Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nadya Fitriani

NPM: 10090320241
Kelas : H

TUGAS 2 RESUME
MAN KEUANGAN ISLAM

Sistem Keuangan Islam dan Lembaga Keuangan Islam


Sistem keuangan islam
▪ Pengertian prinsip islam
Prinsip syariah menurut undang-undang No.10 tahun 1998(Bab I perihal ketentuan
umum pasal I ayat 13)
“Prinsip syariah adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musharakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah) atau pembiayaan modal berdasarkan sewa muni tapa pilihan
(ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).”
Sedangkan pada Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 12 UU no.21 tahun 2008
"Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
bahwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa dibidang syariah."
▪ Pengertian akad
Akad merupakan hal yang sangat penting dalam syarat sahnya sebuah transaksi
berbasis syariah. Transaksi yang dilakukan dalam lembaga keuangan syariah
menggunakan jenis akad yang berbeda-beda sesuai kebutuhan kedua belah pihak Pada
intinya, akad mengikat kedua belah pihak yang terikat untu melaksanakan kewajiban
mereka masing-masing berdasarkan kesepakatan terlebih dahulu, terms and condiotion
sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik. Bila dilanggar maka sanksi yang diterima
sesuai dengan awal kontrak. Semua akad yang dilakukan secara sah berlaku sebagai
nash syariah bagi mereka yang mengadakan akad. Suatu akad dapat dibatalkan oleh
pihak yang berhutang, jika pihak yang berhutang terbukti melakukan perbuatan yang
merugikan pihak yang berpiutang.
Akad dilakukan berdasarkan asas berikut (ifham,2015)
a. Ikhriyari/sukarela: setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak yang
berakad,tanpa paksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain
b. Amanah/menepati janji: setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai
dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada sat yang
sama terhindar dari cedera janji
c. Ikhyati/kehati-hatian, setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.
d. Luzum/tidak berubah, setiap akad dilakukan dengan jelas dan perhitungan yang
cermat sehingga terhindar dari praktik spekulasi (masyir).
e. saling menguntungkan, setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan
para pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu
pihak
f. Taswivah/kesetaraan, para pihak dalam akad mempunyai kedudukan yang sama
dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
g. Transparansi, setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak
dengan terbuka
h. Kemampuan /setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak
schingga tidak membebani yang bersangkutan
i. Taisir/ Kemudahan. setiap aakad dilakukan dengan cara saling memberi
kemudahan kepada masing-masing pihak untuk melaksanakan sesuai
kebutuhan.
j. itikad baik, akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak
mengandumg unsur jebakan dan perbuntan buruknya.
k. Sebab yang halal, tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh
undang-undang dan tidak harum

Lembaga Keuangan Islam


▪ Bank Syariah
Bank syariah merupakan bank yang dijalankan berdasarkan Islam/syariah.
Konsekuensi bank yang berlabel syariah tidaklah mudah, bank tersebut punya tanggung
jawab mengacu pada ketentuan syariah. Secara tidak langsung ada ikrar/janji akan
melaksanakan syariah dan ajaran Islam terlepas dari sesungguhnya mampu atau tidak
dalam menjalankan syariah secara keseluruhan. Bila memang tidak sesuai dalam
menjalankan syariat Islam masyarakat berhak untuk tidak memilih bertransaksi di bank
syariah tersebut.
Ketentuan yang harus dilaksanakan dalam bank syariah adalah Dewan Syariah
Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Undang-undang Perbankan Syariah,
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI), Peraturan Bank Indonesia (PBI) untuk bank
syariah, Peraturan OJK (POJK) untuk bank syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah (PAPSI), Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (PSAS), regulasi
internasional, seperti AAOIFI dan IFSB standar.
Ada tiga jenis bank syariah, yaitu:
1. Bank Umum Syariah (BUS), seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Indonesia
2. Unit Usaha Syariah (UUS), seperti US CIMB Bank Niaga Syariah, Bank Danamon
Syariah, dll.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), seperti BPRS As Salam, Harta Insan
▪ Asuransi Syariah
Asuransi ini didirikan berlandaskan kebijakan Departemen Keuangan Indonesia
karena saat itu belum ada peraturan atau undangundang yang terkait asuransi syariah.
Perjanjian asuransi bertujuan untuk membagi tingkat risiko antara penderita musibah
dengan perusahaan asuransi dalam berbagai aspek kehidupan. Perjanjian ini belum ada
pada era Rasulullah sehingga masih jadi perdebatan para ulama. Kebutuhan akan
adanya jasa asuransi syariah dimulai dengan berdirinya bank-bank syariah.
Pada tanggal 27 Juli 1993 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia dan perusahaan
Asuransi Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian asuransi takaful. Dalam
operasionalnya perusahaan asuransi takaful melakukan kerja sama dengan para peserta
takaful (pemegang polis asuransi) atas dasar prinsip mudharabah.
Menurut Imaniyati (2010) beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional sebagai berikut:
a. Keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam perusahaan syariah;
lembaga ini bertugas melakukan pengawasan manajemen, produk, serta kebijakan
investasi agar sesuai dengan syariah.
b. Prinsip asuransi syariah adalah takaful (tolong-menolong), sedangkan prinsip
asuransi kovensional tadabuli (iualbeli) antara nasabah dan perusahaan.
c. Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) dinvestasikan pada perusahaan lain
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil, sedangkan asuransi konvensional
dilakukan pada perusahaan lain dengan sistem bunga.
d. Premi yang terkumpul diperlakukan sebagai milik nasabah. Perusahaan hanya
memegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional premi
menjadi milik perusahaan dan memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dananya.
e. Saat pembayaran klaim nasabah dana diambil dari rekening tabarru' seluruh peserta
yang sudah dikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong jika ada peserta yang
terkena musibah. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana diambil dari
rekening perusahaan.
f. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil, sedangkan pada asuransi
konvensional keuntungan menjadi milik perusahaan jika tidak ada klaim nasabah
tidak mendapatkan apa-apa.
▪ Reksadan Syariah
Reksa dana syariah mengandung pengertian sebagai reksa dana yang dikelola
dan kebijakan investasinya berdasarkan syariat Islam. Reksa dana syariah dalam
operasionalnya tidak menginvestasikan dana pada saham-saham atau obligasi dari
perusahaan yang pengelolaannya bertentangan dengan label Islam. Pada tahun 1997
BAPEPAM mewadahi investor muslim dengan nama Reksa Dana Syariah. Tahun 2000
dihadirkan produk reksa dana syariah yang baru dengan nama Reksa Dana Syariah
Berimbang. Perkembangan reksa dana syariah saat ini cukup pesat, hal ini bisa kita lihat
pada data statistik yang dimiliki OJK walaupun masih kalah dengan perkembangan
reksa dana konvensional.
Pertumbuhan reksa dana syariah sejalan dengan majunya industri keuangan
berbasis syariah di Indonesia. Keberadaan pegadaian syariah (rahn) lebih dikenal
sebagai bagian dari produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Perkembangan
pegadaian syariah belum begitu baik dibanding perkembangan bank syariah. Hal ini
disebabkan komponen-komponen pendukung produk gadai syariah terbatas, seperti
kurangnya sumber daya yang menjadi penaksir, alat untuk menaksir, gudang
penyimpanan barang jaminan yang masih terbatas. Hal lain pengetahuan masyarakat
tentang pegadaian syariah yang masih kurang ikut menghambat perkembangan
pegadaian syariah.
▪ Instrumen keuangan syariah
Instrumen keuangan syariah adalah aset-aset yang dapat diperdagangkan dalam
bentuk apapun dalam transaksi keuangan syariah. Aset-aset itu bisa berupa kas, bukti
kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual untuk menerima atau
memberikan, uang tunai atau instrumen keuangan lainnya. Instrumen keuangan syariah
juga bisa didefinisikan sebagai setiap kontrak atau akad yang menimbulkan aset
keuangan dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain
dalam kegiatan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip keuangan syariah.
▪ Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract
1. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik
modal (shahibulmaal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas
keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di muka.
2. Musyarokah, merupakan akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara porposional sesuai dengan kontribusi modal.
3. Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang berprinsip syariah
4. Saham syariah, Syarat lainnya adalah perusahaan tersebut memiliki piutang
dagang relatif lebih kecil dibandingkan total asetnya (dow jones Islamic: kurang
dari 45%), perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil dibandingkan nilai
kapitalisasi pasar (dow jones Islamic: kurang dari 33%), perusahaan memiliki
pendapatan bunga kecil (dow jones Islamic: kurang dari 5%).
▪ Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract.
1. Murabahah, adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
Harga disepakati antara pembeli dan penjual pada saat transaksi dan tidak boleh
berubah
2. Salam , yaitu transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara
tunai.
3. Istishna’, ’pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali
(termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu. istishna’ diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi dengan kontrak pembelian barang
melalui pesanan (order khusus).
4. Ijarah, adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk
mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
▪ Akad lainnya
1. Sharf, adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang
yang sejenis maupun yang tidak sejenis
2. Wadiah, adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak
penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang atau barang titipan tersebut.
Wadiah terbagi dua yaitu Wadiah Amanah di mana uang atau barang yang
dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak didayagunakan, sedangkan yang kedua
adalah Wadiah Yadhamanah di mana uang atau barang yang dititipkan boleh
didayagunakan dan hasil pendayagunaan tidak terdapat kewajiban untuk
dibagihasilkan oleh pemberi titipan.
3. Qardhul hasan, adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan,
waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima
pinjaman.
4. Al-wakalah, adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain. Untuk
jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.
5. Kafalah, adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas
pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
6. Hiwalah, adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil)
kepada pihak lain (al-muhal’ailah) atas dasar saling mempercayai.
7. Rahn, merupakan sebuah perjanjian dengan jaminan aset. Berupa penahanan harta
milik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya.

Anda mungkin juga menyukai