridorprinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai


kontribusi dan resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana),
dan pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar
sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan
laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar
nasabah investor dapat mengetahui kondisi dananya
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rahmatan lil alamin.

PENGERTIAN KOPERASI

Koperasi adalah sebuah badan usaha yang sangat berorientasi kepada


menggerakan roda perekonomian masyarakat kecil. Koperasi juga
merupakan sebuah lawan dari jenis usaha berbadan retail yang tersebar
di seluruh indonesia seperti aneka swalayan modern dan sejenisnya.
Koperasi memiliki sejumlah asas yang sangat penting untuk
menggerakan roda koperasi itu sendiri, seperti asas keterbukaan,
sukarela dan tanpa paksaan,serta berorientasi kepada masyarakat kecil.
Oleh karenanya kooperasi memiliki SHU dimana anggota dari koperasi
tersebut akan memperoleh sejumlah dana di akhir tahun yang diperoleh
dari laba penjualan selama setahun. Pada prinsipnya terdapat dua
jenis koperasi, yaitu koperasi umum dengan kooperasi koperasi jasa
keuangan syariah.
Manfaat Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Koperasi yang bernafaskan syariah islam ini muncul dikarenakan


tuntutan dan juga kebutuhan dari masyarakat islam indonesia yang tidak
menyukai riba atau bunga didalam pinjaman. Secara singkat, sebuah
koperasi jasa keuangan syariah adalah sebuah jenis kooperasi yang
memiliki prinsip yang hampir identic dengan aneka kooperasi lainya,
hanya saja mereka tidak menerapkan bunga didalam pinjamanya, dan
menggunakan kesepakatan sebagai gantinya.

Kooperasi berbasis syariah ini merupakan sebuah kooperasi yang sangat


umum dan juga menjadi alternative yang bagus bagi masyarakat
indonesia yang mencari dan menginginkan pinjaman tanpa riba. Selain
itu, ada beberapa manfaat yang bisa anda dapatkan ketika anda
menggunakan jasa kooperasi ini, yaitu:

1. Menggerakan Ekonomi Masyarakat Kecil melalui Produk Akadnya

Kooperasi jasa keuangan artinya adalah anda mampu untuk melakukan


kegiatan pinjaman uang yang pada akhirnya akan mampu untuk
menggerakan roda perekonomian. Tentunya uang yang dipinjamkan
tidak asal dipinjamkan, melainkan pinjamanya harus memiliki aturan
dan fungsi yang jelas, seperti untuk modal bisnis, atau hal-hal yang
produktif sehingga masyarakat akan mampu untuk memutar roda
perekonomian secara produktif. Anda harus melampirkan rencana anda
ketika anda hendak meminjam uang ke kooperasi jenis ini sehingga
mereka akan yakin kepada anda dan bersedia untuk meminjamkan
uangnya kepada anda.
Akad-akad syariah pada KJKS membuatnya berpeluang menjadi
penggerak usaha rakyat kecil (UKM & UMKM)

2.Menyimpan uang atau menabung dengan Akad Syariah

Menabung sangatlah penting untuk kesejahteraan masyarakat karena


anda tidak bisa menerka masa depan anda. ada banyak sekali ancaman
yang bisa saja jatuh dan menimpa anda, seperti kecelakaan, sakit,
kematian dan banyak hal lainya. anda juga harus mempersiapkan bekal
pendidkan anak anda, dan juga keluarga anda lainya sehingga anda tidak
akan berkesulitan di masa depan.

Anda bisa menyimpan uang anda di koperasi jasa keuangan syariah yang
nantinya uang anda akan diputar oleh kooperasi tersebut dan menjadi
sebuah uang yang produktif untuk daerah anda, melalui produk-produk
syariahnya

3. Menyediakan kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau

Salah satu keunggulan dari koperasi syariah dalam pertanian adalah,


bahwa kooperasi menyedikan aneka jenis kebutuhan masyarakat seperti
kebutuhan pertanian, perkebunan dan lainya dengan harga yang sangat
terjangkau jika dibandingkan dengan toko serba ada yang beredar di
indonesia.

Selain itu jika anda membeli barang-barang di kooperasi yang mana


anda sebagai anggota didalamnya juga, anda bisa mendapatkan aneka
jenis keuntungan yang sangat menguntungkan untuk anda dalam bentuk
SHU.
Koperasi jasa keuangan syariah adalah sebuah alternative dari jenis
kooperasi lainya yang mungkin anda bisa gunakan jasanya. Kooperasi
syariah yang jelas menerapkan prinsip-prinsip islam yaitu untuk
menghilangkan bunga pinjaman dan juga menggantinya dengan praktik
akad atau perjanjian didalam pinjaman.

Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena


ada kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking
system dalam perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah
menempatkan subsistem syariah sebagai alternatif dari subsistem
konvensional, khususnya dalam pelayanan baik dalam untuk memenuhi
kebutuhan (permintaan) dana maupun memanfaatkan kelebihan
(penawaran) dana di masyarakat.

Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip


syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam
sistem syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar “perkiraan”
maupun perhitungan “bunga” (yang umumnya menjadi dasar
perhitungan dalam bisnis keuangan – simpan pinjam secara kon-
vensional).
Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba)
yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perla-
kuan transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidak-
jelasan.

Dengan demikian dalam konsep syariah semua aplikasi transaksi yang


berkaitan atau berhubungan dan bersinggungan dengan komponen “bu-
nga” dihindari, dan sebagai gantinya dalam rangka memperoleh penda-
patan melalui transaksi keuangan, harus dilakukan berdasar kesepakatan
perjanjian (akad) yang umumnya bertumpu pada konsep “bagi hasil”.

Konsep itu secara luas telah mendorong terwujudnya “kesetaraan” bagi


semua pihak yang terlibat dalam kesepakatannya. Untuk itu kesepakatan
yang dibangun dengan prinsip saling menguntungkan (menanggung
risiko secara proporsional) dan rasional di antara mereka yang mela-
kukan akad harus dapat dilakukan berdasar kaidah-kaidah yang diha-
lalkan menurut ketentuan al Quran dan as Sunnah.

Cara tersebut dianggap dapat membantu menghindarkan proses


eksploitasi oleh satu pihak pada pihak lain. Demikian pula risiko harus
dapat diterima sebagai suatu kondisi, yang perlu dikendalikan secara
bersama, namun tetap harus diterima (tidak boleh diingkari) sepenuhnya
apabila ternyata risiko itu terjadi.

Dampaknya, dalam transaksi syariah diperlukan pemahaman tentang apa


yang disepakatinya, khususnya dalam setiap produk jasa syariah yang
tersedia.
Pemahaman itu di antaranya harus dapat diarahkan untuk memperoleh
pengertian dan lingkup dari komponen, berupa tujuan, manfaat yang di-
peroleh, risiko yang mungkin dihadapi, serta ketentuan yang harus di-
ikuti atau dipenuhi serta diawasi.

Berbagai produk layanan syariah itu didefinisikan dan diatur oleh


Dewan Syariah Nasional melalui sejumlah fatwanya. Aplikasinya harus
didukung oleh pemahaman kedua belah pihak yang bekerja sama, dan
hasilnya diwujudkan melalui keputusan yang tercantum dalam “akad
keuangan syariah”.

Dalam kelembagaannya, koperasi jasa keuangan syariah secara rasional


juga dituntut untuk bertindak hati-hati (prudent), karena mereka
mengemban amanah pengelolaan “milik anggotanya”, melalui penye-
lenggaraan berbagai upaya memanaj usahanya dengan efektif.

Mengapa harus demikian, karena mereka juga akan dan dapat mengha-
dapi masalah, sebagai dampak kondisi lingkungan yang tidak mengun-
tungkan. Untuk itu para pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau
Unit Jasa Keuangan Syariah, perlu menyadari dan memberikan perhatian
secara cukup dan cermat terhadap pola manajemen usahanya.
Polanya harus dapat membantu mereka untuk peka dan sekaligus dapat
mengarahkan pada terwujudnya prinsip kehati-hatian, itu berarti bahwa
pola manajemennya harus dapat mengendalikan dan mengarahkan setiap
pelaku dalam lembaga koperasi jasa keuangan syariah untuk bertindak
berdasar prinsip dan tata aturan yang ditetapkan.

Evaluasi terhadap efektivitas pola manajemen usahanya perlu pula dila-


kukan dengan konsisten, karena mereka sangat tergantung pada kete-
patan dan “kepekaan” keputusan dan tindakan dalam memanfaatkan ber-
bagai peluang yang tersedia serta akad yang dibuatnya.

Faktor Kritis Usaha Syariah


Berdasar hal tersebut rangkaian upaya penerapan kaidah-kaidah usaha
syariah dalam praktik merupakan faktor kritis dalam pengembangan ko-
perasi maupun unit jasa keuangan usaha syariah.

Namun demikian harus diakui bahwa pendekatan sistem syariah justru


memiliki kesesuaian dalam mendukung aplikasi nilai-nilai kebersamaan
dan “tanggung jawab” anggota dalam prinsip koperasi.

Untuk itu pola manajemen usaha syariah yang komprehensif dan ber-
kemampuan mengakomodasi kaidah dan prinsip syariah harus dapat
disandingkan dengan aplikasi nilai-nilai dan prinsip koperasi yang men-
cirikan identitas koperasinya. Perlu dicatat bahwa konsep syariah di-
terapkan sebagai alternatif sistem pelayanan dalam proses pemenuhan
kebutuhan dana dan pemanfaatan dana berlebih dalam masyarakat.

Pola manajemen usaha syariah, karena itu bukan saja diharapkan mampu
mengaplikasikan kaidah dan prinsip syariah sebagaimana diharapkan,
melainkan juga dapat memotivasi atau mendorong terlaksananya nilai-
nilai dan prinsip-prinsip koperasi dalam operasionalisasi langkah, tin-
dakan serta sikap dan perilaku para anggota koperasinya.
Dengan model syariah, upaya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
anggota dan pengelolaan kelebihan dana di masyarakat diharapkan dapat
dilakukan secara konsisten dengan berbagai ketentuan syariah, sehingga
para pengelola maupun para anggota yang akan melakukan akad sesuai
dengan perjanjian yang dipilihnya juga diharapkan berfikir dalam
konteks syariah, apabila diharapkan langkahnya dapat konsisten.

Dengan demikian diperlukan sekali tersedianya pembina dalam mem-


bantu mengawal dan mengarahkan aplikasi konsep syariah dalam lem-
baga koperasi jasa keuangan syariah, yang berbeda operasionalisasi dan
tata cara pelayanannya dengan umumnya lembaga perbankan syariah.

Apa yang serupa adalah prinsip dan kaidahnya, namun aplikasinya ada
ketentuan dan pola koperasi yang harus diterima sebagai cirinya.
Mingkin fungsi dan tugas Dewan Syariah Nasional dan Dewan
Pengawas Syariah akan bertambah kompleks dengan adanya lembaga
koperasi jasa keuangan syariah serta unit jasa keuangan syariah ini.

Faktor kritis lainnya dalam aplikasi prinsip syariah adalah keberhasilan


proses tranformasi yang terjadi. Bagi lembaga koperasi atau lembaga
keuangan lainnya yang sudah menerapkan kaidah dan prinsip syariah,
masih memerlukan berbagai penyesuaian sehingga aplikasi konsep
syariahnya tidak hanya sekadar mengambil sistemnya saja tanpa
menerapkan kaidah-kaidah yang melandasi proses pengambilan
keputusannya.

Contoh yang menarik dan menjadi tantangan, adalah menetapkan nisbah


maupun marjin yang dapat memberikan pendapatan bagi pihak-pihak
yang terikat dalam akad. Apakah ada referensi atau ketentuan
pembanding untuk menetapkan nisbah, dalam pengertian sampai berapa
jauh informasi itu diketahui oleh khususnya anggota. Hal itu dapat
menjadi bahan kajian, karena kalau salah satu pihak tidak memiliki
informasi yang setara luas dan dalamnya, membuat akad tidak sah.

Pola Manajemen Usaha yang Mana?


Kalau bicara manajemen tentu harus berlaku untuk aplikasi semua sis-
tem, karena konsep manajemen adalah konsep untuk mewujudkan efi-
siensi kerja dalam menggunakan sumberdaya dan mencapai efektifitas
melalui orang lain. Namun, aplikasinya sangat dipengaruhi oleh nilai-
nilai yang dianut dan digunakan oleh kelompoknya. Itu berarti bahwa
kaidah syariah, yang memuat dasar ketentuan “bagi hasil” sebagai
sarana memperoleh pendapatan dalam akad pembiayaan (pinjaman,
pembiayaan bersama maupun pembelian barang) harus memberi warna
dominan dalam proses manajemen usahanya. Warna itu akan
mempengaruhi orientasi visi dan misi lembaganya, yang pasti tidak
untuk mencari “laba” dalam arti luas, sehingga harus dicari wujud ke-
unggulan lainnya.

Dalam hal itu konsep syariah seharusnya dapat menjadi lebih efektif,
mengingat organisasi koperasi juga tidak dimaksudkan untuk mencari
laba, Lembaga ini lebih dimaksudkan (secara konseptual) untuk
membantu mengembangkan kemampuan para anggotanya, baik dalam
berusaha maupun dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Karenanya
pengurus koperasi bekerja untuk menampung dan mengarahkan serta
membangun kemampuan dalam memenuhi tuntutan dan kehendak
pelayanan rasional dari para anggotanya. Beban yang ditanggung
pengurus adalah amanah anggota. Karena itu pengurus koperasi juga
“tidak boleh” ditempatkan “berlawanan” dengan anggota. Mereka harus
menjadi motor dan sekaligus ujung tombak kelompok anggota dalam
memenuhi kebutuhannya. Untuk itu berlaku nilai-nilai demokratis dalam
koperasi sehingga ada rasa kebersamaan, kesetiakawanan maupun ke-
keluargaan.

Jadi, kalau referensi ini digunakan maka dalam menyusun perjanjian


(akad) untuk menerapkan kaidah dan prinsip syariah, sudah semestinya
tidak tidak terlalu sulit. Pengurus dapat mewarnai pola dan proses
aplikasi manajemen syariahnya berdasar hal-hal yang memang harus
diterapkan dalam koperasi. Karena itu rumusan berbagai bentuk aturan,
seperti satu suara untuk satu anggota, atau rapat anggota sebagai
lembaga tertinggi (kekuasaannya, absolut) dalam koperasi dapat selaras
dengan aplikasi kaidah dan prinsip syariah yang mengatur bagaimana
perjanjian itu dilakukan menurut ketentuan hukum Islam.
Sebagai satu sistem, maka kegiatan usaha syariah memiliki tujuan meng-
hasilkan pendapatan yang memadai bagi kelompoknya. Dalam kaitannya
dengan bisnis keuangan yang dilakukan maka sistem tersebut diharap-
kan dapat mendukung terwujudnya dinamika organisasi koperasi ber-
sangkutan yaitu terlayaninya para anggota secara komprehensif. Jadi, ja-
ngan sampai kaidah dan prinsip syariah digunakan sekadar untuk
“pemanis” atau mengikuti tren. Karena itu hal tersebut harus nampak
dalam pola manajemennya, yang hendaknya berorientasi pada
kepentingan “musyawarah mufakat” dengan dasar syariah. Selain itu se-
mua pelaku dalam penyelenggaraan manajemen lembaganya, juga harus
menunjukkan sikap patuh pada setiap akad yang dibuat, baik dalam
kaitan pemenuhan kepentingan internal maupun lebih lagi ke pihak
eksternal.

Pola manajemennya harus menunjukkan dan benar-benar menjunjung


tinggi nilai “kejujuran” dan “keterbukaan” dalam meraih pendapatan. Ti-
dak boleh ada informasi yang tertutup diantara pihak yang membuat
akad, dan sekaligus diamankan kerahasiannya diantara mereka. Hal-hal
dimaksud dalam kaidah syariah diartikan sebagai menerima “nilai-nilai
luhur yang diberlakukan” di wilayah tertentu, sehingga wujud aplikasi
syariahnya dapat lebih adaptif tanpa harus meninggalkan ketentuan
dasarnya. Dengan demikian syarat yang harus dipenuhi yaitu bahwa
materi pokoknya (zat) harus halal, selain tata cara untuk memperoleh
atau mengelolanya juga harus halal, serta penggunaan hasilnya juga
harus halal dapat dipenuhi secara operasional.

Untuk menjaga nilainya secara sungguh tentu diperlukan proses pembi-


naan, melalui pendidikan yang berkaitan dengan penjelasan dan aplikasi
kaidah dan prinsip-prinsip syariah, misalnya dengan menjelaskan
berbagai produk maupun ketentuan fatwa tentang produk syariah dari
Dewan Syariah Nasional Halal di sini mempunyai pengertian tidak
mengandung aspek-aspek yang diharamkan menurut syariat Islam.
Persyaratan semacam itulah yang menurut hemat kami, menjadi
landasan utama dari Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas
Syariah dalam melakukan tugasnya.
Untuk itu pengembangan pola manajemen bagi lembaga koperasi jasa
keuangan syariah maupun unit koperasinya dapat dikembangkan secara
bertahap dengan melakukan pengembangan di masing-masing manaje-
men fungsinya.

Apa pernyataannya, baik untuk menetapkan fatwanya, maupun dalam


proses melakukan pengawasan kegiatan, dengan maksud agar tidak me-
nimbulkan penyimpangan. Dengan fatwa tersebut berdasar landasan sis-
tem, model syariah sudah dapat dikatagorikan sebagai model yang dapat
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku. Tentu perubahannya akan terjadi
selama perkembangan selanjutnya berlangsung, sehingga kehadiran fat-
wa dari Dewan Syariah Nasional atau petunjuk dan perbaikan dari
Dewan Pengawas Syariah sangat diharapkan sama cepatnya untuk
diwujudkan, sehubungan dengan adanya perubahan yang terjadi akhir-
akhir ini dalam lingkungan bisnis. Kondisi seperti itu sangat diharapkan
untuk dapat dijelaskan bagi masyarakat awam, guna tidak menimbulkan
keraguan, khususnya di kalangan umat Islam tentang citra dan prestasi
lembaga keuangan syariah.

Itulah sebagian faktor kritis yang terkait dengan proses penerapan dan
pengembangan kaidah-kaidah syariah dalam aplikasi distribusi dan pe-
nampungan dana masyarakat yang kecil-kecil.

Oleh: Soebroto Hadisoegondo


Tenaga ahli Kantor Kementerian Koperasi dan UKM
Awal koperasi berbasis syariah atau koperasi yang menganut nilai nilai
islam awalnya dalam bentuk penguyuban usaha yang bernama Syarikat
Dagang Islam (SDI). SDI sendiri sendiri didirikan oleh H. Samanhudi
dikota Solo, Jawa Tengah. Anggota SDI diisi mayoritas pedagang
muslim, khususnya pedagang batik.
Koperasi syariah mulai tumbuh dan berkembang ketika banyak yang
menyikapi tentang maraknya pertumbuhan Baitul Maal Mattamwil
(BMT)di indonesia. BMT pertama kali berdiri di indonesia adalah BMT
Bina Insan Kamil pada tahun 1992 di Jakarta. BMT juga memberikan
warna sendiri bagi prekonomian masyarakat khususnya bagi kalangan
akar rumput (grassroot). Perkembangan MBT begitu pesat hingga 2001,
tercatat ada 2938 BMT terdaftar dan 1828 yang melaporkan kegiatan
usahanya. Sampai dengan 2003 sebanyak 3.200 BMT berhasil diinisiasi
yang tersebut diseluruh 27 provinsi, sekaligus membuktikan bahwa BMT
sangat dibutuhkan masyarakat kecil menegah.
Kendati demikian, keberlangsungan BMT bukan tanpa hambatan,
berdasarkan Undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan
menyebutkan segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana
masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dalam bentuk kredit
harus berbentuk bank (sesuai pasal 28).
Daftar isi
Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi syariah atau koperasi jasa keuangan syariah adalah koperasi
yang dijalankan yang kegiatan usahanya bergerak dalam bidang
pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Dengan begitu semua koperasi jasa keuangan syariah telah memiliki
payung hukum dan diakui dengan catatan memenuhi ketentuan dalam
perundang-undangan yang berlaku.
Sedangakan koperasi jasa keuangan syariah Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) ialah usaha balai mandiri terpadu dimana kegiatan
usahanya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk
meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil, bawah dan
menengah dengan mendorong kegiatan menabung serta menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.
Pengertian Biatul mal menurut istilah adalah lembaga keungan yang
berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menabung serta
menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infak, sedekah yang
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan sunnah
Rasullah.
Menurut Muhammad, pengertian baitul maal adalah suatu bada yang
bertugas mengumpulkan, mengelola serta menyalurkan zakat, infak, dan
sodaqoh yang bersifat sosial orieted, dan baitul tamwil adalah suatu
lembaga yang bertugas menghimpun, mengelola serta menyalurkan dana
untuk suatu tujuan profit oriented (keuntungan) dengan pola bagi hasil.
Dengan begitu dapat disimpulkan Koperasi jasa keuagan Syariah BMT
adalah lembaga yang bersifat sosial keagamaan sekaligus komersial.

Koperasi jasa keuangan syariah berlandaskan atas syariat

1. islam yakni al-qur’an dan hadis.


2. Undang-undang Republik Indonesia No.25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
4. Keputusan Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.91/Kep/M,KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan syariah.
5. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Republik Indonesia No.21/Per/M.KUKM/XI/ tentang Pedoman
Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.35 3/Per/M.KUKM/X2007
tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa
Keuangan Syariah.

Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Syariah


Untuk mendorong pertumbuhan koperasi jasa keuangan syariah, koperasi
sebagai jasa keuangan yang profesional, mandiri, serta dapat melayani
anggota berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, maka KJKS/UJKS harus
memiliki visi, misi, & tujuan yang jelas secara tertulis.

Tujuan
Tujuan utama pendirian koperasi jasa keuangan syariah adalah sebagai
lembaga prekonomia umat, baiutal maal wat tamwil yang memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
Pada KJKS Al – Fath memiliki tujuan “ untuk meningkatkan
kesejahteraan jasmani dan rohani serta memiliki posisi tawar (daya saing)
anggota serta mitra binaan dan masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan pendukung lainnya.
Produk – produk KJKS/UJKS
Dalam kegaitan operasionalnya, yakni melayani masyarakat, KJKS
memiliki dua kegiatan utama yaitu simpanan mudharabah dan
pembiayaan.

1. Simpanan Mudharabah

Adalah simpanan yang dilakukan oleh pemilik dana/anggota (shahibul


maal), yang selanjutnya akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan dimuka berdasarkan persentase pendapatan (nisbah),
misalnya 25-30% dari pendapatan per Rp1.000.000 tiap akhir bulan &
dapat disimpan maupun ditarik setiap jam kerja. Adapun jenis jenis
simpanan yang digunakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah
sebagai berikut:

 Simpanan sukarela. Merupakan simpanan dalam


bentuk investasi yang sangat menguntungkan bagi nasabah. Sebab
BMT Fastabiq akan menghitung simpanan yang diinvestasikan
dengan menggunakan saldo rata-rata harian. Penyetor dan
pengambilan investasi sukarela dapat dilakukan dengan mudah dan
cepat pada setiap jam kerja di seluruh kantor BMT cabang BMT
Fastabiq.
 Simpanan masa depan. Nasabah yang memiliki keinginan untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik dengan rencana matang yang
telah disusun. Untuk itulah diciptakan Simpanan Masa Depan untuk
membantu mewujudkan rencana besar melalui investasi yang
berpedoman pada prinsip – prinsip syariah dengan hasil yang
menguntungkan.
 Simpanan Sukarela Berjangka). Kemudahan dalam bertransaksi
merupakan prinsip BMT Fastabiq dalam melayai kebutuhan
masyarakat. Investasi simpanan sukarela berjangka memberikan
kemudahan berinvestasi, sebab memberikan hasil yang begitu
menarik. Dana yang penuh amanah dengan menggunakan
profesional kerja, agar mendapatkan berkah.
 Simpanan untuk Qurban: “ Kamu sekali-kali tidak akan sampai
kepada kebijakan sebelum kamu menafkahkan harta yang kamu
cintai (QS. Ali Imron:92)
 Simpelpres( Simpanan Pelajar Prestasi): menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap orang. Namun dalam menuntut ilmu perlu ada
perencanaan agar tidak mengalami kesulitan di tengah jalan.
Simpanan Pelajar Prestasi dapat membantu anda untuk
merencanakan pendidikan dengan program investasi simpanan
pelajar prestasi.
 Simpanan Haji Mabrur: mengerjakan haji merupakan kewajiban
terhadap Allah, yakni bagi siapa yang telah sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah (QS. Ali Imron 97). Ibadah haji meurpakan
kewajiban bagi setiap muslim yang mampu. Melalui program ini
berusaha membantu anda merencanakan niat suci anda menunaikan
ibadah haji ke Baitullah.

2.Pembiayaan
Merupakn kegiatan koperasi jasa keuangan syariah dalam hal
menyalurkan dana kepada masyarakat melalui melalui pinjaman untuk
keperluan menjalankan usaha yang ditekuni oleh nasabah/anggota sesuai
dengan prosedur maupun ketentuan yang berlaku serta kesepakatan
bersama. Produk pembiayaan koperasi syariah dikelompokkan menjadi
beberapa macam, yakni:

 Mudharabah, suatu perjanjian antara pemilik dana (shahibul maal)


dengan pengelola dana anggota (mudharib) dimana keuntungannya
dibagi menurut rasio/nisbah yang telah disepakati bersama.
Bilamana terjadi kerugian, maka shahibul maal menanggung
kerugian dana, sedangkan mudharib menanggung kerugiaan
pelayanan material dan kehilangan imbalan kerja.
 Musyarakah, perjanjian kerjasama antara anggota dengan kJKS
dimana modal dari kedua belah pihak digabungkan untuk usaha
tertentu yang akan dijalankan anggota. Keuntungan dan kerugian
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan dimuka dan bersifat
adil antara kedua belah pihak.
 Bai bitsman ajil, yaitu proses jual beli dimana KJKS menalangi
terlebih dahulu kepada anggota dalam pembelian suatu barang
tertentu yang dibutuhkan. Selanjutnya anggota akan membayar
harga dasar dan keuntungan yang disepakati kepada KJKS secara
mengangsur atau kredit.
 Murabahah, hampir sama dengan bai bitsman ajil, perbedaannya
terdapat dari segi pembayarannya. Akan murabahah dilakukan oleh
anggota sebelum jatuh tempo pada waktu yang telah disepkati.
 Qardhul hasan, yaitu pembiayaan kebajikan yang berasal dari baitul
maal dimana anggota yang menerimanya hanya membayar
pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan zakat infaq dan
shadaqah (ZIS)
 Ijaroh, adalah akan pembiayaan yang merupakan talangan dana
untuk pengadaan barang tertetu ditambah dengan keuntungan mark
up yang disepakati dengan swa tanpa diakhiri dengan kepemilikan.

Lihat juga:

Anda mungkin juga menyukai