NIM : 031142394
PROGRAM STUDI : EKONOMI SYARIAH
MATA KULIAH : PANCASILA (MKWU 4110)
UPBJJ PEKANBARU
1. Ibn al-Qayyim (wafat 751 H) berpendapat dinar dan dirham adalah nilai harga barang
komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai harga
komoditas. Menurut konsep islam uang tidak indentik dengan modal, uang adalah public
goods, modal adalah private goods, uang adalah flow concept, modal sebagai stock
concept
2. Ekonomi islam mendefinisikan uang adalah sebagai fasilitator atau mediasi pertukaran
(medium of exchange), bukan komoditas yang dapat dipertukarkan dan disimpan sebagai
asset dan kekayaan individu. Dalam konsep syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow
concept dan merupakan public goods. Uang yang mengalir adalah public goods. Oleh
karena itu dalam islam diharamkan melakukan praktek riba dan dilarang untuk melakukan
penimbunan. Konsep uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan konsep uang
dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas
bahwa uang itu adalah uang, uang bukan capital. Dalam konsep ekonomi Islam uang
adalah milik masyarakat (money is public goods ). Barang siapa yang menimbun uang atau
dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat
mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya
tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli.
Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di samping itu
penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak
baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak
baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian.
Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan.
A.Karim (2007) mengatakan bahwa dengan konsep yang yang dikemukakan dalam
ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan
secara bolak-balik (interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.
3. Lembaga keuangan syariah menjadi salah satu pilihan sebagian orang untuk melakukan
transaksi yang sesuai dengan syariat Islam. Hal ini terbukti dari data Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang mencatat aset keuangan berbasis syariah di Indonesia sudah
mencapai Rp 1.836 triliun per Februari 2021 dan total tersebut meningkat dibandingkan
pada Desember 2020. Aset tercatat dari setiap transaksi dalam lembaga keuangan syariah
yang ada di Indonesia. Lembaga keuangan syariah adalah sebuah badan usaha yang
kegiatannya di bidang keuangan syariah dan asetnya berupa keuangan maupun non
keuangan berdasarkan prinsip syariah Islam. Setiap kegiatan operasional di dalamnya
tidak boleh mengandung unsur riba atau pun unsur yang dilarang dalam agama Islam.
Peran lembaga keuangan syariah saat ini semakin dibutuhkan untuk kegiatan menabung,
pembiayaan, investasi, asuransi dan lain-lain. Lembaga keuangan syariah juga berperan
penting dalam sistem keuangan ekonomi modern untuk melayani masyarakat.
Berikut ini beberapa lembaga keuangan syariah yang ada di Indonesia, di antaranya:
➢ Bank Syariah
Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
atau prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan
prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan
obyek yang haram, sebagaimana yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.
Sementara itu, konsep penyaluran dana dalam lembaga perbankan syariah dapat
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu 1) pembiayaan dengan prinsip jual
beli (ba’i), 2) pembiayaan dengan prinsip sewa (jarah), 3) pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil (syirkah), 4) pembiayaan dengan akad pelengkap.
Selain bank, tempat gadai juga termasuk lembaga keuangan syariah yang sudah
beroperasi di Indonesia. Tempat gadai umumnya menyediakan layanan pembiayaan
uang dengan jaminan barang atau surat berharga sebagai salah satu persyaratan.
Biasanya nasabah yang ingin meminjam uang ke lembaga keuangan syariah ini wajib
menyerahkan suatu barang untuk dijadikan jaminan (barang gadai).
Selain itu, akad utama yang digunakan pada produk tempat gadai syariah adalah akad
rahn. Dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Nomor 25/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn dijelaskan bahwa pembiayaan dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan beberapa ketentuan yang
berlaku.
Sama seperti jenis koperasi lain, koperasi simpan pinjam menerapkan asas
kekeluargaan dalam setiap proses operasionalnya. Namun, untuk koperasi yang
berlandaskan syariat Islam, para anggota harus menerapkan akad atau prinsip syariah
yang berlaku. Umumnya, lembaga keuangan syariah ini menerapkan akad wadi’ah dan
akad mudharabah.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), asuransi syariah adalah usaha tolong
menolong dan saling melindungi di antara para peserta yang penerapan dan prinsip
hukumnya sesuai syariat Islam. Lembaga keuangan syariah ini dapat diniatkan sebagai
ikhtiar persiapan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya risiko. Asuransi syariah
umumnya dijalankan berdasarkan tiga jenis akad, di antaranya akad mudharabah, akad
tabarru’, akad mudharabah musytarakah, dan akad wakalah bil ujrah. Sama seperti
asuransi konvensional, lembaga keuangan syariah yang satu ini terdiri atas beberapa
produk, yaitu asuransi pendidikan, asuransi kendaraan, asuransi jiwa, dan lain
sebagainya.
4. Prinsip 5C merupakan yang utama untuk memberikan kredit kepada nasabah. Prinsip
ini terdiri dari lima poin, diantaranya yaitu character, capacity, capital, collateral, dan
condition. Dari lima poin tersebut, kemudian pihak bank akan menganalisis dan
memutuskan apakah calon debitur akan menerima persetujuan kredit. Penjelasan
Mengenai Prinsip 5C : Prinsip 5C adalah prinsip yang utama untuk melihat kemampuan
nasabah dalam menerima kredit yang diajukan. Prinsip mengenai pengajuan kredit
tidak hanya ditujukan pada kemampuan ekonomi saja, tetapi juga personality dan latar
belakang pihak pengaju.
Untuk lebih jelasnya, mari simak masing-masing uraian mengenai prinsip 5C. Penjelasan
mengenai prinsip 5C penting untuk mempersiapkan diri sebelum mengajukan kredit.
● Capacity
Capacity merupakan kemampuan pihak debitur untuk melunasi kredit yang diajukan.
Kriteria ini dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu pendapatan dan kondisi usaha atau perusahaan
yang dimiliki.Dengan prinsip ini, bank berusaha untuk menilai kemampuan debitur untuk
mengembalikan kredit terkait dengan kemampuan mereka untuk menjalankan bisnis yang
dimiliki dan menghasilkan keuntungan. Semakin banyak sumber pendapatan, semakin besar
kemampuan untuk mengembalikan kredit. Ketika usaha yang dijalankan memiliki banyak
permasalahan terutama di bagian keuangan, maka pihak pemberi kredit dapat menolak
pengajuan yang dilakukan. Hal ini untuk menghindari risiko kredit yang sering terjadi.
● Collateral
Collateral merupakan jaminan yang akan diserahkan pada pihak bank. Jaminan tentu
tidak asing lagi di telinga. Jaminan dapat menjadi penentu apakah kredit disetujui atau ditolak.
Jaminan berfungsi sebagai pelindung bank ketika nasabah tidak dapat melunasi kredit yang
diberikan. Ketika kredit gagal dibayarkan, maka aset yang dijadikan jaminan akan disita dan
menjadi milik pihak bank.
● Character
Karakter sebenarnya menjadi kriteria awal yang akan dinilai. Pihak bank akan
melakukan wawancara untuk menilai sikap hingga latar belakang calon debitur. Hal ini penting
untuk menilai kesungguhan dalam mengajukan kredit. Beberapa hal yang akan memberatkan
proses persetujuan antara lain adanya catatan criminal, sikap yang kurang baik, hingga riwayat
kredit yang buruk.
● Capital
Capital khususnya merupakan kriteria bagi nasabah yang mengajukan kredit usaha.
Pihak bank perlu mengetahui modal yang dimiliki sebelum memberikan persetujuan. Dalam
proses ini, bank dapat melihat catatan keuangan dari bisnis yang dijalankan. Setelah itu, akan
diputuskan apakah nasabah tersebut layak untuk menerima persetujuan atau tidak.
● Condition
Condition merupakan kondisi ekonomi pihak pengaju kredit. Kondisi ekonomi ini
dapat menjadi acuan apakah seseorang mampu membayar kredit yang diberikan pihak bank.
Kondisi ekonomi atau usaha yang kurang stabil akan menjadi pertimbangan untuk memberikan
persetujuan kredit.