Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
banyak. Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syariah atau
lebih dikenal dengan nama bank syariah sudah bukan merupakan hal yang tidak
asing lagi di Indonesia. Mulai tahun 1990, mulailah terealisasi ide tentang
adanya bank islam

atau berbasis syariah di Indonesia, yang bermula dari

bentuk penolakan terhadap

sistem riba yang bertentangan dengan hukum

islam.
Manajemen bank syariah serta lembaga keuangan syariah tidak banyak
berbeda dengan manajemen bank konvensional. Namun dengan adanya
landasan syariah serta sesuai dengan peraturan pemerintah yang menyangkut
bank syariah antara lain UU No. 7 Tahun 1992, tentu saja baik organisasi
maupun system operasional bank syariah terdapat perbedaan dengan bank pada
umumnya, terutama

adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur

organisasi dan adanya system bagi hasil.


Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar
bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya
berdasarkan kaidah al-mudharabah. Pembiayaan mudharabah itu sendiri adalah
salah satu produk dari bank syariah yang menggunakan system bagi hasil.
Secara teknis almudharabah dapat diartikan sebagai suatu bentuk akad
kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola, dimana keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan apabila rugi maka kerugian
akan ditanggung pemilik modal selain kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola, sebaliknya jika kerugian diakibatkan karena kekurangan atau
kelalaian pengelola maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
Dasar hukum pembiayaan mudharabah adalah UU RI No.10 tahun 1998
tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan berdasarkan
surat keputusan direksi BI No.32/ Kep/ Dir, tentang bank umum berdasarkan
prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi penyaluran
dana melalui

pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah,

musyarakah dan bagi hasil lainnya. Berdasarkan prinsip ini, bank islam akan
berfungsi sebagai mitra , baik dengan penabung maupun dengan pengusaha
yang meminjam dana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa
2.
3.
4.
5.
6.

pengertian dari pembiayaan mudharabah serta kegunaan

pembiayaan mudharabah dalam dunia bisnis ?


Bagaimana ketentuan syari, serta rukun syarat transaksi mudharabah ?
Bagaimana pengawasan terhadap pembiayaan mudharabah ?
Bagaimana alur transaksi mudharabah ?
Bagaimana cakupan standar akuntansi mudharabah ?
Bagaimana teknis perhitungan serta pencatatan (jurnal) akuntansi

dalam pembiayaan mudharabah ?


7. Bagaimana penyajian transaksi dalam laporan keuangan

serta

pengungkapan pada pembiayaan mudharabah ?

1.3. Tujuan Pembahasan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, serta pembaca dapat :
1. Mengetahui tentang overview akuntansi pembiayaan mudharabah serta
kegunaan pembiayaan mudharabah dalam dunia bisnis

2. Mengetahui tentang
3.
4.
5.
6.

ketentuan syari, serta rukun syarat transaksi

mudharabah
Mengetahui tentang pengawasan terhadap pembiayaan mudharabah
Mengetahui tentang alur transaksi mudharabah
Mengetahui tentang cakupan standar akuntansi mudharabah
Mengetahui tentang teknis perhitungan serta pencatatan (jurnal)

akuntansi dalam pembiayaan mudharabah


7. Mengetahui tentang penyajian transaksi dalam laporan keuangan serta
pengungkapan pada pembiayaan mudharabah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Secara bahasa, kata Mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya
melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Sedangkan menurut
Antonio (2001) mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama (Shahibul Mall) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.

2.2 Ketentuan Syari


Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu mudharabah muqayyadah, mudharabah muthlaqah, dan mudharabah
musytarakah.
Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana
dan pengelola, dengan kondisi penhgelola dikenakan pembatasan oleh pemilik
dana dalam hal tempat, cara, dan objek investasi. Dalam transaksi mudharabah
muqayyadah, bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungkan
shahibul maal dengan mudharib. Imbalan yang diterima oleh bank sebagai agen

dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat keuntungan
yang dihasilkan oleh mudharib.
Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana
dengan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal
tempat, cara, maupun objek investasi. Kontrak mudharabah muthlaqah dalam
perbankan syariah digunakan untuk tabungan maupun pembiayaan. pada
tabungan, penabung berperan sebagai pemilik dana, sedangkan bank berperan
sebagai pengelola danayang mengontribusikan keahliannya dalam mengelola
dana penabung. Adapun pembiayaan mudharabah, bank berperan sebagai
pemilik dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain
yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya.
Muhdharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad
musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola
dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang di
lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan
investasi.
Rukun Transaksi Mudharabah

Transaktor

Kedua transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor biasa
disebut dengan istilah shahibul maal, sedangkan pengelola biasa disebut dengan
istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi beraktivitas.
Kriteria kompetensi tersebut antara lain mampu membedakan yang baik dan
yang buruk (baligh) dan tidak dalam tercekal seperti pailit.

Objek Mudharabah

Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Fatwa dewan syariah nasional
nomor 7 tahun 200 tentang pembiayaan mudharabah menyatakan bahwa
kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang
disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi dia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian
rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu
keuntungan.
3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktivitas itu.
Syarat pembagian keuntungan dalam pemnbiayaan mudharabah meliputi halhal sebagai berikut.
1. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
2. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat
proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan.
3. Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan pengelola
tidak boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran keepakatan.
4. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka
mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut.;
Kesepakatan pembagian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada waktu
kontrak. Dewan syariah nasional dalam fatwa DSN nomor 15 tahun 2000
menyatakan bahwa bank syariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.

Pembagian dasar bagi hasil tersebut dijelaskan dalam penyataan standar


akuntasi keuangan nomor 59 dan pedoman akuntansi perbankan syariah
(PAPSI) 2003 dalam bentuk berikut.
Revenue sharing
Uraian
Penjualan
Harga pokok penjualan

Jumlah
100

Laba bruto

65
35

Beban
Laba rugi neto

25
10

Metode Bagi Hasil


Revenue sharing

Profit sharing

Gross profit sharing


Uraian
Penjualan
Harga pokok penjualan
Laba bruto

Jumlah
100

Metode Bagi Hasil

65
35

Gross profit sharing

Beban
Laba rugi neto

25
10

Profit sharing

Ijab dan kabul


Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang
merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam
hal ini,kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
menontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya
untuk mengontribusikan kerja.
2.3 Pengawasan Transaksi Syariah Mudharabah
Untuk memastikan kesesuaian syariah pada praktik transaksi mudharabah
yang dilakukan bank, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik.

Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh bank


indonesia dilakukan untuk hal-hal sebgai berikut.
1. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan
oleh bank kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan tentang
persyaratan pembiayaan mudharabah telah dilakukan.
2. Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip
syariah.
3. Memastikan

adanya

persetujuan

para

pihak

dalam

perjanjian

pembiayaan mudharabah.
4. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat mudharabah.
5. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk
jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah.

2.4 Akuntansi Transaksi Pembiayaan Mudharabah


Alur Transaksi Mudharabah
BANK
SYARIAH

NASABAH
(Mudharib)

1.Negoisasi dan
Akad Mudharabah

4a. Menerima
Porsi Laba
5.
Menerima
Kembalian Modal

4b. Menerima
Porsi Laba

2, Pelaksanaan
Usaha Produktif
3. Membagi hasil Usaha

Keuntungan dibagi sesuai Nisbah


Kerugian tanpa kelalaian Nasabah ditanggung oleh
Bank Syariah

Keterangan :
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan cara mengisikan
formulir yang akan diberikan ke pada Bank Syariah beserta dokumen
pendukung.

Pihak

Bank

akan

mengevaluasi

kelayakan

pembiayaan
8

mudharabah dengan menggunakan analisis 5c (Character, Capacity, Capital,


Commitment, dan Collateral) yang diikuti dengan verifikasi..
2. Bank mengkontribusikan modalnya dan nasabah akan menjalankan usaha
yang disepakati sesuai kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
3. Hasil usaha tersebut dievaluasi pada waktu yang telah disepakati. Apabila
terjadi kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaian nasabah maka kerugian
akan ditanggung oleh bank sepenuhnya. Tetapi apabila kelalaian disebabkan
oleh nasabah maka kerugian ditanggung oleh nasabah
4. Bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil sesuai metode perhitungan yang
telah disepakati
5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah
mengembalikan semua modalnya maka usaha sepenuhnya menjadi milik
nasabah

2.5 Cakupan Standar Akuntansi Mudharabah Bagi Bank Syariah


Ketentuan akuntansi mudharabah diatur dalam pernyataan standar
akuntansi (PSAK) no 105 tahun 2007 tentang akuntansi mudharabah. Standar
ini mengatur pengakuan dan pengukuran transaksi baik dari sisi pemilik dana
maupun dari sisi pengelola dana.
2.6 Akuntansi Mudharabah bagi Bank Syariah selaku Pemilik Dana
(PSAK 105)
Akun-akun di Neraca berdasarkan PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
1. Pembiayaan Mudharabah
Rekening ini digunakan untuk mencatat modal mudharabah yang telah
diberikan oleh pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola (mudharib),
baik modal yang diberikan dalam bentuk uang tunai maupun aset nonkas.
2. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Rekening ini digunakan untuk mencatat bagi hasil yang telah dihitung oleh
nasabah tetapi belum diberikan kepada bank syariah sebagai pemilik dana.
Rekening ini didebit pada saat dilakukan pengakuan pendapatan, dan di
kredit pada saat penerimaan atau pembayaran bagi hasil diterima dari
pengelola dana.

3. Penyisihan Kerugian Pembiayaan Mudharabah


Rekening ini digunakan untuk mencatat pembentukan penyisihan atau
cadangan kerugian atas pembiayaan mudharabah. Rekening ini dikredit
pada saat pengakuan untuk membentuk penyisihan kerugian atas investasi
mudharabah, dan didebit pada saat dilakukan pencatatan untuk
penghapusan investasi mudharabah.
4. Keuntungan Mudharabah Tangguhan
Rekening ini digunakan untuk mencatat selisih lebih dari nilai wajar diatas
nilai tercatat dari aset nonkas yang diserahkan. Rekening ini dikredit pada
saat pembentukan keuntungan mudharabah tangguhan, dan didebit pada
saat dilakukan amortisasi keuntungan tangguhan menjadi keuntungan yang
dapat direalisasi.
Akun-akun di Laporan Laba Rugi berdasarkan PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah.
1. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
Rekening ini dilakukan untuk mencatat pendapatan bagi hasil mudharabah,
baik yang diterima secara tunai maupun akrual. Rekening pendapatan bagi
hasil dikredit pada saat penerimaan dan pengakuan pendapatan bagi hasil
yang menjadi hak bagi pemilik dana, dan didebit pada saat dipindahkan ke
rekening.
2. Kerugian Pembiayaan Mudharabah
Rekening ini digunakan untuk mencatat kerugian yang timbul dalam
pembiayaan mudharabah yang disebabkan karena kehilangan, kerusakan,
penurunan nilai sebelum dimulai usaha, dan bukan kelalaian atau
kesalahan pengelola (mudharib).
3. Keuntungan (Penyerahan Aset Mudharabah)
Rekening ini untuk mencatat keuntungan mudharabah atas penyerahan
modal aset nonkas sebesar amortisasi keuntungan tangguhan. Rekening ini
dikredit

pada saat amortisasi keuntungan tangguhan dari penyerahan

modal aset nonkas, dan dikredit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar
Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.

10

2.7 Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Mudharabah


Kasus transaksi pembiayaan mudharabah
Tanggal 1 Agustus 2014 Bank Murni Syariah (BMS) menyetujui pemberian
fasilitas mudharabah Muthlaqalah PT Haniya yang bergerak di bidang SPBU
dengan kesepakatan sebagai berikut.
Plafon

: Rp 1.450.000.000

Objek bagi hasil

: Pendapatan (gross profit sharing)

Nisbah

: 70% PT Haniya dan 30% BMS

Jangka waktu

: 10 bulan (jatuh tempo tanggal 10 Juni 2015)

Biaya Administrasi

: Rp 14.500.000 (dibayar saat akad ditandatangani)

Pelunasan

: Pengembalian pokok di akhir periode

Keterangan

: Modal dari BMS diberikan secara tunai tanggal 10

Agustus 2014. Pelaporan dan pembayaran bagi hasil oleh nasabah dilakukan
setiap tanggal 10 mulai bulan September.
1. Perhitungan Transaksi Mudharabah
Perhitungan yang diperlukan

dalam transaksi mudharabah adalah

perhitungan bagian bank atas bagi hasil yang diperoleh.


2. Penjurnalan Transaksi Mudharabah
a. Saat Penandatanganan Akad Mudharabah
Jurnal

pada tanggal

1 Agustus

atau

saat akad

mudharabah

ditandatangani terdiri atas jurnal pembukaan rekening administratif


komitmen pembiayaan PT Haniya dan jurnal pembebanan biaya
administrasi.
Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

11

01/08/14 Db.

Pos

lawan

komitmen 1.450.000.000

administratif pembiayaan
Kr.

Kewajiban

komitmen

1.450.000.000

administratif pembiayaan
(izin

tarik

tgl

10

Agustus

sebesar 1.450.000.000)

Db. Kas/Rekening nasabah - PT. 14.500.000


Haniya
Kr. Pendapatan administrasi

14.500.000

b. Penyerahan Pembiayaan Mudharabah


Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal
usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105
disebutkan bahwa dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana
diakui sebagai pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas kepada
pengelola dana. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan.
Misalkan tanggal 10 Agustus 2014, BMS mencairkan pembiyaan sebesar Rp
1.450.000.000 untuk pembiayaan mudharabah.

Tanggal
05/10/14

Rekening
Db. Pembiayaan mudharabah*
Kr. Kas/Rekening nasabah

Debit

Kredit

1.450.000.000
1.450.000.000

12

05/10/14

Db.

Kewajiban

komitmen 14.500.000

administratif pembiayaan
Kr.

Pos

lawan

komitmen

14.500.000

administratif pembiayaan
*dalam praktik perbankan istilah investasi syariah, sebagaimana yang
terdapat dalam PSAK 105, belum umum dipakai. Saat ini perbankan syariah di
Indonesia masih menggunakan istilah pembiayaan syariah.
c. Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 22 dinyatakan bahwa pengakuan penghasilan
usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana dan tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi bagi hasil. Sekiranya hasil usaha belum
dibayar oleh pengelola, bagian tersebut diakui sebagai piutang.
Berikut adalah realisasi laba bruto PT Haniya selama 10 bulan yang dilaporkan
setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
No.

Bulan

Jumlah laba

Porsi bank

Tanggal

Tanggal

bruto

30%

Pelaporan

Pembayaran

Bagi Hasil

Hasil

(Rp)

(Rp)

Agustus

20.000.000

6.000.000

10 Sep

10 Sep

September

50.000.000

15 000.000

10 Okt

10 Okt

Oktober

45.000.000

13.500.000

10 Nov

10 Nov

November

40.000.000

12.000.000

10 Des

10 Des

13

Desember

60.000.000

18.000.000

10 Jan

10 Jan

Januari

50.000.000

15.000.000

10 Feb

10 Feb

Februari

40.000.000

12.000.000

10 Mar

10 Mar

Maret

50.000.000

15.000.000

10 Apr

10 Apr

April

55.000.000

16.500.000

10 Mei

05 Jun

10

Mei

60.000.000

18.000.000

15 Jun

15 Jun

Klasifikasi transaksi di atas yaitu sebagai berikut.


1) Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan
pelaporan bagi hasil, seperti pada bulan Agustus, September, Oktober
November, Desember, Januari, Februari, Maret. Bentuk transaksinya
sebagai berikut.
Tanggal
10/09/14

Rekening

Debit (Rp)

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

Kredit (Rp)

6.000.000

hasil

6.000.000

mudharabah
10/10/14

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

15.000.000

hasil

15.000.000

mudharabah
10/11/14

Db. Kas/Rekening nasabah

13.500.000

14

Kr.

Pendapatan

bagi

hasil

13.500.000

mudharabah
10/12/14

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

12.000.000

hasil

12.000.000

mudharabah
10/01/15

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

18.000.000

hasil

18.000.000

mudharabah
10/02/15

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

12.000.000

hasil

12.000.000

mudharabah
10/03/15

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

15.000.000

hasil

15.000.000

mudharabah
10/04/15

Db. Kas/Rekening nasabah


Kr.

Pendapatan

bagi

15.000.000

hasil

15.000.000

mudharabah

2) Penerimaan bagi hasil yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal


pelaporan bagi hasil seperti pada bulan April dan Mei. Berdasarkan PSAK
105 disebutkan bahwa bagian hasil usaha belum dibayar oleh pengelola,
maka bagian tersebut diakui sebagai piutang. Bentuk transaksinya adalah
sebagai berikut.
Tanggal

Rekening

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

15

10/05/15

Db. Piutang pendapatan bagi hasil 16.500.000


mudharabah
Kr.

Pendapatan

bagi

hasil

16.500.000

mudharabah akrual
05/06/15

Db. Kas/rekening nasabah

16.500.000

Kr. Piutang pandapatan bagi hasil

16.500.000

mudharabah
10/06/15

Db. Piutang pendapatan bagi hasil 18.000.000


mudharabah
Kr.

Pendapatan

bagi

hasil

18.000.000

mudharabah akrual
15/06/15

Db. Kas/rekening nasabah

18.000.000

Kr. Piutang pandapatan bagi hasil

18.000.000

mudharabah

d. Saat Akad Berakhir


Pada tanggal 10 juni, saat jatuh tempo, PT Haniya malunasi pembiayaan
mudharabah sebesar Rp 1.450.000.000. Maka, jurnal transaksi tersbut adalah
sebagai berikut.
Tanggal
10/06/15

Rekening
Db. Kas/rekening nasabah
Kr. Pembiayaan mudharabah

Debit (Rp)

Kredit (Rp)

1.450.000.000
1.450.000.000

16

Variasi Transaksi
A. Pembiayan mudharabah dengan menggunakan asset non-kas
Secara teori, transaksi pembiayaan mudharabah dapat dialkukan dengan
menggunakan aset non-kas. Akan tetapi secara praktiknya, transaksi jenis ini
tidak lazim diterapkan dalm dunia perbankan syariah. Akan tetapi, jika suatu
bank syariah melakukan pembiayaan mudharabah menggunakan aset non
kas, dapat mengacu pada paragraph 12 dan 13 PSAK 105.
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 12, disebutkan bahwa dana mudharabah yang
disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai pembiayaan mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada pengelola dana .
penggunaan aset non-kas memungkinkan tiga variasi, yaitu nilai wajar aset
sama dengan nilai tercatatnya, nilai wajar aset lebih tinggi dari nilai tercatatnya
dan nilai wajar lebih rendah dari nilai yang tercatat..
a)
Nilai wajar aset mudharabah non-kas sama dengan niai yang tercatatnya
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa pembiayaan
mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas
pada penyerahan. Contoh : pada tanggal 10 Agustus 2016, Bank telah memiliki
peralatan pompa bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000,- (harga
perolehan

Rp.

1.500.000.000.000,-

dengan

penyusutan

Rp.

100.000.000.000.000,-). Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT


Tropical sebagai pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai dengan nilai Rp.
1.400.000.000,-. Maka jurnal transaksinya yaitu :

Rekening
Pembiayaan mudharabah
Akumulasi penyusutan
Aset non-kas

Debit
1.400.000.000
100.000.000.

Kredit
1.500.000.000

b) Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih tinggi niai yang tercatatnya
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa jika nilai wajar aset
non-kas lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya dakui

17

sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad


mudharabah. (PSAK 105 paragraf 13b-i)
Contoh : pada tanggal 10 Agustus 2016, Bank telah memiliki peralatan
pompa bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000,- (harga
perolehan Rp. 1.500.000.000,- dengan penyusutan Rp. 100.000.000.,-).
Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT Tropical sebagai
pembiayaan

berwujud

non-kas

dan

dihargai

dengan

nilai

Rp.

1.450.000.000,-. Maka jurnal transaksinya yaitu :


Tanggal

Rekening

Debit

10

Pembiayaan

1.450.000.000

Agustus

mudharabah
Akumulasi

100.000.000

2016

penyusutan
Aset non-kas
Keuntungan

Kredit

1.500.000.000
50.000.000

tangguhan
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-I, keuntungan tangguhan tersebut
diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad

Rekening
Keuntungan tangguhan
Keuntungan
Amortisasi= total keuntungan
tangguhan/jumlah

periode

Debit
500.000.000

Kredit
500.000.000*

=50.000.000

amortisasi
Misalkan pada kasus diatas, dnegan lama akad 10 bulan, dan bank
melakukan amortisasi setiap bulan, maka jurnal amortisasi setiap bulan yaitu
:
c) Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih rendah niai yang tercatatnya

18

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-ii, disebutkan bahwa jika nilai wajar
aset non-kas lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya dakui
sebagai kerugian (PSAK 105 paragraf 13b-i)
Contoh : pada tanggal 10 Agustus 2016, Bank telah memiliki peralatan
pompa bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000,- (harga
perolehan

Rp.

1.500.000.000,-

dengan

penyusutan

Rp.

100.000.000.000.000,-). Peralatan tersebut selanjutnya diserahkan kepada PT


Tropical sebagai pembiayaan berwujud non-kas dan dihargai dengan nilai
Rp. 1.200.000.000.000.000,-. Maka jurnal transaksinya yaitu :
Tanggal

Rekening

10

Pembiayaan

Agustus

mudharabah

Debit

Kredit

1.200.000.000.000.000

2016
Akumulasi

100.000.000.000

penyusutan
Kerugian
Aset non-kas
Ket: pencatatan
penyerahan
non-kas

200.000.000.000
1.500.000.000

aset

dengan

nilai wajar lebih


rendah dari nilai
buku
B. Kerugian usaha mudharabah
Kerugian usaha mudharabahdapat dibeadakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 21, disebutkan bahwa kerugian yang terjadi
dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai
kerugian dan dibentuk cadangan kerugian investasi.
Misalkan untuk bagi hasil bulan April, dilaporkan pada tanggal 30 April 2016
dilaporkan bahwa PT Tropical mengalami kerugian sebesar Rp. 40.000.000
akibat bencana alam longsor yang mengenai pom bensin yang dikelola.

19

Rekening
Beban kerugian mudharabah
Cadangan kerugian pembiayaan mudharabah

Debit

Kredit

40.000.000
40.000.000

Cadangan kerugian sebesar Rp. 40.000.000tersebut menunjukkan bahwa bank


syariah menanggung 100% kerugian pembiayaan mudharabah yang terjadi.
Implikasi dari adanya cadangan kerugian tersebut adalah berkurangnya
pengembalian modal pembiayaan mudharabah yang ditanggung bank syariah.
Dengan demikian jurnal saat PT Tropical mengembalikan modal mudharabah
pada waktu jatuh tempo adalah:

Rekening
Debit
Kredit
Kas/ Rekening Nasabah
1.410.000.000
Cadangan kerugian mudharabah
40.000.000
Pembiayaan Mudharabah
1.450.000.000
Dalam praktik perbankan, pengakuan kerugian pada pembiayaan
mudharabah sejauh ini diperlakukan mengikuti kebijakan kolektibilitas
Bank Indonesia.
a) Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola
1) Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih
mampu melanjutkan usaha
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 23 disebutkan bahwa kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan
tidak mengurangi pembiayaan mudharabah.
Misalkan untuk bagi hasil bulan April, dilaporkan tanggal 10 Mei 2016
dilaporkan bahwa PT Tropical mengalami kerugian sebesar Rp. 40.000.000,setelah diteliti kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola (mudharib)
Tidak ada Jurnal
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 18, kelalaian atas pengelola dana antara lain
ditunjukan oleh:
a. Persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak terpenuhi
b. Tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lazim dana
atau yang telah ditentukan dalam akad, atau

20

Informasi singkat pembiayaan mudharabah :


Besarnya investasi bank Rp. 1.000.000
Angsuran pokok dibayarkan 10 x dalam setiap bulan @ Rp.
100.000
Bagi hasil c.
ditentukan
berdasarkan
dari proyeksi profit.
Hasil keputusan
dari institusinisbah
yang berwenang
Kerugian disebabkan
karenaRp.
kelalaian
pengelola
dan dipandang tidak masih
Profit yang2)diproyeksikan
sebesar
20.000
perbulan.
mampu melanjutkan usaha (bangkrut)
Pencairan Dalam
dilakukan
Januari 2009 yang terjadi pada nasabah yang lalai sangat
praktik10perbankan,kerugian
menyebabkan
tidak mampu
lagisetiap
melanjutkan
usaha atau
Angsuran mungkin
pokok dan
bagi hasilnasabah
dijadwalkan
dibayar
tanggal
mengalami
Dalam
ini bank syariah
juga bias mengikuti
10, yaitu tanggal
10kebangkrutan.
Februari 2009
s.d hal
11 November
2009
perlakuan kebijakan kolektibilitas Bank Indonesia.
Kasus 7.2 Transaksi Pembiayaan Mudharabah-kasus bermasalah

b)

Jurnal untuk ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut.


Jurnal saat pencairan
Misalkan pada tanggal 10 Januari 2009, bank melakukan pencairan ke rekening
nasabah, maka jurnal saat pencairan yaitu:
Rekening
Pembiayaan mudharabah
Kas/ rekening nasabah

Debit
1.000.000

Kredit
1.000.000

Jurnal penyisihan

21

Saat akhir bulan 31 Januari 2009, bank melakukan penilaian atas kualitas aset.
Karena baru cair dan status lancer, bank wajib membentuk cadangan kerugian
sebesar 1 %.
Rekening
Biaya penyisihan penghapusan
Penyisihan penghapusan

Debit
10.000

Kredit
10.000

Biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp. 10.000 masuk ke L/R, sedang


penyisihan penghapusan sebesar Rp. 10.000 masuk ke sisi aset neraca sebagai
contra account mudharabah.
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset yaitu:
Pembiayaan mudharabah

Rp. 1.000.000

Penyisihan penghapusan

Rp.

(10.000)

Pembiayaan mudharabah net

Rp.

990.000

Misalkan selama bulan Februari, Maret, dan April nasabah rutin mengangsur
pokok dan bagi hasil kepada bank syariah dengan jumlah sebagai berikut.
Bulan
Februari
Maret
April
Misalkan

Jumlah Laba

Porsi bank 60%

Jumlah angsuran

(Rp)

(Rp)

pokok

20.000
22.000
19.000
pada bulan Februari

12.000
100.000
13.200
100.000
11.400
100.000
2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi

hasil. Realisasi profit adalah Rp.20.000. jurnal untuk angsuran pokok dan bagi
hasil pada tanggal tersebut adalah:
Rekening
Rekening nasabah
Pembiayaan mudharabah

Debit
100.000

Rekening nasabah
Pendapatan bagi hasil

12.000

Kredit
100.000
12.000

22

Ket. Angsuran pokok porsi bagi hasil


diterima bulan Februari
Rekening nasabah
Pembiayaan mudharabah

100.000
100.000

Rekening nasabah
13.100
Pendapatan bagi hasil
Ket. Angsuran pokok porsi bagi hasil

13.100

diterima bulanMaret
Rekening nasabah
Pembiayaan mudharabah

100.000

Rekening nasabah
11.400
Pendapatan bagi hasil
Ket. Angsuran pokok porsi bagi hasil

100.000
11.400

diterima bulan April


Misalkan pada tanggal 10 Mei 2009. Nasabah tidak mengangsur pokok dan
bagi hasil. Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari yang lalu, usaha nasabah
berhenti total karena kebakaran akibat kecerobohan nasabah.
Jurnal angsuran pokok : 0
Jurnal bagi hasil : 0
Atas kejadian ini, bank melakukan kolektibilitas 5 pada investasi yangd
isalurkan tersebut. Hal ini disebabkan karena sudah tidak dimungkinkan lagi
usaha yang dibiayai memberikan hasil atau keuntungan.
Saldo pokok investasi saat ini yang belum terbayar adalah Rp. 700.000 ( 1
juta-300 ribu dari 3 kali angsuran pokok). Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, maka investasi kolektibilitas harus menentukan cadangan kerugian
100% dari saldo pokok investasi yang belum terbayar.
Penyisihan yang harus dibentuk: 100% x 700.000 = 700.000
Penyisihan yang telah dibentuk pada 31 Juni 2009 = 10.000

23

Kekurangan penyisihan

= 690.000

Jurnal penyisihan Penghapusan


Sesuai ketentuan BI, kualitas investasi atau tingkat kolektibilitas ditentukan
pada akhir bulan. Mak pada tanggal 31 Mei 2009, bank mengakui adanya biaya
penyisihan penghapusan dengan jurnal sebagi berikut:
Rekening
Debit
Kredit
Biaya penyisihan penghapusan
690.000
Penyisihan penghapusan
690.000
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah :
Pembiayaan mudharabah

= Rp. 700.000

Penyisihan penghapusan

= Rp. (700.000)

Pembiayaan mudharabah net

= Rp. 0

Jurnal Penghapusbukuan
Sebagai perusahaan berbadan hokum, maka bank melakukan penghapusbukuan
atas investasi ini sesuai prosedur misalnya melalui RUPS. Disepakati bahwa
hapus buku dilaukan 12 bulan kemudian setelah diajukan ke RUPS tahun buku
2009. Hapus buku dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010. Maka jurnal
penghapus bukuan pembiayaan mudharabah yaitu:
Rekening
Penyisihan penghapusan
Pembiayaan mudharabah

Debit
700.000

Kredit
700.000

Jurnal penerimaan kembali investasi yang telah dihapus buku


Misalkan pada tanggal 1 Juni 2010, nasabah dengan itikad baik melakukan
angsuran pokok invetasi. Hal ini dikarenakan kerugian pembiayaan
mudharabah terjadi akibat kelalaian nasabah. Sesuai kemampuan arus kasnya,

24

maka nasabah mengangsur 300.000. jurnal atas penerimaan angsuran atas


investasi yang telah dihapusbukukan.
Rekening
Kas/ rekening nasabah
Penyisihan penghapusan

Debit
300.000

Kredit
300.000

Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Mudharabah dalam Laporan


Keuangan
Berdasarkan PAPSI 2013 hal hal yang terkait transaksi pembiayaan
mudharabah antara lain:
1. Pembiayaan Mudharabah dalam bentuk kas diakui pada saat pencairan
sebesar jumlah uang yang diberikan Bank kepada pengelola dana (nasabah).
2. Pembiayaan Mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap
tahap pembayaran.
3. Pembayaran kembali pembiayaan Mudharabah oleh pengelola dana
(nasabah) akan mengurangi pembiayaan Mudharabah.
4. Kerugian pembiayaan Mudharabah yang terjadi selama masa akad diakui
sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah.
5. Keuntungan yang dihasilkan dari pembiayaan Mudharabah diakui pada
periode terjadinya hak bagi hasil berdasarkan laporan hasil usaha yang
disampaikan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati.
6. Keuntungan pembiayaan Mudharabah yang telah menjadi hak Bank dan
belum dibayarkan oleh nasabah diakui sebagai piutang bagi hasil.
7. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah
berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah maka saldo pembiayaan
Mudharabah tetap diakui sebagai pembiayaan Mudharabah yang wajib
diselesaikan oleh mudharib.
Penyajian Transaksi Mudharabah dalam Laporan Keuangan

25

Menurut PAPSI 2013, akun akun yang berkaitan dengan transaksi


pembiayaan mudharabah disajikan sebagai berikut:
1. Pembiayaan Mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan Mudharabah
nasabah kepada Bank.
2. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat
nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong nonperforming maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administratif.
3. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah disajikan
sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan Mudharabah.
4. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah
berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan sebagai
bagian dari pembiayaan Mudharabah.
Pengungkapan Transaksi Mudharabah
Berdasarkan PAPSI 2013 hal hal yang harus diungkapkan terkait
transaksi pembiayaan mudharabah antara lain:
1. Rincian

jumlah

pembiayaan

Mudharabah

berdasarkan

sifat

akad

(Mudharabah mutlaqah atau Mudharabah muqayadah), jenis penggunaan


dan sektor ekonomi.
2. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad),
kualitas pembiayaan, valuta, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan
tingkat bagi hasil rata-rata.
3. Jumlah dan persentase pembiayaan Mudharabah yang diberikan kepada
pihak-pihak berelasi.
4. Jumlah pembiayaan Mudharabah yang telah direstrukturisasi dan informasi
lain tentang pembiayaan Mudharabah yang dire-strukturisasi selama
periode berjalan.
5. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio
pembiayaan Mudharabah.
6. Besarnya pembiayaan Mudharabah bermasalah dan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai untuk setiap sektor ekonomi.

26

7. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan Mudharabah


bermasalah.
8. Ikhtisar pembiayaan Mudharabah yang dihapus buku yang menunjukkan
saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas
pembiayaan Mudharabah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan
Mudharabah yang telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan
Mudharabah yang dihapus buku.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan
kepada nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada
dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.
Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak

27

lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang


dituangkan dalam kontrak. Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan
menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat
Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah
dimana si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab
yang tinggi, sesuai dengan prisip Syariah dan berupaya agar usahanya tidak
terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh resiko bisnis;
2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan
3. Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh
sipengelola.
Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka
atas kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi
kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang
sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus
ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus
dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh karena itu untuk memperkecil
kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul
mal harus dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi
kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang merugikan.
Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah
memperoleh keuntungan.

28

Anda mungkin juga menyukai