Anda di halaman 1dari 2

Fatwa NO: 152/DSN-MUI/VI/2022 tentang Penghimpunan Dana dengan Akad Wakalah Bi

Al-Istitsmar
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa in yang dimaksud dengan:
1. Penghimpunan Dana adalah penghimpunan dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah.
2. Lembaga Keuangan Syariah, selanjutnya disebut LKS adalah bank syariah dan koperasi
syariah.
3. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari pemilik dana (Muwakkil) kepada LKS (Wakil)
untuk mengelola dana dalam rangka memperoleh keuntungan.
4. Wakalah bi al-Istitsmar adalah akad wakalah untuk menginvestasikan dan mengembangkan
modal Muwakkil baik dengan imbalan (Wakalah bi al-Ujrah) maupun tanpa imbalan (Wakalah
bi ghairi al-Ujrah).
5. Wakalah bi al-Ujrah adalah akad wakalah yang disertai dengan imbalan berupa ujrah (fee).
6. Wakalah bi al-Istitsmar al-Muqayyadah adalah akad Wakalah bi al-Istitsmar yang dibatasi
jenis investasi, jangka waktu (waktu), tempat usaha dan/atau batasan lainnya.
7. Wakalah bi al-Istitsmar al-Muthlaqah adalah akad Wakalah bi al-Istithmar yang tidak dibatasi
jenis investasi, jangka waktu (waktu),tempat usaha dan/atau batasan lainnya; hanya dibatasi
oleh kelaziman dan kebiasaan (urf) atau hal-hal lain yang mengandung kemaslahatan bagi
Muwakkil.
8. Muwakkil adalah pihak yang memberikan kuasa, baik berupa orang (Syakhshiyah thabi'i
yah/natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum (Syakhsiyah i'tibariyah/syakhsiyah hukmiyah/ rechtspersoon).
9. Wakil adalah pihak yang menerima kuasa, baik berupa orang (Syakhshiyah thabi'
iyah/natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum (Syakhsiyah i'tibariyah/syakhshiyah hukmiyah/ rechtspersoon).
10. Ujrah adalah imbalan yang wajib dibayar atas jasa yang dilakukan oleh Wakil dalam Wakalah
bi al-Ujrah.
11. Ra's Mal Wakalah bi al-Istithmar adalah modal yang diinvestasikan dalam Wakalah bi al-
Istitsmar.

Dalam kegiatan ekonomi terdapat peran lembaga Bank yang menjadi Lembaga penyedia layanan keuangan
dengan tugas membantu masyarakat dalam menghimpun maupun menyalurkan dananya Kembali kepada
masyarakat. Terbagi menjadi konvensional dan syariah. Dalam bank konvensional kegiatan perbankan dilakukan
menggunakan hukum perdata dan hukum pidana yang diciptakan oleh pemerintah. Sedangkan dalam bank
syariah prinsip syariah yang sesuai hukum Islam lah yang digunakan sebagai dasar kegiatan perbankan.

Dana pihak ketiga merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan dana yang terkumpul pada bank syariah
maupun konvensional merujuk pada asal dana tersebut diperoleh yaitu pihak ketiga. Giro, Deposito, tabungan.

Menurut UU No.12 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa dana pihak ketiga merupakan
kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Dalam bank syariah dana pihak ketiga dikelola
untuk dapat disalurkan dalam program yang dimiliki perbankan dengan berbagai akad perjanjiannya.

Prinsip penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

Prinsip Wadi’ah, Prinsip ini berbentuk wadi’ah dhamananh, yaitu pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab
atas keutuhan harta titipan, tetapi ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Keuntungan kerugian
ditanggung bank, pemilik dana tidak dijanjikan imbalan. Bank membuat akad pembukaan rekening, mencakup izin
penyaluran dana dan persyaratan yang disepakati yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Terhadap
pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan penggantibiaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya
yang benar-benar terjadi. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertenatangan dengan prinsip syariah.

Mudharabah, yaitu akad atau perjanjian kerja sama suatu usaha antara dua pihak. Pemilik modal sbg pihak
pertama dan pengelola modal sbg pihak kedua. Mudharabah mutlawah, bank tidak ada batasan dala penggunaan
dana yang dihimpun. Lalu, muqayyah yaitu simpanan khusus dan pemilik dana menetapkan syarat yang harus
dipatuhi bank.

Prinsip jual beli/ba’i, dilakukan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
ditentukan di depan menjadi harga atas barang yang dijual.

a. Pembiayaan murabahah, bank menyebutkan keuntungan dalam transaksi jual beli


b. Pembiayaan istishna, pembayaran dengan beberapa termin. Barang jelas jenis ukuran mutu dan
jumlahnya.
c. Pembiayaan salam, barang belum ada sementara pembayaran dilakukan secara tunai.
Prinsip Sewa/jarah, adanya perpindahan manfaat. Objek berupa jasa.
Prinsip bagi hasil/syirkah
a. Pembiayaan musyarakah, keinginan meningkatkan nilai aset yang dimiliki secara bersama.
b. Pembiayaan mudharabah, kerjasama antara dua atau lebih pemilik modal kepada pengelola dengan
perjanjian pembagian keuntungan.

Mudharabah untuk tabungan dan deposito

Mudharib berhak bekerja sama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya, mempergunakan modal dan
menentukan tujuannya sendiri. Pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan perbandingan yang disepakati.

a. M. Muthlaqah, tidak ada batasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun, bank bebas
menyalurkan ke bisnis apapun yang diperkirakan menguntungkan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
awal dan kerugian ditanggung oleh nasabah deposan jika bukan karena kelalaian bank. Bank memberi
tahu pemilik dana mengenai nisbah, tata cara pemberitahuan keuntungan, pembagian keuntungan secara
risiko yang dapat ditimbulkan. Untuk tabungan mudharabah, bank memberikan buku tabungan sebagai
bukti penyimpanan. Tabungan dapat diambil setiap saat sesuai perjanjian, deposito hanya dicairkan
sesuai jangka waktu, ketentuan lain yang berlaku dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b.

Anda mungkin juga menyukai