Untuk mendirikan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah,
atau Koperasi Syariah/BMT kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal tersebut bersumber dari simpanan sukarela, investasi pihak lain, dana ZIS, dan modal.. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan diusahakan oleh BMT. Mekanisme kerja BMT pada prinsipnya sama dengan bank syariah, dimana BMT juga menerapkan sistem penghimpunan dana, pengelolaan dan/atau penyaluran dana. Perbedaannya terletak pada pangsa pasar BMT jauh lebih kecil khususnya masyarakat ekonomi menengah kebawah. Jumlah dana yang dapat dihimpun melalui BMT sesungguhnya tidak terbatas. Namun demikian, BMT harus mampu mengidentifikasi berbagai sumberdana dan mengemasnya ke dalam produk-produknya sehingga memiliki nilai jual yang layak. Prinsip simpanan di BMT menganut akad wadiah dan mudharabah. 1. Prinsip Titipan(Wadiah) Wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan sesuatu kepada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis wadiaah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Landasan Hukum dari adanya prinsip titipan (wadiah) adalah Q.S An-Nisaa(4) ayat 58, yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. Simpanan/tabungan yang berakad wadiah ada dua, antara lain: a. Wadiah Yad Amanah Wadiah Yad Amanah yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan. Tetapi harus tetap menjaganya sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai penitipan. Wadiah Amanah yang dimaksud disini biasanya berupa dana ZIS (Zakat,infak dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8 asnaf mustahik dan disalurkan baik dalam bentuk mustahik produktif maupun konsumtif. b. Wadiah Yad Dhamanah Wadiah Yad Dhamanah dapat diartikan sebagai titipan murni dimana dana yang dititipkan boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip. Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan dana tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik dana dapatdiberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya. 2. Prinsip Mudharabah (Simpanan Berjangka) Mudharabah adalah salah satu akad kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dilakukan sekurang- kurangnya oleh dua pihak, dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shahibul mal , sedang yang kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana/manajemen usaha (proyek) tertentu, disebut mudharib . Dalam kerangka penghimpunan dana mudharabah, nasabah bertindak sebagai shahibulmal dan BMT sebagai mudharib. BMT dapat menawarkan produk penghimpunan dana mudharabah ini kepada masyarakat dengan menunjukkan cara-cara penentuan dan perhitunganporsi bagi hasilnya, dan perlu dicatat, BMT tidak diperkenankan menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim berlaku dalam tatanan perbankan konvensional, atau dalam jumlah tertentu atas dasar kalkulasi angka-angka rupiah. Dalam Penghimpunan Dana beprinsip Mudharabah ini akad yang digunakan, yaitu: a. Mudharabah Muthlaqah (Investasi Tidak Terikat) Tujuan utama shahibul mal menempatkan dana di Lembaga Keuangan adalah untuk mendapatkan hasil/keuntungan (Profit Oriented), artinya nasabah menempatkan dana di BMT dengan konsep investasi. Konsekuensinya, nasabah harus bisa mengikuti aturan atau ketentuan atau batasan yang sudah ditetapkan oleh BMT sebagai pengelola dana (Mudharib) agar dana mereka bisa menghasilkan atau produktif. Kemudian dengan konsep ini, pihak BMT dapat melakukan pengembangan dua jenis penghimpunan dana, yaitu: 1) Tabungan Mudharabah Dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah bertindak sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000). 2) Deposito Mudharabah Pihak BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya. Pihak BMT bebas mengeola dana (Mudharabah Muthlaqah). BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu. b. Mudharabah Muqayyadah(Investasi terikat) Mudharabah Muqayyadah adalah dimana pihak nasabah mempercayai BMT sebagai Lembaga Keuangan yang kompeten, bisa dipercaya serta bisa memproduktifkan dana mereka, tanpa harus mengetahui secara detail pengelolaan/penggunaan dananya atau dengan kata lain memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada mudharib dalampengelolaan investasinya. Dana Investasi Tidak Terikat ini diaplikasikan dalam bentuk produk Simpanan/Tabungan dan Deposito (Simpanan Berjangka). B. Produk dan Jasa-jasa Koperasi Syariah/BMT Produk yang disediakan oleh BMT bisa mendasarkan pada akad-akad tradisional Islam, yakni akad jual beli, akad sewa menyewa, akad bagi hasil dan akad pinjam meminjam. Dalam kegiatan penyaluran dananya, secara garis besar pembiayaan BMT dapat dibedakan menurut tujuan penggunaannya, yaitu: 1. Produk Jual Beli Jual beli menurut fiqh adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan laba dalam jumlah tertentu. Penerapan akad jual beli ini dalam transaksi BMT tampak dalam produk pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Adapun pengertian dari jenis jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Murabahah Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah margin keuntungan yang telah disepakati. Akad murabahah digunakan untuk menfasilitasi anggota BMT dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti membeli rumah, kendaraan, barang-barang eletronik, furniture, barang dagangan, bahan baku, atau bahan pembantu produksi. b. Salam Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang cirri-cirinya jelas dengan pembayaran modal di awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian. Produk salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil produksi pertanian, perkebunan, atau peternakan. c. Ishtisna Ishtisna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Akad Al-Ishtisna dipakai oleh BMT untuk memfasilitasi pemenuhan anggotanya terhadap barang yang masih dalam poses pembuatan. 2. Produk Bagi Hasil Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat karena memang fungsinya sebagai pengganti bunga. Dalam prakteknya BMT dapat menggunakan akad ini dalam dua sisi sekaligus, yaitu sisi penghimpunan dana (funding) dan sisi penyaluran dana (lending). Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan suatu modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad atau perjanjian keuntungan. Bentuk kerjasama ini berupa modal 100% dari shahibul maal dengan keahlian dari mudharib. Pembiayaan mudharabah dierikan dalam bentuk tunai yang dinyatakan jumlahnya atau dalam bentuk barang yang dinyatakan harga perolehannya. b. Pembiayaan Musyarakah Produk Pembiayaan Musyarakah pada prinsipnya produk ini tidak banyak berbeda dengan mudharabah, karena keduanya merupakan bagian dari kemitraan antara dua pihak atau lebih untuk mengelola suatu usaha halal tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama di awal perjanjian yang membedakan antara mudharabah dan musyarakah salah satunya terdapat dalam sistem penyertaan modal. Pembiayaan musyarakah digunakan BMT untuk memfasilitasi pemenuhan sebagian kebutuhan permodalan anggotanya dan menjalankan usaha yang disepakati. Anggota bertindak sebagai pengelola usaha dan BMT sebagai mitra. Namun, BMT dapat pula bertindak sebagai pengelola usaha berdasarkan kesepakatan. 3. Produk Jasa Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah taawun atau tabarrui. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam hal kebajikan. Adapun jenis-jenis akad pembiayaan tersebut adalah: a. Ijarah Ijarah adalah aakd pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Berdasarkan objeknya, ijarah etrdiri atas dua jenis, yaitu (1) ijarah berup amanfaat dari suatu barang, seperti sewa mobil atau rumah, dan (2) ijarah berupa manfaat dari suatu tenaga, seperti jasa pengacara, konsultan, buruh, kru, stsu guru. b. Ijarah Mumtahiya Bi At-Tamlik Ijarah Mumtahiya Bi At-Tamlik (IMBT) adalah perpaduan antara akad jual beli dan sewa, atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan penyewa. Pada hakikatnya IMBT dengan Ijarah memiliki kesamaan, yaitu keduanya sama- sama sewa barang. Hanya saja ada perbedaan diakhir sewa barang. Dalam ijarah, barang yang disewakan paa akhirnya dikembalikan lagi kepada pemilik BMT, sedangkan IMBT barang yang disewakan pada akirnya diberikan kepada penyewa dan hal ini sudah disepakati pada awal akad. c. Wadiah Wadiah adalah penitipan, yaitu akad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menitipkan suatu barang untuk dijaganya secara layak (sebagaimana ebiasaan). Apabila ada kerusakan pada benda titipan, penerima titpan tidak wajib mengganti. Apabila kerusakan terjadi karena kelalaian penerimatitipan, maka ia wajib menggantinya. d. Hawalah Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. Dalam BMT pembiayaan ini muncul karena adanya peralihan kewajiban dari seorang anggota kepada pihak lain dan kewajiban tersebut dialihkan kepada BMT. Piutang yang dialihkan sifatnya harus pasti. Jika utang tersebut masih dalam bentuk jual beli yang masih dalam masa khiyar, hawalah tidak sah karena jual belinya belum pasti. e. Rahn Rahn (gadai) adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan harus mempunyai nilai ekonomis. Akad rahn muncul karena da kebutuhan keuangan yang mendesak dari para anggota dan BMT dapat memenuhinya dengan menguasai barang milik mereka dengan kesepakatan bersama. Apabila salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiainnya dilakukan dengan melalui badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. f. Wakalah Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, maupun pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, berarti BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada nasabah. Jasa ini timbul dari hasil pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan anggotanya dimana anggota mewakilkan urusan tersebut kepada seseorang seperti contohnya : pengurusan SIM, STNK pembelian barang tertentu disuatu tempat. Dan lain-lain. Wakalah berarti juga penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. g. Kafalah Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dalam praktiknya BMT dapat berperan sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh anggotanya. Jasa ini timbul karena anggota BMT bertransaksi dengan pihak lain: dan pihak tersebut membutuhkan jaminan dari BMT. h. Produk Kebajikan 1) Qardh Adalah memberikan harta kepada orang lain yang dapay ditagih atau kembali, atau meminjjamkan tanpa mengharapkan imbalan. 2) Qardh Al-Hasan Sebenarnya prinsip qardh al-hasan sama dengan qardh, yaitu saling menolong. Hanya saja yang membedakan ialah sumber dana. Dalam qardh al-hasan, sumber dana yang dipinjamkan bersumber dari dana ZIS. Sedangkan qardh bersumber dari dana modal BMT atau laba yang disisihkan. DAFTAR PUSTAKA Sudarsono,Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia. Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Harisudin, M. Noor. 2014. Fiqh Muamalah I. Surabaya: Pena Salsabila Huda, Nurul, dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil. Jakarta: AMZAH
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya