PENDAHULUAN
islam.
Manajemen bank syariah serta lembaga keuangan syariah tidak banyak
berbeda dengan manajemen bank konvensional. Namun dengan adanya
landasan syariah serta sesuai dengan peraturan pemerintah yang menyangkut
bank syariah antara lain UU No. 7 Tahun 1992, tentu saja baik organisasi
maupun system operasional bank syariah terdapat perbedaan dengan bank pada
umumnya, terutama
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak dan apabila rugi maka kerugian
akan ditanggung pemilik modal selain kerugian itu bukan akibat kelalaian
pengelola, sebaliknya jika kerugian diakibatkan karena kekurangan atau
kelalaian pengelola maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
Dasar hukum pembiayaan mudharabah adalah UU RI No.10 tahun 1998
tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan berdasarkan
surat keputusan direksi BI No.32/ Kep/ Dir, tentang bank umum berdasarkan
prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi penyaluran
dana melalui
musyarakah dan bagi hasil lainnya. Berdasarkan prinsip ini, bank islam akan
berfungsi sebagai mitra , baik dengan penabung maupun dengan pengusaha
yang meminjam dana.
serta
2. Mengetahui tentang
3.
4.
5.
6.
mudharabah
Mengetahui tentang pengawasan terhadap pembiayaan mudharabah
Mengetahui tentang alur transaksi mudharabah
Mengetahui tentang cakupan standar akuntansi mudharabah
Mengetahui tentang teknis perhitungan serta pencatatan (jurnal)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Secara bahasa, kata Mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya
melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga. Sedangkan menurut
Antonio (2001) mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak di
mana pihak pertama (Shahibul Mall) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.
dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat keuntungan
yang dihasilkan oleh mudharib.
Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana
dengan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal
tempat, cara, maupun objek investasi. Kontrak mudharabah muthlaqah dalam
perbankan syariah digunakan untuk tabungan maupun pembiayaan. pada
tabungan, penabung berperan sebagai pemilik dana, sedangkan bank berperan
sebagai pengelola danayang mengontribusikan keahliannya dalam mengelola
dana penabung. Adapun pembiayaan mudharabah, bank berperan sebagai
pemilik dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain
yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya.
Muhdharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad
musytarakah ini merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola
dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang di
lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan
investasi.
Rukun Transaksi Mudharabah
Transaktor
Kedua transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor biasa
disebut dengan istilah shahibul maal, sedangkan pengelola biasa disebut dengan
istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi beraktivitas.
Kriteria kompetensi tersebut antara lain mampu membedakan yang baik dan
yang buruk (baligh) dan tidak dalam tercekal seperti pailit.
Objek Mudharabah
Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Fatwa dewan syariah nasional
nomor 7 tahun 200 tentang pembiayaan mudharabah menyatakan bahwa
kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang
disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi dia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian
rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu
keuntungan.
3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktivitas itu.
Syarat pembagian keuntungan dalam pemnbiayaan mudharabah meliputi halhal sebagai berikut.
1. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
2. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat
proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan.
3. Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan pengelola
tidak boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran keepakatan.
4. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka
mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut.;
Kesepakatan pembagian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada waktu
kontrak. Dewan syariah nasional dalam fatwa DSN nomor 15 tahun 2000
menyatakan bahwa bank syariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.
Jumlah
100
Laba bruto
65
35
Beban
Laba rugi neto
25
10
Profit sharing
Jumlah
100
65
35
Beban
Laba rugi neto
25
10
Profit sharing
adanya
persetujuan
para
pihak
dalam
perjanjian
pembiayaan mudharabah.
4. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat mudharabah.
5. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk
jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah.
NASABAH
(Mudharib)
1.Negoisasi dan
Akad Mudharabah
4a. Menerima
Porsi Laba
5.
Menerima
Kembalian Modal
4b. Menerima
Porsi Laba
2, Pelaksanaan
Usaha Produktif
3. Membagi hasil Usaha
Keterangan :
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan cara mengisikan
formulir yang akan diberikan ke pada Bank Syariah beserta dokumen
pendukung.
Pihak
Bank
akan
mengevaluasi
kelayakan
pembiayaan
8
modal aset nonkas, dan dikredit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar
Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.
10
: Rp 1.450.000.000
Nisbah
Jangka waktu
Biaya Administrasi
Pelunasan
Keterangan
Agustus 2014. Pelaporan dan pembayaran bagi hasil oleh nasabah dilakukan
setiap tanggal 10 mulai bulan September.
1. Perhitungan Transaksi Mudharabah
Perhitungan yang diperlukan
pada tanggal
1 Agustus
atau
saat akad
mudharabah
Rekening
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
11
01/08/14 Db.
Pos
lawan
komitmen 1.450.000.000
administratif pembiayaan
Kr.
Kewajiban
komitmen
1.450.000.000
administratif pembiayaan
(izin
tarik
tgl
10
Agustus
sebesar 1.450.000.000)
14.500.000
Tanggal
05/10/14
Rekening
Db. Pembiayaan mudharabah*
Kr. Kas/Rekening nasabah
Debit
Kredit
1.450.000.000
1.450.000.000
12
05/10/14
Db.
Kewajiban
komitmen 14.500.000
administratif pembiayaan
Kr.
Pos
lawan
komitmen
14.500.000
administratif pembiayaan
*dalam praktik perbankan istilah investasi syariah, sebagaimana yang
terdapat dalam PSAK 105, belum umum dipakai. Saat ini perbankan syariah di
Indonesia masih menggunakan istilah pembiayaan syariah.
c. Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 22 dinyatakan bahwa pengakuan penghasilan
usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana dan tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi bagi hasil. Sekiranya hasil usaha belum
dibayar oleh pengelola, bagian tersebut diakui sebagai piutang.
Berikut adalah realisasi laba bruto PT Haniya selama 10 bulan yang dilaporkan
setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
No.
Bulan
Jumlah laba
Porsi bank
Tanggal
Tanggal
bruto
30%
Pelaporan
Pembayaran
Bagi Hasil
Hasil
(Rp)
(Rp)
Agustus
20.000.000
6.000.000
10 Sep
10 Sep
September
50.000.000
15 000.000
10 Okt
10 Okt
Oktober
45.000.000
13.500.000
10 Nov
10 Nov
November
40.000.000
12.000.000
10 Des
10 Des
13
Desember
60.000.000
18.000.000
10 Jan
10 Jan
Januari
50.000.000
15.000.000
10 Feb
10 Feb
Februari
40.000.000
12.000.000
10 Mar
10 Mar
Maret
50.000.000
15.000.000
10 Apr
10 Apr
April
55.000.000
16.500.000
10 Mei
05 Jun
10
Mei
60.000.000
18.000.000
15 Jun
15 Jun
Rekening
Debit (Rp)
Pendapatan
bagi
Kredit (Rp)
6.000.000
hasil
6.000.000
mudharabah
10/10/14
Pendapatan
bagi
15.000.000
hasil
15.000.000
mudharabah
10/11/14
13.500.000
14
Kr.
Pendapatan
bagi
hasil
13.500.000
mudharabah
10/12/14
Pendapatan
bagi
12.000.000
hasil
12.000.000
mudharabah
10/01/15
Pendapatan
bagi
18.000.000
hasil
18.000.000
mudharabah
10/02/15
Pendapatan
bagi
12.000.000
hasil
12.000.000
mudharabah
10/03/15
Pendapatan
bagi
15.000.000
hasil
15.000.000
mudharabah
10/04/15
Pendapatan
bagi
15.000.000
hasil
15.000.000
mudharabah
Rekening
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
15
10/05/15
Pendapatan
bagi
hasil
16.500.000
mudharabah akrual
05/06/15
16.500.000
16.500.000
mudharabah
10/06/15
Pendapatan
bagi
hasil
18.000.000
mudharabah akrual
15/06/15
18.000.000
18.000.000
mudharabah
Rekening
Db. Kas/rekening nasabah
Kr. Pembiayaan mudharabah
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
1.450.000.000
1.450.000.000
16
Variasi Transaksi
A. Pembiayan mudharabah dengan menggunakan asset non-kas
Secara teori, transaksi pembiayaan mudharabah dapat dialkukan dengan
menggunakan aset non-kas. Akan tetapi secara praktiknya, transaksi jenis ini
tidak lazim diterapkan dalm dunia perbankan syariah. Akan tetapi, jika suatu
bank syariah melakukan pembiayaan mudharabah menggunakan aset non
kas, dapat mengacu pada paragraph 12 dan 13 PSAK 105.
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 12, disebutkan bahwa dana mudharabah yang
disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai pembiayaan mudharabah pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada pengelola dana .
penggunaan aset non-kas memungkinkan tiga variasi, yaitu nilai wajar aset
sama dengan nilai tercatatnya, nilai wajar aset lebih tinggi dari nilai tercatatnya
dan nilai wajar lebih rendah dari nilai yang tercatat..
a)
Nilai wajar aset mudharabah non-kas sama dengan niai yang tercatatnya
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa pembiayaan
mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas
pada penyerahan. Contoh : pada tanggal 10 Agustus 2016, Bank telah memiliki
peralatan pompa bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000,- (harga
perolehan
Rp.
1.500.000.000.000,-
dengan
penyusutan
Rp.
Rekening
Pembiayaan mudharabah
Akumulasi penyusutan
Aset non-kas
Debit
1.400.000.000
100.000.000.
Kredit
1.500.000.000
b) Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih tinggi niai yang tercatatnya
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13, disebutkan bahwa jika nilai wajar aset
non-kas lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya dakui
17
berwujud
non-kas
dan
dihargai
dengan
nilai
Rp.
Rekening
Debit
10
Pembiayaan
1.450.000.000
Agustus
mudharabah
Akumulasi
100.000.000
2016
penyusutan
Aset non-kas
Keuntungan
Kredit
1.500.000.000
50.000.000
tangguhan
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-I, keuntungan tangguhan tersebut
diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad
Rekening
Keuntungan tangguhan
Keuntungan
Amortisasi= total keuntungan
tangguhan/jumlah
periode
Debit
500.000.000
Kredit
500.000.000*
=50.000.000
amortisasi
Misalkan pada kasus diatas, dnegan lama akad 10 bulan, dan bank
melakukan amortisasi setiap bulan, maka jurnal amortisasi setiap bulan yaitu
:
c) Nilai wajar aset mudharabah non-kas lebih rendah niai yang tercatatnya
18
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 13b-ii, disebutkan bahwa jika nilai wajar
aset non-kas lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya dakui
sebagai kerugian (PSAK 105 paragraf 13b-i)
Contoh : pada tanggal 10 Agustus 2016, Bank telah memiliki peralatan
pompa bensin dengan nilai buku sebesar Rp. 1.400.000.000,- (harga
perolehan
Rp.
1.500.000.000,-
dengan
penyusutan
Rp.
Rekening
10
Pembiayaan
Agustus
mudharabah
Debit
Kredit
1.200.000.000.000.000
2016
Akumulasi
100.000.000.000
penyusutan
Kerugian
Aset non-kas
Ket: pencatatan
penyerahan
non-kas
200.000.000.000
1.500.000.000
aset
dengan
19
Rekening
Beban kerugian mudharabah
Cadangan kerugian pembiayaan mudharabah
Debit
Kredit
40.000.000
40.000.000
Rekening
Debit
Kredit
Kas/ Rekening Nasabah
1.410.000.000
Cadangan kerugian mudharabah
40.000.000
Pembiayaan Mudharabah
1.450.000.000
Dalam praktik perbankan, pengakuan kerugian pada pembiayaan
mudharabah sejauh ini diperlakukan mengikuti kebijakan kolektibilitas
Bank Indonesia.
a) Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola
1) Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih
mampu melanjutkan usaha
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 23 disebutkan bahwa kerugian akibat
kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan
tidak mengurangi pembiayaan mudharabah.
Misalkan untuk bagi hasil bulan April, dilaporkan tanggal 10 Mei 2016
dilaporkan bahwa PT Tropical mengalami kerugian sebesar Rp. 40.000.000,setelah diteliti kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola (mudharib)
Tidak ada Jurnal
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 18, kelalaian atas pengelola dana antara lain
ditunjukan oleh:
a. Persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak terpenuhi
b. Tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lazim dana
atau yang telah ditentukan dalam akad, atau
20
b)
Debit
1.000.000
Kredit
1.000.000
Jurnal penyisihan
21
Saat akhir bulan 31 Januari 2009, bank melakukan penilaian atas kualitas aset.
Karena baru cair dan status lancer, bank wajib membentuk cadangan kerugian
sebesar 1 %.
Rekening
Biaya penyisihan penghapusan
Penyisihan penghapusan
Debit
10.000
Kredit
10.000
Rp. 1.000.000
Penyisihan penghapusan
Rp.
(10.000)
Rp.
990.000
Misalkan selama bulan Februari, Maret, dan April nasabah rutin mengangsur
pokok dan bagi hasil kepada bank syariah dengan jumlah sebagai berikut.
Bulan
Februari
Maret
April
Misalkan
Jumlah Laba
Jumlah angsuran
(Rp)
(Rp)
pokok
20.000
22.000
19.000
pada bulan Februari
12.000
100.000
13.200
100.000
11.400
100.000
2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi
hasil. Realisasi profit adalah Rp.20.000. jurnal untuk angsuran pokok dan bagi
hasil pada tanggal tersebut adalah:
Rekening
Rekening nasabah
Pembiayaan mudharabah
Debit
100.000
Rekening nasabah
Pendapatan bagi hasil
12.000
Kredit
100.000
12.000
22
100.000
100.000
Rekening nasabah
13.100
Pendapatan bagi hasil
Ket. Angsuran pokok porsi bagi hasil
13.100
diterima bulanMaret
Rekening nasabah
Pembiayaan mudharabah
100.000
Rekening nasabah
11.400
Pendapatan bagi hasil
Ket. Angsuran pokok porsi bagi hasil
100.000
11.400
23
Kekurangan penyisihan
= 690.000
= Rp. 700.000
Penyisihan penghapusan
= Rp. (700.000)
= Rp. 0
Jurnal Penghapusbukuan
Sebagai perusahaan berbadan hokum, maka bank melakukan penghapusbukuan
atas investasi ini sesuai prosedur misalnya melalui RUPS. Disepakati bahwa
hapus buku dilaukan 12 bulan kemudian setelah diajukan ke RUPS tahun buku
2009. Hapus buku dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010. Maka jurnal
penghapus bukuan pembiayaan mudharabah yaitu:
Rekening
Penyisihan penghapusan
Pembiayaan mudharabah
Debit
700.000
Kredit
700.000
24
Debit
300.000
Kredit
300.000
25
jumlah
pembiayaan
Mudharabah
berdasarkan
sifat
akad
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan
kepada nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada
dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.
Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
27
28