Disusun oleh:
2022 M/1443 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya.
Mudharabah muqayyah biasa disebut dengan mudharabah terikat (restricted
mudharabah). Dalam praktik perbankan, mudharabah muqayyah terdiri atas dua
jenis, yaitu mudharabah muqayyah executing dan mudharabah muqayyah
channeling. Pada mudharabah muqayyah executing, bank syariah sebagai
pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat,
cara, dan/atau objek investasi. Akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan
dslam melakukan seleksi terhadap calaon mudharib yang layak mengelola dana
tesebut. Sementara itu pada mudharabah muqayyah channeling, bank syariah
tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan
mengelola dana tersebut.
2. Mudharabah muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara,
maupun objek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memiliki kewenangan yang
sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan.
Kontrak mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk
tabungan maupun pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan
sebagai pemilik dana, sedang bank berperan sebagai pengelola yang
mengontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung. Adapun pada
pembiayaan mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang
menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan
dana untuk keperluan usahanya. Pihak lain yang memerlukan dan mengelola dana
tersebut biasa disebut dengan nasabah pembiayaan. Dana yang diterima oleh bank
dari penabung dilaporkan dalam neraca di bagian dana syirkah, sedangkan dana
yang disalurkan oleh bank kepada nasabah pembiayaan melalui akad
mudaharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian aset lancar. Adapun bagian
bank dari keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib dari kegiatan investasi yang
dilakukannya dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu unsur
1
4
3. Mudharabah Musytarakah
Nasabah dana
bank
dengan sistem Nasabah pengelola
pool of fund
(mudarib)
investor
B.
C. Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah
a. Rukun transaksi mudharabah
1. Transaktor
Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor
biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabbul maal, sedang pengelola
modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki
kompetensi beraktivitas. Kriteria kompetensi tersebut antara lain mampu
membedakan yang baik dan yang buruk (baligh) dan tidak dalam keadaan tercekal
seperti pailit.
2. Objek Mudharabah
1. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
2. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat
proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keuntungan sesuai kesepakatan. Sekiranya terdapat perubahan nisbah,
harus berdasarkan kesepakatan.
3. Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan
dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
4. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib,
maka mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut. Kelalaian
antara lain ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya persyaratan yang
ditentukan di dalam akad; mengalami kerugian tanpa adanya kondisi di
luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah
ditentukan dalam akad; dan hasil putusan dari badan arbitrase atau
pengadilan.
2.
3. Ijab dan Kabul
Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang
merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal
ini, kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam
akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya
untuk mengontribusikan kerja.
Akad mudharabah pada dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam
aspek yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum tersebut antara lain tentang
identitas kedua pihak yang bertransaksi, besar pembiayaan, jangka waktu
pembiayaan, prasyarat pengambilan pembiayaan, jaminan, ketentuan denda,
pelanggaran atas syarat-syarat perjanjian, dan penggunaan Badan Arbitrase
Syariah. Adapun hal spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan
tentang dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit sharing), besar nisbah bagi
hasil, pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk menanggung kerugian kecuali
yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki
tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengadakan pengawasan terhadap
pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan
pembiayaan mudharabah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain
akad yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri
dengan proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun
bagi hasil.
Negoisasi/Akad
Shahibul Maal Mudharib
Mudharabah
Proyek/Usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
Alur ini dapat dipahami bahwa yang menjadi shahibul maal adalah Lembaga
Keuangan Syariah yang mana akan menyediakan dana yang berfungsi sebagai
modal kerja, sedangkan mudharibnya adalah nasabah yang akan menjadi
pengelola dana dalam kegiatan proyek/usahanya. Pembagian keuntungan
dinyatakan dalam nisbah yang telah disepakati di awal akad, dan tidak boleh
dilanggar oleh pihak manapun.
12
1.
E. Cakupan Standar Akuntansi Mudharabah Bagi Bank Syariah
Plafon : Rp1.450.000.000
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 12,
disebutkan bahwa dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
non-kas kepada pengelola dana. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas
diukur sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK 104 paragraf 13a).
Transaksi di atas dapat kita klasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu sebagai
berikut.
Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah disajikan dalam neraca pada bagian
aset. Akun ini merupakan sub-akun dari piutang. Adapun akun pendapatan bagi
hasil mudharabah akrual disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil
tersebut belum berwujud kas, maka pendapatan bagi hasil akrual tidak
diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah penghimpunan.
Untuk keperluan praktis, pendapatan bagi hasil akrual perlu dibedakan dengan
pendapatan bagi hasil yang telah berwujud kas. Dalam pembahasan selanjutnya,
khusus untuk pendapatan yang belum berwujud kas, penulis akan menambahkan
istilah akrual.
a.
b.
c.
d. Saat Akad Berakhir
1. Alternatif 1:
2. Alternatif 2:
Misalkan pada tanggal 10 Juni 2021, saat jatuh tempo, PT Haniya tidak mampu
melunasi pembiayaan mudharabah, maka jurnal pada saat jatuh tempo tersebut
adalah sebagai berikut.
KESIMPULAN
Adapun hal spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan tentang
dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit sharing), besar nisbah bagi hasil,
pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk menanggung kerugian kecuali yang
disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat
usaha dan tempat lainnya untuk mengadakan pengawasan terhadap pembukuan,
catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan pembiayaan
mudharabah baik secara langsung maupun tidak langsung.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah, dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Tazkia Cendekia.
Bank Indonesia. 2006. Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan
Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
21