Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK PAI

“Perbankan & Asuransi Syari’ah”

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
 Dita Maisaroh Nasution
 Jihan Zahra Ramadhani
 M. Imam Hanafi
 Measy Rahmawati
 Mulya Zoviro

Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Pekanbaru

Tahun Ajaran
2021 - 2022
 PERBANKAN
1. Pengertian Perbankan
Apa perbedaan antara bank dengan perbankan?
Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan menghimpun dana dari
masyarakat dilakukan dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.
Simpanan dari masyarakat biasanya diberikan balas jasa yang menarik
seperti, bunga dan hadiah lainnya. Kegiatan menyalurkan dana dilakukan
berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sementara itu, jasa-jasa
perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
menghimpun dan menyalurkan dana masayarakat.

Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam


menghimpun dana masyarakat dan disalurkannya kembali dengan
menggunakan sistem bunga. Dengan demikian, hakikat dan tujuan bank
ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik dalam
menyimpan maupun meminjamkan, baik berupa uang atau barang berharga
lainnya dengan imbalan bunga yang harus di bayarkan oleh masyarakat
pengguna jasa bank.

Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat di kelompokkan


menjadi 2, yaitu seperti berikut ini:

1. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah bank yang fungsi utamanya menghimpun
dana untuk di salurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun
badan usaha, guna mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem
bunga. Bank konvensional bisa dijelaskan sebagai perantara (financial
intermediaries) antara tiga pihak dengan kepentingan masing-masing, yakni
Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah.
Prinsip Bank Konvensional, yaitu :
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan
seperti tabungan atau deposito, maupun produk pinjaman/kredit
yang diberikan berdasarkan tingkat tertentu.
2. Bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam
nominal atau persentase tertentu (fee based) untuk jasa-jasa bank
lainnya.

Kegiatan Bank Konvensional


1. Menerima dana dari masyarakat berupa Tabungan, Giro dan
Deposito.
2. Menyalurkan kembali dana yang diterima dari masyarakat kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman/kredit.

Bunga dalam Bank Konvensional


1. Bunga Tabungan dan Deposito yaitu bunga yang diberikan atas
penyimpanan dana yang diberikan masyarakat, dihitung
berdasarkan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Konvensional, dan pembayaran dilakukan nasabah tiap bulan.
2. Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan atas pemberian
pinjaman/kredit, dihitung berdasarkan tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Konvensional dan berdasarkan pokok
pinjaman, dan pembayaran dilakukan bersamaan dengan
pembayaran cicilan pokok pinjaman.

2. Bank Islam atau Bank Syari’ah


Bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat islam. Atau definisi lain yaitu bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank
umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Ciri ciri bank syari’ah yaitu :
1. Tidak melakukan kontrak pembiayaan dengan menetapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan pasti yang ditetapkan di
muka, sehingga ketika peminjam berada dalam masa sulit, dirinya
tidak berada dalam kubangan penzaliman
2. Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan
wadi’ah oleh pihak bank dijadikan sebagai amanah yang harus
dijaga dengan baik sehingga pihak bank tidak semena-mena dalam
mengalokasikan simpanan tersebut
3. Adanya kesepakatan dan persamaan pemikiran ketika melakukan
akad perjanjian sehingga tidak ada yang dapat dirugikan atau
adanya penyesalan dari kedua belah pihak dan tidak kaku dalam
melakukan tawar menawar jumlah nominal selama itu dalam batas
yang wajar.
Bank syari’ah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba,
misalnya :
1. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan
kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian
dari pengelola.
2. Musyarakah
Musyarakah atau syirkah dapat dimaknai sebagai akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, dalam bisnis maka tujuannya adalah untuk memperoleh
profit dari usaha yang dikelola bersama.
Menurut Standar Kontrak Perjanjian Musyarakah, rukun dan
syarat sah akad Musyarakah mencakup:
a. subjek akad (aqid)
b. proyek atau usaha (masyru')
c. modal (ra'sul mal),
d. kesepakatan (sighatul akad)
e. nisbah bagi hasil (nishbatu ribhin)
3. Wadi’ah
Wadiah atau al-wadi’ah diambil dari prinsip Fiqih dalam Islam
yakni Al-wadi’ah yang artinya titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
Menurut ulama fiqih, al-wadi’ah bersifat amanah, bukan daman
(menjamin/menanggung) sehingga bila terjadi kerusakan, maka
bukan merupakan tanggung jawab pihak yang dititip, kecuali jika
kerusakan disebabkan karena pihak yang dititipi.
Al-wadi’ah termasuk dalam akad tabarru’at yaitu akad yang
bertujuan untuk saling tolong menolong. Dalam hal ini, al-wadi’ah
bersifat non for profit transaction, kecuali jika kemudian disepakati
adanya skema bisnis sehingga menjadi mu’awadhah (transaksi
pertukaran) atau tijarah (profit motive transaction).
4. Qardhul hasan
Qardhul hasan bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang
berhubungan dengan semua jenis pinjaman tanpa imbalan.
5. Murabahah
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan
nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar
harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah. Pembiayaan akad
Murabahah ini dijalankan dengan basis ribhun (laba) melalui jual
beli secara cicil maupun tunai.

 ASURANSI SYARI’AH
Asuransi berasal dari bahasa belanda, assurantie yang artinya pertanggungan.
Dalam bahasa arab dikela dengan at – ta’min yang berarti pertanggungan,
perlindungan, keamanan, ketenangan, atau bebas dari rasa takut (assuradeur).
Dasar hukum asuransi menurut fiqh islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu
ketentuan produk asuransi tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum islam.
Asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling
tolong menolong di antara para pemegang polis (peserta), yang dilakukan melalui
pengumpulan dan pengelolaan dana tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
prinsip syariah.
A. Prinsip – prinsip asuransi syariah yaitu :

1. Asuransi Syariah Menjalankan Prinsip Tauhid


Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah
yang menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik.
Dalam prinsip ini, niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih
keuntungan semata, melainkan untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip
syariah dalam asuransi. Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik
bagi Anda yang ingin memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah
ditujukan untuk saling tolong-menolong dan bukan sebagai sarana
perlindungan semata ketika mengalami musibah (risiko) di kemudian hari.
2. Asuransi Syariah Mengamalkan Prinsip Keadilan
Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan di mana
nasabah dan pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain. Artinya,
kedua belah pihak ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan
kewajibannya masing-masing. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa
terzalimi atau dirugikan atas penggunaan produk asuransi tersebut.
3. Asuransi Syariah Memuat Prinsip Tolong-Menolong
Prinsip tolong-menolong menjadi salah satu poin penting dalam
konsep asuransi syariah. Sesama nasabah memang diwajibkan untuk saling
berderma dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Hal seperti
inilah yang dilakukan ketika salah satu nasabah terkena musibah dan
mengalami kerugian sehingga pihak perusahaan asuransi hanya akan
bertindak sebagai pengelola dana saja di dalam konsep asuransi syariah.
4. Adanya Prinsip Kerja Sama dalam Asuransi Syariah
Asuransi syariah juga menjalankan prinsip kerja sama antara nasabah
dan perusahaan asuransi selaku pengelola dananya. Kerja sama ini dilakukan
sesuai dengan perjanjian/akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua
belah pihak. Dengan demikian, keduanya dapat menjalankan hak dan
kewajibannya dengan seimbang.

QS. Al-Maidah ayat 2

… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya”. (QS. al-Maidah:2).
Ayat ini menjelaskan bahwa jika orang tersebut beriman, disarankan
untuk saling tolong menolong, yang mana menjadi salah satu prinsip
asuransi syariah.

B. Perbedaan asuransi syari’ah dan asuransi konvensional


1. Prinsip Dasar
Prinsip dasar atau cara kerja asuransi syariah dan konvensional cukup
berbeda yaitu:
a. Pada asuransi syariah, pertanggungan risiko adalah antara perusahaan
asuransi dengan peserta (risk sharing). Peserta saling membantu dan
tolong menolong. Pengumpulan dana dikelola dengan cara membagi
risiko kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.
b. Pada asuransi konvensional, pemindahan risiko dari peserta ke
perusahaan adalah bersifat penuh (risk transfer). Secara sepenuhnya,
asuransi akan menanggung risiko atas nama tertanggung, baik untuk
aset, kesehatan, jiwa. Ini tentunya menyesuaikan dengan catatan yang
berlaku.

2. Akad atau Perjanjian


a. Untuk asuransi syariah, akad yang menjadi landasan adalah akad
takaful yaitu tolong menolong. Jika terjadi masalah atau musibah pada
salah satu peserta, peserta lain akan membantu dengan dana tabarru’
(dana sosial).
b. Pada asuransi konvensional, prinsipnya adalah akad tabaduli yaitu
akad jual-beli. Akad ini dijalankan menurut syara’ yaitu harus ada
kejelasan hal-hal seperti pembeli, penjual, objek yang
diperjualbelikan, harga, dan ijab qabul. Dalam hal ini, setiap pihak
saling memahami dan menyetujui transaksi yang terjadi.

3. Kepemilikan Dana & Pengelolaan


a. Pada asuransi syariah, dana dimiliki semua peserta asuransi
sehingga perusahaan hanya berperan sebagai pengelola dana tanpa
hak memiliki. Dana ini lalu akan dikelola semaksimal mungkin
untuk keuntungan peserta asuransi dengan sistem transparan.
Pada pengelolaan dana asuransi syariah, bisa melibatkan objek-
objek yang halal dan tidak boleh mengandung
ketidakjelasan/kesamaran (syubhat) baik secara hukum, sifat,
maupun faktanya. instrumen investasi yang dipilih harus sesuai
syariat Islam.
b. Pada asuransi konvensional, dana premi harus dibayarkan
nasabah/tertanggung sama seperti transaksi jual-beli pada
umumnya. Dana ini akan dikelola sesuai perjanjian, misalnya
dialihkan sebagian ke biaya dan investasi, atau pertimbangan lain
sesuai jenis produk asuransi yang dipilih demi mendapatkan
keuntungan maksimal

Anda mungkin juga menyukai