Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sitti Umi Kulsum

NIM : 083144199

Kelas/Jurusan : K$/Ekonomi Syariah

Mata Kuliah : Manajemen KJKS/BMT

A. Sumber Dana Koperasi Syariah/BMT

Untuk mendirikan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah,


atau Koperasi Syariah/BMT kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal
tersebut bersumber dari simpanan sukarela, investasi pihak lain, dana
ZIS, dan modal.. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan diusahakan
oleh BMT. Mekanisme kerja BMT pada prinsipnya sama dengan bank
syariah, dimana BMT juga menerapkan sistem penghimpunan dana,
pengelolaan dan/atau penyaluran dana. Perbedaannya terletak pada
pangsa pasar BMT jauh lebih kecil khususnya masyarakat ekonomi
menengah kebawah.
Jumlah dana yang dapat dihimpun melalui BMT sesungguhnya
tidak terbatas. Namun demikian, BMT harus mampu mengidentifikasi
berbagai sumberdana dan mengemasnya ke dalam produk-produknya
sehingga memiliki nilai jual yang layak. Prinsip simpanan di BMT
menganut akad wadiah dan mudharabah.
1. Prinsip Titipan(Wadiah)
Wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai
meninggalkan atau meletakkan sesuatu kepada orang lain untuk
dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis wadiaah dapat diartikan
sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan
saja si penitip kehendaki. Landasan Hukum dari adanya prinsip titipan
(wadiah) adalah Q.S An-Nisaa(4) ayat 58, yang artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
Simpanan/tabungan yang berakad wadiah ada dua, antara lain:
a. Wadiah Yad Amanah
Wadiah Yad Amanah yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan tidak
boleh memanfaatkan barang yang dititipkan. Tetapi harus tetap menjaganya sesuai
kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai penitipan. Wadiah Amanah yang dimaksud disini biasanya
berupa dana ZIS (Zakat,infak dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8
asnaf mustahik dan disalurkan baik dalam bentuk mustahik
produktif maupun konsumtif.
b. Wadiah Yad Dhamanah
Wadiah Yad Dhamanah dapat diartikan sebagai titipan murni dimana dana yang
dititipkan boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip. Penyimpan
mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan dana
tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak
penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik dana dapatdiberikan semacam
insentif berupa bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya.
2. Prinsip Mudharabah (Simpanan Berjangka)
Mudharabah adalah salah satu akad kerjasama kemitraan
berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dilakukan sekurang-
kurangnya oleh dua pihak, dimana pihak pertama memiliki dan
menyediakan modal, disebut shahibul mal , sedang yang kedua
memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan
dana/manajemen usaha (proyek) tertentu, disebut mudharib .
Dalam kerangka penghimpunan dana mudharabah, nasabah
bertindak sebagai shahibulmal dan BMT sebagai mudharib. BMT dapat
menawarkan produk penghimpunan dana mudharabah ini kepada
masyarakat dengan menunjukkan cara-cara penentuan dan
perhitunganporsi bagi hasilnya, dan perlu dicatat, BMT tidak
diperkenankan menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan
dalam jumlah tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim
berlaku dalam tatanan perbankan konvensional, atau dalam jumlah
tertentu atas dasar kalkulasi angka-angka rupiah. Dalam
Penghimpunan Dana beprinsip Mudharabah ini akad yang digunakan,
yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah (Investasi Tidak Terikat)
Tujuan utama shahibul mal menempatkan dana di Lembaga
Keuangan adalah untuk mendapatkan hasil/keuntungan (Profit Oriented),
artinya nasabah menempatkan dana di BMT dengan konsep investasi.
Konsekuensinya, nasabah harus bisa mengikuti aturan atau ketentuan
atau batasan yang sudah ditetapkan oleh BMT sebagai pengelola dana
(Mudharib) agar dana mereka bisa menghasilkan atau produktif.
Kemudian dengan konsep ini, pihak BMT dapat melakukan pengembangan
dua jenis penghimpunan dana, yaitu:
1) Tabungan Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk
memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada
nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak
sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan syariah bertindak
sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000).
2) Deposito Mudharabah
Pihak BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak
bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. Pihak
BMT bebas mengeola dana (Mudharabah Muthlaqah). BMT
berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul
maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha
tertentu.
b. Mudharabah Muqayyadah(Investasi terikat)
Mudharabah Muqayyadah adalah dimana pihak nasabah
mempercayai BMT sebagai Lembaga Keuangan yang kompeten,
bisa dipercaya serta bisa memproduktifkan dana mereka, tanpa
harus mengetahui secara detail pengelolaan/penggunaan dananya
atau dengan kata lain memberikan keleluasaan dan kebebasan
kepada mudharib dalampengelolaan investasinya. Dana Investasi
Tidak Terikat ini diaplikasikan dalam bentuk
produk Simpanan/Tabungan dan Deposito (Simpanan Berjangka).
B. Produk dan Jasa-jasa Koperasi Syariah/BMT
Produk yang disediakan oleh BMT bisa mendasarkan pada akad-akad tradisional
Islam, yakni akad jual beli, akad sewa menyewa, akad bagi hasil dan akad pinjam
meminjam. Dalam kegiatan penyaluran dananya, secara garis besar pembiayaan BMT
dapat dibedakan menurut tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Produk Jual Beli
Jual beli menurut fiqh adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan laba dalam jumlah
tertentu. Penerapan akad jual beli ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk
pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Adapun pengertian dari jenis jenis
pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah margin
keuntungan yang telah disepakati. Akad murabahah digunakan untuk menfasilitasi
anggota BMT dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti membeli rumah,
kendaraan, barang-barang eletronik, furniture, barang dagangan, bahan baku, atau
bahan pembantu produksi.
b. Salam
Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual
suatu barang yang cirri-cirinya jelas dengan pembayaran modal di awal,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian.
Produk salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil produksi
pertanian, perkebunan, atau peternakan.
c. Ishtisna
Ishtisna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan. Akad Al-Ishtisna dipakai oleh BMT untuk
memfasilitasi pemenuhan anggotanya terhadap barang yang masih dalam poses
pembuatan.
2. Produk Bagi Hasil
Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat karena memang fungsinya
sebagai pengganti bunga. Dalam prakteknya BMT dapat menggunakan akad ini
dalam dua sisi sekaligus, yaitu sisi penghimpunan dana (funding) dan sisi penyaluran
dana (lending).
Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau
lebih, pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
suatu modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad
atau perjanjian keuntungan. Bentuk kerjasama ini berupa modal
100% dari shahibul maal dengan keahlian dari mudharib.
Pembiayaan mudharabah dierikan dalam bentuk tunai yang
dinyatakan jumlahnya atau dalam bentuk barang yang
dinyatakan harga perolehannya.
b. Pembiayaan Musyarakah
Produk Pembiayaan Musyarakah pada prinsipnya produk ini tidak
banyak berbeda dengan mudharabah, karena keduanya
merupakan bagian dari kemitraan antara dua pihak atau lebih
untuk mengelola suatu usaha halal tertentu dengan pembagian
keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama di
awal perjanjian yang membedakan antara mudharabah dan
musyarakah salah satunya terdapat dalam sistem penyertaan
modal.
Pembiayaan musyarakah digunakan BMT untuk memfasilitasi
pemenuhan sebagian kebutuhan permodalan anggotanya dan
menjalankan usaha yang disepakati. Anggota bertindak sebagai
pengelola usaha dan BMT sebagai mitra. Namun, BMT dapat pula
bertindak sebagai pengelola usaha berdasarkan kesepakatan.
3. Produk Jasa
Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah
taawun atau tabarrui. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal
kebajikan.
Adapun jenis-jenis akad pembiayaan tersebut adalah:
a. Ijarah
Ijarah adalah aakd pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang
itu sendiri. Berdasarkan objeknya, ijarah etrdiri atas dua jenis, yaitu (1) ijarah
berup amanfaat dari suatu barang, seperti sewa mobil atau rumah, dan (2) ijarah
berupa manfaat dari suatu tenaga, seperti jasa pengacara, konsultan, buruh, kru,
stsu guru.
b. Ijarah Mumtahiya Bi At-Tamlik
Ijarah Mumtahiya Bi At-Tamlik (IMBT) adalah perpaduan antara akad jual beli
dan sewa, atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan
penyewa.
Pada hakikatnya IMBT dengan Ijarah memiliki kesamaan, yaitu keduanya sama-
sama sewa barang. Hanya saja ada perbedaan diakhir sewa barang. Dalam ijarah,
barang yang disewakan paa akhirnya dikembalikan lagi kepada pemilik BMT,
sedangkan IMBT barang yang disewakan pada akirnya diberikan kepada penyewa
dan hal ini sudah disepakati pada awal akad.
c. Wadiah
Wadiah adalah penitipan, yaitu akad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan menitipkan suatu barang untuk dijaganya secara layak (sebagaimana
ebiasaan). Apabila ada kerusakan pada benda titipan, penerima titpan tidak wajib
mengganti. Apabila kerusakan terjadi karena kelalaian penerimatitipan, maka ia
wajib menggantinya.
d. Hawalah
Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si
penanggung. Dalam BMT pembiayaan ini muncul karena adanya peralihan
kewajiban dari seorang anggota kepada pihak lain dan kewajiban tersebut
dialihkan kepada BMT.
Piutang yang dialihkan sifatnya harus pasti. Jika utang tersebut masih dalam
bentuk jual beli yang masih dalam masa khiyar, hawalah tidak sah karena jual
belinya belum pasti.
e. Rahn
Rahn (gadai) adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan harus mempunyai nilai
ekonomis. Akad rahn muncul karena da kebutuhan keuangan yang mendesak dari
para anggota dan BMT dapat memenuhinya dengan menguasai barang milik
mereka dengan kesepakatan bersama.
Apabila salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiainnya dilakukan dengan
melalui badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
f. Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau
amanah. Dalam kontrak BMT, berarti BMT menerima amanah dari investor yang
akan menanamkan modalnya kepada nasabah.
Jasa ini timbul dari hasil pengurusan sesuatu hal yang
dibutuhkan anggotanya dimana anggota mewakilkan urusan
tersebut kepada seseorang seperti contohnya : pengurusan SIM,
STNK pembelian barang tertentu disuatu tempat. Dan lain-lain.
Wakalah berarti juga penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat.
g. Kafalah
Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang
ditanggung. Dalam praktiknya BMT dapat berperan sebagai
penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya.
Jasa ini timbul karena anggota BMT bertransaksi dengan pihak
lain: dan pihak tersebut membutuhkan jaminan dari BMT.
h. Produk Kebajikan
1) Qardh
Adalah memberikan harta kepada orang lain yang dapay ditagih atau kembali,
atau meminjjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
2) Qardh Al-Hasan
Sebenarnya prinsip qardh al-hasan sama dengan qardh, yaitu saling menolong.
Hanya saja yang membedakan ialah sumber dana. Dalam qardh al-hasan,
sumber dana yang dipinjamkan bersumber dari dana ZIS. Sedangkan qardh
bersumber dari dana modal BMT atau laba yang disisihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono,Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia.
Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Harisudin, M. Noor. 2014. Fiqh Muamalah I. Surabaya: Pena Salsabila
Huda, Nurul, dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil. Jakarta: AMZAH

Anda mungkin juga menyukai