AKUNTANSI MUDHARABAH
Dosen Pengampu
Ubaedul Mustofa, S.H.I., M.S.I
Disusun Oleh :
A. Pengertian Mudharabah
Mudharabahberasal dari bahasa arab dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-
mudharabahadalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabahdibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggungoleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola,
seandainya keru-gian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Khaddafi
dkk., 2017)
Berikut definisi dan pengertian mudharabah dari beberapa sumber buku:
● Menurut Ismail (2015), mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan kerja sama usaha. Satu sebagai penyedia modal sebesar
100% yang disebut sebagai Shahibul Maal dan pihak lainnya sebagai pengelola
usaha yang disebut sebagai Mudharib.
● Menurut Naf'an (2014), mudharabah adalah akad antar pihak pemilik modal
(shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau
keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang
telah disepakati di awal akad.
● Menurut Umam (2016), mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi
(profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
● Menurut Karim (2006), mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak
dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah
modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan
untuk mendapatkan uang.
● Menurut Dahlan (2012), mudharabah adalah bentuk kontrak kerja sama yang
didasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu sebagai pemilik modal dan yang
kedua menjalankan usaha. Modal disini berupa uang dan tidak boleh berbentuk
barang. Pemilik modal dapat disebut shahibul maal, rabbul maal, atau propretior.
Pengelola modal disebut mundharib. Modal yang digulirkan disebut ra'sul maal.
Artinya: "Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT".(Q.S Al-Muzzammil : 20)
Surat Al-Jumu'ah ayat 10, yaitu:
Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi
dan carilah karunia Allah SWT". (Q.S Al-Jumu'ah : 10)
b. Al-Hadits
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah, yaitu:
Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual".
c. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap
legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas merupakan dalil lain
yang membolehkan mudharabah dengan mengqiyaskannya (analogi) kepada
transaksi musaqat, yaitu bagi hasil yang umum dilakukan dalam bidang perkebunan.
Dalam hal ini, pemilik kebun bekerja sama dengan orang lain dengan pekerjaan
menyiram, memelihara dan merawat isi perkebunan. Dalam perjanjian ini, sang
perawat (penyiram) mendapatkan bagi hasil tertentu sesuai dengan kesepakatan di
depan dari out put perkebunan (pertanian). Dalam mudharabah, pemilik dana
(shahibul maal) dianalogikan dengan pemilik kebun, sedangkan pemeliharaan
kebun dianalogikan dengan pengusaha (entrepreneur).
C. Jenis Mudharabah
Menurut Muhammad (2014), pembiayaan dengan prinsip mudharabah terdiri dari dua
jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah
Merupakan akad yang pemilik modalnya memberikan modal kepada
‘amil(pengelola) tanpa disertai dengan pembatasan (qaid), contohnya
seperti kata pemilik modal :”Saya berikan modal ini kepada anda dengan
mudharabah, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi dua atau dibagi tiga”,
dalam akad tersebut tidak ada keuntungan atau pembatasan mengenai tempat
kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang dijadikan objek usaha,dan ketentuan-
ketentuan lain.(Sri Wahyuni, t.t.)
b. Mudharabah Muqayyadah
Muqayyadah merupakan akad mudharabah yang mana dalam melakukan
kegiatan usahanya, pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu
atau dibatasi dengan adanya spesifikasi tertentu kepada pengelola dana. Adanya
pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal
dalam jenis dunia usaha. Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthlaqah.
Akad mudharabah muqayyadah ada dua macam, yaitu:
1. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet, yaitu akad kerja sama usaha yang
mana mudharib ikut menanggung resiko atas kerugian dana yang diinvestasikan
oleh Shahibul Maal. Dalam akad ini, Shahibul Maal juga memberi batasan
secara umum misalnya, batasan tentang jenis usaha, jangka waktu pembiayaan,
dan sektor usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini; Pertama, pemilik dana
harus wajib menetapkan syarat atau membuat akad yang wajib di penuhi oleh
Mudharib. Kedua, bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai nisbah dan
tata cara bagi hasil serta pembagian secara risiko yang dicantumkan dalam
akad. Ketiga, sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan
khusus yang memisahkan dana dari rekening lainnya. Keempat, untuk Deposito
Mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan
(bilyet) deposito kepada deposan.
2. Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet, yaitu jenis mudharabah yang
merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya,
dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik
dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang
akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya. Karakteristik jenis penyimpanan ini
diantaranya Pertama, sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti
simpanan khusus yang memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan
khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif. Kedua, dana
simpanan khusus harus disalurkan langsung kapada pihak yang diamanatkan
oleh pemilik dana. Ketiga, bank menerima komisi atas jasanya mempertemukan
kedua belah pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku
nisbah bagi hasil.
7. Pembatalan Mudharabah
1) Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah.
2) Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola modal
atau pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan
akad.
3) Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia atau salah seorang
pemilik modal meninggal dunia, mudharabah jadi batal
b. Ketentuan mudharabah menurut fatwa MUI
Pembiayaan mudharabah ini didasarkan pada fatwa DSN-MUI No
:07/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan mudharabah (Qiradh). Fatwa ini
menjelaskan tentang ketentuan umum pembiayaan mudharabah sebagai berikut :
1. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS
(Lembaga Keuangan Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang
produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai
100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah)
bertindak sebagai mudharib (pengelola usaha).
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana , dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan
pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai dengan syariah, dan LKS tidak ikut serta dalam menejemen
perusahaan /proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
6. LKS sebagai penyediaan dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta ‚jaminan‛ dari
mudharib dari pihak III. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
8. Kriteria pengusaha,prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN. i. Biaya
operasional dibebankan kepada mudharib. j. LKS tidak melakukan kewajiban
atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan , mudharib berhak
mendapati ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan
Fatwa yang sama juga menjelaskan beberapa ketentuan hukum yang terkait dengan
pembiayaan mudharabah (qiradh) ini :
1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan semua kejadian di masa depan
yang belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada ganti rugi karena pada dasarnya
akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Dasar yang digunakan dalam fatwa ini antara lain nash-nash Al-Qur’an, Assunah,
Ijma’, Qiyas, dan pendapat ulama. Fatwa ini menggunakan Al-Qur’an surah An-
Nisa’ : 29, Al-Baqarah : 283, Al-Maidah : 1, dan 2. Adapun hadis yang digunakan
sebagai dasar adalah hadis yang menjadi dalil mudharabah (HR: At-Thabrani dari
Ibnu Abbas), hadis Shihaib dari Ibnu Majah, hadis At-Tirmidzi dari Amr Bin Auf
tentang perdamaian. Mengenai ijma’ fatwa ini mengutip ijma’ sahabat yang sama
(Wahbah Zuhaily, Al-fiqh Al-islami Wa Adilatuhu, 1989,IV/838).
Pasal 239
(1) Mudharib berhak membeli barang yang dengan maksud menjualnya kembali
untuk memperoleh untung.
(2) Mudharib berhak menjual dengan harga tinggi atau rendah, baik dengan tunai
maupun cicilan.
(3) Mudharib berhak menerima pembayaran dari harga barang dengan pengalihan
piutang.
(4) Mudharib tidak boleh menjual barang dalam jangka waktu yang tidak bisa
dilakukan oleh para pedagang.
Pasal 240
Mudharib tidak boleh menghibahkan, menyedakahkan, dan, atau meminjamkan
harta kerja sama, kecuali bila mendapat izin dari pemilik modal.
Pasal 241
(1) Mudharib berhak memberi kuasa kepada pihak lain untuk bertindak sebagai
wakilnya untuk membelu dan menjual barang jika telah disepakati dalam akad
mudharabah.
(2) Mudharib berhak mendepositokan dan menginvestasikan harta kerja sama
dengan sistem syariah.
(3) Mudharib berhak menghubungi pihak lain untuk melakukan jual beli barang
sesuai kesepakatan dalam akad.
Pasal 242
(1) Mudharib berhak atas keuntungan sebagai imbalan pekerjaannya yang
disepakati dalam akad.
(2) Mudharib tidak berhak mendapatkan imbalan jika usaha yang dilakukan rugi.
Pasal 243
(1) Pemilik modal berhak atas keuntungan berdasarkan modalnya yang disepakati
dalam akad.
(2) Pemilik modal tidak berhak mendapatkan keuntungan jika usaha yang dilakukan
oleh Mudharib merugi.
Pasal 244
Mudharib tidak boleh mencampurkan kekayaannya sendiri dengan harta kerja sama
dalam melakukan mudharabah, kecuali bila sudah menjadi kebiasaan di kalangan
pelaku usaha.
Pasal 245
Mudharib dibolehan mencampurkan kekayannya sendiri denga harta mudharabah
jika mendapat izin dari pemilik modal dalam melakukan usaha-usaha khusus
tertentu.
Pasal 246
Keuntungan hasil usaha yang menggunakan modal campuran/shahib al-mal dengan
mudharib, dibagi secara proporsional atau atas dasar kesepakatan semua pihak.
Pasal 247
Biaya perjalanan yang dilakukan oleh mudharib dalam rangka menjalankan kerja
sama, dibebankan pada modal dari shahib al-mal.
Pasal 248
Mudharib wajib menjaga dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh pemilik modal dalam akad.
Pasal 249
Mudharib wajib bertanggung jawab terhadap risiko kerugian dan/atau kerusakan
yang diakibatkan oleh usahanya yag melampaui batas yang diizinkan dan/atau tidak
sejalan dengan ketentuan-ketentuan dalam akad.
Pasal 250
Akad mudharabah selesai apabila waktu kerja sama yang disepakati dalam akad
telah berakhir.
Pasal 251
(1) Pemilik modal dapat memberhentikan atau memecat pihak yang melanggar
kesepakatan dalam akad mudharabah.
(2) Pemberhentian kerja sama oleh pemilik modal diberitahukan kepada mudharib.
(3) Mudharib wajib mengembalikan modal dan keuntungan kepada pemilik modal
yang menjadi hak pemilik modal daam kerja sama mudharabah.
(4) Perselisihan antara pemilik modal dengan mudharib dapat diselesaikan dengan
peerdamaian/al-sulh dan/atau melalui pengadilan.
Pasal 252
Kerugian usaha dan kerusakan barang dagangan dalam kerja sama mudharabah
yang terjadi bukan karena kelalaian mudharib, dibebankan pada pemilik modal.
Pasal 253
Akad mudharabah berakhir dengan sendirinya jika pemilik modal atau mudharib
meninggal dunia, atau tidak caka melakukan perbuatan hukum.
Pasal 254
(1) Pemilik modal berhak melakukan penagihan terhadap pihak-pihak lain
berdasarkan bukti dari mudharib yang telah meninggal dunia.
(2) Kerugian yang diakibatkan oleh meninggalnya mudharib, dibebankan pada
pemilik modal
a. Tabungan
b. Deposito
Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang memiliki jumlah minimal tertentu,
jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan. Nasabah
membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah
disepakati, sehingga nasabah tidak bisa mencairkan dananya sampai jatuh tempo. Dari
hasil pengelolaan dana, Bank Syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan
rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak akan bertanggung jawab atas
kerugian yang tidak disebabkan kelalaiannya. Berdasarkan kewenangan yang diberikan
oleh pemilik dana, terdapat dua bentuk mudharabah (Karim, 2006: 352), yakni: Bank
syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Dalam hal ini nasabah (deposan)
bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib. Akad mudharabah
mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu
bisa diputarkan. Pengertian deposito menurut Wiroso adalah: “Deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan”.
Deposito dengan prinsip mudharabah merupakan suatu kerjasama antara dua pihak
dimana pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul maal) menyediakan dana, dan
pihak kedua selaku pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan
dana. Untuk itu pihak bank/mudharib akan memberitahukan kepada pihak deposan
(shahibul maal) mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan/atau
perhitungan pembagian keuntungan serta risiko yang dapat timbul dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut dicantumkan dalam akad.
Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode bulanan. Bank dapat
memberikan sertifikat atau tanda penyim panan deposito kepada pemilik dana. Deposito
mudharabah hanya dapat ditarik sesuai dengan jangka waktu yang disepakati dimuka.
Deposito mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseroan atau badan Usaha) yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. Imbalan dibagi
dalam bentuk berbagai pendaptan atas penggunaan dan tersebut secara syariah dengan
proporsi pembagian katakanlah 70: 30, 70% untuk deposan dan 30% untuk bank.
Sedangkan jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan
dan 12 Bulan.
Aktiva
IINVESTASI MUDHARABAH
Investasi Mudharabah (kas) Rp. 30.000.000
Investasi Mudharabah (non kas) Rp. 20.000.000
Keuntungan Mdh Tangguhan ( 1.150.000)
Penyerahan modal non kas (nilai wajar lebih kecil nilai tercatat)
Misalnya penyerahan 4 buah mesin textil oleh LKS “Amal Sejahtera” kepada
Zainudin dengan harga wajar sebesar Rp. 20.000. 000,--. ( harga perolehan sebesar
Rp.21.000.000,--)
Penyajian
Laporan Posisi Keuangan
Aktiva
Pengembalian Modal
Penerimaan Kembali Modal Non Kas (barang) Dalam catatan LKS, modal non kas (barang)
saat penyerahan sebesar Rp.20.000.000,-- dan penurunan nilai (penyusutan) sampai akhir
akad (24 bulan) sebesar Rp. 19.200.000.
Saat Pemindahan
Dr. Piutang Mudharib Rp 30.000.000
Investasi Mudharabah Rp 30.000.000
Saat Pembayaran
Dr. kas/ rekening mudharib Rp 30.000.000
Cr. Piutang Mudharib Rp 30.000.000
Contoh Kedua Transaksi Mudharabah (Bank Syariah Sebagai Pengelola Dana)
2. Dibayar deposito Mudharabah yang telah jatuh tempo atas nama Maskaryo sebesar
Rp.25.000.000,- Bagi hasil sebesar Rp. 170.000,- setelah dikurangi PPH 21 sebesar
Rp.30.000
3. Dibayarkan bagi hasil tabungan mudharabah untuk Zaenab sebesar Rp. 20.000,- dan
atas pembayaran bagi hasil tersebut dipotong pajak 15 %.
Umam, K., & Utomo, S. B. (2016). Perbankan syariah: dasar-dasar dan dinamika
perkembangannya di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada.
Ismail. 2005. Perbankan Syari'ah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Naf'an. 2014. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah: Teoritik Praktik Kritik. Yogyakarta: Teras.
Bagan, G. 1, Lembaga, O., Syariah, K., Dana, P., Dana, P., Laporan, P., & Laba, R. (2013). 2
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuwangi. 3(1).
http://www.slideshare.net/lukmanul/fiqh-muamalah-kontemporer-wadiah-rahn-qardh,
Khaddafi, M., Saparuddin Siregar, Ms., & Ikhsan, A. (2017). AKUNTANSI SYARIAH.
Robi, M., Halim, Moh., & Suwarno, S. (2021). Evaluasi Transaksi Mudharabah Berdasarkan
PSAK 105 pada Bank Syariah. BUDGETING : Journal of Business, Management and
Accounting, 2(2), 429–442. https://doi.org/10.31539/budgeting.v2i2.1752
Sri Wahyuni, N. (t.t.). ANALISIS FIKIH SISTEM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DALAM
PRAKTIK DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERBANKAN SYARI’AH.
Wiroso, 1954-. (2009). Produk perbankan syariah : dilengkapi UU perbankan syariah &
kodefikasi produk bank Indonesia. LPFE Usakti.