Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKAD KEMITRAAN DALAM BISNIS


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam ( Fiqih dan Muamalah )
Dosen Pengampu : Drs. Hamid Ibrahim, MH

Ketua 1
Ainnun Cahya Fadilah
NPM : 21121027

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LATANSA MASHIRO
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayahnya telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang
suatu apapun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasullalah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita di hari akhir kelak.
Makalah yang berjudul Akad Kemitraan Dalam Bisnis ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dari Drs. Hamis Ibrahim, MH.
Penulis berharap agar makalah ini dapat memenuhi tugas yang telah diberikan serta
dapat dijadikan sumber untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang Mudarabah atau
Qiradh, musyarakah, muzara’ah, musaqab, dan mugharasah.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Hamid
Ibrahim, MH selaku Dosen Pengempu mata kuliah Pendidikan Agama Islam (Fiqih dan
Muamalah) juga kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa
kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak.Aamiin.

Rangkasbitung, 17 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
A. MUDARABAH ATAU QIRADH ( TRUST FINANCING, TRUST INVESTMENT)
1. Pengertian Mudarabah
Secara etimologis mudarabah mempunyai arti berjalan di atas bumi yang di
namakan bepergian, hal ini susuai dengan firman allah dalam QS. An-Nissa (4):101: “
dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-
qashar ashar sholat.”
Secara terminologis mudarabah adalah kontrak (perjanjian) antara pemilik
modal ( rab al-mal ) dan pengguna data (Mudharib) untuk digunakan aktivitas yang
produktif di mana keuntungan dibagi 2 antara pemodal dan pengelola modal.
Mudarabah suatu bentuk kontrak yang lahir sejak zaman rasulullah SAW sejak
zaman jahiiiiliah. Dalam Bahasa araba da tiga istilah yang digunakan untuk
organisiasi bisnis ini: Qiradh, Muqaqadhah, dan Mudarabah.
2. Dasar Hukum Mudarabah
Dasar kebolehan praktik mudarabah adalah QS. Al_Baqarah (2): 198: ‘tidak
ada dosa bagimu untuk mencari karunia tuhanmu.” Adapun dalil sunah adalah
bahasannya nabi pernah melakukan akad mudarabah ( bagi hasil) dengan Khadijah ke
negri syam (waktu itu Khadijah belum menjadi istri rasulullah SAW). Dan hadis “
dari shuhaibah rasulullah SAW bersabda : ada tiga perkara yang diberkati : jual beli
yang di tangguhkan, memberi moal, dan mencampur gandung dengan kurma utuk
keluarga, bukan dijual .”(HR.IBNU Majah).
3. Rukun Mudarabah
Menurut ulama Syafi’iyah, rukun qidah atau mudarabah ada 6, yaitu:
1. Pemilik barang yang menyerahkan barang barangnya.
2. Orang yang bekerja, yaitu mengelola harta yang ditrima dari pemilik barang.
3. Akad mudarabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang.
4. 4, Maal, yaitu harta pokok atau modal.
5. Amal, yaitu pekerjan pengelolaan harta sehingga menghasilkan laba.
6. Keuntungan.
Menurut pasal 232 komplikasi hukum ekonomi Syariah, rukun mudarabah ada
3, yaitu sebafai berikut:
1. Shahib al-mal/pemilik modal
2. Mudharib/pelaku usaha.
3. Akad
Menurut Sayiid Sabiq, rukun mudarabah adalah ijab dan Kabul yang keliar
dari orang yang memiliki keahlian.
4. Syarat Mudarabah
Syarat – syarat sah mudarabah berhubungan dngan rukun rukun mudarabah itu
sendiri. sebagai berikut:
1. modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.
2. bagi yang melakukan akad diisyaratkan mampu melakukan tasaruf, maka
dibatalkan akad anak anak yang masih kecil, orang gila, dan orang yang berada di
bawah pengampuna.
3. modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan anara modal yang di
perdaangkan dan laba atau keuntungan dari perdagangan terserbut yang akan
diagikan ke[ada dua bela pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
4. Keuntungan yang selalu menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas
persentasinya, umpannya setengah, sepertiga atau seperempat.
5. Melafazkan ijab dari pemilik modal misalnya aku serahkan uang ini kepadamu
untuk dagang ika ada keuntungan akan dibagi dua dan kabil dari pengelola.

1
6. Mudarabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk
berdagang dinegara tertentu, memperdagangkan barang bang tertentu, pada waktu
waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak terkena persyaratan, yaitu
keuntungan..
Menurut pasal 231 komplikasi hukum ekonomi Syariah, syarat mudarabah,
yait sebagai berikut:
1. Pemilik modal wajib menyerahkan ana atau barang yang berharga kepada pihak
lain untuk melakukan kerja sama dalam usaha.
2. Penerima modal menjalankan usaha untuk melakukan kerja sam dalam usaha.
3. Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad.
5. Jenis Jenis Mudarabah
a) Mudarabah Muthaaqah
Mudarabah Muthlaqah adalah bantu kerja sama anatara shahib al-mal dan
mudharib yang cakupanya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
mudarabahmuqqayadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah
atau specifid mudharabah adalah kenalikan daru mudharaah muthlaqah.
6. Ketentuan Mudharabah
Ketentuan mudharabah menurut komplikasi hukum ekonomi syarah adlah
sebagaibrikut:
Pasal 238
a. Status benda yang berada di tangan mudharib yang di teruma dari shahibu
al-mal adalah modal
b. Mudharib kedudukan sebagai wakil shabib al-mal dalam menggunakan
modal yang diterimanya
c. Keuntungan yang dihasikan dalam mudarabah menjadi milik Bersama
Pasal 244
Mudharib tidak boleh mencampurkan kekayaannya sendiri dengan
harta kerja sama dalam melakukan mudarabah, kecuali bila sudah menjadi
kebiasaan di kalangan pelaku usaha.
Pasal 245
Mudharib dibolehkan mencampurkan kekayaannya sendiri dengan
harta mudarabah jika mendapat izin dari pemilik modal dalam me lakukan
usaha-usaha khusus tertentu.
7. Pembatalan Mudarabah
Mudarabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai berikut:
1. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudarabah.
2. ngelola modal atau pengelola modal berbuat sesuatu yang berten tangan
dengan tujuan akad.
3. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia, modarabah
menjadi batal.
8. Pembiyaan Mudharabahad
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih pihak, di
mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
suatu pengelola modal (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan.

2
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan
secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
2. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat di
perhitungkan dengan cara, yakni:
 Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing).
 Perhitungan dari keuntungan proyek.
3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati.
4. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak
berhak mencampuri urusan nasabah cedera janji dengan sengaja,
misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran
kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.
Contoh akad Mudharabah pada perbankan syariah sebagai berikut :
Produk/jasa Akad
Modal Kerja Mudharabah, Musyarakah, Murabahah
Investasi Mudharabah, Musyarakah, Murabahah
Pembiayaan Proyek Mudharabah, Musyarakah, Murabahah
Contoh jasa investasi pada perbankan syariah yang
menggunakan akad Mudharabah muqayyadah sebagai berikut :
Produk/jasa Akad
Investasi Khusus Mudharabah, Muqayyadah
Reksadana Mudharabah, Muqayyadah
Instrumen keuangan syariah :
Produk/jasa Akad
Sertifikat investasi Mudharabah Mudharabah
Antar Bank (SIMA)
Pendanaan :
Produk/jasa Akad
Tabungan umum (Rp/USD) Mudharabah
Tabungan Investasi Mudharabah
Pendidikan
Deposito Umum (Rp/USD) Mudharabah
Program Dana Pensiun Mudharabah Muqayyadah
Obligasi Mudharabah Muqayyadah

3
B. MUSYARAKAH (SYIRKAH)/PERKONGSIAN (KEMITRAAN, PARTISIPASI
PEMBIAYAAN PROYEK)
1. Pengertian Musyarakah (Syirkah)
Syirkah secara etimologis mempunyai arti percampuran ( tath), yakni
bercampurnya salah satu dari dua harta dengan har lainnya, tanpa dapat dibedakan
antara keduanya.
Secara terminologis, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Sy riah, syirkah
(musyarakah) adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,
keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah
2. Rukun dan Syarat Syirkah
Hanafiyah berpendapat bahwa rukun syirkah hanya ada satu yaitu ijab dan
kabul karena syahadat yang mewujudkan adanya transaksi syirkah.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun syirkah ada empat, yaitu: shighat,
dua orang yang melakukan transaksi ('aqidhain), dan objek yang ditransaksikan.
Shighat, yaitu ungkapan yang keluar dari masing-masing dari dua pihak yang
bertransaksi yang menunjuk kan kehendak untuk melaksanakannya. Shighat terdiri
dari ijab kabul yang sah dengan semua hal yang menunjukkan maksud syirkah, baik
berupa perbuatan maupun ucapan. 'Aqidhain adalah dua pihak yang melakukan
transaksi. Syirkah tidak sah kecuali dengan adanya kedua belah pihak ini. Disyaratkan
bagi keduanya adanya kelayakan melaku kan transaksi (ahliyah al-'aqad, yaitu balig,
berakal, pandai, dan tidak dicekal untuk membelanjakan harta.
Adapun yang menjadi syarat syirkah menurut kesepakatan ulama, yaitu:
1. Dua pihak yang melakukan transaksi mempunyai kecakapan/ ma, yaitu: keahlian
(ahliyah) untuk mewakilkan dan menerima perwakilan. Demikian ini dapat
terwujud bila seseorang berstatus merdeka, balig, dan pandai (rasyid).
2. Modal syirkah diketahui.
3. Modal syirkah ada pada saat transaksi.
4. Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berla ku, seperti
setengah, dan lain sebagainya."
Beberapa syarat musyarakah menurut Ustmani yang dikutip As carya, antara lain:
a. Syarat akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh
para mitra melalui kontrak/akad yang disepakati abbersama, maka otomatis empat
syarat akad yaitu 1) syarat ber lakunya akad (In'iqod); 2). syarat sahnya akad (shihah);
3) syarat terealisasinya akad (Nafadz); 4) syarat lazim yang harus dipenuhi. Misalnya,
para mitra usaha harus memenuhi syarat pelaku akad (ahliyah dan wilayah), akad
harus dilaksanakan atas persetujuan para pihak tanpa adanya tekanan, penipuan, atau
penggambaran yang keliru, dan sebagainya.
b. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan
harus dipenuhi hal-hal berikut:
 Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada mitra usaha harus
disepakati di awal kontrak/akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad
tidak sah menurut syariah.

4
 Rasio/nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usa ha harus
ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha,
dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan. Tidak
diperbolehkan untuk menetapkan lumsum untuk mitra tertentu, atau
tingkat keuntungan tertentu yang dikaitkan dengan modal investasinya.
c. Penentuan proposi keuntungan.
Dalam menentukan keuntungan terdapat beberapa pendapat dari para ahli
hukum Islam sebagai berikut:
 Imam Malik dan Imam Syafi'i berpendapat bahwa proporsi keuntungan
dibagi di antara mereka menurut kesepakat an yang ditentukan
sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan.
 Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan da pat pula
berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan.
 Imam Abu Hanifah, yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-
tengah, berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari
proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang
memutuskan menjadi sleep ing partner, proporsi keuntungannya tidak
boleh melebihi proporsi modalnya.
d. Pembagian kerugian. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa setiap mitra
menanggung kerugian sesuai dengan porsi investasinya.
e. Sifat modal. Sebagian besar ahli hukum Islam berpendapat bahwa modal yang
diinvestasikan oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal likuid. Hal ini berarti
bahwa akad musyarakah hanya dapat dengan uang dan tidak dapat dengan
komoditas. Dengan kata lain, bagian modal dari suatu perusahaan patungan
harus dalam bentuk moneter (uang). Tidak ada bagian modal dalam bentuk
natura.
f. Manajemen Musyarakah. Prinsip normal dari musyarakah bahwa setiap mitra
mempunyai hak untuk ikut serta dalam manajemen dan bekerja untuk
perusahaan patungan ini. Namun demikian, para mitra dapat pula sepakat bahwa
manajemen perusahaan akan dilakukan oleh salah satu dari mereka, dan mitra
lain tidak akan menjadi bagian manajemen dari musyarakah.
g. Penghentian Musyarakah. Musyarakah akan berakhir jika salah satu peristiwa
terjadi, yaitu:
 Setiap mitra memiliki hak untuk mengakhiri musyarakah kapan saja setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada mitra yang lain.
 Jika salah seorang mitra meninggal pada saat musyarakah masih berjalan,
kontrak dengan almarhum tetap berakhir. Ahli warisnya memiliki pilihan
untuk menarik bagian modalnya atau meneruskan kontrak musyarakah.
 Jika salah satu mitra menjadi hilang ingatan atau menjadi tidak mampu
melakukan transaksi komersial, maka musyarakah berakhir.
3. Dasar Hukum Musyarakah
Adalah Qs. Shad/38:24 "sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan amat sedikitlah
mereka itu

5
"Dan firman Allah QS an-Nisa/4:12 "mereka bersekutu dalam
sepertiga".
Allah akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan
menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang
bersekutu itu mengkhianati temannya, Allah SWT akan menghilangkan
pertolongan dan keberkahan tersebut.
4. Perbedaan Musyarakah Dan Mudharabah
Dalam Mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak. Sedangkan
dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih
Musyarakah dan Mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk
perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran
yang tinggi dan menjunjung keadilan.
5. Macam-Macam Musyarakah
Syirkah (musyarakah) dibagi menjadi dua yaitu:
 syirkah amlak (kepemilikan)
 Terjadi disebabkan tidak melalui akad, tetapi melalui warisan, wasiat, atau
kondisi yang berakibat pemilikan
 syirkah 'uqud'/akad (kontrak)
 Tercipta karena adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih. Dan
sepakat untuk berbagi keuntungan dan kerugian.
Syaid Sabiq membagi syirkah aqad menjadi 4 yaitu:
1. Syirkah inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu usaha bersama dengan cara membagi
untung atau rugi sesuai dengan jumlah modal masing-masing
2) syirkah mufawwadhah, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha dengan persyaratannya.
3) Syirkah wujuh, yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih untuk membeli
sesuatu tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan
dibagi antara sesama mereka.
4) syirkah abdan, yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha atau pekerjaan. Contohnya pemborong bangunan,
jalan, listrik, dll
6. Tujuan Dan Manfaat Musyarakah (Syirkah)
1. Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal
2. Memberikan lapangan kerja kepada para karyawannya
3. Memberikan bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha Musyarakah
(syirkah) untuk mendirikan tempat ibadah, sekolah, dsb.
C. Muzara'ah ( Harvest Yiled Profit Sharing )
1. Pengertian muzara'ah.
Muzara'ah adalah kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik dan
penggarap pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk
di tanami dengan imbalan bagi hasil.
Al muzara'ah seringkali diindetikan mukhabarah.
 muzaraah : benih dari pemilik lahan.
 mulabarah : benih dari penggarap.

6
2. Dasar Hukum Muzara'ah
Diwiayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw pernah memberikan tanah
Khaibar kepada penduduknya untuk di garap dengan imbalan pembagian hasil buah
dan tanam.
Di riwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa bangsa Arab
senantiasa mengelola tanahnya secara muzara'ah dengan bagi hasil.1/3,2/3,1/4 dll
maka Rasulullah Saw pun bersabda.hendaklah memahami atu menyerahkan ya untuk
di garap.
Bukhori mengatakan bahwa telah berkata abu Ja'far, Tidak ada satupun di
Madinah kecuali penghuninya mengelola tanah secara muzara'ah dengan pembagian
hasil 1/3 dan 1/4.\
3. Rukun Muzara'ah
a. Pemilik Lahan
b. Penggarap
c. Lahan Yang Di Garap
d. Akad
4. Ketentuan Muzara'ah
a Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan di garap kepada pihak yang
akan menggarap
b Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia menggarap lahan
yang di terima nya
c Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan bila
pengelolaan yang dilakukan menghasilkan keuntungan
d Akad muzara'ah dilakukan secara mutlak atu terbatas.
e Jenis benih
f Penggarap bebas memilih jenis benih
g Penggarap wajib memperhatikan
h Penggarap wajib menjelaskan
i Penggarap dan pemilik lahan
j Penyimpangan yang di lakukan penggarap
k Seluruh hasil panen yang akan di lakukan oleh penggarap
l Dalam hal penggarap melakukan pelanggaran-pelanggaran
m Penggarap berhak melanjutkan akad
n Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerjasama muzara'ah
o Hak penggarap lahan dapat di pisahkan
p Ahli waris penggarap berhak untuk meneruskan atu membatalkan akad

D. Musaqa ( Pelantaon Menggement Free Based On Cartain Portion Of Yield )


1. Pengertian Musaqah

7
Al- muaaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara'ah dimana
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan sebagai
imbalan.
2. Dasar Hukum
Telah berkata abu ja'fat Muhammad bin Ali Husain bin abu Thalib r.a.bahwa
Rasulullah Saw telah menjadikan penduduk Khaibar sebagai penggarap dan
pemeliharaan atas dasar bagi hasil.
Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw pernah memberikan tanah dan
tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk di pelihara dengan
menggunakan peralatan dan mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil penen.
3. Rukun Musaqah
 Pihak pemasok tanaman
 Pemeliharaan tanaman
 Tanaman yang di pelihara
 Akad
4. Ketentuan Musaqah
Syarat-syarat muzara'ah adalah :
a. Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada pihak
yang akan menggarap.
b. Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia meng garap
lahan yang diterimanya.
c. Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan bila
pengelolaan yang dilakukan menghasilkan keuntungan.
d. Penggarap wajib memerhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan, dan
keadaan cuaca..
e. Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan mengenai
pembagian hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing pihak.
f. Penggarap berhak melanjutkan akad muzara'ah jika tanamannya belum
layak dipanen, meskipun pemilik lahan telah meninggal dunia.
E. MUGHARASAH
1. Pengerian Mugharasah
Secara etimologi, Mugharasah berarti transaksi terhadap pohon. Menurut
Terminologis fiqih, Al-Mugharasah didefinisikan dengan penyerahan tanah pertanian
kepada petani yang ditanami atau penyerahan tanah pertanian kepada petani yang
pakar di bidang pertanian, sedangkan pohon yang ditanam menjadi milik berdua
(pemilik tanah dan petani).
2. Hukum Akad Mugharasah
Dalam menetapkan hukum akad al-mugarashah terdapat perbedaan pendapat
para ulama fiqh. Ulama Hanafiah mengatakan bahwa penyerahan tanah kosong
kepada petani dalam waktu tertentu untuk ditanami pepohonan dengan ketentuan
tanah dan pepohonan yang tumbuh diatasnya menjadi milik berdua antara pemilik
tanah dan petani peng garap, hukumnya tidak boleh.
Ada tiga alasan yang menyebabkan ulama Hanafiah menyatakan bahwa akad
al-mugharasah tidak dibolehkan, karena

8
1. Dalam akad mugharasah disyaratkan perserikatan terhadap sesuatu yang telah ada,
yaitu tanah pertanian. Artinya, dalam kerja sama ini tanah yang akan dijadikan
objek oleh kedua belah pihak sudah ada dan sudah merupakan hak milik salah
satu pihak. Persyaratan ini menurut mereka, menjadikan kerja sama itu tidak
seimbang, karena pemilik tanah telah lebih dahulu memiliki ta nah sementara
petani penggarap tidak memiliki apa-apa. Padahal dalam satu bentuk kerja sama
disyaratkan adanya keseimbangan baik dari segi modal maupun dari segi
keuntungan yang diperoleh.
2. Dalam al-mugharasah, pemilik tanah menjadikan separuh dari tanahnya sebagai
upah bagi penggarap atas pekerjaan yang di lakukan. Hal ini sama halnya dengan
penggarap membeli separuh dari tanah garapan yang ada dengan seluruhnya
mengerjakan tanah itu. Artinya, harga pembelian separuh harta pertanian itu
merupakan sesuatu yang majhul (sesuatu belum pasti) di waktu akan
dilangsungkan. Unsur ketidakpastian terhadap ganti rugi separuh tanah yang akan
diterima petani penggarap menjadikan akad ini fasid (rusak). Di samping itu,
batas-batas kemampuan penggarap pada saat di adakan transaksi belum jelas,
maka secara tidak langsung tran saksi yang dilakukan sudah sejak awal tidak
memenuhi syarat, karena melakukan transaksi terhadap sesuatu yang belum jelas.
3. Dalam al-mudharasah, pemilik tanah memberikan upah kepada petani penggarap
untuk menggarap tanah kosong menjadi kebun yang produktif, dengan alat dan
pekerjaan yang dilakukan, dan sebagai imbalannya separuh tanah yang sudah
menjadi kebun produktif itu menjadi milik petani penggarap. Kerja sama seperti
ini termasuk akad yang fasid, karena akad ini termasuk ke dalam kategori akad
ijarah (upah-mengupah) dengan upah yang tidak jelas atau tidak pasti, karenanya
termasuk salah satu akad yang mengandung gharar (tipuan).
Sebagai jalan keluar (hilah) untuk menjustifikasi akad al-mugharasah, ulama
Hanafiah mengemukakan suatu solusi hukum. Cara Yang ditempuh, adalah pemilik
tanah menjual separuh dari keseluruhan tanah garapan itu kepada penggarap dan
petani penggarap disewa untuk menegerjakan tanah itu selama tiga tahun, lalu
memberi sedikit upah kepada petani itu.

Anda mungkin juga menyukai