Anda di halaman 1dari 16

PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MEKANISMENYA PADA BANK

SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bank Syariah


Dosen Pengampu : Naerul Edwin Kiky Aprianto, M.E.

Disusun oleh :

1. Daffa Muhammad Adlen ( 214110202111)

2. Nabila Rifqi Amalia ( 214110202116 )

3. Safira Intan Arifin ( 214110202250 )

4. Dhena Dwi Panji Restu Utama ( 214110202252 )

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF.K.H.SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023
Abstrak
Bank memiliki peran penting sebagai badan penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Sama halnya seperti bank syariah namun tetap dengan memeluk prinsip-prinsip syariah. Dalam
bank yang barbasis syariah memiliki akad yang berbeda dengan bank konvensional. Bank
syariah pada umumnya menganut sistem jual beli, titipan, bagi hasil dan akad-akad syariah
lainya yang tidak mengandung unsur riba. Salah satu akad yang banyak digunakan adalah bagi
hasil atau bisa disebut mudharabah. Namun, masih banyak orang yang kurang memahami
bagaimana madharabah itu. Baik mengenai syarat-syarat nya maupun bagaimana proses dari
akad mudharabah itu sendiri. Hal tersebut melatarbelakangi adanya artikel ini untuk mengetahui
bagaimana mekanisme dari akad mudharabah. Artikel ini ditulis dengan metode deskripsi yang
bersumber dari karya-karya ilmiah sebelumnya. Karya ilmiah yang diambil meliputi 16 jurnal
ilmiah dan 4 buku. Dalam proses penulisan merujuk pada bagaimana akad mudharabah itu
sendiri meliputi pengertian, mekanisme, rukun, dan syarat. Dari artikel ini dapat diambil
simpulan bahwasanya akad mudharabah dilakukan dengan kesepakatan dua pihak dimana salah
satu pihak memberikan uang kepada pihak lain untuk usaha sedangkan keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan pihak yang berkontrak.

Kata kunci:
BAB I
PENDAHULUAN

Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari‟ah untuk mobilisasi dana
masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara
lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. Mudharabah merupakan salah satu akad
kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip bagi hasil dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua
pihak, dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan pihak
kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas pengelolaan dana atau manajemen
usaha halal tertentu disebut mudharib.1

Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang diuntungkan
sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana. Distribusi
pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada akad mudharabah, dimana pembagian hasil usaha
didasarkan pada nisbah yang telah disepakati di awal akad.

Didalam prinsip bagi hasil terdapat produk dengan akad pembiayaan mudharabah. Konsep
mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama atau shahibul maal
menyediakan seluruh modal, dan pihak lainnya hanya menjadi pengelola atau mudharib.
Keuntungan usaha dibagi bersama menurut kesepakatan diawal yang disebut dengan nisbah bagi
hasil. Sedangkan bila mendapat kerugian, maka shahibul maal lah yang menanggungnya, selama
kerugian tersebut bukan kelalaian dari mudharib, apabila kerugian disebabkan oleh mudharib
maka mudharib ikut menanggungnya (Muhammad Syafi'i, 2001).2

Menurut Triyuwono & As’ udi (2007) akad mudharabah merupakan suatu transaksi
pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur penting
dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola
dana (mudharib). Maka mudharabah dalam istilah bahasa inggris tersebut trust financing.
Pemilik dana merupan investor di sebut beneficial ownership atau sleeping partner, dan
pengelola dana di sebut managing truste atau labour partner.3

1
Andrianto,SE,M.Ak, Dr. M.Anang Firmansyah, S.E, M.M. Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan
Praktek)
2
Ahmad Supriyadi, Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah (Suatu Tinjauan yuridis terhadap Praktek
Pembiayaan Di Perbankan Syariah Di Indonesia)
3
Triyuwono,SE,M.Ak, H.Zaenal Arifin,SH,Mkn Akad Mudharabah (Penyaluran Dana Dengan Prinsip Bagi Hasil)
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut PP No. 9 tahun ‟95 tentang koperasi yang melakukan kegiatan pelaksanaan simpan
pinjam, pinjaman yaitu penyediaan uang atau dana antara pihak koperasi dengan pihak lainnya
dengan berdasarkan persetujuan pinjam meminjam yang mewajibkan pihak lainnya atau pihak
peminjam untuk melunasi uang yang dipinjamkannya atau melunasi hutangnya setelah waktu
tertentu ataupun jangka waktu yang panjang disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan4.

Lembaga Keuangan Syariah dalam kegiatan penyaluran dana pembiayaan, wajib


memperhatikan prinsip dalam pemberian pembiayaan agar tidak merugian LKS dan nasabah
yang telah mempercayakan dananya untuk diinvestasikan. Adapun keenam prinsip klasik
tersebut adalah5

1. Character, merupakan watak atau keadaan sifat dari anggota dalam kehidupan pribadi
ataupun dalam lingkungan usaha. Penilaian karakter memiliki kegunaan, yaitu untuk
mengetahui kemauan anggota atau itikad baik dari anggota tersebut untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Karakter anggota dapat
dilihat dari latar belakang pekerjaan, gaya hidup, maupun keadaan keluarga.
2. Capacity, menurut Arthesa dan Handiman 2006 memiliki tujuan untuk menilai dan
mengukur kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya. Sedangkan menurut
Veithzal Rivai dkk 2008 capacity adalah calon nasabah yang memiliki kemampuan untuk
mengelola usahanya dengan mengharapkan mendapatkan laba. Pengukuran capacity
dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya yaitu pendekatan historis dan
pendekatan financial.
3. Capital, yaitu jumlah dana yang dimiliki sendiri oleh calon nasabah. Menurut Veithzal
Rivai dkk, semakin tinggi calon anggota dalam menjalankan usahanya berarti makin
besar modal yang dimiliki calon anggota tersebut, dan lembaga keuangan pun akan lebih
besar memberikan pembiayaan.

4
M. Sholahuddin,, SE., m. Si., Lembaga Eekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2006, h. 117
5
Prof . Dr. H. Buchari Alma, et al., Manajemen Bisnis Syariah edisi revisi, Bandung: Alfabeta,2014, h. 274
4. Collateral, yaitu barang yang diserahkan oleh anggota kepada lembaga keuangan syariah
(bank ataun koperasi) sebagai agunan atas pembiayaan yg telah diterimanya. Penilaian
agunan dapat dilihat dari jenis, bukti kepemilikan, lokasi, dan status hukumnya.
Collateral merupakan agunan yang berwujud fisik maupun non fisik. Jumlah kredit
hendaknya tidak boleh melebihi jaminan, supaya jaminan tersebut dapat dijadikan
pelindung dari resiko kerugian.
5. Condition of Economic, condition artinya prospek atau tidaknya keadaan usaha atau
anggota yang diberikan fasilitas pembiayaan tersebut. Kondisi ekonomi biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ekonomi, politik, sosial, maupun budaya yang
memungkinkan akan mempengaruhi kelancaran usaha calon anggota.
6. Containts, adalah hambatan dan batasan suatu bisnis untuk dilaksanakan atau tidak
memungkinkannnya memulai bisnis di tempat tertentu.

A. Pengertian Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah, merupakan akad kerjasama dalam hal permodalan usaha,
dimana koperasi berperan sebagai pemilik modal (shohibul maal), dan calon anggota sebagai
pengelola (mudharib). Koperasi menyetorkan dananya kepada anggota/calon anggota untuk
kegiatan usaha. Keuntungan dibagi antara koperasi dan anggota/calon anggota sesuai
kesepakatan (nisbah), dan jika terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik modal, apabila
kerugian bukan karena kelalean atau kecurangan dari pengelola.

Istilah Mudharabah menurut fiqih disebut juga Muqaradhah yang artinya bepergian
untuk urusan dagang. Secara Muamalah, Mudhrabah memiliki arti Shohibul maal (pemilik
modal) meberikan modalnya kepada mudharib (pelaku usaha/pedagang/pekerja) untuk
dikelola sebagai usaha, sedangkan jika terjadi keuntungan usaha tersebut, keutungan dibagi
kedua belah pihak menurut kesepakatan yang telah disepakati bersama.6

Bagi hasil adalah perjanjian kerja sama antara bank sebagai pemilik modal dan nasabah
sebagai pengelola modal untuk mendapatkan keuntungan dan membagi keuntungan yang
diterima berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati. Bagi hasil menurut Syariat Islam
diperbolehkan karena Rasulullah SAW juga melakukan bagi hasil, beliau mengambil modal

6
Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, Banten: PAM Press, 2012, h. 37
dari Siti Khadijah saat berdagang di Syria. Bagi hasil juga disebut sebagai bagi hasil dalam
jargon teknis. Dalam prakteknya terdapat dua skema bagi hasil, salah satunya adalah
Mudharabah. Mudharabah berasal dari kata al-darbu fi ardhi yang berarti bepergian untuk
urusan atau berdagang. Disebut juga qiradh, yang berasal dari al-qardhu, artinya al-qath'u
(potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk usaha dan memperoleh
keuntungan (Hendi Suhendi, 2007:135).

Dapat dipahami bahwa Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu
pihak memberikan uang kepada pihak lain untuk usaha sedangkan keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan pihak yang berkontrak. Salah seorang ulama bernama Fuqaha
menjelaskan bahwa Mudharabah adalah akad antara dua pihak, orang saling memikul, pihak
yang satu menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk dijual dengan pembagian
keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya, seperti setengah atau satu. yang ketiga dengan
persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Alasan penggunaan akad Mudharabah karena
pengelolaan dana tabungan diserahkan sepenuhnya kepada Mudharib. Prinsip Mudharabah
adalah bahwa pekerjaan sepenuhnya dialihkan kepada Mudharabah (pemimpin) dan pemilik
harta tidak diperbolehkan campur tangan dalam pengelolaan harta Mudharabah. Hubungan
bagi hasil antara Sahibul Mali dan Mudharib didasarkan pada kesepakatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Secara teknis, bagi hasil tabungan pendidikan dalam akad
Mudharabah didasarkan pada saldo rata-rata bulanan yang dihitung setiap akhir bulan dan
awal bulan berikutnya. Kredit pendidikan ini hanya dapat ditarik satu kali per term yaitu. pada
akhir periode.

B. Jenis Mudharabah
Secara umum klasifikasi jenis dari akad mudharabah yaitu:

1) Mudharabah Muthlaqah, pengelola dana atau pihak kedua mempunyai kewenangan


dalam pengelolaan dananya dalam usaha yang akan dijalankan dengan tujuan
keberhasilan mudharabah tersebut. Jika terjadi kerugian yang disebabkan oleh pengelola
dana seperti kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana wajib atas konsekuensi
yang ditimbulkan. Sebaliknya jika kerugian tersebut dikarenakan oleh bencana alam, dan
bukan kelalean pengelola dana maka kerugian tersebut ditanggung oleh si pemilik dana.
2) Mudharabah Muqayadah, mudharabah jenis ini pemilik dana memberikan batasan-
batasan kepada pihak pengelola antara lain mengenai dana, cara, lokasi, dan/atau objek
investasi dalam usahanya. Misalnya, pada PSAK Part 7 dana yang dimiliki pemilik dana
tidak dicampurkan dengan dana lainnya, dananya tidak diinvestasikan pada kegiatan
teransaksi penjualan cicilan tanpa adanya jaminan atau pengelola dana dalam melakukan
investasi harus melakukan kegiatan tersebut sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
Apabila syarat yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengelola dana ditentang, maka
pengelola dana bertanggung jawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya tersebut,
termasuk konsekuensi keuangan.

C. Landasan Hukum Mudharabah


Akad mudharabah sudah dipraktekan pada zaman Rosullah, kisah tersebut dapat
diambil dari kisah Rosulullah yang pernah melakukan teransaksi dengan Siti Khadijah,
dimana siti Khadijah sebagai shohibul maal atau pemilik dana, sedangkan Rosulullah
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana tersebut. Adapun landasan hukum tentang
mudharabah:

1. Al Qur’an

Q.S. Al- Baqarah (2) ayat 283:11 7


‘’Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

7
Drs. H. M. Ichwan Sam dkk, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014, h. 78
Q.S. Al-Muzzammil (73) ayat 208

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)


kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali
tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi
keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan
orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja
yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”

2. Al Hadist9
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah; jual beli tidak secara
tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum kualitas baik dengan
gandum kualitas rendah untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majah dari Shuhayb)

D. Rukun dan Syarat Mudharabah


Rukun Mudharabah :

1. Aqidain (dua orang yang mengadakan akad) terdiri dari pemilik modal (malik) dan
pengelola ('amil)
2. Ma'qud 'alaih, yaitu benda-benda yang termuat dalam bagian-bagian akad. Yang terdiri
dari : Jenis pekerjaan ('amal), keuntungan (ribhu) dan modal (ra'sul mal)

8
Q.S. Al-Muzzammil (73) ayat 20
9
Drs. H. M. Ichwan Sam, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014, h. 78-79
 Akad shighat terdiri dari hight ijab (bakti) dan hight qabul (penerimaan)
Syarat-Syarat Mudharabah : Syarat-syarat pihak yang berakad kedua pihak yang
berkontrak, pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola modal (mudarib) harus
memiliki kemampuan untuk bertindak atau berkontrak. Sedang dan dewasa.

 Persyaratan permodalan, yaitu:


1. Modal harus berupa uang atau mata uang yang lazim di pasar. Menurut sebagian
besar ulama, modal dalam Mudharabah tidak bisa berupa barang, bergerak atau
tidak.
2. Jumlah dan nilai modal harus jelas. Modal yang tidak jelas menyebabkan
keuntungan yang tidak jelas sedangkan modal yang tidak jelas adalah syarat
hukum Mudharabah.
3. Modal harus berupa uang tunai, tidak tersedia. Berdasarkan syarat tersebut,
Mudharabah dengan modal berupa utang dari pengelola kepada pemilik modal,
kegagalan dalam penyerahan modal tersebut akan melanggar akad Mudharabah.

 Syarat-syarat keuntungan atau keuntungan dalam akad Mudharabah adalah sebagai


berikut:
a) Jumlah hadiah harus jelas. Selain itu, hubungan bagi hasil antara pemilik modal
dan pemegang modal harus jelas, karena obyek mudharabah, ma'qud alaih atau
akad adalah keuntungan atau keuntungan, jika keuntungan atau pembagiannya
tidak jelas , maka akad berlaku sebagai rusak.
b) Selain syarat-syarat pada ayat 1 di atas, disyaratkan bahwa bagian atau persentase
pembagian keuntungan dihitung hanya atas laba dan bukan atas modal.
c) Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentase dari jumlah modal yang
diberikan shahibul kali. Perhitungan bagi hasil harus didasarkan pada keuntungan
yang diterima.
d) Tingkat pembagian keuntungan tertentu mungkin tidak ditentukan. Karena
besarnya keuntungan atau hasil yang dicapai tidak diketahui. Itu sebabnya
pembagian keuntungan didasarkan pada persentase, bukan jumlah tertentu.
Mekanisme Hasil Pembiayaan Mudharabah Mekanismenya merupakan rangkaian.
E. Tujuan Manfaat dan Resiko Pembiayaan Berdasarkan Akad Mudharabah10
Manfaat akad mudharabah pada pembiayaan:
1) Bagi lembaga keuangan (Bank Syariah, Koperasi, dan BMT), adalah salah satu bentuk
penyaluran dana dan dari penyaluran tersebut LKS memperoleh pendapatan bagi hasil
dari pendapatan usaha yang dikelola nasabah.
2) Bagi nasabah, yaitu dengan melakukan kemitraan dengan LKS, nasabah dapat memenuhi
kebutuhan modal usaha. Tujuan dari pembiayaan mudharabah adalah:
Berdasarkan Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/VI/2000 tidak adanya jaminan dalam
prinsip Pembiayaan mudharabah, tetapi untuk meminimalisir jika mudharib melakukan
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan tersebut kepada nasabah. Risiko yang dapat
timbulkan dari pembiayaan mudharabah:
Lembaga keuangan syariah memiliki resiko dalam transaksi pembiayaan
mudharabah, antara lain:
1. Resiko pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah, nasabah
melakukan wansprestasi.
2. Resiko pasar, apabila disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika
pembiayaan tersebut diberikan dalam bentuk valas.
3. Resiko operasional, yang disebabkan oleh kesalahan pencatatan, secara
segaja pencatatan pajak dicatat tidak sesuai, dan terjadi manipulasi.
F. Mekanisme Pembiayaan Mudharabah
Skema pembiayaan mudharabah
Mekanisme Pembiayaan Mudharabah di KSPPS Islamic Bank In
Laboratory (IBIL) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai lembaga keuangan
syari’ah, KSPPS IBIL memfokuskan dirinya untuk memberikan pembiayaan
kepada para mahasiswa yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang
tidak tersentuh oleh bank ataupun lembaga keuangan mikro lainnya, terutama
kepada para mahasiswayang ingin berbisnis dan yang belum mempunyai modal
yang cukup untuk mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan yang dilakukan

10
Dr. A. Wangsawidjaja Z., S. H., M.H., Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.
195
adalah dengan memberikan pembiayaan dengan akad mudharabah. Dengan
berprinsip memberikan pembiayaan maksimum sebesar Rp. 1.000.000, tanpa
agunan serta berdasarkan atas asas kepercayaan, maka para anggota yang
meminjam dana kepada koperasi tidak merasa terbebani oleh pinjaman yang
didapatkannya dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk
mengembalikan dana pinjamannya kepada koperasi. Sebelum mendapatkan
pembiayaan mudharabah, maka calon penerima pembiayaan harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
1) Mengisi formulir permohonan pembiayaan,
2) Menyerahkan foto copy kartu tanda penduduk,
3) Menyerahkan foto copy kartu keluarga,
4) Menyerahkan foto copy surat menikah, dan
5) Keterangan domisili atau tempat tinggal (bukan mengontrak).

Setelah memenuhi syarat-syarat diatas, maka marketing akan melakukan


survey awal kepada calon peminjam yang meliputi survey denah lokasi calon
penerima pembiayaan. Dan setelah itu akan dilanjutkan oleh surveyor untuk
terjun ke lapangan dan melakukan survey kepada calon peminjam secara lebih
mendalam. Dan yang terakhir laporan hasil suvey akan diajukan ke komite
pembiayaan. Persetujuan pemberian pembiayaan harus disetujui dan ditanda
tangani oleh 2 orang komite pembiayaan, jika hanya salah satu komite yang
menyetujui pembiayaan tersebut, maka dianggap tidak sah.

Pembiayaan mudharabah merupakan pemberian pembiayaan yang memiliki


tingkat resiko yang tinggi namun lebih banyak diminati oleh angota koperasi,
maka dalam prakteknya KSPPS IBIL berusaha untuk memaksimalkan keuntungan
yang akan diperoleh dan meminimalkan kerugian yang akan ditanggung oleh
kedua belah pihak, baik oleh peminjam maupun koperasi.

Caranya dengan memaksimalkan kinerja pelaku utama koperasi, yaitu


marketing, karena marketing adalah orang yang pertama kali melakukan survey
ke lapangan. Saat survey pertama kali, marketing harus memperhatikan jenis
usaha apa yang dilakukan oleh calon peminjam dana, dengan tetap
mempertimbangkan kehalalan dari usaha yang dijalankan. Selain itu, KSPPS IBIL
juga melakukan pembinaan kepada nasabah yang telah mendapatkan pembiayaan
secara langsung. Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh KSPPS IBIL
merupakan pembiayaan dengan jangka pendek. Pada awalnya anggota diharuskan
untuk mengembalikan angsuran setiap bulan selama waktu yang disepakati.
Tetapi untuk membayar angsuran tersebut ada yang menggunakan sIstem bulanan
dan harian (tergantung pada permintaan anggota) dan yang lebih diminati oleh
masyarakat adalah dengan pengembalian harian. Jika bulanan maka angsurannya
tidak mencapai 10 persen dari pinjaman. Jika setiap hari, maka akan dipotong dari
jumlah pinjaman setiap harinya. Yang banyak terjadi adalah para anggota
membayar angsurannya secara harian tetapi dipotong secara bulanan, dengan
tujuan agar tidak memberatkan anggota dalam mengangsur pinjamannya.Bahkan
ada beberapa anggota yang telah melunasi peminjamannya namun terus
menabungkan uangnya ke koperasi. Sehingga selain membayar peminjaman juga
membiasakan anggota untuk suka menabung.

Dengan prinsip sedikit demi sedikit lama – lama menjadi bukit, konsep ini
dinilai lebih efektif dan menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai bukti
pengangsuran pinjaman anggota kepada koperasi, maka angsuran uang tersebut
akan dicetak ke dalam sebuah kartu angsuran pembiayaan. Pada awal berdirinya
terdapat kartu angsuran pembiayaan sendiri, namun untuk menghindari terjadinya
double account yang dapat menyulitkan koperasi dalam pemeriksaan keuangan
serta untuk menyederhanakan dan memudahkan pemeriksaan, maka kartu
angsuran pinjaman pembiayaan mudharabah dijadikan satu dengan kartu
tabungan. Apabila anggota ingin mengajukan pembiayaan lagi maka prosedurnya
sama dengan pengajuan awal dan ditambah dengan bukti angsuran dana pinjaman
sebelumnya. Apabila terjadi kredit macet, maka marketing akan menanyakan
permasalahan yang dihadapi oleh anggota dan membantu menyelesaikan
permasalahan tersebut sampai masalah tersebut terselesaikan. Namun, apabila
masalah tersebut masih belum terselesaikan maka akan dilakukan rescheduling
pinjaman yang disesuaikan dengan kemampuan anggota.
Rescheduling adalah pembuatan ulang waktu pengembalian pinjaman
pembiayaan dengan melihat sisa pinjaman yang belum bisa dikembalikan (dalam
nominal rupiah), dan setelah itu dibagi dengan kemampuan peminjam untuk
mengembalikan pinjamannya. Misalnya: sisa pijaman yang belum bisa
dikembalikan sebesar Rp 500.000 dan kemampuan peminjam untuk
mengembalikan sisa pinjaman tersebut sebesar Rp 5.000 per hari. Maka akan
diberikan waktu 100 hari lagi untuk mengembalikan sisa dana pinjaman. Apabila
sisa dana pinjaman tersebut belum dapat dikembalikan juga, maka dengan
terpaksa koperasi akan mengambil barang dari pihak peminjam yang mempunyai
nilai sebesar sisa dana pinjaman yang belum dapat dikembalikan. Namun, disini
barang tersebut bukan untuk dimiliki oleh koperasi, tetapi untuk disimpan sampai
peminjam dana dapat mengembalikan sisa dana pinjaman yang belum
dikembalikan. Nisbah bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah yang dilakukan
oleh KSPPS IBIL memiliki ratio perbandingan 55:45 atau 60:40 dengan
kesepakatan antara kedua belah pihak dan hasil survey lapangan dari koperasi
dengan perolehan perbandingan koperasi lebih banyak dari pada nasabah. Dalam
perjalanannya selama ini, KSPPS IBIL dirasa belum sempurna, namun harus tetap
dijaga dan ditingkatkan kualitasnya. Seperti akad pembiayaan yang diberikan oleh
koperasi kepada nasabah agar terjauh dari praktek riba.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mekanisme pembiayaan mudarabah pada pembiayaan mudharabah dalam
penentuan kebijakan pembiayaan mudarabah selalu melakukan analisa terlebih dahulu.
Untuk keuntungan atau bagi hasilnya di tentukan dari besar kecilnya keuntungan yang
diperoleh pengelola dana. Untuk rencana pembiayaan mudarabah, pihak koperasi akan
menentukannya sesuai hasil analisis saat pelangsungan akad, demi kelancaran proses
pembiayaan kedepannya. Untuk pemberian pembiayaan mudharabah adalah 100 persen
modal milik pemilik modal atau koperasi dan anggota koperasi adalah sebagai pengelola
dan yang bertanggung jawab atas keuntungan maupun karugian yang di peroleh. untuk
administrasi pembiayaan mudarabah di perlukan adanya bukti tertulis maupun tidak
tertulis. Bukti tertulis yaitu seperti pemenuhan berkas-berkas pihak bersangkutan, dan
untuk bukti yang tidak tertulis berupa pengucapan dua kalimat syahadat yang mana
mampu mengikat diri kepada Allah. Untuk pengamanan yang di lakukan pihak koperasi
meminta sejumlah jaminan sebagai pengikat suatu akad agar pengelolal tidak semena-
semena dan selalu berhati-hati dalam mengelola dana yang telah dipercayakan olehnya.
Untuk batasan pemberian modal, pihak koperasi melakukan analisis terlebih dahulu
sehingga dapat di ketahui kemampuan dari pihak pengelola dana dan juga mampu
memperkirakan jumlah besaran modal atau dana yang bisa diberikan.

B. Saran
Dalam penulisan artikel ini penulis menyadari bahwa penulisan artikel ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Rizal M. 2016. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan

Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2010-

2014. Jurnal Profita Edisi 4 Tahun 2016.

Agza, Y dan Darwanto. 2017. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan

Pembiayaan Musyarakah, dan Biaya Transaksi Terhadap Profitabilitas

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Jurnal kajian ekonomi dan bisnis islam

Iqtishadia Volume 10 No 1 2017. P-ISSN: 1979-0725 E-ISSN: 2502-3993.

Aisyah, Jaryono, dan Sulistyandari. 2016. Analisis Pengaruh Mudharabah,

Musyarakah dan Murabahah Terhadap Return On Equity Bank Umum

Syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 19, Nomor 02, September

2016.

Amalia, Nur, dan Fidiana. 2016. Struktur Pembiayaan dan Pengaruhnya

Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah

Mandiri. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomer 5, Mei 2016.

Anjani, Rivalah, dan Hasmarani, I,M. 2016. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah,

Musyarakah dan Murabahah Terhadap Profitabilitas Bprs di Indonesia

Periode 2012-2015. Syariah Paper Accounting FEB UMS Seminar

Nasional dan The 3rd Call for Syariah Paper ISSN 2460-0784.

Emha, Muhammad Busthomi. 2014. Analisis Pengaruh Pembiayaan

Mudharabah, Musyarakah, dan Ijarah Terhadap Kemampuan Labaan

Bank Muamalat di Indonesia. Jurnal Ilmiah.


Eprianti, Nanik. 2017. Pengaruh Pendapatan Ijarah Terhadap Profitabilitas (Studi

Kasus Pada Bank Jabar Banten Kantor Cabang Syariah Bandung).

Amwaluna, Vol 1, No 1, Januari 2017. EISSN: 2540-8402, ISSN: 2540-

8399.

Fadhila, N. 2015. Analisis Pembiayaan Mudharabah Dan Murabahah Terhadap

Laba Bank Syariah Mandiri. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Volume

15 No.1/ Maret 2015.

Faradilla, C, Arfan M., dan Shabri, M. 2017. Pengaruh Pembiayaan Murabahah,

Istishna, Ijarah, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Magister Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Volume 6, No. 3, Agustus 2017.

ISSN 2302-0164.

Hadiyati, P, dan Baskara, A.R. 2013. Pengaruh Non Performing Financing

Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Muamalat

Indonesia. E-jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No.1 Oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai